Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL I) dilaksanakan di RSUD

Lasinrang Pinrang pada tanggal 19 November – 29 Desember 2018

selama 6 Minggu adalah bertujuan untuk meningkatkan skill

Mahasiswa dalam hal penatalaksaan Teknik Radiografi secara Mandiri

di Rumah Sakit (Arya, 2018).

Di RSUD Lasinrang Pinrang terdapat beberapa Teknik

pemeriksaan yang dilakukan di unit Radiologi yang berkisar

pemeriksaan non kontras yaitu meliputi pemeriksaan Thorax,

Cranium, Abdomen 3 posisi, Lumbosacral, Pelvis, Clavicula,

Ekstremitas Atas, Dan Eksrtremitas Bawah Sedangkan Pemeriksaan

Menggunakan Bahan kontras meliputi Colon in loop dan BNO IVP

Kasus yang biasa ditemui dalam melakukan Teknik

Radiografi yaitu fraktur, dislokasi (bergesernya tulang dari tempat

yang semestinya), corpus alienum (benda asing), dan kelainan

patologi (kelainan suatu penyakit untuk beberapa organ

berpasangan). Dalam laporan ini, kita akan membahas mengenai

kasus fraktur, khususnya fraktur pada Ossa Cruris.

Ossa Cruris berasal dari bahasa latin cruris atau cruca yang

berarti tungkai bawah yang terdiri dari tulang Tibia dan Fibula(Ahmad

Ramadi,1987).
2

Ossa Tibialis dan Fibularis merupakan tulang pipa yang

terbesar setelah tulang paha yang membentuk persendian lutut

dengan Os Femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang

disebut Os Malleolus Lateralis (mata kaki luar).

Fraktur Cruris adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari

tulang Cruris (Mansjoer, 2000). Fraktur Cruris juga didefinisikan

sebagai hilangnya kontinuitas tulang betis, kondisi fraktur cruris secara

klinis bisa berupa fraktur Cruris terbuka yang disertai adanya

kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh

darah) dan fraktur Cruris tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma

langsung pada paha (Helmi, 2012). Dari beberapa penjelasan tentang

fraktur Cruris di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur cruris

merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan kontinuitas

tulang betis yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun

trauma tidak langsung dengan adanya kerusakan jaringan lunak.

Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat

pemeriksaan Ossa Cruris Sinistra di RSUD Lasinrang Pinrang untuk

mendukung diagnosa suatu penyakit. Dengan alasan diatas maka

penulis tertarik ingin mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan

Judul ‘’Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris Sinistra Pada

Kasus Fraktur 1/3 proksimal Tibia dan Fibula di RSUD.Lasinrang

Pinrang”.
3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris Pada

Kasus Fraktur 1/3 Proximal Tibia dan Fibula Di Instalasi RSUD

Lasinrang Pinrang ?

2. Bagaimana Hasil Radiograf Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur 1/3

Proximal Tibia dan Fibula Di Instalasi RSUD Lasinrang Pinrang?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris

pada Kasus Fraktur 1/3 Proximal Di Instalasi RSUD Lasinrang

Pinrang.

2. Untuk mengetahui Hasil Radiograf Ossa Cruris Pada Kasus

Fraktur 1/3 Proximal DiInstalasiRSUD Lasinrang Pinrang.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Dapat mengetahui tata laksana pemeriksaan Ossa Cruris

Sinistra Pada Fraktur 1/3 Proximal di RSUD Lasinrang Pinrang.

2. Manfaat Ilmiah

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta

memberikan informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan

Ossa Cruris Sinistra Pada Fraktur 1/3 Proximal Tibia dan fibula di

RSUD Lasinrang Pinrang.


4

3. Manfaat Institusi

Dapat Memberikan Masukan Dan Saran yang berguna bagi

institusi dalam hal Pelayanan Kesehatan yang Optimal khususnya

di ruang radiologi

4. Manfaat masyarakat

Dapat membantu untuk memberikan rekomendasi bagi suatu

kebijakan rumah sakit. Dimana hal tersebut dapat meningkatkan

kinerja dari para pelaksana Pkl I Atro Muhammadiyah Makassar.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL

1. Gambaran Umum RSU Lasinrang Pinrang

Rumah sakit umum daerah Lasinrang merupakan

pelayanan kesehatan yang di bangun pada awal tahun 1960 yang

terletakdijalan LasinrangNo.26Pinrang.Perubahan status kelas

C berdasarkan SK Mentri Kesehatan RI NOMOR : 543 / Menkes /

SK / VI /1996 sejalan dengan meningkatnya permintaan

pelayanan kesehatan sedangkan sarana dan prasarana sudah

tidak memungkinkan untuk di kembangkan, maka pada tanggal 1

Agustus 1996 mulai dilaksanakan pembangunan dilokasi baru

dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Pinrang H.A Firdaus

Amirullah.

Rumah sakit umum Lasinrang Pinrang yang baru

menempati luas tanah ± 3 ha. Terletak di jalan macan No.22

kelurahan Macorawali Kecamatan Watang Sawitto, pembangunan

rumah sakit di laksanakan secara bertahap. Pada tahun 2001-

sekarang rumah sakit berkembang sangat pesat berkat dukungan

Pemerintah Daerah dalm hal ini Drs.H.A Nawir MP, selaku Bupati

Pinrang yang mempunyai perhatian besar terhadap pelayanan

kesehatan khususnya di RSU Lasinrang Pinrang. Peresmian

secara simbolis bersama kantor Bupati Pinrang oleh Bapak


6

Gubernur H.Z.B. Palaguna yang operasionalnya dimulai tanggal 1

Agustus 2002.

Rumah sakit Umum Lasinrang Pinrang menempti

bangunan± 7.463.125 𝒎𝟐 dengan fasilitas peralatan yang

memadai.

Rumah sakit Umum Lasinrang Pinrang telah mendapat

pengakuan (Terakreditasi), Unit Gawat Darurat dan Rekam Medis

dengan memperoleh nilai sangat memuaskan. Dalam hal

pelayanan rujukan kesehatan,Rumah Sakit Umum Lasinrang

Pinrang melayani rujukan dari 14 Puskesmas dan 2 rumah sakit

swasta yang ada wilayah Kabupaten Pinrang, serta RSU

Lasinrang juga menerima rujukan dari luar wilayah Kabupaten

Pinrang.

Rumah sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah Unit

pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang yang

secara Teknis Fungsional bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas kesehatan dan Teknik operasional bertanggung jawab

kepada Kepala Daerah yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan upayah pelayanan Kesehatan secara berdaya dan

berhasil guna dengan mengutamakan upayah penyembuhan

,pemulihan yang dilaksanakan secara serasi terpadu dalam

rangka pelaksanaan peningkatan pelayanan Kesehatan serta


7

pencegahan penyakit dan melakukan upayah rujukan di wilayah

Kabupaten Pinrang.

Kepemimpinan Direktur RSUD Lasinrang sejak tahun

1961 dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Periode tahun 1961-1965 : P.S Taruk Allo

2. Periode tahun 1965-1971 : Dr. Sutantyo

3. Periode tahun 1971-1975 : Dr. Habar Garu

4. Periode tahun 1975-1979 : Dr. Nasaruddin Ritonga

5. Periode tahun 1979-1984 : Dr. Mursad Abdi

6. Periode tahun 1984-1989 : Dr.F.C.S.Sopacua

7. Periode tahun 1989-1993 : Dr. DwiDjoko Purnomo, MPS

8. Periode tahun 1993-1999 : Dr. Abdul Rauf Baja

9. Oeriode tahun 1999-2001 : Dr.Dalle Makkaraka

10. Periode tahun 2001-2008 : Dr. H Makbul Tapa, MARS

11. Periode tahun 2008-2016 : Drg.Hj.Sitti Hasnah Syam,MARS

12. Periode tahun 2016-sekarang: DR. H. Makbul Tapa, M.KES

Adapun Visi, Misi, Dan Motto RSUD Lasinrang Pinrang sebagai

berikut :

1. Visi RSUD Lasinrang Pinrang sebagai berikut :

“Terkemuka Dalam Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah

Sakit Umum Daerah di Sulawesi Selatan.”


8

Proses penetapan visi ini dilandasi oleh berbagai alasan

yang sesuai dengan kebutuhan kondisi dari lingkungan eksternal

dan internal,di antaranya mengndung makna,bahwa untuk

menjadikan RSUD Lasinrang Pinrang terkemuka dan pelayanan

yang berkualitas di Sulawesi Selatan.

2. Misi RSUD Lasinrang Pinrang adalah sebagai berikut :

a. Melaksaanakan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelanggan

yang didukung dengan sistem tata kelola dan standar

pelayanan kesehatan.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

c. Melaksanakan proses kegiatan secara efektif dan efisien yang

di dukung oleh sarana dan prasarana memadai.

3. Motto RSUD Lasinrang Pinrang

“Kepuasan Anda Adalah Kebahagiaan Kami”

Jenis Pelayanan

Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit kelas C dan

pusat rujukan penanganan spesialistik dalam wilayah kabupaten

Pinrang dan sekitarnya, maka RSU Lasinrang dengan

kemampuan sarana dan prasarana serta dukungan sumber daya

manusia yang dimiliki meberikan pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan rawat jalan, terdiri dari :

a. Poliklinik Penyakit Dalam


9

b. Poliklinik Penyakit Anak

c. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan

d. Poliklinik Bedah Umum

e. Poliklinik Penyakit Mata

f. Poliklinik Gigi Dan Mulut

g. Poliklinik Umum

h. Poliklinik Gizi

i. Poloklinik Infeksi Paru

j. Poliklinik THT

k. Poliklinik HIV AIDS

2. Pelayanan Intesive Care Unit (ICU)

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang di dukung oleh

Dokter jaga 24 jam.

4. Pelayananan Kamar Jenazah

5. Pelayanan Rawat inap, terdiri dari :

a. Rawat Inap Interna

b. Rawat Inap Badah

c. Rawat Inap Mata

d. Rawat inap Anak

e. Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi

f. Internsive Care Unit

g. VIP dan VIP Room

h. Perinatologi
10

6. Pelayanan Kamar Oprasi

a. Bedah Umum

b. Kebidanan dan Perinatologi

c. Mata

7. Pelayanan penunjang Medis

a. Pelayanan Laboratorium

b. Pelayanan Radiologi

c. Pelayanan Fisioterapi

d. Pelayanan Farmasi

e. Pelayanan Gizi

f. Pelayanan Ambulance / Mobil Jenazah

8. Pelayanan Administrasi dan Keuangan

a. Pendaftaran pasien rawat inap

b. Loket pembayaran

2. Gambaran Umum Unit Radiologi

Unit Radiologi, terletak di dekat pintu masuk rumah sakit,

lebih tepatnya dibelakang kantor rumah sakit serta di depan ruang

operasi, di unit radiologi RSUD Lasinrang Pinrang terdapat

beberapa jenis pesawat radiologi yang di peruntukan untuk

menjunjang pemeriksaan dan penegakan diagnosa, di unit

radiologi terdapat 2 unit pesawat konvensional del medical,

Acoma dan ada pula mobile rongent yang di beli oleh pihak

rumah sakit,di unit radiologi terdapat juga pesawat dental dan


11

terdapat 1 unit alat USG ,untuk ruang prosessing film

menggunakan CR.

Tabel 2.1 Rekapitulasi tindakan pemeriksaan selama PKL I di


RSUD Lasinrang Pinrang periode 19 November – 29 Desember 2018
NO. JENIS PEMERIKSAAN TARGET REALISASI %
1. THORAX 25 20 80
2. ABDOMEN 3 2 66,6
3. CRURIS 3 2 66,6
4. KEPALA 3 3 100
5. ANTEBRACHI 3 2 66,6
6. LUMBO SACRAL 3 4 133,3
7. WRIST JOINT 3 2 66,6
8. MANUS 3 3 100
9. GENU 3 1 33,3
10. PEDIS 3 1 33,3
11. ELBOW 3 1 33,3
12. PELVIS 1 2 200
13. HUMERUS 3 1 33.3
14. INCISIVUS 1 1 100
15. MOLAR 3 1 66,6
TOTAL 61 46 1179,5

Sumber : Data Primer 2018.

Berdasarkan tabel 2.1 di atas maka dapat dilihat bahwa

pemeriksaan Radiologi di RSUD. Lasinrang Pinrang selama PKL 1

pada periode 19 nov – 29 des 2018 terdapat 15 macam tindakan

pemeriksaan Rontgen. Pemeriksaan yang paling sering dilakukan

adalah pemeriksaan Thorax sebanyak 20 kasus atau sebesar 80%

dari target, kemudian di susul dengan pemeriksaan Lumbo Sacral

sebanyak 4 kasus atau sebesar 133,3% melebihi target, dan yang

paling sedikit adalah pemeriksaan genu, pedis, elbow, humerus,

dan molar sebanyak 1 kasus atau sebesar 33,3% dari target.


12

B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi dan Patologi

1. Anatomi Ossa Cruris

a. Os Tibia

Os Tibia merupakan Tulang penopang tubuh yang utama

di tungkai bawah. Pada ujung proximalnya terdapat condilus

medialis dan condilus lateralis. Di permukaan anterior bagian

proximal corpus tibiae terdapat tuberositas tibia tempat

perlekatan ligamentum patellae.

Ujung Proximal lebar,mengadakan persendian dengan

Os Femur membentuk Articulation Genu,membentuk Condylus

Medialis dan Condylus Lateralis Tibia, Facies Proxsimalis

membentuk facies Articularis superior, bentuk besar,oval dan

permukaan licin.

Gambar 2.1 Anatomi Os Tibia


R.Putz & R. Pabst, 2003 Gambar 2. Anatomi Os Tibia
13

Facies Articularis Superior ini di bagi menjadi dua bagian

a) Anterior ke Posterior

Fossa Intercondyloedea Anterior Eminentia

Intercondylodea dan Fossa Intercondyloedea Posterior. Fossa

Intercondyloedea Anterior memiliki bentuk yang lebih besar

dari pada fossa intercondyloede posterior. Tepi eminentia

intercondyloedea membentuk tuberculum intercondylare

mediale dan tuberculum intercondylare laterale.Facies

articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan

facies articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus

lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis.

b) Facies Inferior

Dari permukaan dorsalnya terdapat Facies Articularis,

berbentuk lingkaran, dinamakan Facies,Facies Articularis

Fibularis, mengadakan persendian dengan Capitulum Fibulae.

Di sebelah inferior dari Condylus Tibiae terdapat tonjolan ke

arah anterior, disebut Tuberositas Tibiae. Di bagian distalnya

melekat ligamnetum patellae.

Corpus Tibiae mempunyai tiga buah permukaan

tampak lateral , yaitu : Facies medialis, lateralis, dan posterior

Mempunyai tiga buah tepi tampak depan, yaitu : Margo

Anterior, medialis, dan interoseus.


14

Facies medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung

kulit dan dapat dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis

konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya menjadi

konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi

bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada di

antara margo medialis dan margo interosseus.Pada sepertiga

bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang

oblique dari facies articularis menuju ke margo medialis.

Margo Anterior disebut crista anterior, sangat

menonjol, di bagian proximal mulai dari tepi lateral tuberositas

tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari malleolus

medialis.

Margo Medialis, mulai dari bagian dorsal condylus

medialis sampai ke bagian posterior malleolus lateralis.

Margo Interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas

daripada margo medialis, tempat melekat membrana

interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus lateralis

sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio.

Ujung Distal Tibia membentuk malleolus medialis.

Malleolus medialis mempunyaii facies superior, anterior,

posterior, medial, lateral dan inferior.Pada facies posterior

terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis

posterior dan m.flexor digitorum longus. Pada permukaan


15

lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian

dengan ujung distal fibula.

Facies articularis inferior pada ujung distal tibia

membentuk persendian dengan facies anterior corpus tali.

b. Os Fibula

Os Fibula dikenal juga sebagai tulang betis,

merupakan tulang dengan corpus fibulae yang ramping dan

panjang. Di bagian proximal terdapat caput fibulae, dengan

facies articularis capitis fibulae, dan collum fibulae. Tulang ini

terletak di lateral os tibia dan melekat erat pada tulang tersebut.

Ujung bawahnya membentuk malleolus lateralis yang di kenal

sebagai mata kaki sebelah luar tungkai. Pada tulang ini

terutama melekat otot – otot peronai (kelompok otot penggerak

eversi kaki) di bagian anterior dan otot fleksor kaki bagian

posterior.

Gambar 2.2 Anatomi Os Fibula


R.Putz & R. Pabst, 2003
16

Fibula terdiri dari ujung proximalis, corpus, dan ujung distal.

1) Ujung Proxsimal

Ujung Proximalis disebut capitulum fibulae,

membentuk persendian dengan Ujung Proximal bagian

Posterior Tibia, disebut Articulatio Tibio

fibularis Proximalis, dapat di palpasi di Caudalis Condylus

Lateralis Tibiae, di bagian posteriornya

Capitulum Fibulae terletak setinggi dengan tuberositas

tibiae. Pada bagian medial di ujung capitulum fibulae terdapat

facies articularis, yang membentuk persendian dengan

condylus laterlis tibiae. Permukaan persendiaan ini

menghadap ke arah ventro-cranio-medial. Facies lateralis

capitulum fibulaea kasar, tempat melekat m.biceps femoris

dan ligamentum collaterale. Dari facies latero-posterior

terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex

capitis fibulae (processus styloideus).

2) Corpus Fibula

Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai

tiga margo atau crista, yaitu : Margo Anterior, interoseus, dan

posterior.

Margo anterior lebih menonjol dari pada margo lainnya,

dan dimulai dari apex capitis fibulae, tempat melekat septum

intermusculare. Margo posterior meluas mulai dari apex


17

capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan

posterior malleolus lateralis.Tempat melekat m.peroneus

longus dan m.peroneus brevis

Corpus fibulae mempunyai tiga facies, yaitu :Facies

Lateralis, medialis, dan Posterior.

Facies medialis berada di antara margo anterior dan

margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum

longus, m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius.

Facies posterior berada di antara margo posterior dan

margointerosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor hallucis

longus dan m.tibialis posterior.

3) Ujung Distal

Malleolus Lateralis mempunyai permukaan medialis

yang berbentuk segitiga, halus dan mengadakan persendian

dengan os talus. Malleolus lateralis lebih menonjol daripada

malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1

cm lebih ke distal. Pada facies medialis terdapat facies

articularis malleoli, yang mengadakan persendian dengan os

talus, dan bagian superiornya membentuk articulus dengan

tibia. terdapat sulcus Pada permukaan medialis, disebelah

posterior facies articularis terdapat fossa malleoli lateralis.

Pada facies posterior malleolaris (=sulcus tendinis mm.

Peronaeorum) medialis.
18

2. Fisiologi

Fungsi tulang secara umum adalah

a. Sebagai formasi kerangka, dengan membentuk kerangka tubuh,

menentukan bentuk dan ukuran tubuh.

b. Pergerakan, yaitu untuk berbagai aktifitas selama pergerakan.

c. Perlindungan, yaitu melindungi organ-organ yang lunak dalam

tubuh

d. Hematopoiesis, yaitu pembentukan se-sel darah merah yang

terjadi pada sumsum tulang merah

e. Tempat penyimpanan mineral. Antara lain kalsium dan fosfor.

3. Patologi

a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur adalah

terputusnya continuitas jaringan tulang yang umumnya di

sebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2002).

b. Dislokasi

Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana

terjadi pergeseran dari kedudukan awal. Dislokasi disebabkan

jaringan penggantungnya (ligamentum) sobek. (Anonim, 2011)

c. Fisura

Fisura merupakan Fraktur yang di sebabkan oleh cedera

tunggal hebat atau cedera terus menerus yang cukup lama.

(Anonim, 2011)
19

d. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai hilangnya massa

tulang yang tidak normal dan kerusakan struktur tulang pada

orang dewasa yang lebih tua.

e. Arthritis

Arthritis adalah peradangan sendi, dan dapat mempengaruhi

beberapa sendi. (Anonim, 2017)

f. Oestoma

Oestoma adalah suatu tumor jinak pada tulang. (Anonim,

2004)

g. Corpus Alienum

Corpus Alienum adalah benda asing yang masuk ke dalam

tubuh manusia secara tidak di sengaja


20

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan


Menurut Frank D. Eugene dkk 2011 dalam Buku Merril’s Atlas

Of Radiographic Positioning & Procedures pemeriksaan radiologi

Ossa Cruris terdapat proyeksi Rutin dan tambahan. Untuk proyeksi

Rutin yaitu Antero Poterior (AP) dan Lateral sedangkan proyeksi

tambahan meliputi AP Oblique Medial Rotation dan AP Oblique

Lateral Rotation.

Tujuan pemeriksaan Ossa Cruris :Untuk mengetahui struktur

ossa cruris dengan proyeksi tertentu beserta kelainan yang mungkin

ada pada daerah tersebut.

Prosedur Pemeriksaan :

1. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan

2. Memilih teknik radiografi yang tepat

3. Memberikan instruksi kepada pasien

4. Melepas benda-benda yang dapat mengganggu pemeriksaan

Adapun Teknik Pemeriksaan Umum Ossa Cruris ialah

sebagai berikut :

1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

a. Posisi Pasien : Duduk atau berbaring di meja

pemeriksaan dengan kedua tungkai

lurus

b. Posisi Objek : Ankle dorsiflexi 90 dengan telapak

kaki vertikal terhadap kaset dan diberi

pengganjal. Rotasikan ankle joint


21

kearah medial sehingga kedua

malleolus berjarak sama terhadap

kaset.

c. Central Point (CP) : Pada pertengahan cruris

d. Central Ray (CR) : Vertical tegak lurus kaset

e. FFD : 90-100 cm

f. Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm (AP dan

Lateral).

g. Kriteria gambar :

1) Tampak gambaran cruris dalam profile AP, kedua sendi

tampak (genu dan ankle joint)

2) Ankle joint dan knee joint dalam posisi true AP Proximal

tibia dan fibula dan distal tibia dan fibula sedikit overlap.

Gambar 1.3. Posisi Pasien Proyeksi AP Cruris.


Meril’s, 2012
22

Gambar 1.4. Hasil Radiograf Proyeksi AP


Meril’s 2012

2. Proyeksi Lateral

a) Posisi Pasien : Dari posisi supine atau

duduk,rotasikan kearah satu sisi yang

diperiksa.

b) PosisiObjek : Rotasikan knee joint dan malleolus ke

sisi lateral sehingga kedua malleolus

saling superposisi vertikal. Tibia

parallel terhadap kaset. Tempatkan

pengganjal di bawah knee joint.

Berikan penyangga pada telapak kaki.

c) Central Point (CP) : Pertengahan ossa cruris dengan

batas atas knee joint dan batas bawah

angkle joint.

d) Central Ray (CR) : Tegak lurus bidang film

e) FFD : 90-100 cm
23

f) Kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm (AP dan

lateral ).

g) Kriteria Gambar :

1) Tampak gambaran lateral cruris (tibia,fibula dan kedua

sendi tampak)

2) Fibula distal overlap dengan ½ bagian posterior tibia.

3) Caput fibula sedikit overlap dengan tibia (normal)

4) Shaft tibia dam fibula tampak terpisah kecuali pada kedua

ujung persendian.

Gambar 1.5. Proyeksi Lateral Ossa Cruris


Meril’s 2018

Gambar 1.6. Hasil Radiograf Lateral Ossa Cruris


(Meril’s 2012)
24

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

1. Pengertian Dan Tujuan Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan

yang berkaitan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi

yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang

terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi

pengion. Tujuan proteksi radiasi adalah untuk mencegah

terjadinya efek deterministic. (Anonim, 2012)

Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para

pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang

ditumbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi

lain (Sofhaina,Ainun, 2013).

Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu

tahununtuk pekerja radiasi adalah 5 mSv (5 rem), Untuk

masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Tapi menurut

laporan penelitian UNSCEAR, secara rata – rata setiap orang

menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang

hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk

masyarakat umum.

2. Prinsip Dasar Proteksi Radiasi

a. Pengaturan waktu Seorang pekerja radiasi yang berada di

dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang


25

besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada

di dalam medan radiasi.

b. Radiasi di pancarkan dari sumber radiasi ke segala arah.

Semakin dekat tubuh kita dengan radiasi maka paparan

radiasi yang akan di terima akan semakin besar. Pancaran

radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan

mengenahi materi. Radiasi hamburan ini akan menambah

jumlah dosis radiasi yang di terima. Untuk mencegah paparan

radiasi tersebut kita dapat menjaga pada tingkat yang aman

dari sumber radiasi. (Yudi, 2008)

c. Penggunaan perisai radiasi Untuk penanganan sumber-

sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi, seringkali

pengaturan waktu dan jarak kerja tidak mampu menekan

penerimaan dosis oleh pekerja di bawah nilai batas dosis yang

telah ditetapkan Akhadi, 2000. Sifat dari bahan

perisai radiasi harus mampu menyerap energy radiasi atau me

lemahkan intensitas radiasi. Perisai ini dibuat dari timbal dan

beton. Ada dua jenis perisai radiasi yaitu :

1) Perisai primer, memberi proteksi radiasi terhadap radiasi

primer bekas sinar gun, contoh : tabung, sinar – X dan kaca

timbal.

2) Perisai sekunder, memberi proteksi radiasi sekunder (sinar

bocor dan hambur), contoh : tabir sarat pada tabir


26

fluroskopi, pakaian proteksi, dan perisai yang dapat di

pindah – pindahkan (Magfiraramadani,2013)

3. Asas-Asas Proteksi Radiasi Menurut Akhadi 2000

asas proteksi radiasi ada tiga, yaitu :

a. Asas jastifikasi atau pembenaran

Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasii

hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang

mendalam dan manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan

kerugiannya. (Megawati Aldiano, 2014)

b. Asas Optimisasi

Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low

As Reasonably Achieveble. Asas ini menghendaki agar

paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah

mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan

sosial. (Megawati Aldiano, 2014)

c. Asas pembatasan dosis perorangan

Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima

oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak

boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi

yang berwenang. (Megawati Aldiano, 2014)


27

BAB III

METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan

Tempat pemeriksaan di Instalasi Radiologi RSUD

Lasinrang Pinrang, Hari senin tanggal 03 Desember 2018 pukul

11.30 Wita.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Pada Hari selasa tepat tanggal 03 Desember 2018 pukul

11.30 WITA, ada pasien laki-laki berumur 48 tahun mengalami

kecelakaan lalu lintas (KLL), pada saat mengendarai sepeda motor,

pasien mengalami tabrakan, langsung pasien dibawah ke Rumah

Sakit umum Daerah Lasinrang Pinrang tepatnya di IGD, dan setelah

ditangani dokter terlebih dahulu, ternyata pasien mengalami nyeri

dibagian tungkai bawah, pasien segera di bawa ke Instalasi

Radiologi untuk dilakukan tindakan foto rontgen dengan permintaan

Ossa Cruris Sinistra.

C. Persiapan pasien

1) Pada dasarnya pemeriksaan Ossa Cruris tidak membutuhkan

persiapan khusus, pasien hanya melepaskan benda-benda asing

yang berada di sekitar Ossa Cruris agar tidak menimbulkan

bayangan radio opaque pada radiograf.


28

2) Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus

memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak

terjadi kesalahpahaman dari pasien tersebut.

D. Prosedur Kerja

1. Mencatat data pasien pada buku registrasi pasien.

2. Memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.

3. Pasien di instruksikan untuk melepaskan benda – benda asing

yang mengakibatkan kesalahan diagnosa dokter.

4. Mengambil kaset sesuai dengan ukuran yang akan digunakan

5. Menentukan Central Point (CP)

6. Menentukan Central Ray (CR)

7. Mengatur jarak (FFD)

8. Mengatur kolimasi

9. Mengatur faktor eksposi

10. Arahkan pasien

11. Melakukan pengeksposan.

12. Melakukan processing film di Computer Radiografi

13. Memberikan hasil radiograf ke Dokter spesialis radiologi

14. Kemudian di berikan kepada pasien.


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

1. Data Pasien

a. Nama : TN. Arifin

b. Umur : 48 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

d. Alamat : Lerang – Lerang

e. Tanggal Foto : 03 / 12 / 2018

f. Pemeriksaan : Ossa Cruris

g. Klinis : Susp fraktur Ossa Cruris

2. Persiapan Alat dan Bahan yang di gunakan

a. Pesawat sinar-X : Konvensional, Dell Medical 6L1226

b. Kaset CR : 35 x 43 cm

c. Film : AGFA, ukuran 10 x 12 cm

d. Processing : Computer Radiografi (CR)

e. Marker : Left (L)

f. Kolimator : Di bagi dua


30

Gambar 4.1 Pesawat Konvensional yang digunakan


RSUD Lasinrang Pinrang,2018

Gambar 4.2 Kaset yang digunakan


RSUD Lasinrang Pinrang, 2018
31

Gambar 4.3 kaset yang di gunakan


RSUD Lasinrang Pinranng, 2018

Gambar 4.4Tempat Print Kaset yang digunakan


RSUD Lasinrang Pinrang, 2018
32

Gambar 4.5 Prosesing Kaset yang digunakan


RSUD Lasinrang Pinrang, 2018
2. Teknik Pemeriksaan

a. Pengertian

Teknik pemeriksaan Ossa Cruris adalah suatu tindakan

Radiologi dengan menggunakan sinar-x untuk memperlihatkan

adanya kelainan pada Ossa Cruris dalam rangka membantu

menegakkan diagnosa. Pemeriksaan Ossa Cruris di lakukan

dengan proyeksi AP dan Lateral.

b. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan Radiologi atau Rontgen pada kasus

fraktur yaitu:

a) Untuk mengetahui Anatomi Ossa Cruris yaitu Os Tibia, Os

Fibula, Malleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tuberositas

Tibiae, Femoral Condyles.


33

b) Untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

c. Proyeksi yang di gunakan pada Teknik pemeriksaan ossa cruris

1) Proyeksi Antero Posterior (AP)

a. Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja

pemeriksaan

b. Posisi Objek : Ossa cruris di letakkan di atas

pengganjal berupa dos film, cruris

dalam posisi lateral kaset di

letakkan di bagian lateral, kaset di

letakkan di bagian posterior

cruris, atur tubuh pasien sebaik

mungkin

c. Central ray : Tegak lurus bidang film

d. Central point : Pertengahan cruris

e. FFD : 90 cm

f. Kaset : 35 X 43 cm

g. Kolimasi :

a. Batas Atas : Knee Joint

b. Batas Bawah : Ankle Jointt

h. Faktor Eksposi : kV=48 mAs=3,6

i. Prosesing Film : Computer Radiografi


34

Gambar 4.6
Proyeksi Ossa cruris posisi Antero Posterior

2) Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : Pasien supine atau duduk diatas

meja pemeriksaan.

b. Posisi Obyek : Pasien posisikan supine diatas meja

pemeriksaan lalu perlahan posisikan

tubuh pasien pada posisi lateral atau

sedikit obliq dengan kaki yang tidak

di periksa melangkahi kaki yang di

di periksa, dengan tujuan untuk

mendapatkan ossa cruris yang true

lateral dan kenyamanan pasien.

c. Cental Ray (CR) : Tegak lurus bidang film.

d. Central Point (CP) : Pertengahan Ossa Cruris

e. FFD : 90 cm
35

f. Ukuran Kaset : 35 x 43 cm

g.Kolimasi

a. Batas Atas : Knee Joint

b. Batas Bawah : Ankle Joint

h. Faktor Eksposi : kV= 48, mAs= 3,6

i. Prosessing Film : Computer Radiografi

Gambar 4.7
Proyeksi Ossa cruris posisi Lateral
36

3) Analisis radiograf

a. Hasil Radiografi

Gambar 4.8
Hasil Radiograf Proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral

b.Kriteria Gambar

a). Proyeksi AP

1. Gambaran memperlihatkan satu persendian dalam

satu film .kedua persendian tidak mengalami rotasi.

2. Articulation Tibia dan Fibula tampak overleving

sedang.

3. soft tissue baik

4. Tampak marker L pada sisi bawah film sebagai

penanda objek.
37

b). Proyeksi Lateral

1. Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam

satu film

2. Tampak articulatio Tibia dan Fibula pada posisi

lateral dengan sedikit overleping,Soft tissue baik.

c. Interpretasi Dokter

1. Fraktur pada 1/3 prosimal tibia fibula

2. Meneralisasi tulang baik

3. Jaringan lunak baik

4) Kelebihan dan kekurangan Hasil Foto

a. Kelebihan

a) Tampak jelas seluruh ossa Cruris

b) Tampak kedua sendi Ossa Cruris pada posisi Lateral

c) Dapat di lihat yang mana tampak baik dan yang mana

tampak fraktur maupun lain-lain.

b. Kekurangan

Hasil radiograf kurang simetris


38

B. Pembahasan Laporan Kasus

Prosedur pemeriksaan Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur Sinistra

1/3 Proximal di Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang Pinrang pada

dasarnya sama dengan teknik pemeriksaan yang dijelaskan di teori.

Salah satu proyeksi yang dijelaskan dibuku tersebut adalah proyeksi

AP dan Lateral.

Pada pemeriksaan Ossa Cruris menggunakan proyeksi AP

dengan Central point titik tengah, menggunkan FFD : 90 Cm dan

faktor eksposi : KV : 48 dan mAs : 3,6, menggunakan kaset 35 x 43

cm . Pada proyeksi ini berguna untuk melihat Os tibia dan Os fibula

dalam keadaan true AP dan kedua persendian tidak mengalami rotasi

(knee joint dan ankle joint ). Pada pemeriksaan Ossa Cruris

menggunakan proyeksi Lateral dengan Central Point di titik tengah

Ossa Cruris menggunakan FFD : 90 Cm dan Faktor Eksposi : KV : 48

cm dan mAs :3,6 cm. Menggunakan kaset 35 x 43 CM, Pada proyeksi

ini berguna untuk melihat Ossa Cruris dalam keadaan true lateral.

Hasil radiografi Ossa Cruris pada kasus Fraktur di RSUD

Lasinrang Pinrang. Adapun hasil radiografi yang tampak pada hasil

radiografi Ossa Cruris pada Kasus Fraktur : Proyeksi AP yiatu Ossa

Cruris tampak true AP, Persendian masuk dan tidak mengalami rotasi,

Gambaran Softissue baik


39

Hasil radiografi Proyeksi Lateral meliputi Ossa Cruris True

Lateral dan Memperlihatkan Atr.genu Tampak Articultio Tibia

dan Fibula pada Posisi Lateral sedikit overlaping.


40

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Teknik Pemeriksaan yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD

LASINRANG PINRANG disesuaikan dengan kondisI pasien

sehingga menggunakan proyeksi AP dan Lateral sebagai

penunjang diagnosa suatu penyakit.

2. Hasil Radiograf Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur 1/3 Proximal

pada tibia dan fibula.

B. Saran

Apabila ada permintaan foto rongten Cruris pada kasus

Fraktur dengan proyeksi lateral perbandingan dan pasiennya non

kooperatif sehingga tidak bisa diposisikan true AP, radiografer harus

memodifikasi teknik pemeriksaan. Yaitu dengan cara memposisikan

pasien tidur supine di atas brankar, sinar yang digunakan adalah

horizontal tegak lurus dari sisi medial. Lakukan hal yang sama untuk

pemeriksaan cruris dextra maupun sinistra. Pada waktu pemeriksaan

cruris sebaiknya pasien tetap menggunakan apron mengingat bahaya

radiasi yang dapat diterima oleh pasien. Apron ditarik sedikit ke atas

agar tidak menutup objek dan mengganggu jalannya pemeriksaan.


41

DAFTAR PUSTAKA

Arya. 2018. Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL I) ATRO


Muhammadiyah Makassar Edisi Januari 2018

Anonim. 2014. Profil Rumah Sakit RSUD Lasinrang Pinrang.


Rsudlasinrang.pinrang.go.id(online)/ di akses pada tanggal 06
Desember 2018

Aldiano.Megawati. 2014. Asas-asas Proteksi Radiasi (Online)


http://megawatialdiano.blogspot.com. Di akses pada 09 januari
2019

Anonim. 2011. Fraktur Fisura dan Dislokasi (Online)


https://www.google.com/amp/s/kacanggodhog.wordpress.com.
Di akses pada 09 januari 2019

Anonim. 2011. Fraktur Fisura dan Dislokasi (Online)


https://www.google.com/amp/s/kacanggodhog.wordpress.com.
Di akses pada 09 januari 2019

Anonim. 2004. Osteoma (Online) https://id.m.wikipedia.org/wiki. Diakses


pada 9 Januari 2019

Anonim. 2016. Osteomielitis (Online) https://www.aldokter.com. Diakses


pada 9 Januari 2019

Anonim. 2012. Proteksi Radiasi(Online) https://ilmuradiologi.blogspot.com.


Diakses pada 9 Januari 2019

Anonim. 2017. Penyakit Arthritis (Online) https://hellosehat.com. Diakses


pada 9 Januari 2019

Frank, Long, Smith. 2012. Meril’s Atlas Of Radiographiq Positioning &


Procedures.Twelfth Edition Volume One. Diakses pada 9
Januari 2019

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Pengertian Fraktur. Karyatulisilmiah.com/askep-


fraktur-secara-umum. Diakses pada 9 Januari 2019

Ramadani,magfira, 2013 Prinsip Dasar Proteksi Radiasi. (Online).


http://magfiraramadani02.blogspot.com. Diakses pada 9
Januari 2019
42

Sofhaina,Ainun, 2013. Pengertian Falsafah dan Asas-asas Proteksi


Radiasi (Online). http://ainunsofhaina.blogspot.com. Diakses
pada 9 Januari 2019

Wibowo S. Daniel & Paryana Widjaya. 2007. Anatomi Tubuh Manusia.


Bandung : Graha Ilmu

Yudi. 2008. Apakah ada prinsip dasar yang harus di patuhi dalam
penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan (Online)
http://www.infonuklir.com/modules/news/article
43

Lampiran 1
Foto Copy Surat Pengantar Foto

Surat Pengantar Foto rontgen dengan pemeriksaan cruris AP dan Lateral


RSUD Lasinrang Pinrang, 2018
44

Lampiran 2
Fotocopy Hasil Baca Laporan Kasus

Hasil Baca Foto RSUD Lasinrang Pinrang, 2018


45

LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI RADIOLOGI

DIREKTUR
Dr. Makbul Tapa, M.Kes
Nip. 19590820 198901 1 001

KEPALA INSTALASI RADIOLOGI


Dr. Hj. Sriwahyuni Hatta, Sp.Rad, M.Kes
Nip. 19710606 200212 2 005

KEPALA UNIT RADIOLOGI


Sopyan Rusifa, Amd.Rad
Nip. 19840707 201101 1 005

PPR Perawat radiologi


Marlina Haddang, Amd.Rad Rohani Gani,S.Kep.Ners

PJ. RUANG KAMAR


PJ. RUANG
GELAP
PEMERIKSAAN
Rina,Sappe,
Nurwana Amd.Rad
Amd.Rad
Hj. Sukmawati, Amd.Rad
Sulaiman, Amd.Rad
Hajar, Amd.Rad

PJ. LOGISTIK PJ. ADMINISTRASI

Gusnawati, Amd.Rad Rina, Amd.Rad


Nasmawati Sida, Amd.Rad Dewi Nengsi, Amd.Rad
46

Struktur Organisasi Unit Radiologi RSUD Lasinrang Pinrang

LAMPIRAN 4
DENAH RUANGAN Radiologi
RSUD LASINRANG KAB. PINRANG

12

10 11

13

1 9
6

2 3
4

Keterangan :

1. Ruang Tungggu 10. Ruang USG


2. Ruang Dokter 11. Ruang Pemeriksaan 2
3. Ruang Administrasi 12. WC
4. WC 13. Dapur
5. Kamar Gelap
6. Procesing CR
7. Kamar Karyawan
8. Ruang Operator
9. Ruang Pemeriksaan 1
47

LAMPIRAN 5
ATRO MUHAMMADIYYAH TAHUN 2018

NAMA MAHASISWA/NIM/KLS : Nur Halisa Tul Ma’rifa/17139 /C

JUDUL LAPORAN KASUS : Teknik Pemeriksaan ossa cruris pada

Kasus fraktur 1/3 proximal tibia dan

dan fibula di RSUD Lasinrang Pinrang

LOKASI PKL : RSUD Lasinrang Pinrang

TGL/TEMPAT SEMINAR : 15 Desember 2018

No NAMA PESERTA JABATAN TANDA TANGAN KET

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.
48

9 9

10 10.

11 11.

12 12.

13 13

14 14.

Mengetahui,

Kepala Ruangan Radiologi


49

Lampiran 6
Dokumentasi Kegiatan Mahasiswa PKL I

Kegiatan pada saat di administrasi mencatat waktu kedatangan pasien,


resu, waktu keluarnya hasil foto dan waktu pengambilan hasil di ruang
radiologi RSUD.Lasinrang Pinrang

Kegiatan di ruang pemeriksaan radiologi proyeksi AP pada Cruris di


RSUD.Lasinrang Pinrang
50

Kegiatan di ruang pemeriksaan radiologi proyeksi Lateral pada Cruris


RSUD. Lasinrang Pinrang

Dokumentasi pada saat pengaturan panel control

Kegiatan pada saat pengaturan faktor eksposi di ruang pemeriksaan


radiologi di RSUD.Lasinrang Pinrang
51

kegiatan pengeditan foto di ruang pemeriksaan radiologi pada foto cruris


RSUD. Lasinrang Pinrang

Kegiatan saat mulai processing sampai keluar hasil foto Rontgen di


Instalasi Radiologi RSUD.Lasinrang Pinrang
52

Kegiatan setiap hari jum’at bersih di RSUD Lasinrang Pinrang

Tampak depan RSUD Lasinrang Pinrang


53

Tampak depan Ruang Radiologi RSUD Lasinrang Pinrang

Moment penarikan bersama senior


54

Moment penarikan bersama staff rumah sakit

Moment Penarikan bersama staf Rumah Sakit


RSUD. Lasinrang Pinrang
55

Kegiatan pada saat seminar berlangsung di Ruang Dokter


RSUD. Lasinrang Pinrang

Kegiatan setelah seminar Laporan Kasus


RSUD. Lasinrang Pinrang
56

Kegiatan saat bikin acara bakar – bakar ayam di pondokan

Moment sebelum berangkat liburan bersama senior


57

Liburan bersama senior di Wai Batu

Moment liburan bersama senior


58

Moment saat penarikan di pondokan

Moment terakhir bersama ibu dan bapak


59

Lampiran 7
Biodata Penulis

NAMA LENGKAP : NUR HALISA TUL MA’RIFA


PANGGILAN : LISA
NIM : 17139
KELAS :C
T.T.L : LAPIN, 13 JUNI 1998
ASAL DAERAH : ENREKANG
ASAL SMA : MAN 1 ENREKANG
ALAMAT : TIDUNG MARIOLO
HOBBY : VOLLY

CONTACT PERSON
HP : 085298437280
FB : Nurhalisatul ma’rifa
EMAIL : nurhalisatulmarifa@gmail.com
Pengalaman Organisasi :-
Judul karya laporan kasus dibuat
PKL I : Tehnik Pemeriksaan Ossa Cruris
pada Kasus Fraktur 1/3 Proximal
60
61

Anda mungkin juga menyukai