Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR PKL I

MAHASISWA ATRO MUHAMMADIYAH


TAHUN 2016

NAMA LOKASI PKL : RSUD HAJI MAKASSAR


PERIODE PKL : 21 Nov S/D 31 Des 2016

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHII PADA


KASUS FRAKTUR 1/3 DISTAL OS ULNA

DISUSUN OLEH :

ANDI PUTRI AGUSTINA / 15004 / A

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI (ATRO) MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii


Pada Kasus Fraktur 1/3 Distal Os Ulna yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tanggal 23 November31
Desember 2016 telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing untuk
diperbanyak.

Makassar, 31 Desember 2016

Menyetujui,
Supervisor Institusi Kepala Ruangan Radiologi

Nurul Jannah, S.Si Ulfa Rasyidah, S.Si

Mengetahui,
Penanggung jawab PKL I

AR Rahmansyah,SKM,M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

rahmat, berkah, dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang Teknik Pemeriksaan

Ossa Antebrachii. Dalam menyelesaikan laporan kasus, penulis telah

banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rusman Achmad, M.Kes selaku Direktur ATRO

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak dr. Arman Bausat, Sp.B. Sp.OT (K) SPINE selaku Direktur

RSUD Haji Makassar.

3. Bapak dr.Maulana Saggaf Mustafa,Sp.Rad selaku Kepala Instalasi

Radiologi RSUD Haji Makassar.

4. Ibu Ulfa Rasyidah,S.Si selaku Kepala Ruangan Radiologi RSUD Haji

Makassar.

5. Bapak Wahid,S.Si selaku Pembimbing PKL I dan seluruh radiografer

dan staf radiologi RSUD Haji Makassar

6. Bapak AR Rahmansyah,SKM,M.Kes selaku penanggung jawab PKL I.

3
7. Ibu Nurul Jannah,S.Si selaku Supervisor.

8. Dan semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam

melancarkan kegiatan PKL I serta pembuatan laporan kasus ini.

Semoga segala bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak

mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan pada akhirnya

semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat yang berarti

terlebih kepada diri pribadi penulis.

Makassar, 31 Desember 2016

Penulis

4
DAFTAR ISI

5
DAFTAR GAMBAR

6
DAFTAR TABEL

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang

bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan,

yaitu untuk menegakkan diagnose suatu penyakit melalui pembuatan

gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan

memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat

sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh

Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi

dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat

digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang

sebelumnya tidak pernah tercapai. Seiring dengan meningkatnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah

mengalami banyak perkembangan.


Pemeriksaan ossa antebrachii adalah salah satu pemeriksaan

radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa

antebrachii yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah

discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya

disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak.


Berdasarkan hasil observasi pada saat PKL di RSUD Haji

Makassar, teknik pemeriksaan ossa antebrachii pada kasus fraktur

Ulna dilakukan dengan proyeksi AP (Antero Posterior) dan Oblique.

Hal ini tidak sesuai dengan teori dari Merrils Twelfth Edition.

Pemeriksaan Ossa Antebrachii dapat dilakukan karena adanya

1
indikasi seperti trauma, pathological fraktur, fisura, dislokasi, dan lain

sebagainya. Akan tetapi penulis ingin membahas lebih lanjut

mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan, serta sejauh mana

informasi diagnostik yang diperoleh dalam penggunaan teknik

tersebut dalam rangka penegakkan diagnosa. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk membahas dan mengangkatnya dalam bentuk laporan

kasus PKL I dengan judul PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHII

PADA KASUS FRAKTUR 1/3 DISTAL OS ULNA .


Saya mengambil pemeriksaan radiografi Ossa Antebrachii dengan

kasus fraktur ulna, karena merupakan salah satu kasus yang penting

untuk diketahui secara luas baik dari segi teknik pemeriksaan itu

sendiri maupun kasus yang saya angkat sebagai pembelajaran

khususnya dibidang radiodiagnostik.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul laporan dari latar belakang diatas, maka saya

merumuskan permasalahn yaitu:


1. Bagaimana teknik pemerikssan Ossa Antebrachii pada kasus

fraktur Ulna di RSUD Haji Makassar ?


2. Bagaimana hasil radiografi pemeriksaan Ossa Antebrachii pada

kasus fraktur Ulna di RSUD Haji Makassar ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari laporan ini:
1. Tujuan Umum
a) Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Ossa Antebrachii pada

kasus fraktur Ulna di RSUD Haji Makassar.


b) Untuk mengetahui hasil radiografi pemeriksaan Ossa

Antebrachii pada kasus fraktur ulna di RSUD Haji Makassar.


2. Tujuan Khusus

2
a) Pembaca dapat menentukan proyeksi pemotretan yang akan

digunakan sesuai dengan formulir permintaan foto kondisi

pasien.
b) Pembaca dapat menerapkan proteksi radiasi dalam

pemeriksaan terhadap petugas pasien dan masyarakat.


c) Untuk menyelsaikan laporan kasus praktek kerja lapangan I.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Agar mahasiswa mampu menuliskan laporan karya ilmiah hasil

dari praktek kerja lapangan I.


2. Manfaat Ilmiah
Agar memperluas cakrawala ilmu pengetahuan teknik radiografi

dan sebagai bahan untuk penelitian di masa yang akan datang.


3. Manfaat Institusi
Agar mendapat informasi tentang segala kegiatan mahasiswa dan

mampu mengsinkronkan kegiatan radiologi yang ada di rumah


sakit dengan teori-teori kuliah di kampus.
4. Manfaat Masyarakat
Agar masyarakat mendapatkan informasi secara umum tentang

pemeriksaan Ossa Antebrachii pada kasus fraktur Ulna.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL


1. Tinjauan Umum RSUD Haji Makassar
a) Sejarah
Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Makassar berdiri dan

diresmikan pada tanggal 16 Juli 1992 oleh Bapak Presiden

Republik Indonesia. Berdiri di atas tanah seluas 1,06 hektar

milik pemerintahan daerah Sulawesi Selatan terletak di ujung

selatan Kota Makassar, tepatnya di Jalan Dg. Ngeppe No. 14

Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate.


Latar belakang pembangunan RSU Haji Makassar yang

ditetapkan di daerah bekas lokasi Rumah Sakit Jongaya

adalah diharapkan rumah sakit ini dapat mendukung

kelancaran kegiatan pelayanan calon jemaah haji dan

masyarakat sekitarnya.
Pengoperasian rumah sakit Makassar didasarkan oleh

Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Sulawesi Selatan

Nomor: 488/IV/1992 tentang pengelolaan rumah sakit oleh

Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dan SK Gubernur

nomor: 802/VII/1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Rumah Sakit serta SK Gubernur nomor: 1314/IX/1992

tentang tariff pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum

Haji Makassar. Untuk kelangsungan perkembagan Rumah

Sakit Haji lebih lanjut, maka pada tanggal 13 Desember 1993

Departemen Kesehatan menetapkan Rumah Sakit Umum

4
Daerah Haji Makassar sebagai rumah sakit umum milik

Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dengan klasifikasi C

yang dituangkan kedalam SK nomor: 762/XII/1993.


Pada awal pengoperasiannya, jumlah pegawai tetap

Rumah Sakit Umum Haji Makassar berjumlah 47 orang yang

terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperuntukkan

pada Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dan PNS Daerah.

Adapun pejabat yang melaksanakan tugas direktur rumah

sakit sementara dirangkap oleh Kepala Kanwil Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Dr.H. Udin Muhammad

Muslaini.
Selanjutnya pada tanggal 31 Desember 1992

dilaksanakan serah terima kepada Dr.H.Sofyan Muhammad

dan setelah ditetapkan pelembangaan rumah sakit maka

berdasarkan Kepres No.9 Tahun 1985 Direktur RSUH Kleas

C, ditetapkan sebagai pejabat Strukturan Eseleon III/a

definitive. Pada tanggal 26 Agustus 2001 jabatan direktur RSU

Haji diserahterimakan kepada pejabat baru yaitu, Dr.Hj.

Magdaniar Moein, M.Kes. yang menjabat sampai sekarang.

Kemudian pada tanggal 28 Februari 2007 dilaksanakan

serahterima jabatan kepada drg. Abd. Hais Nawawi sebagai

direktur Rumah Sakit Umum Haji Makassar dan menjabat

selama 1 tahun, kemudian diserahterimakan lagi ke

drg.Hj.Nurhasanah Palinrungi, M.Kes. sampai sekarang.


Dengan berjalannya wkatu jenis pelayanan semakin

berkembang pada tahun 2009 telah memiliki 9 spesialis, 4

5
sub. spesialis, dan 4 spesialis penunjang. Pada saat ini

Rumah Sakit Umum Haji Makassar berubah menjadi Rumah

Sakit Umum Daerah Sulawesi Selatan dibawah naungan

SKPD Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang tertuang dalam

Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 6 tahun

2008 tentang organisasi dan tata kerja inspektorat badan

perencanaan pembangunan daerah, lembaga teknis daerah,

dan lembaga lain provinsi Sulawesi Selatan, (BAB XV A pasal

127 C susunan organisasi Rumah Sakit Umum Haji

Makassar).
Dan pada tanggal 27 Agustus 2010 terbit SK penetapan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang status tipe B

dengan nomor: 1226/Menkes/SK/VIII/2010 tentang

penyelenggaraan RAUD. Haji Makassar ke tipe B non

pendidikan.
Rumah Sakit Umum Haji Makassar telah memiliki

surat ijin pelayan Rumah Sakit yang telah dituangkan

dalam surat keputusan nomor : 07375/Yankes-

2/V/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan Rumah

Sakit Umum Haji Makassar yang berlaku 5 tahun dari

tanggal 27 Mei 2010 s/d 27 Mei 2015.


Perkembangan di bidang pelayanan mutu Rumah

Sakit Umum Haji Makassar telah lulus akreditasi kedua

(12 pelayanan) dengan nomor : Kars-sert/31/VII/2011

dengan lulus tingkat lanjutan.

6
Dari tahun sebelumnya RSUD Haji telah

mendapatkan sertifikat nomor ID.10/1526 dari

Lembaga Administrasi system mutu LLSSM.012-

IDM dari SNI:ISO 1900:2008 tertanggal 22 Maret 2010.

Dan sampai sekarang dan mempersiapkan penilaian

OHSAS 18001:2007 sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja.


Dan pada tahun 2012 telah melaksanakan proses

persiapan dan penilaian rumah sakit Badan Layanan

Umum (BLU).

Gambar 2.1: Gambaran rumah sakit


(Dokumentasi RSUD Haji Makassar, 2016)
b) Visi dan Misi Rumah Sakit
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit terpercaya, terbaik dan pilihan

utama di Sulawesi Selatan


b. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna

dan rujukan yang mengutamakan mutu pelayanan.


2. Meningkatkan mutu pelayanan manajemen yang

ramah dan bersahabat.


3. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

7
4. Meningkatkan cakupan pelayanan untuk

meningkatkan pendapatan Rumah sakit.


5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan staf

sebagai aset yang berharga bagi Rumah sakit.

6. Mengembangkan dan meningkatkan sarana,

prasarana Rumah sakit.

c) Fasilitas Kesehatan dan Peserta BPJS


Ketersediaan peralatan medis yang semakin canggih

adalah sisi lain yang menjadih peluang untuk kemajuan

operasional rumah sakit. RSU Wisata Universitas Indonesia

Timur telah memanfaatkan kondisi ini dengan penempatan

tenaga ahli dibidangnya dan penyediaan peralatan kesehatan

yang terbilang canggih, dan ini akan dikembangkan terus

untuk menjawab kebutuhan pelayanan yang semakin

meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas.


d) Pola Penyakit di Makassar
Berdasarkan data pada dinas kesehatan Kota Makassar

terdapat 10 penyakit utama (terbanyak), yaitu:


Tabel 2.1 : Pola 10 Penyakit Utama di Kota Makassar
Tahun 2014
N
Nama Penyakit Jumlah
o
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas
1 101.965
(ISPA)
Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi
2 64.051
esensial)
3 Batuk 61.758
4 Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya 57.026
5 Dermatitis dan Eksim 53.366

8
6 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapika 33.938
7 Gastritis 29.465
8 Diare 28.543
9 Infeksi kulit & jaringan subkutan / ploderma 26.532
10 Influenza 25.826

Sumber: Data Primer Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes


Kota Makassar

2. Gambaran Umum Unit Radiologi


a. Pengertian
Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan

penunjang yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah

Haji Makassar.
Ruangan radiologi dibatasi oleh:
1. Sebelah Utara : Koridor
2. Sebelah Timur : ICU (Intensive Care Unit)
3. Sebelah Barat : IGD (Instalasi Gawat Darurat)
4. Sebelah Selatan: Koridor
Unit Radiologi RSUD Haji Makassar merupakan salah

satu unit penunjang medik yang dilengkapi sarana dan

prasarana yang menggunakan sumber radiasi pengion untuk

mendiagnosis adanya suatu penyakit namun tetap

memperhatikan keamanan pasien. Semakin meningkatnya

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka

pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan

yang berkualitas.
Dalam rangka peningkatan kulalitas pelayanan radiologi

maka dibuat pedoman pelayanan radiologi sebagai acuan

bagi petugas RSUD Haji Makassar dalam melakukan

pelayanan kepada pasien.

9
Pelayanan radiologi RSUD Haji Makassar adalah

pelayanan yang dilakukan diradiologi untuk menegakkan

diagnosa, dimana bertujuan menjadikan Unit Radiologi

Rumah Sakit Daerah Haji Makassar yang mampu memberikan

pelayanan secara tepat guna,inovatif dan efesien didukung

sumber daya manusia yang handal dan profesional.


b. Sarana dan Prasarana Ruang Radiologi
Peralatan yang terdapat dibagian Radiologi, yaitu:
Tabel 2.2: Peralatan di Ruang Radiologi

No Kondisi Jumla
Nama Alat
Baik Rusak
. h
1. Pesawat X-Ray Konvensional 0 1 1
2. Pesawat X-Ray Mobile 1 0 1
3. Pesawat Dental 0 1 1
4. Pesawat Panoramik 1 0 1
5. USG 1 0 1
6. Meja Pemeriksaan 1 0 1
7. Stand Kaset 1 1 2
8. Prosesing CR 1 0 1
9. Kaset CR 3 0 3
10. Light Box 2 0 2
11. Prosesing Automatis 1 0 1
Total 15
Sumber: Data Primer di RSUD Haji Makassar, 2016

c. Sumber Daya Manusia


Dokter spesialis radiologi ada 2 orang, yaitu:
1) dr. Maulana Saggaf M, Sp.Rad
2) dr. Tauffiqqulhidayat Ande, Sp.Rad
Tenaga radiografer pemberi layanan di instalasi radiologi

tahun 2016 dengan jumlah 10 orang dan 1 orang perawat

radiologi.

10
B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi dan

Patologi
1. Anatomi dan Fisiologi Ossa Antebrachii
Antebrachii terdiri dari dua tulang panajng yaitu os

radius dan os ulna, namun kita harus memperhatikan

syarat pada setiap pemeriksaan tulang panjang, selain

objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus

tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga perlu

mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada

pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal

humerus.
a. Os Radius
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah.

Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan

dua ujung dan lebih pendek daripada ulna.


1) Ujung atas radius
Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk

kancing dengan permukan dangkal yang bersendi

dengan capitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala

radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di

bawah kepala terletak leher dan di bawah serta di

sebelah medial dari leher ada tuberosistas radii

yang dikaitkan pada tendon dari insersi otot bisep.


2) Batang radius
Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih

bundar daripada di bawah dan melebar makin

mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung

ke sebelah luar dan terbagi dalam eberapa

11
permukaan yang seperti pada ulna member kaitan

kepada flexor pronator yang letaknya dalam di

sebelah posterior memberi kaitan pada extensor

dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan

tangan ligamentum interosa berjalan dari radius ke

ulna dan memisahkan otot belakang dari yang

depan lengan bawah.


3) Ujung bawah radius
Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam

formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari

ujung bawah radius bersendi dengan scaphoid (os

navicular radii) dan tulang semiulnar (lunatum)

dalam formasi persendian pergelangan tangan.

Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah

bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi

persendian pergelangan tangan. Permukaan di

sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan

kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-

ulnar inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah di

perpanjang ke bawah menjadi proc. styloideus

radii.

12
Gambar 2.2: Anatomi os radius

(Sumber: Sobotta hal 175)

b. Os Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang

mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah

tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang

dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah

ujung bawah.
1) Ujung atas ulna
Kuat dan tebal, dalam masuk dalam formasi sendi siku.

Proc. olecranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan

tepat masuk di dalam fossa olecranon dari humerus.

Proc.coronoideus dari humerus bila siku dibengkokkan.


2) Batang ulna
Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Member

kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari

pergelangan tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari

permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan

13
posteriror. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran

ke depan dan otot yang mengadakan supinasi atau putaran

ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada

batang ulna.
3) Ujung bawah ulna
Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah

eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi

dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi

persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah processus

runcing, proc. styloideus menonjol ke bawah dari belakang

ujung bawah.

Gambar 2.3: Anatomi os ulna


(Sumber: Sobotta hal 174)
2. Patologi Ossa Antebrachii
a. Fraktur
Fraktur tulang atau patah tulang adalah terputusnya

jaringan tulang dan atau tulang rawan, baik seluruhnya atau

hanya sebagian yang sebagian terjadi akibat rudapaksa /

benturan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat

berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan

bawah yang menyebabkan fraktur radius dan ulna, dan dapat

14
berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada

tangan yang menyebabkan tulang clavicula atau radius distal

patah. Adapun klasifikasi fraktur, dibagi:


1) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga

fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

karena adanya perlukaan kulit.


2) Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.
a) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh

penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.


b) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang, seperti:


1. Hair line fraktur (patah retidak rambut)
2. Buckle atau torus fraktur, bila terjadi lipatan dari

satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di

bawahnya.
3. Greenstick fraktur, mengenai satu korteks dengan

angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang

panjang.
3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya

dengan mekanisme trauma.


a) Fraktur transversal adalah fraktur yang arahnya

melintang pada tulang, akibat trauma angulsi atau

langsung.

15
b) Fraktur obliq adalah fraktur yang arah garis patahnya

membentuk sudut terhadap sumbu tulang, akibat

trauma angulsi juga


c) Fraktur spiral adalah fraktur yang arah garis patahnya

berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi


d) Fraktur kompresi adalah fraktur yang terjadi karena

trauma axial flexi yng mendorong tulang kea rah

permukaan lain.
e) Fraktur avulsi adalah fraktur yang diakibatkan karena

trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada

tulang.
4) Berdasarkan jumlah garis patah.
a) Fraktur komunitif adalah fraktur dimana gari patah

lebih dari satu dan saling berhubungan.


b) Fraktur segmental adalah fraktur dimana garis patah

lebih dari satu tapi tidak berhubungan.


c) Fraktur multiple adalah fraktur dimana garis patah

lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.


5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah

lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan

periosteum masih utuh.


b) Fraktur displaced (bergeser), terjadi pergeseran

fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen.


6) Berdasarkan posisi fraktur.
Tulang terbagi menjadi tiga bagian:
a) 1/3 proximal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal
7) Fraktur kelelahan adalah fraktur akibat tekanan yang

berulang-ulang.
8) Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan karena

proses patologis tulang

16
b. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang

dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen

tulangnga saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh

komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk

sendi).
c. Corpus Alienum (benda asing)
Corpus alienum adalah benda yang tidak seharusnya

ada dalam sistem fisiologi, masuknya tidak disengaja atau

menyalahi prinsip fisiologi, dan menggangu sirkulasi tubuh

atau system fisiologi tubuh. Benda asing pada gambaran

radiograf bisa berwarna lusen atau opaq. Berwarna lusen bila

berasal dari benda non logam, nomor atomnya lebih rendah

seperti kayu, duri, plastik, dll. Berwarna opaq bila berasal dari

logam, nomor atomnya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti

paku, jarum, peluru, dll.

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan


Pada pemeriksaan ossa antebrachii ada dua proyeksi yang

digunakan, yaitu:
1. Proyeksi Antero-Posterior (AP)
a) Posisi pasien : Pasien duduk menyamping di meja

pemeriksaan dengan posisi tangan bagian atas diletakkan ke

kaset.
b) Posisi objek : Lengan bawah diletakkan supine dan

memanjang di atas kaset, sehingga pergelangan tangan dan

sendi siku termasuk di atas kaset.

17
c) CP : Pada petengahan mid (medial) ossa

antebrachii
d) CR : Tegak lurus vertical
e) FFD : 90-100 cm
f) Ukuran kaset : 18x24 untuk anak-anak dan 24x30 untuk dua

gambaran dengan posisi kaset vertical.

Gambar 2.4: Proyeksi AP Ossa Antebrachii


(Sumber: Merrills Atlas hal 148)
g) Kriteria gambaran: Pada posisi ini kedua sendi antara wrist joint

dan elbow joint harus terlihat dalam gambaran, lalu tulang

radius dan ulna juga 1/3 os carpal

Gambar 2.5: Hasil Radiografi Ossa Antebrachii AP


(Sumber: Merrills Atlas hal 149)
2. Proyeksi Lateral
a) Posisi pasien : pasien duduk menyamping meja

pemeriksaan.
b) Posisi objek : Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90

pada meja pemeriksaan. Lengan bawah diletakkan posisi

lateral di atas kaset dengan tepi ulnaris menempel pada kaset.

18
c) CP : Pada mid (medial) pertengahan ossa

antebrachii.
d) CR : Tegak lurus vertikal.
e) FFD : 90-100 cm
f) Ukuran kaset : 18x24 untuk anak-anak dan 24x30 untuk dua

gambaran dengan posisi kaset vertikal.

Gambar 2.6: Proyeksi Lateral Ossa Antebrachii


(Sumber: Merrills Atlas hal 150)
g) Kriteria gambaran: pada posisi ini, kedua sendi wrist joint dan

elbow joint harus masuk pada gambaran juga carpal.

Gambar 2.7: Hasil Radiografi Ossa Antebrachii Lateral


(Sumber: Merrills Atlas hal 150)

19
20
BAB III

METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan


Tempat : Instalasi Radiologi RSUD Haji Makassar
Hari : Rabu
Tgl/Bln/Thn : 07/12/2016
Waktu : Pagi, 10:00 WITA
B. Kronologis Riwayat Pasien
Pasien datang ke RSUD Haji Makassar pada tanggal 07

Desember 2016 dengan keadaan kesadarannya cukup baik dan

merasakan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan. Dimana pada

pengantar tertulis susp. fraktur radius ulna dan dokter meminta foto

Ossa Antebrachii Dextra.


C. Persiapan Pasien
Pada Pemeriksaan Ossa Antebrachii tidak memerlukan

persiapan khusus kita hanya perlu menjelaskan pada pasien bahwa

pada saat ekspose tidak diperbolehkan untuk bergerak (goyang),

karena akan menyebabkan pengkaburan (unshapness). Dan melepas

semua benda- benda yang dapat menimbulkan artefak pada foto.


D. Prosedur Kerja

1. Pasien menyerahkan pengantar foto dari dokter/poli.

2. Petugas radiologi mengambil formulir pemeriksaan dan mencatat di

buku kerja radiologi : nomor id, nama pasien, umur, jenis

kelamin,alamat, nama dokter pengirim, X-Ray foto yang diminta,

pemakaian film.

3. Petugas radiologi mempersiapkan prasarana untuk melakukan

pemeriksaan foto Ossa Antebrachii.

21
4. Petugas radiologi memberikan arahan dan melakukan foto.

5. Petugas radiologi melakukan proses CR.

6. Petugas radiologi memberikan hasil foto kepada dokter radiologi

untuk di baca.

7. Petugas radiologi memberikan hasil foto dan baca kepada keluarga

pasien.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Data Pasien
a) Nama : Tn. B
b) Umur : 59 Tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Alamat : Jl. Sungai Saddang Baru
e) Tanggal foto : 07 Desember 2016
f) Pemeriksaan : Ossa Antebrachii
g) Klinis : Fraktur
h) Status pasien : BPJS
i) No. RM : 2793
2. Persiapan Alat dan Bahan yang digunakan
a) Pesawat Sinar-X
1) Merk : APELEM
2) Model : SAXO 4
3) Nomor Seri : T 7380
4) kV Max : 110 kV
5) mAs Max : 200 mAs

Gambar 4.1: Pesawat X-Ray Mobile

(Dokumentasi RSUD Haji Makassar, 2016)

b) Kaset
Merk : 3DISC IMAGING
Ukuran : 35 x 43 cm
c) Film

23
Merk : CODONICS
Ukuran : 35 x 43 cm
d) Processing CR
Merk : FireCR flash
3. Teknik Pemeriksaan
a) Pengertian
Pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X pada organ

bagian Ossa Antebrachii / lengan bawah. Sehingga

menghasilkan gambaran Ossa Antebrachii / lengan bawah

pada selembar film rontgen.


b) Tujuan pemeriksaan
1) Untuk mengetahui tata laksana pemeriksaan Ossa

Antebrachii dengan indikasi fraktur.


2) Untuk mengetahui proyeksi yang digunakan dalam

permeriksaan Ossa Antebrachii dengan indikasi fraktur.


3) Untuk mengetahui letak dan posisi fraktur yang terjadi

pada Ossa Antebrachii.


c) Teknik Pemeriksaan
1) Posisi Pasien (PP) :
Pasien duduk menyamping di meja pemeriksaan dengan

posisi Ossa Antebrachii diletakkan ke kaset.


2) Posisi Objek (PO)
a. AP : Ossa Antebrachii diletakkan supine dan

memanjang di atas kaset dengan salah satu sendi

atau kedua-duanya masuk dalam kaset.

24
Gambar 4.2: Proyeksi AP Ossa Antebrachii Dextra

(Sumber: RSUD Haji Makassar, 2016)

b. Oblique : Letakkan Ossa Antebrachii di tengah-

tengah kaset dalam posisi PA, kemudian eksorotasi

membentuk sudut 30 terhadap film. Salah satu atau

kedua sendi masuk dalam kaset.

Gambar 4.3: Proyeksi Oblique Ossa Antebrachii Dextra


(Sumber: RSUD Haji Makassar, 2016)
3) Central Ray (CR)
a. AP : Tegak lurus vertikal.
b. Oblique : Tegak lurus vertikal.
4) Central Point (CP)
a. AP : Pertengahan Ossa Antebrachii.
b. Oblique : Pertengahan Ossa Antebrachii.
5) FFD
a. AP : 100 cm
b. Oblique : 100 cm
6) Kolimasi
a. AP
1. Batas Atas: 1/3 distal Os Humerus
2. Batas Bawah: 1/3 proximal Carpal
b. Oblique
1. Batas Atas: 1/3 distal Os Humerus
2. Batas Bawah: 1/3 proximal Carpal
7) Pengaturan Faktor Eksposi
Proyeksi AP dan Oblique menggunakan faktor eksposi

yang sama.
a. kV : 75
b. mAs : 5

25
Gambar 4.4: Faktor Eksposi Ossa Antbrachii
(Dokumentasi RSUD Haji Makassar, 2016)
8) Prosesing Film yang digunakan
Prosesing film yang digunakan adalah prosesing CR.
4. Analisis Radiografi
1) Hasil Radiografi

Gambar 4.5: Hasil Radiograf Proyeksi AP dan Oblique)


(Sumber: RSUD Haji Makassar, 2016)
2) Kriteria gambar
a. AP
1. Tampak Ossa Antebrachii pada posisi true AP.
2. Tampak fraktur pada Os Ulna.
3. Tampak kedua persendian dalam satu film yaitu, Art.

Radioulnaris dan Art. Cubiti.


b. Oblique
1. Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam

satu film, yaitu Art. Radioulnaris dan Art. Cubiti.


2. Superposisinya Os Radius dan Os Ulna pada bagian

proximal.
3. Tampak fraktur pada Os Ulna.

26
4. Tampak soft tissue di sepanjang poros radial dan

ulnaris.
3) Hasil Interpretasi Dokter
1) Tampak diskontinuitas ulna 1/3 distal diserati displacement

fragmen distal ke lateroventral.


2) Kedudukan olecranon dan caput radii baik.
3) Celah-celah sendi baik.
4) Densitas tulang-tulang baik.
Kesan: Fraktura ulna 1/3 distal disertai displacement

fragmen
distal ke lateroventral.
4) Kelebihan dan Kekurangan Hasil Foto
a. Tampak jelas fraktur pada hasil foto Ossa

Antebrachii, baik dalam proyeksi AP maupun

Oblique.
b. Semua soft tissue di sekeliling Ossa Antebrachii

dengan densitas yang sama.


c. Batas atas foto pada posisi AP dan Oblique

terpotong, yakni 1/3 distal Os Humerus.


d. Kolimasi tidak disesuaikan dengan panjang objek,

sehingga batas bawahnya sampai pada Os

Metacarpi.

B. Pembahasan Laporan Kasus


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et

al, 2000).
Fraktur Antebrachii merupakan suatu perpatahan pada

lengan bawah, yaitu pada tulang Radius dan Ulna dimana

kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas

tiga bagian perpatahan yaitu bagian proximal, medial, serta

distal dari kedua corpus tulang tersebut.

27
Klasifikasi fraktur Antebrachii, yaitu:
1) Fraktur Antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang

Radius dan Ulna.


2) Fraktur Ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada

tulang Ulna.
3) Fraktur Montegia, yaitu fraktur Ulna proximal yang disertai

dengan dislokasi sendi Radioulna proximal.


4) Fraktur Radius, yaitu fraktur hanya pada tulang Radius.
5) Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur Radius distal disertai

dengan dislokasi Radioulna distal.


Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur:
1) Trauma langsung / direct trauma, yaitu apabila terjadi

fraktur di tempat dimana bagain tersebut mendapat

rudapaksa (misalnya benturan, pukulan yang

mengakibatkan patah tulang).


2) Trauma yang tak langsung / indirect trauma, misalnya

penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi

dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan.


3) Trauma ringan dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila

tulang itu sendiri rapuh ada resiko terjadinya penyakit

yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur

patologis.
4) Kekerasan akibat tarikan otot, yaitu dapat berupa

pemuntiran, penekukan, dan penekanan.


Teknik pemeriksaan Ossa Antebrachii yang rutin

digunakan di RSUD Haji Makassar adalah dengan proyeksi AP

dan Lateral. Dikarenakan fraktur pada Os Ulna maka

digunakan proyeksi Oblique, agar Os Ulna tidak superposisi

dengan Os Radius pada proyeksi Lateral.

28
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:


1. Teknik pemeriksaan Osaa Antebrachii adalah pemeriksaan

secara radiologi dengan menggunakan sinar-X untuk

mendiagnosa adanya kelainan Ossa Antebrachii.


Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Haji

Makassar disesuaikan dengan kondisi pasien dengan

menggunakan proyeksi AP dan Oblique yang membantu

seorang dokter radiologi dalam mendiagnosa suatu

penyakit.
2. Pengolahan film sudah menggunakan processing CR.

29
B. Saran
1. Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada

pasien agar penderita paham maksud dan tujuan dari

pemeriksaan yang akan dilakukan.


2. Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar

mengurangi radiasi yang diterima petugas, pasien, dan

masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai