Anda di halaman 1dari 48

i

LAPORAN AKHIR PKL II


MAHASISWA ATRO MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

NAMA LOKASI PKL : RSUD LAMADDUKELLENG KAB. WAJO


PERIODE PKL : 29 APRIL S/D 25 MEI 2019

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA PEDIS


PADA KASUS OPEN FRAKTUR GRADE III

OLEH

TEIN RAMBULANGI / 17048 / A

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI (ATRO) MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2019
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis Pada
Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra ”yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng pada tanggal 29 April s/d 25 Mei
2019 telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing.

Sengkang, 16 Mei 2019

Nmmnnm Menyetujui,
Supervisor Institusi nmmmjjnnKepala Ruangan Radiologi

MUH. RUSLI,S.Si ANDI MUHAMMAD FAHMI, AMR

Mengetahui,
Koordinator PKL I

NURBETY S.ST.M.Adm.Kes
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa

Ta’ala atas segala berkah, rahmat, dan karunia-Nya yang telah

dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus Praktek Kerja Lapangan mulai tanggal 29 April s/d 25 Mei

2019 di RSUD Lamaddukelleng. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini

penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rusman Achmad, M.Kes selaku Direktur ATRO

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu dr. Ardin Sani, M.Kes selaku Direktur RSUD Lamaddukelleng yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu di

tempat praktek.

3. Dr. H.Mustamin,M.kes,Sp.Rad selaku kepala Instalasi Radiologi RSUD

Kota Makassar.

4. Bapak Andi Muhammad Fahmi, AMR selaku kepala Ruangan Radiologi

yang telah memberikan banyak pengetahuan mengenai tindakan di

Ruangan Radiologi.
iv

5. Kak Nasaruddin S,ST selaku Pembimbing laporan kasus di Radiologi

RSUD Lamaddukelleng beserta kakak-kakak Radiografer lainnya yang

senatiasa berbagi ilmu selama PKL.

6. Ibu Nurbety S.ST.M.Adm.Kes selaku penanggung jawab PKL II ATRO

Muhammadiyah Makassar.

7. Bapak Muh.Rusli,S.Si selaku Supervisor Institusi yang telah menguji

penulis di RSUD Lamaddukelleng

8. Serta kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada

kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada

penulis dan teman-teman seperjuangan PKL II di Instalasi Radiologi

RSUD Lamaddukelleng serta sahabat-sahabat yang tiada putusnya

memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan

kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi para

pembaca.

Makassar, 16 Mei 2019

TEIN RAMBULANGI
17048
v
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari Radiologi

yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang

kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui

pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan

dengan memanfaatkan sinar-x mengalami perkembangan yang

sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November

1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu

revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini

dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia

yang sebelumnya tidak pernah dicapai.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan.

Adapun pemeriksaan radiologi ada dua macam yaitu :

1. Pemeriksaan sederhana

Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan

media kontras. Yang termasuk pemeriksaan sederhana antara

lain, pemeriksaan pada tulang belakang, tulang kepala, tulang

panjang, tulang dada dan sebagainya.


2

2. Pemeriksaan canggih

Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang

menggunakan media kontras. Yang termasuk pemeriksaan

canggih antara lain, pemeriksaan pada pembuluh darah,

pemeriksaan pada pembuluh linfe dan sebagainya.

Pemeriksaan ossa pedis adalah salah satu pemeriksaan

radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa pedis

yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah discontinuitas dari

jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya

kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang digunakan

dalam pemeriksaan ossapedis di RSUD Kota Makassar adalah

proyeksi AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, akan dibahas

mengenai bagaimana teknik pemeriksaan ossa pedis dengan proyeksi

AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Lamaddukelleng untuk

mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur.

Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk

mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul “ Teknik

Pemeriksaan Ossa Pedis Pada Kasus fraktur grade III Sinistra “.


3

B. Rumusan Masalah

Pada penulisan laporan kasus ini, penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis Pada Kasus Fraktur

Grade III Sinistra di RSUD Lamaddukelleng?

2. Bagaimana Hasil Diagnosa Dokter Terhadap Pemeriksaan Ossa

Pedis Pada Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra di RSUD

Lamaddukelleng?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memperdalam pemahamannya mengenai

prinsip-prinsip dasar serta berbagai istilah pemeriksaan radiografi

terkait keterlibatannya nanti setelah menjadi radiografer.

2. Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan II

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)

Muhammadiyah Makassar.

3. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis pada Kasus

OpenFraktur Grade III Sinistra di RSUD Lamaddukelleng.

4. Untuk mengetahui proyeksi yang digunakan dalam Pemeriksaan

Ossa Pedis pada Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra di RSUD

Lamaddukelleng.

5. Untuk mengetahui hasil diagnosa dokter terhadap Pemeriksaan

Ossa Pedis pada Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra di RSUD

Lamaddukelleng.
4

6. Untuk mengatahui pembahasan kasus dari hasil radiografi Ossa

Pedis pada Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra di RSUD

Lamaddukelleng.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta

memberikan informasi kepada pembaca mengenai Teknik

Radiografi Ossa Pedis pada Kasus Open Fraktur Grade III Sinistra.

2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui lebih dekat mengenai

tata laksana Teknik Radiografi Ossa Pedis pada Kasus Open

Fraktur Grade III Sinistra

3. Laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan literatur atau bahan

pustaka dan pertimbangan referensi tentang tata laksana Teknik

Radiografi Ossa Pedis.

4. Dapat memberikan gambaran yang jelas dan sumber untuk

memperluas ilmu pengetahuan tentang Teknik Radiografi Ossa

Pedis.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Lokasi PKL II

1. Gambaran Umum RSUD Lamaddukkelleng Sengkang

Pada tahun 1930 di Kabupaten Wajo didirikan sebuah

asrama tentang belanda, sesuai asrama juga berfungsi sebagai

Rumah Sakit. Rumah Sakit di Kabupaten Wajo berfungsi penuh

dibawah pengawasan daerah Kabupaten Bone sampai tahun 1964.

Sejak tahun 1964 sampai sekarang, telah berdiri sendiri menjadi

Rumah Sakit Umum Sengkang, dan tidak berada dibawah

pengawasan kab.Bone.

Rumah Sakit mengalami perbaikan dan rehabilitasi dengan

dibangunnya satu ruangan rontgen pada tahun 1987. Demi

peningkatan mutu pelayanan kesehatan maka pemerintah kabupaten

Dati II Wajo mendirikan Rumah Sakit Umum pada tahun 1994 yang

terletak di jalan Kartika Chandra Kirana Kel. Maddukkelleng

Kec.tempe yang sebelumnya teerletak di jalan Ahmad yani ,

sedangkan gedung RSU yang lama difungsikan sebagai Institusi

pendidikan tenaga kesehatan yaitu Sekolah Perawat Kesehatan (

SPK ) PEMDA Tk.II Wajo.

Berdasakan SK.MENKES RI NO. 359/MENKES/SK/1994

tanggal 28 april 1994 Rumah Sakit Umum Sengkang ditinggalkan

tipenya dari D ke C, begitupula namanya berubah menjadi Rumah


6

Sakit Umum Lamaddukkelleng Sengkang dengan Luas 52.824 m 2

dan diresmikan pemakaiannya oleh gubernur Sulawesi selatan pada

tanggal 3 September 1994.

Sejak berdirinya RSUD Lamaddukkelleng telah mengalami

beberapa pergantian direktur sebagai berikut :

1) dr Mahler

2) dr.H.M. Sanusi Karateng

3) dr.M Badawi

4) dr.widiarta T.J.Widya Utama

5) dr.sofyan Syamsudin

6) dr.H.Abdul Azis M.,M.kes

7) dr.Hj.Relaty Sri Rejeki, M.kes

8) dr.H.Baso Rahmanuddin, MM, M.kes

9) dr.H.Muhammad Nur Tangsi S.ked

Adapun visi, Misi, Dan Moto RSUD Lamaddukkelleng Sengkang

a. Visi RSUD Lamaddukkelleng Sengkang

“RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo sebagai Pusat

Rujukan Pelayanan KesehRSatan yang Unggul, Berkarakter,

dan Berkompeten”

b. Misi RSUD Lamaddukkelleng Sengkang

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui

pengembangan sistem pelayanan yang terintegrasi dan


7

komprehensif serta berorientasi kepada kepuasan

pelanggan.

2) Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui

pemenuhan tenaga yang terlatih dan terdidik secara

professional.

3) Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui

penataan dan perbaikan manajemen yang berkualitas,

profesional serta akuntabel.

4) Mengembangkan manajemen rumah sakit melalui Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIM RS) yang akuntabel.

c. Motto RSUD Lamaddukkelleng Sengkang :

“Kesembuhan dan Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami“

Gambar 2.1 : RSUD Lamaddukelleng Kab Wajo


(Doc : RSUD Lamaddukelleng 2019)
8

B. Tinjauan Umum Anatomi, Fisiologi dan Patologi

1. Tinjauan Umum Anatomi Ossa Pedis

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler.

Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui

proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh

sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang

akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh

manusia.

Ossa pedis adalah salah satu tulang dari penyusun

kerangka tubuh yang terdiri atas 26 tulang, yaitu : 14 phalangs, 5

Ossa metatarsal dan 7 Ossa Tarsi. Ossa tarsi terdiri atas os

calcaneus, os talus, os naficular, 3 os cuneiform, dan os

cuboideum. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Forefoot (metatarsal dan toes)

b. Midfoot (cuneiforme, navicular, dan cuboideum)

c. Hindfoot (talus dan calcaneus).

Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk

kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan

anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan

dorsal, dan bagian inferior (posterior) aspek dari kaki disebut

permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam dari anatomi

kaki, maka harus kita perhatikan pemberian factor eksposi untuk

dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.


9

Anatomi phalanges terdapat 14 tulang pada jari-jari kaki, dua

pada jari kaki terbesar atau digiti I dan masing-masing tiga buah di

empat jari-jari lainnya. Tulang pada jari terbesar terdiri atas tulang

proksimal dan distal. Setiap tulang terdiri dari sebuah body atau

shaft dan dua buah bagian articulus, masing-masing di bagian

distal head dan proksimal base.

Gambar 2.2 : Anatomi Ossa Pedis


(http://catatanradiograf.blogspot.com)
2. Tinjauan Umum Fisiologi Ossa Pedis

Ossa pedis merupakan salah satu bagian tulang dari

penyusun anggota gerak bawah atau ekstremitas inferior pada

tubuh manusia. Tulang ini mempunyai peran yang sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari. Kaki berfungsi untuk berdiri dan

berjalan, memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya.


10

Pada kaki manusia normal terdapat mata kaki yang

berfungsi untuk melindungi sendi engsel yang terletak di kaki dan

juga sebagai poros penggerak telapak kaki dan otot betis. Adapun

tumit atau os calcaneus berfungsi sebagai penyangga berat badan

ketika berdiri, berjalan, atau berlari sehingga tubuh dapat

seimbang. Lapisan kulit paling tebal dari tubuh manusia letaknya

ada pada telapak kaki. Telapak kaki tidak memiliki bulu dan pigemn

sehingga mulus dan tidak berwarna, tetapi telapak kaki memiliki

konsentrasi keringat yang tinggi. Telapak kaki juga memiliki banyak

ujung saraf sehingga membuat telapak kaki sangat sensitiveakan

sentuhan. Telapak kaki berfungsi sebagai pijakan saat tubuh dalam

posisi berdiri atau berjalan agar tubuh tetap seimbang.

3. Tinjauan Umum Patologi Ossa Pedis

Tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai

kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan

atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya

lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma

melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah

tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis

dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.


11

Adapun jenis-jenis fraktur yaitu :

a. Fraktur berdasarkan luas dan garis frakturnya, yaitu :

1) Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan

tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian

dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain

serta mengenai seluruh korteks.

2) Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan

tulang dengan garis patah tidak menyeberang sehingga tidak

mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

b. Fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, yaitu :

1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit

masih utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.

2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit,

karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka

fraktur ini potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi

menjadi 3 grade, yaitu :

a) Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

b) Grade II : seperti grade I dengan memar kulit dan

otot

c) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan

pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

c. Fraktur berdasarkan garis patah tulangnya, yaitu :

1) Green stick yaitu retak pada sebelah sisi dari tulang, sering

terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.


12

2) Transverse yaitu patah melintang.

3) Longitudinal yaitu patah memanjang.

4) Oblique yaitu garis patah miring.

5) Spiral yaitu patah melingkar.

d. Patah tulang kompresi (patah tulang akibat penekanan)

merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah

tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan

melawan panjangnya tulang.

e. Patah tulang karena tergilas disebabkan karena tenaga yang

sangat hebat dan menyebabkan beberapa retakan sehingga

terjadi beberapa pecahan tulang.

f. Patah tulang avulsi disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat,

sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut

melekat.

g. Patah tulang patologis terjadi jika sebuah tumor (biasanya

kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan

tulang menjadi rapuh.

Waktu penyembuhan fraktur sangat bervariasi dari satu

individu ke individu lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

proses penyambungan tulang yaitu fraktur adalah usia pasien,

banyaknya displacement fraktur, jenis fraktur, lokasi fraktur.


13

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis

Proyeksi yang digunakan pada teknik pemeriksaan ossa pedis

adalah :

1. Proyeksi Antero Superior (AP)

a. Posisi Pasien : Posisikan pasien supine/duduk

di atas meja pemeriksaan.

b. Posisi Objek : Tekuk lutut pasien sehingga

telapak kaki menempel pada

kaset.

c. Central Ray (CR) : Vertikal / Tegak lurus kaset

d. Central Point (CP) : Metatarsal III

e. Fokus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

f. Pasang marker R/L sesuai objek

g. Instruksikan pasien supaya tidak merubah posisi kemudian

okspose.

Gambar 2.3 : Proyeksi AP dan Hasil Radiografi


(Merrill’s Atlas of Radiographic Positions Vol 1 : 257)
14

h. Kriteria Radiografi

1) AP : Gambar yang dihasilkan menunjukkan

proyeksi AP (dorsoplantar) dari anterior

tarsal ke talus, metatarsal, danphalanges.

2. Proyeksi Lateral (Mediolateral)

a. Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja

pemeriksaan, kaki yang tidak

diperiksaditekuk ke belakang.

b. Posisi Objek : Atur pedis true lateral, sisi lateral

pedis menempel pada kaset,

fleksikan pedis sehingga

membentuk sudut 90o terhadap

ossa cruris.

c. Central Ray (CR) : Vertikal / Tegak lurus kaset

d. Central Point (CP) : Pada the base of metatarsal III

e. Fokus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

f. Pasang marker R/L sesuai objek

g. Instruksikan pasien supaya tidak merubah posisi kemudian

ekspose.
15

Gambar 2.4 : Proyeksi Lateral dan Hasil Radiografi


(Merrill’s Atlas of Radiographic Positions Vol 1 :267)

h. Kriteria Gambar

1) Tampak gambar lateral pedis dan daerah distal os tibia dan

fibula. Tampak phalangs, metatarsal, os tarsal, tibiotalar

joint, os navicular.
16

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

1. Pengertian Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang

proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok

orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari

radiasi pengion.

Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan

oleh komisi internasional untuk proteksi radiasi (internasional

commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu

pernyataan yang mengatur permasalahan dosis radiasi, yang

intinya sebagai berikut :

a. Suatu kegiatan akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan

yang positif dibandingkan resiko. Yang dikenal sebagai azas

Justifikasi.

b. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin

yang bisa dicapai (As Low As Reasonably Achievable, ALARA)

dengan mempertimbangkan factor ekonomi dan social, yang

dikenal sebagai azas Optimasi.

c. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang

direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu,

yang dikenal dengan azas Limitasi.

Konsep untuk mencapai suatu tingkatan serendah mungkin

merupakan hal yang mendasar yang perlu dikendalikan, tidak


17

hanya untuk radiasi tetapi untuk semua hal yang membahayakan

lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan

paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi

diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan

dan manfaat dari sisi keselamatan radiasi.

Menurut BAPETEN, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk

pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem). Sedangkan untuk

masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem).

2. Proteksi Radiasi untuk Pasien

a. Pemeriksaan sinar-x hanya atas permintaan seorang dokter.

b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.

c. Jarak fokus pasien jangan terllau pendek.

Hukum kuadrat terbalik : intensitas sinar-x berbanding terbalik

dengan jarak pangkat dua.

- Sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm.

- Radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm.

d. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin.

e. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.


18

BAB III

METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD

Lamaddukelleng di ruang pemeriksaan pada hari Kamis, 16 Mei 2019

pada pukul 09:30 wita.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Pasien datang dari UGD ke Instalasi Radiologi diantar oleh orang

perawat dengan keluhan nyeri kaki kiri yang dialami sejak beberapa

jam yang lalu akibat kecelakaan motor. Dalam surat pengantar dokter

UGD menuliskan permintaan foto pemeriksaan Ossa Pedis Sinistra

pada Klinis Open Fraktur Grade III (S).

C. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan Ossa Pedis tidak memerlukan persiapan

khusus. Tetapi untuk mendapatkan hasil radiografi yang baik, kita

hanya perlu menjelaskan pada pasien bahwa pada saat ekspose tidak

diperbolehkan untuk bergerak (goyang) karena akan menyebabkan

pengkaburan (Unshapness). Dan melepas semua benda-benda yang

dapat menimbulkan artefak pada foto.


19

D. Prosedur Kerja

Pemeriksaan Ossa Pedis adalah pemeriksaan secara Radiologi

dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan

pada Ossa Pedis. Pemeriksaan Ossa Pedis pada kasus Fraktur di

Instalasi Radiologi RSUD Lamaddukelleng menggunakan proyeksi

Antero Posterior (AP) dan Lateral (Medio Lateral). Prosedur

pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Mengatur posisi pesawat.

2. Mengatur Faktor Eksposi (kV, mA, sec).

3. Mempersiapkan dan memasang kaset ukuran 24 x 30 cm pada

meja pemeriksaan.

4. Mengatur Focus Film Distance (FFD) dan Central Ray (CR).

5. Memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya.

6. Menjelaskan kepada pasien tentang pelaksanaan pemeriksaan.

7. Memposisikan pasien, dengan menggunakan proyeksi AP dan

Lateral.

8. Melakukan Eksposi.

9. Melakukan processing film menggunakan AUTOMATIC

PROCESSING.

10. Hasil Radiografi dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi.


20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

1. Data Pasien

a. Nama : Tn. n

b. Umur : 54 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat : Lempa

e. Jenis Pemeriksaan : X-Ray Pedis (S)

f. Klinis : Open Fraktur Grade III Sinistra

g. Dari Ruangan : UGD

h. Dokter yang mengirim : dr. Rosfiani

i. Dokter yang baca : dr. H, Mustamin, M.Kes,Sp.Rad

2. Persiapan Alat dan Bahan yang Digunakan

a. Persiapan Alat
1) Pesawat Sinar-X

a) Tabung

a) Toshiba Electron Tubes & Devices CO., LTD

b) 1385, Shimoishigami, Otawara-Shi, Tochigi 324-8550

c) Made In Japan

d) Manufactured : Januari 2012

e) Unit Model : E7239X

f) Ser. No : 12A1294

g) Insert Model : E7239


21

h) Max. Voltage : 125Kv

i) Focal Spot : 2.0/1.0

j) Permanent Filtration : 0.9 AI/75

2) Kolimator

a) REF : MRC

b) SN : AEC1220051 Feb.2012

c) Inferent Filtration : 1-2 mm Al eq

d) Line Power Racing : 24-6A, 50/60 Hz

3) Meja pemeriksaan

4) Alat Processing Automatic

a) Merk : RAE KYO

b) Model : RF 3800

c) Power : 200 V / 50 Hz / 8,8A

b. Persiapan Bahan
1. Film

a) Merk : Fuji

b) Ukuran : 24 × 30 Cm

c) Jenis : Green Sensitive

2. Kaset

d) Merk : Toshiba

e) Type : Green Emiting

f) Ukuran : 24 x 30 cm

3. Marker

4. Leukoplast
22

Gambar 4.1 : Pesawat Sinar-X Mobile


(Doc : Instalasi Radiolog,i 2019)

Gambar 4.2 : Kolimator


(Doc : Instalasi Radiologi, 2019)

Gambar 4.3 : Meja Pemeriksaan


(Doc : Instalasi Radiologi 2019)
23

Gambar 4.4 : Film


(Doc : Instalasi Radiologi 2019)

Gambar 4.5 : Kaset


(Doc : Instalasi Radiolog,i 2019)

Gambar 4.6 : Marker


(Doc : Instalasi Radiologi 2019)
24

Gambar 4.7 : Solatip


(Doc : InstalasiRadiologi 2019)

3. Teknik Pemeriksaan

a. Pengertian Teknik Radiografi Ossa Pedis

Merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara

pemeriksaan ossa pedis dengan menggunakan sinar-x untuk

menegakkan diagnosa.Pemeriksaannya tanpa menggunakan

media kontras dan tanpa persiapan khusus, indikasi yang

sering terjadi adalah Fraktur.

b. Tujuan Pemeriksaan

Untuk mengetahui struktur anatomi ossa pedis guna untuk

menegakkan diagnosa.

c. Indikasi Pemeriksaan

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana

hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus.

d. Proyeksi

1) Proyeksi AP

a) Tujuan Proyeksi AP
25

Adapun tujuan dari proyeksi AP adalah untuk

melihat letak frakturnya.

b) Posisi Pasien : Pasien duduk diatas meja

pemeriksaan.

c) Posisi Objek : Art.Genu difleksikan kemudian

objek diletakkan diatas kaset

yang telah dibagi dua.

d) Central Ray (CR) : Vertikal

e) Central Point (CP) : Metatarsal III

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi :

(1) Batas Atas : Ankle Joint

(2) Batas Bawah : Ujung distal pada digiti I-V

h) Faktor Eksposi : kV = 55, mA = 100, Sec = 1,3

i) Processing Film : Automatic Processing

Gambar 4.8 : Memposisikan Pasien Proyeksi AP


(Doc :Instalasi Radiologi 2019)
26

2) Proyeksi Lateral (Medio Lateral)

a) Tujuan Proyeksi Oblique (Medial Rotation)

Adapun tujuan dari proyeksi Lateral adalah untuk

melihat fraktur yang tidak terlihat pada proyeksi AP.

b) Posisi Pasien : Pasien duduk diatas meja

pemeriksaan.

c) Posisi Objek : Art.Genu difleksikan kemudian

objek diletakkan diatas kaset

yang telah dibagi dua. Kaki

diatur true lateral, bagian sisi

luar kaki yang menempel pada

kaset.

d) Central Ray : Vertikal

e) Central Point : Pada Navicular

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi :

(1) Batas Atas : Ankle Joint

(2) Batas Bawah : Ujung distal pada digiti I-V

h) Faktor Eksposi : kV = 55, mA = 100, Sec = 1,3

i) Processing Film : Automatic Processing


27

Gambar 4.9 : Memposisikan Pasien Proyeksi Lateral


(Doc :Instalasi Radiologi 2019)

4. Analisis Radiografi

a. Hasil Radiografi

1) Posisi Antero Posterior (AP)

Gambar 4.10 : Hasil Radiograf Ossa Pedis AP


(Doc :Instalasi Radiologi 2019)
28

2) Posisi Lateral (Mediol Lateral)

Gambar 4.11 : Hasil Radiograf Proyeksi Lateral


(Doc :Instalasi Radiologi 2019)

b. Kriteria Gambar AP : Tampak gambaran AP dari

ossa metatarsal, ossa phalangs,

ossa tarsal.

Kriteria Gambar Lateral :Tampak gambaran Latera l pada

daerah ossa phalangs, ossa

metatarsal. Tampak persendian

os cuboideum dan os calcaneus

serta daerah persendian os

cuneiform lateral.

c. Hasil Interprestasi Dokter

1) Tampak fraktur pada metatarsal 1 & 3

2) Fraktur phalangs 3 pedis kiri


29

d. Kelebihan dan kekurangan foto

1) Kelebihan : Telah mampu membantu

menegakkan diagnosa.

2) Kekurangan : Pada hasil radiografi Proyeksi

Lateral terlihat gambaran yang

superposisi pada phalangs.


30

B. Pembahasan Laporan Kasus

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan

atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya

lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma

melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang).

Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan

berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Penyebab patah

tulang terjadi yaitu :

1. Trauma (benturan)

Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur,

yaitu benturan langsungdan benturan tidak langsung.

2. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama.

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan

mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang

tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada

olahragawan, militer maupun penari.

3. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia.

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses

patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang

minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal

belum dapat menimbulkan fraktur.

Pada pemeriksaan Ossa Pedis di Instalasi Radiologi RSUD

Lamaddukelleng menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan

Lateral (Medio Lateral). Proyeksi ini sangat membantu dokter dalam


31

mendiagnosa suatu penyakit. Pada proyeksi AP Ossa Pedis akan

terlihat secara keseluruhan dari arah depan, sedangkan dengan

proyeksi Lateral Ossa Pedis akan terlihat dari samping. Proyeksi

Lateral dimaksudkan untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit

yang tidak terlihat pada posisi AP agar diagnosa tepat. Adapun

hasil diagnosa dokter terhadap Pemeriksaan Ossa Pedis pada

kasus Fraktur adalah Fraktur Grade III Pedis Sinistra.


32

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Adapun teknik pemeriksaan yang digunakan di RSUD

Lamaddukelleng pada kasus Open Fraktur Grade III Sinistra adalah

menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) untuk menampilkan

keseluruhan ruas-ruas tulang dari jari-jari kaki. Disamping itu

kelebihan proyeksi Antero Posterior (AP) adalah posisi pasien lebih

nyaman sehingga pasien tidak melakukan pergerakan ketika

diekspose yang menyebabkan movement terhadap hasil radiograf.

Proyeksi Lateral (Medio Lateral) bertujuan untuk menampilkan

fraktur pada ruas-ruas tulang jari kaki. Tetapi proyeksi ini memilki

kekurangan yaitu pasien kurang merasa nyaman dan pada hasil

radiografinya tampak gambaran superposisi antar phalangs.

2. Adapun Hasil Diagnosa dokter Terhadap Pemeriksaan Ossa Pedis

di RSUD Lamaddukelleng adalah Fraktur Grade III Pedis Sinistra.

3. Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau

kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur

(elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila truma

melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi Fraktur (patah

tulang).Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan

berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.


33

B. Saran

Radiografer hendaknya mampu memposisikan pasien senyaman

mungkin dan mengambil gambar dengan tepat sehingga dapat

diminimalkan terjadinya pengulangan foto. Diperlukan pula ketelitian

dari radiografer mulai dari pengambilan foto, faktor eksposi, sampai

hasil radiografi dapat ditegakkan diagnosanya dengan akurat oleh

dokter ahli radiologi. Perlunya penjelasan tentang persiapan

pemeriksaan pada pasien agar penderita paham maksud dan tujuan

dari pemeriksaan yang akan dilakukan. Sebaiknya lebih

memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang diterima

pasien, petugas dan masyarakat umum.


34

DAFTAR PUSTAKA

Dewa, Image Anatomi Ossa Pedis (Online)


http://catatanradiografi.blogspot.com/ di akses pada 16 mei 2019

Aditya, 2013 Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis (Online)


http://adityawarm.blogspot.com/ di akses pada 16 mei 2019

Frank, D Eugene dkk. 1999.Merril’s Atlas Of Radiographic Positions &


Radiologic Procedure.(Volume 1: 257)
Frank, D Eugene dkk. 1999 Merrill’s Atlas Of Radiographic Positions
(Volume 1: 267)

Anonim. 2010. Teknik Radiografi Ossa Pedis. (Online)


http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/02/teknik-radiografi-os-
pedis.html. Diakses pada 13 Desember 2018

Anonim. 2011. Teknik Radiografi Ossa Pedis. (Online)


http://teknikradiograf.blogspot.com/2011/08/teknik-radiografi-os-
pedis.html. Diakses pada 13 desember 2018
Muharam, 2013 Makalah Fraktur dan Macam-Macam Fraktur (Online)
http://julismuharam.blogspot.com/ di akses pada 16 mei 2019
35

LAMPIRAN 1

FOTOCOPY SURAT PENGANTAR FOTO

Surat Pengantar Foto


36

LAMPIRAN 2

FOTOCOPY HASIL BACA FOTO LAPORAN KASUS

Hasil Baca Fotooleh Dokter Radiologi


37

LAMPIRAN 3

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI RSUD


LAMADDUKELLENG

Struktur Organisasi
38

LAMPIRAN 4

DESIGN DENAH RUANGAN RADIOLOGI RSUD


LAMADDUKELLENG

Denah Ruangan Radiologi


39

LAMPIRAN 5

DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR PKL II


ATRO MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2019
NAMA MAHASISWA/NIM/KLS : TEIN RAMBULANGI / 17048 / A
JUDUL LAPORAN KASUS : TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA PEDIS
PADA KASUS OPEN FRAKTUR
GRADE III DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LAMADDUKELLENG
LOKASI PKL : RSUD LAMADDUKELLENG
TGL/TEMPAT SEMINAR : SABTU, 18 MEI 2019 / INSTALASI
RADIOLOGI RSUD
LAMADDUKELLENG
TANDA
NO. NAMA PESERTA JABATAN KET.
TANGAN

9
Mengetahui,
Kepala Ruangan Radiologi

ANDI MUHAMMAD FAHMI, AMR


40

LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI KEGIATAN MAHASISWA PKL I

Foto Pada Saat Seminar di Instalasi Radiologi RSUD Lamaddukelleng

Foto Bersama Senior Instalasi Radiologi RSUD Lamaddukelleng


41

Foto Bersama Supervisor, Kepala Ruangan dan Para Senior


42

LAMPIRAN 8

BIODATA PENULIS

1. IDENTITAS DIRI

NAMA LENGKAP : TEIN RAMBULANGI


FOTO 3X4
PANGGILAN : TIN

NIM : 17048

KELAS : A

T.T.L : SANGALLA, 12 SEPTEMBER 1998

ASAL DAERAH : TANA TORAJA

ASAL SMA : SMA NEGERI 5 WAKRE

ALAMAT : BERUA INDAH BLOK A.19 NO.3

2. CONTACT PERSON

HP/WA : 082266594314

FB : -

EMAIL : tein.ilham.com@gmail.com

3. JUDUL KARYA LAPORAN KASUS YANG DITULIS

PKL I : TEKNIK RADIOGRAFI OSSA


MANUS PADA KASUS FRAKTUR
PHALANGS DISTAL DIGITI I
DEXTRA DI RSUD PANGKEP

PKL II : TEKNIK RADIOGRAFI OSSA PEDIS


PADA KASUS OPEN FRAKTUR
GRADE III SINISTRA DI RSUD
LAMADDUKELLENG
43

4. PENGALAMAN MAGANG/PKL

PKL I : ---

Anda mungkin juga menyukai