Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL I) dilaksanakan di RS

Bhayangkara Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 19 November

– 29 Desember 2018 selama 6 Minggu bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan Mahasiswa dalam hal penatalaksaan Teknik Radiografi

secara Mandiri di RS. (Arya,2018).

Di RS Bhayangkara Makassar terdapat beberapa Teknik

pemeriksaan yang dilakukan di unit Radiologi Seperti Pemeriksaan

Non Kontras Yaitu Pemeriksaan Thorax, Cranium, Abdomen,

vertebrae, Pelvis, Ekstermitas Atas Dan Ekstermitas Bawah.

Sedangkan Pemeriksaan Menggunakan Bahan Kontras Meliputi

Colon in Loop dan BNO IVP. Minggu pertama menjalani PKL 1 Di RS

Bhayangkara Makassar Saya Mendapatkan Kasus Yaitu kasus fraktur

pada ossa Cruris.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik pemeriksaan Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur

1/3 Poximal di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?

2. Bagaimana Hasil Radiograf Ossa Cruris Pada Kasus fraktur 1/3

Poximal di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Dasar Teknik Pemeriksaan

Fraktur dan Corpus Alienum Ossa Cruris.


2

b. Untuk memenuhi salah satu tugas praktek Kerja Lapangan I

ATRO Muhammadiyah Makassar yang dilaksanakan di RS

Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus

Fraktur 1/3 Poximal di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

b. Untuk memperdalam pemahaman tentang anatomi Ossa Cruris.

c. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai definisi dan

patologi fraktur.

3. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang

pelaksanaan pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus Fraktur .

2. Manfaat Ilmiah

Dapat menjadi referensi untuk lebih mengetahui

mengenai Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus

Fraktur.

3. Manfaat Institusi

Dapat memberikan referensi yang berguna bagi Institusi

mengenai Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus

Fraktur.

4. Manfaat Masyarakat

Memberikan wawasan serta pengetahuan yang sangat

berguna kepada masyarakat mengenai hal-hal yang


3

berhubungan dengan radiologi seperti pemahaman tentang

proteksi radiasi maupun pemeriksaan radiologi itu sendiri.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Lokasi PKL I

1. Tinjauan Umum Tentang RS Bhayangkara Makassar

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yang berdiri sejak

tahun 1965, yang manfaatnya sangat besar dalam mendukung

tugas operasional kepolisian dan bahkan keluarga besar Polri dan

masyarakat umum yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang

cukup terjangkau baik dari segi pembiayaan maupun kecepatan

pelayanan yang diberikan.

Gambar 2.1 RS Bhayangkara Makassar

a) Visi

Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan

Timur Indonesia dan jajaran Polri, dengan Pelayanan Prima dan

mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam

pembiayaan.

b) Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima

dengan meningkatkan kualitas di segala bidang pelayanan

kesehatan, termasuk kegiatan kedokteran kepolisian


5

(forensik, perawatan tahanan, kesehatan kamtibmas dan

DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan

kemitraan maupun pendidikan dan latihan.

2) Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan anggaran secara transparan

dan akuntabel.

3) Meningkatkan kualitas SDM yg profesional, bermoral dan

memiliki budaya organisasi sebagai pelayan prima.

4) Mengelola seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan

akuntabel guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan

maupun operasional Polri.

c) Tujuan

1) Tersedianya pelayanan kesehatan spesialisasi yang lengkap

dan sesuai dengan standar akreditasi.

2) Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meminimalisir

komplain guna meningkatkan kepercayaan masyarakat

kepada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

3) Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar

akreditasi.

4) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM.

5) kuantitas SDM secara ideal sesuai dengan beban dan

ancaman tugas.

6) Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja SDM.


6

7) Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dibidang

keuangan

8) Terwujudnya pengelolaan seluruh sumber daya lainnya

secara efektif dan efisien (sumber:

rsbhayangkaramakassar.id)

2. Tinjauan Umum Tentang Unit Radiologi RS Bhayangkara Makassar

Pemeriksaan radiologi RS Bhayangkara Makassar

merupakan salah satu pemeriksaan di bidang medis yang memiliki

spesialisasi dalam bidang pencitraan tubuh manusia untuk

mendiagnosa berbagai kelainan dengan menggunakan alat yang

berhubungan dengan radiasi, magnetik, gelombang suara

ultrasonik, dan teknologi lainnya..

Oleh karena itu instalasi radiologi RS Bhayangkara

Makassar memberikan layanan 24 jam untuk menyediakan

layanan foto Rontgen.

Fasilitas pada instalasi radiologi di RS Bhayangkara

Makassar terdiri dari: pesawat conventional 2 unit, pesawat mobile

1 unit, USG 2 unit, CT-scan, dan MRI serta dilengkapi dengan

computer radiography ( CR).

Tabel 1. Rekapitulasi Tindakan Pemeriksaan Radiologi di RS


Bhayangkara Makassar Periode 19 November- 29 Desember
2018
NO. JENIS PEMERIKSAAN TARGET REALISASI %
1 Ossa Manus 3 2 66,6%
2 Wrist Joint 3 1 33,3%
3 Ossa Antebrachi 3 3 100%
4 Elbow joint 3 1 33,3%
7

5 Shoulder Joint 3 3 100%


6 Clavicula 3 1 33,3%
7 Ossa Pedis 3 3 100%
8 Calcaneus 3 1 33,3%
9 Angkle Joint 3 2 66,6%
10 Ossa Cruris 3 3 100%
11 Knee Joint 3 5 166,6%
12 Os Femur 3 4 133,3%
13 Pelvis 3 4 133,3%
14 Thorax 25 53 212%
15 Cervical 2 2 100%
16 Lumbosacral 3 8 266,6%
17 Sacrum + coccygeus 1 1 100%
18 Cranium 3 4 133,3%
19 BNO 3 posisi 3 4 133,3%
20 Vertebrae + Thoracal 2 1 50%
Total 78 106 2,094,8%

(sumber, Data Sekunder: 2018)

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa di RS Bhayangkara

Makassar Pada periode 19 November- 29 Desember 2018 terdapat 20

macam tindakan pemeriksaan yang penulis dapatkan. Dimana

pemeriksaan radiografi terbanyak adalah pada pemeriksaan Thorax

sebanyak 53 kasus, kemudian disusul pemeriksaan lumbosacral yaitu 8

kasus sedangkan pemeriksaan yang paling sedikit adalah

Pemeriksaan Vertebrae + Thoracal, calcaneus, Clavicula, dan Sacrum

+ Coxygeus sebanyak 1 kasus.

B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi, dan Patologi

1. Tinjauan Umum Tentang Anatomi

a. Os Tibia

Tibia merupakan sebuah os lungum,mempunyai ujung

proximal,corpus,dan ujung distal. Berada di sisi medial dan


8

anterior dari cruris.Pada posisi berdiri,Tibia meneruskan gaya

berat badan menuju ke pedis.

Ujung Proxsimal lebar,mengadakan persendian dengan

Os Femur membentuk Articulation Genu,membentuk Condylus

Medialis dan Condylus Lateralis Tibia, Facies Proxsimalis

membentuk facies Articularis superior, bentuk besar,oval dan

permukaan licin.

Gambar 2.2 Anatomi Os Tibia


(https://www.slideshare.net/SabrinaZahraa/osteologi-53235817)

b. Os Fibula

Terletak di bagian lateral cruris, sejajar dengan tibia,

hampir sepanjang denga tibia. Di bagian proximal membentuk

persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus.

Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada

tibia, membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung


9

gaya berat badan, dan karena bagian medial ditutupi oleh otot-

otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang dapat dipalpasi.

Gambar 2.3 Anatomi Os Fibula


(https://www.slideshare.net/SabrinaZahraa/osteologi-53235817)

c. Tinjauan Umum Tentang Fisiologi

Fisiologi adalah ilmu yang memperlajari fungsi dari

tubuh manusia dalam keadaan normal, keterangan fungsi dari

tubuh manusia di jabarkan dalam fungsi setiap organ dari

fungsi masing-masing sistem dalam tubuh manusia dalam

keadaan normal.

a. Patela ( tempurung lutut )

Sebelah atas dan bawah dari kolumna femoralis

terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter

minor. Dibagian ujung berbentuk persendian lutut,terdapat

dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan

kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat


10

lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut ( patela )

yang di sebut fosa kondilus

b. Tibia ( tulang Kering )

Bentuk lebih kecil, pada bagian pangkal melekat

pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian

dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut

os maleolus medialis.

c. Fibula ( tulang betis )

Yang berada di sebelah lateral tungkai bawah. Ujung

atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian

belakang sebelah luar dari tibia tapi tidak ikut dalam formasi

lutut. Ujung bawah memanjang menjadi maleolus lateralis.

Seperti tibia , arteri yang memperdarahi nya adalah arteri

tibialis posterior. Dan otot-otot yang terdapat pada daerah

betis adalah muskulus gastroknemius dan muskulus soleus

pada sisi posterior serta muskulus peroneus dan tibialis

anterior pada sisi anterior. Nervus peroneus dan tibialis juga

mempersarafi daerah sekitar tulang fibula.

d. Tinjauan Umum Tentang Patologi


1. Fraktur
Pada umumnya fraktur di sebabkan oleh trauma atau

aktifitas fisik di mana terdapat tekanan berlebihan,pada

tulang. Berikut ini ada beberapa macam penyebab

terjadinya fraktur,yaitu:

a. Trauma langsung
11

Trauma langsung menyebabkan tekanan

langsung pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan

fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi

biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut

mengalami kerusakan.

b. Trauma Tak Langsung

Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang

lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut

trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan

ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.

Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.

c. Fraktur yang terjadi ketika tekanan yang menimpa

tulang, lebih besar dari pada daya tahan tulang.

d. Keadaan kelaianan patologik yang terjadi seperti kondisi

defisiensi vitamin D, Osteoporosis.

e. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang

melawan tulang.

f. Usia penderita.

g. Kelenturan tulang dan jenis tulang.

Adapun Faktor yang mempengaruhi Fraktur terdiri atas

dua, yaitu

1. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang

mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma.


12

2. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorsi energi trauma,

kelenturan, kekuatan dan densitas tulang.

Adapun Klasifikasi fraktur terdiri atas dua, yaitu :

a. Berdasarkan parahnya integritas kulit, lokasi, bentuk,

padahan dan status kelurusan.

1) Fraktur tertutup, adalah fraktur yang fragmen tulangnya

tidak menembus kulit sehingga tiempat fraktur tidak

tercemar oleh lingkungan

2) Fraktur terbuka, adalah fraktur yang mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan

jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam).

3) Fraktur komplit, adalah fraktur yang luas dan melintang.

Biasanya dengan perpindahan posisi tulang.

4) Fraktur tak komplit, adalah hanya sebagian dari tulang

yang retak.

b. Berdasarkan Tipe Fraktur

1) Greenstick, fraktur yang tidak sempurna dan biasanya

sering terjadi pada anak-anak.

2) Transversal, fraktur luas yang melintang dari tulang.

3) Oblik, fraktur yang memiliki arah miring.

4) Spiral, fraktur luas yang mengelilingi tulang.

5) Comuminuted, fraktur ini terjadi mencakup beberapa

fragmen.
13

6) Depresi, fraktur ini terjadi pada tulang pipih, khususnya

tulang tengkorak dimana kekerasan langsung mendorong

bagian tulang masuk kedalam.

7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi

(terjadi pada tulang belakang).

8) Patologik, terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker)

telah tumbuh kedalam tulang dan menyebabkan tulang

menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah

tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa

cedera sama sekali.

9) Avulsi, disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga

menarik bagian tulang tempat tendon tersebut melekat.

Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga

terjadi pada tungkai dan tumit.

Gambar 2.4: Jenis-jenis Fraktur


(https://www.sridianti.com/pengertian-dan-penanganan-patah-tulang-
fraktur.html)
14

2. Corpus Alienum

Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang

berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal

tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ dapat

terbagi atas benda asing eksogen ( dari luar tubuh) dan benda

asing endogen ( dari dalam tubuh). Benda asing eksogen

terdiri benda padat,cair atau gas. Benda asing eksogen padat

terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal

dari tumbuh tumbuhan),tulang(yang berasal dari kerangka

bintang) dan zat organik seperti paku, jarum, peniti, batu dan

lain-lain)

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan

Pemeriksaan radiologi Ossa Cruris terdapat proyeksi Rutin dan

tambahan. Untuk proyeksi Rutin yaitu Antero Poterior (AP) dan Lateral

sedangkan proyeksi tambahan meliputi AP Oblique Medial Rotation

dan AP Oblique Lateral Rotation.

Tujuan pemeriksaan Ossa Cruris : Untuk mengetahui struktur

ossa cruris dengan proyeksi tertentu beserta kelainan yang mungkin

ada pada daerah tersebut.

Adapun Teknik Pemeriksaan Umum Ossa Cruris ialah sebagai

berikut :
15

1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Posisi Pasien : Duduk atau berbaring di meja

pemeriksaan dengan kedua tungkai

lurus

b) Posisi Objek : Ankle dorsiflexi 90 dengan telapak

kaki vertikal terhadap kaset dan diberi

pengganjal. Rotasikan ankle joint

kearah medial sehingga kedua

malleolus berjarak sama terhadap

kaset.

c) Central Point (CP) : Pada pertengahan cruris

d) Central Ray (CR) : Vertical tegak lurus kaset

e) FFD : 90 cm

f) Ukuran kaset : 35 x 43 cm (AP dan Lateral).

g) Kriteria gambar :

1. Tampak gambaran cruris dalam

profile AP, kedua sendi tampak

(genu dan ankle joint)

2. Ankle joint dan knee joint dalam

posisi true AP

3. Proximal tibia dan fibula dan distal

tibia dan fibula sedikit overlap.


16

Gambar 2. 5 Posisi Pasien Proyeksi AP Cruris


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa_
cruris)

Gambar 2.6. Hasil Radiograf Proyeksi AP


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa_
cruris)

2. Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : Dari posisi supine atau duduk,

rotasikan kearah satu sisi yang

diperiksa.

b. Posisi Objek : Rotasikan knee joint dan malleolus ke

sisi lateral sehingga kedua malleolus

saling superposisi vertikal. Tibia

parallel terhadap kaset. Tempatkan


17

pengganjal di bawah knee joint.

Berikan penyangga pada telapak kaki.

c. Central Point (CP) : Pertengahan ossa cruris dengan

batas atas knee joint dan batas

bawah angkle joint.

d. Central Ray (CR) : Tegak lurus bidang film

e. FFD : 90 cm

f. Kaset : 35 x 43 cm (AP dan lateral ).

g. Kriteria Gambar :

1) Tampak gambaran lateral cruris

(tibia,fibula dan kedua sendi tampak)

2) Fibula distal overlap dengan ½

bagian posterior tibia.

3) Caput fibula sedikit overlap dengan

tibia (normal)

4) Shaft tibia dam fibula tampak terpisah

kecuali pada kedua ujung persendian.

Gambar 2.7. Proyeksi Lateral Ossa Cruris


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa_
cruris)
18

Gambar 2.8. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Ossa Cruris


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_ra
diologi_ossa_cruris)
Adapun Teknik Pemeriksaan Tambahan Ossa Cruris ialah

sebagai berikut

1. Proyeksi Antero Posterior Obliq

a) Medial Rotation

1. Posisi Pasien : Supine di meja pemeriksaan

2. Posisi Objek : Rotasikan tungkai bawah sejauh 45 ̊

ke arah Media, pastikan seluruh

tungkai bawah dan kaki kearah dalam

tidak hanya kaki. Tinggikan pinggang

agar sisi medial kaki dan pergelangan

kaki true obliq 45̊, dan letakkan

sanbag dibawah Trochantor Agar

tidak ada pergerakan

3. Central Ray (CR) : Tegak Lurus terhadap Kaset

4. Central Point (CP) : Pertengahan Ossa Cruris

5. FFD : 90 Cm

6. Ukuran Kaset : 35 x 43 cm
19

7. Kriteria Gambar :

a) Tampak gambaran AP Obliq Medial

b) Tampak Tibia dan Fibula Tidak

Super Posisi

c) Tampak Ankel Joint.

Gambar 2. 9. Proyeksi AP Obliq Medial Rotation Ossa Cruris.


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa
_cruris)

Gambar 2.9 hasil radiograf proyeksi AP Medial Rotation Ossa Cruris.


http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa
_cruris)
20

b) Lateral Rotation

1. Posisi Pasien : Supine di meja pemeriksaan

2. Posisi Obek : Rotasikan tungkai bawah sejauh

45 derajat kearah lateral.

3. Central Ray (CR) : Tegak Lurus terhadap Kaset

4. Central Point (CP) : Pertengahan Ossa Cruris

5. FFD : 90-100 Cm

6. Ukuran Kaset : 35 x 43 cm

7. Kriteria Gambar :

a. Tampak gambaran AP Obliq

Lateral

b. Tampak Tibia dan Fibula

Super Posisi

c. Tampak Ankel Joint.

Gambar 2.11 Proyeksi AP Obliq Lateral Rotation Ossa Cruris


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa_
cruris)
21

Gambar 2.12 Hasil radiograf proyeksi AP Lateral Rotation Ossa Cruris


(http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_ossa_
cruris)

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka

pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-

bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang

bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di

Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan

Pengawas Tenaga Nuklir).

Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh

Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission

on Radiological Protection, ICRP).

Dalam penggunaan radiasi untuk radiografi dalam

radiodiagnostik akan memberikan kontribusi radiasi kepada banyak

pilihak. Radiasi akan diterima oleh operator, pasien dan

lingkungan. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh


22

International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk

dipatuhi, yaitu :

1. Justifikasi

Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus

didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup

paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan

menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau

masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang

timbul terhadap kesehatan.

2. Limitasi

Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat

tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah

ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk

mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan

mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

3. Optimasi

Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya

(as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan

mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan

pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi

harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan

radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.


23

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara

Makassar di kota Makassar provinsi Sulawesi Selatan pada Minggu

dini hari tanggal 25 November 2018 jam 03:04 wita.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Pada Minggu dini hari tepat tanggal 25 November 2018 pukul

03:04, pasien Laki-Laki berumur 40 tahun datang ke Radiologi

menggunakan Brankard ditemani perawat dan dikawal oleh polisi,

pasien merasakan nyeri pada tungkai kaki bawah kanan akibat

tembakan dari pihak polisi.

C. Persiapan Pasien

1. Pemeriksaan Ossa Cruris tidak ada persiapan secara khusus,

cukup dengan membebaskan objek yang akan difoto dari benda-

benda yang mengganggu hasil Radiograf.

2. Petugas mengecek kembali identitas pasien.

D. Prosedur Kerja

1. Mencatat data pasien pada buku registrasi pasien meliputi nama,

umur, jenis kelamin, klinis, nomor foto dan rekam medis

2. Memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan

3. Memposisikan pasien proyeksi AP setelah itu Lateral.

4. Menentukan arah sinar (CR) dimana untuk proyeksi AP dan Lateral

diarahkan vertical tegak lurus bidang kaset.


24

5. Menentukan pusat sinar (CP) untuk AP dan lateral sama

dipertengahan Osssa Cruris

6. Mengatur jarak fokus film (FFD) untuk AP dan Lateral sebesar 90

cm

7. Mengatur luas lapangan penyinaran (Kolimasi) dengan batas atas

Knee Joint dan batas bawah Ankle Joint.

8. Mengatur faktor exposi meliputi kV, mA dan s yang sama untuk

kedua proyeksi

9. Melakukan ekspos tanpa instruksi

10. Pencucian Film secara CR

11. Hasil Radiograf di baca oleh Dokter Radiologi

12. Setelah di ketahui, hasil radiograf sekaligus hasil bacaannya

diberikan kepada pasien


25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

1. Data Pasien

a. Nama : Tn. Ir

b. Umur : 40 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

d. No. RM : 303765

e. No. foto : 509

f. Pemeriksaan : Ossa Cruris

g. Diagnosa : Susp. Fraktur 1/3 Proximal Os Tibia dan os

Fibula (D).

2. Persiapan Alat dan Bahan yang digunakan

a. Pesawat sinar-X Konvensional

1) Tabung

a) Merek : Toshiba

b) Buatan : Jepang

c) Model : DRX-3724HD

d) No seri : 7C495

e) Max Voltage : 150 Kv

2) Kolimator

a) Merek : Toshiba

b) Unit model : BLR-1000A

b. Kaset

1) Merek : Fujifilm
26

2) Ukuran : 35 x 43 cm

3) Jenis : Image plate.

c. Film
1) Merek : Fujifilm
2) Ukuran : 35 x 40 cm
3) Jenis film : Green sensitive
d. Processing CR
1) Image Reader
a) Merek : Fujifilm

b) Model : CR-IR 392

c) No. Seri : 66978074

d) Manufactured : Sebtember 2016

e) Buatan : China

2) Image console

a) Merek : Fujifilm

b) Model : CR-IR 391CL

c) Buatan : Jepang

3) Image Printer

a) Merek : Fujifilm

b) Model : DRYPIX 6000

c) No. Seri : 66832725

d) Manufactured : Agustus 2016


27

(Gambar 4.1 Pesawat Sinar X Konvensional yang digunakan di RS


Bhayangkara Makassar)

(gambar 4.2 Kaset Image Plate yang digunakan di RS Bhayangkara


Makassar)

Gambar 4.3 film yang digunakan di RS Bhayangkara Makassar


(Doc.Instalasi Radiologi RS Bhayangkara MKS, 2018)
28

Gambar 4.4 image reader di RS Bhayangkara Makassar


(Doc.Instalasi Radiologi RS Bhayangkara MKS, 2018)

Gambar 4.5 Image console di RS Bhayangkara Makassar


(Doc.Instalasi Radiologi RS Bhayangkara MKS, 2018)

Gambar 4.6 Image Printer di RS Bhayangkara Makassar


(Doc.Instalasi Radiologi RS Bhayangkara MKS, 2018)
29

3. Teknik Pemeriksaan
a. Pengertian

Teknik pemeriksaan Ossa Cruris adalah suatu tindakan

Radiologi dengan menggunakan sinar-x untuk memperlihatkan

adanya kelainan pada Ossa Cruris. Pemeriksaan Ossa Cruris di

lakukan dengan proyeksi AP dan Lateral.

b. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan Radiologi atau Rontgen pada

kasus fraktur dan corpus alienum yaitu:

(1) Untuk mengetahui Anatomi Ossa Cruris.

(2) Untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

(3) Untuk melihat corpus alienum yang terdapat pada ossa cruris

dan jaringan disekitarnya.

(4) Untuk melihat kerusakan yang terdapat pada os tibia dan os

fibula

c. Indikasi Pemeriksaan.

1. Fraktur

Pada umumnya fraktur di sebabkan oleh trauma atau

aktifitas fisik di mana terdapat tekanan berlebihan,pada

tulang. Berikut ini ada beberapa macam penyebab terjadinya

fraktur,yaitu:

a) Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung

pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada


30

daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

b) Trauma Tak Langsung

Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih

jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma

tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi

dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan

ini jaringan lunak tetap utuh.

1. Fraktur yang terjadi ketika tekanan yang menimpa

tulang, lebih besar dari pada daya tahan tulang.

2. Keadaan kelaianan patologik yang terjadi seperti

kondisi defisiensi vitamin D, Osteoporosis.

2. Corpus Alienum

Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang

berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal

tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ dapat

terbagi atas benda asing eksogen ( dari luar tubuh) dan benda

asing endogen ( dari dalam tubuh).

d. Proyeksi

1) Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Tujuan : untuk memperlihatkan objek

tampak dari depan

b) Posisi pasien : Pasien supine diatas Brancard

c) Posisi objek : Ossa cruris yang akan di foto di


31

atur true AP

d) Central Ray (CR) : Vertical Tegak lurus film

e) Central Point (CP) : Pertengahan ossa cruris

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi :

(1) Batas Atas : Knee joint

(2) Batas Bawah : Angkle joint

h) Factor eksposi :

Kv : 55

mA : 50

s : 0,05

i) Processing film : Computer Radiography (CR)

Gambar 4.7 posisi pasien proyeksi AP


di RS Bhayangkara Makassar

2) Proyeksi Lateral

a) Tujuan : Untuk memperlihatkan objek

Tampak dari sisi samping.

b) Posisi pasien : Pasien supine diatas brandcar


32

c) Posisi Objek : Objek yang akan difoto di atur

true lateral dengan sisi lateral

menempel pada kaset.

d) Central ray (CR) : Vertikal tegak lurus kaset

e) Central Point (CP) : Pertengahan ossa cruris.

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi : (1) Batas Atas : Knee joint

(2) Batas Bawah : Angkle joint

h) Factor eksposi :

kV: 55

mA: 50

s : 0,05

i) Processing film : Computer Radiography (CR)

Gambar 4.8 posisi pasien proyeksi Lateral di RS


Bhayangkara Makassar
33

4. Analisis Radiografi

a. Hasil Radiografi

Gambar 4.9 hasil radiograf ossa cruris di RS


Bhayangkara Makassar
Adapun anatomi ossa cruris terlihat dari gambar di atas

yaitu:

(1) Os Tibia.

(2) Os Fibula.

(3) Tuberositas Tibiae.

(4) Articulatio Tibiofibularis proximal.

(5) Articulatio Tibiofibularis distal.

(6) Fossa Intercondilaris.

(7) Malleolus medialis dan Malleolus Lateralis.

(8) Caput dan collum fibulae.

(9) Corpus Tibiae

(10) Corpus Fibulae

1) Posisi Antero Posterior (AP)


a) Kriteria gambar

1. Tampak kedua persendian dalam satu film.


34

2. Kedua sendi sedikit mengalami rotasi.

3. Os tibia dan os fibula sedikit mengalami overlapping.

b) Kualitas Radiografi

1. Gambaran mempunyai tingkat ketajaman yang cukup

jelas.

2. Gambaran anatomi dari objek yang diperiksa tidak

mengalami pengaburan

c) Kelebihan dan kekurangan hasil radiografi proyeksi AP

1. Kelebihan

a. Tampak seluruh ossa cruris.

b. Mampu memperlihatkan tulang yang mengalami

fraktur dengan jelas.

c. Mampu memperlihatkan corpus alienum di ossa

cruris dengan jelas.

d. Soft tissue terlihat.

2. Kekurangan

Gambaran tidak true AP.

2) Posisi Lateral

a. Kriteria Gambar

1) Tampak kedua persendian dengan jelas dalam satu

film.

2) Os tibia dan os fibula terlihat tumpang tindih.

3) Soft tissue terlihat.


35

b. Kualitas Radiografi

1) Gambaran mempunyai tingkat ketajaman cukup jelas.

2) Terlihat perbedaan antara gambaran tulang dan

gambaran soft tissue.

c. Kelebihan dan Kekurangan Hasil Radiografi Proyeksi

Lateral

1. Kelebihan

a) Mampu memperlihatkan seluruh ossa cruris.

b) Mampu memperlihatkan objek yang mengalami

kerusakan.

c) Mampu memperlihatkan kedua persendian.

2. Kekurangan

a) Soft tissue dari proyeksi ini sedikit terpotong.

b) Gambar kurang simetris.

b. Hasil Interpretasi Dokter

1. Fraktur communited tibia dan fibula 1/3 proximal dengan

multiple corpus alienum metal.

2. Mineralisasi tulang baik.

3. Soft tissue swelling.


36

B. Pembahasan Laporan Kasus.

Teknik pemeriksaan radiografi yang dilakukan di RS

Bhayangkara Makassar pada kasus fraktur 1/3 proximal os tibia

dan fibula dengan multiple corpus alienum menggunakan dua

proyeksi, yakni proyeksi Antero posterior (AP) dan Lateral.

Pasien menggunakan brankard dan pada saat pemeriksaan

menggunakan pesawat konvensional. obyek diposisikan Anterior

Posterior (AP) terlebih dahulu, dilanjutkan dengan Proyeksi Lateral.

Ossa Cruris tepat menempel diatas kaset Kemudian dilanjutkan

dengan pengaturan Central Point, Focus Film Distance (FFD),

Central Ray, dan pengaturan faktor eksposi yaitu kV dan mA dan s.

a. Pada pemeriksaan ossa cruris menggunakan proyeksi AP,

central point yang digunakan berada di pertengahan ossa cruris,

dengan FFD: 90 cm, dan menggunakan kaset ukuran 35 x 40 di

bagi 2 bagian artinya dalam satu kaset sudah mencakup

proyeksi AP dan lateral. Proyeksi ini berguna untuk

memperlihatkan ossa cruris tampak dari sisi depan mulai dari

knee joint sampai angkle joint. Sayangnya dalam proyeksi ini

knee joint sedikit terpotong, selain dari itu, seluruh gambaran

ossa cruris pada proyeksi ini dapat terlihat dengan jelas.

b. Pada pemeriksaan ossa cruris dengan proyeksi Lateral, tungkai

bawah pasien di rotasikan. Sehingga sisi lateralis menempel

pada kaset. Proyeksi ini bertujuan untuk memperlihatkan ossa

cruris tampak dari samping. Akan tetapi gambaran yang


37

dihasilkan pada proyeksi ini tumpang tindih antara os tibia dan

fibula. Diluar dari itu, pada proyeksi ini mampu memperlihatkan

seluruh ossa cruris termaksud kedua sendi, yakni knee joint dan

angkle joint.

Hasil interpretasi dokter menyatakan bahwa:

1. Fraktur communited (fraktur berkeping keping artinya fraktur

yang terjadi lebih dari 2 potong atau hancur) tibia dan fibula

1/3 proximal dengan multiple corpus alienum metal ( multiple

artinya beberapa, corpus alienum artinya benda asing yang

masuk kedalam tubuh, dan metal artinya logam. Jadi multiple

corpus alienum artinya beberapa benda asing dalam tubuh

dengan jenis logam).

2. Mineralisasi tulang baik ( kalsium baik)

3. Soft tissue swelling ( pembengkakan jaringan lunak).


38

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa:

1. Teknik pemeriksaan ossa cruris yang dilakukan di RS

Bhayangkara Makassar menggunakan proyeksi Antero posterior

(AP) dan Lateral.

2. Hasil radiograf menujukkan kasus Fraktur communited 1/3

proximal os tibia dan fibula dengan multiple corpus alienum.

B. Saran

1. Sebelum melakukan kegiatan radiografi sebaiknya petugas

dapat memastikan pesawat dalam keadaan yang baik.

2. Petugas radiologi mengambil keputusan yang tepat untuk

meminimalkan atau meniadakan kesalahan agar tidak

terjadinya pengeksposan ulang.

3. Dalam pemeriksaan Ossa Cruris, petugas harus memilih factor

eksposi yang tepat agar pasien mendapatkan dosis yang kecil

namun hasil yang maksimal


39

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2017. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar (online)


rsbhayangkaramakassar.id. Di akses tanggal 12 desember 2018.

Arya, 2019. Buku Pedoman Laporan Kasus PKL I Mahasiswa Atro


Muhammadiyah T.A 2018/2019. Makassar: Atro muhammadiyah.

Kusuma Agung, Corpus alienum (online)


https://www.scribd.com/document/365150673/Bab-1-Corpus-Alienum
diakses tanggal 8 Januari 2019.

Nanda Hikaru. 2016. Teknik pemeriksaan radiografi ossa cruris pada


kasus fraktur tertutup (online)
http://www.academia.edu/29778730/teknik-pemerikaan-radiografi-
ossa-cruris-pada-kasus-fraktur-tertutup-di-instalasi-radiologi-rsi-pku-
muhammadiyah-palangkaraya. Di akses tanggal 8 desember 2018

Rosmiati Mannan. 2013. Teknik pemeriksaan radiologi ossa cruris (online)


http://www.academia.edu/19684865/teknik_pemeriksaan_radiologi_o
ssa_cruris. Di akses tanggal 9 Desember 2018

Sridati. 2014. Pengertian dan penanganan patah tulang fraktur (online)


http://www.sridanti.com/pengertian-dan-penanganan-patah- tulang-
fraktur.html Di akses tanggal 9 Desember 2018

Zahra, S, 2015. Anatomi ossa cruris (online)


(https://www.slideshare.net/SabrinaZahraa/osteologi-53235817). Di
akses tanggal 8 Januari 2018
40

LAMPIRAN I
FOTO COPY SURAT PENGANTAR FOTO

(Foto copy surat pengantar foto pasien di RS Bhayangkara Makassar)


41

LAMPIRAN 2
FOTO COPY HASIL BACA LAPORAN KASUS

(Foto copy hasil baca laporan kasus di RS Bhayangkara Makassar)


42

LAMPIRAN 3
GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI RADIOLOGI

KEPALA INSTALASI
RADIOLOGI

PETUGAS
PROTEKSI
RADIASI
KEPALA BAGIAN
RADIOLOGI
RADIASI

PELAKSANA RADIASI
ADMINISTRASI PELAKSANA
TEKNIS
RADIOLOGI

PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN


PELAYANAN
USG CT-SCAN RADIOLOGI
Pasien
KONVENSIO
NAL
LOGISTIK
USG THORAX KONTRAS KONTRAS

USG ABDOMEN
INVENTARI
S USG PELVIS

USG UROLOGI

USG KEPALA
BAYI
NON NON
USG MAMAE KONTRAS KONTRAS

USG THYROID

(Gambar struktur organisasi instalasi Radiologi di RS Bhayangkara Makassar)


43

LAMPIRAN 4
DESIGN DENAH RUANGAN RADIOLOGI

CATH LAB

LIFT
R.PANEL

CT-SCAN

RUANG JAGA
LIFT CT SCAN WC
C

X RAY 2
MRI

X RAY 1

WC CR
RUANG JAGA
MRI
ADM RADIOLOGI

RUANG TUNGGU USG WC


PASIEN
CT- USG

(Design Denah Ruangan Instalasi Radiologi di RS Bhayangkara


Makassar)
44

LAMPIRAN 5
DENAH RUANG PROCESSING FILM

TOILET

IMAGE

CONSOLE

MEJA
IMAGE
READER JENDELA PB

IMAGE
PRINTER

(Denah Ruangan CR di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Makassar)


45

LAMPIRAN 6
DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR PKL I
ATRO MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2018
Nama Mahasiswa/ Nim / Kelas : Herlina Pathuddin / 17069 / B
Judul Laporan Kasus : Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris Pada
Kasus Fraktur 1/3 Proximal
Lokasi PKL : RS Bhayangkara Makassar
Tgl/Tempat Seminar : 24 Desember 2018 di RS
Bhayangkara Makassar.

NO NAMA PESERTA JABATAN TANDA KET


TANGAN

Mengetahui,
Kepala Ruangan Radiologi

Yusran Hamid, Amd.Rad.SKM


46

LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI KEGIATAN MAHASISWA PKL I

(Aktifitas Saat Penerimaan Mahasiswa PKL 1 ATRO muhammadiyah


Makassar di Aula RS Bhayangkara Makassar)

(Aktifitas Bersama Senior di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara


Makassar)
47

(Aktifitas saat melakukan persiapan alat dan bahan untuk pemeriksaan


radiografi kontras di RS Bhayangkara Makassar)

(Aktifitas Saat Seminar di RS Bhayangkara Makassar)


48

LAMPIRAN 7
BIODATA PENULIS

1. IDENTITAS DIRI

NAMA LENGKAP : HERLINA PATHUDDIN


3X4
PANGGILAN : LINA
NIM : 17069
KELAS :B
T.T.L : LATALI, 20 APRIL 2000
ASAL DAERAH : KOLAKA UTARA
ASAL SMA : SMA NEGERI 1 BATUPUTIH
ALAMAT : JL TRANS SULAWESI, DESA LATALI NO. 70
HOBBY : DENGAR MUSIK
2. CONTAC PERSON
HP : 0821-8768-5715
FB : HERLINA
EMAIL : herlinapath@gmail.com
3. PENGALAMAN ORGANISASI :
1. PENGURUS HIMPUNAN PEMUDA PELAJAR MAHASISWA
INDONESIA KOLAKA UTARA SEBAGAI KETUA BIDANG MINAT
DAN BAKAT PRIODE 2018-2019
2. JUDUL KARYA LAPORAN KASUS DI BUAT :
PKL 1 : TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA CRURIS PADA KASUS
FRAKTUR 1/3 PROXIMAL

Anda mungkin juga menyukai