Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang

bertujuan untuk menbantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk


menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang di sebut
dengan radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan Sinar-X mengalami
perkembaangan yang sangat pesat sejak pertama kali di temukan pada tanggal, 8
November 1895 oleh Wilhelm Chonrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu
revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat di
gunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak
pernah tercapai. Seiring dengan menigkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan.
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara
radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ
di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara langsung
serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang mungkin
dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin
bertambah pula perkembangan bidang kesehatan termasuk di bidang radiologi,
diantaranya pemeriksaan radiologi konvensional dan canggih. Pemeriksaan
radiologi yang konvensional diantaranya yaitu pemeriksaan tulang kepala,
ekstremitas, pelvis, leher dan lain sebagainya. Sedangkan pemeriksaan canggih
diantaranya yaitu pemeriksaan dengan menggunakan media kontras.
Pemeriksaan Ossa Cruris adalah salah satu pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan pesawat konvensional. Indikasi pada Ossa Cruris yang sering
terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang ( patah
tulang ) yang biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara
mendadak. Proyeksi yang di gunakan dalam pemeriksaan Ossa Cruris di RSUD
1

kabupaten Buleleng adalah Proyeksi AP dan Lateral cross table. Pada laporan
kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan Ossa Cruris dengan
proyeksi Lateral Cross table di Instalasi Radiologi RSUD kabupaten Buleleng
untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur. Dengan alasan di atas
maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul
prosedur pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus suspect fraktur di intalasi radiologi
RSUD kapubaten Buleleng .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1)Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi ossa Cruris pada kasus fraktur
Cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng ?
2)Apa saja kelebihan serta kekurangan teknik pemeriksaan radiografi
Cruris pada kasus suspect fraktur Cruris di Instalasi Radiologi RSUD
kabupaaten

Buleleng?

1.3 TujuanPenulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1). Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Ossa Cruris pada
kasus fraktur Ossa Cruris di Instalasi Radiologi RSUDKabupaten
Buleleng.
2)Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan dari teknik pemeriksaan
radiografi Os Cruris pada kasus fraktur Os Cruris di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Buleleng.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan kasus ini adalah

sebagai

berikut ini :
1) Bagi Institusi Rumah Sakit:
Memberi masukan dan saran-saran yang berguna bagi rumah sakit,
dan

sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki mutu daan

kualitas teknik pemeriksaan cruris pada kasus fraktur Cruris.


2) Bagi Institusi Pendidikan:
Sebagai sumber pustaka bagi Mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi (ATRO) Bali.
3) Bagi Penulis:
Menambah dan memperdalam pengetahuan penulis tentang pemeriksaan
radiografi pemeriksaan radiografi Ossa Cruris pada kasus suspect fraktur
Ossa Cruris.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi mengenai anatomi dan fungsi Ossa Cruris, definisi
fraktur Ossa Cruris, etiologi, klasifikasi fraktur Ossa Cruris, klasifikasi
berdasarkan cara perawatan, klasifikasi berdasarkan tipe, klasifikasi

berdasarkan lokasi, gejala fraktur Ossa Cruris, patofisiologi, serta teknik


pemeriksaanny
Bab III : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang teknik radiografi estremitas bawah pada
kasus fraktur cruris yang meliputi registrasi, paparan kasus, persiapan
pasien, persiapan alat dan bahan, proteksi radiasi, teknik pemeriksaan,
serta kelebihan dan kekurangan teknik radiografi cruris pada kasus fraktur
cruris.
Bab IV: Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ossa Cruris

(Gambar 2.1 Anatomi Os cruris)


Os Cruris biasa disebut tungkai bawah,di dalam tungkai bawah terdapat
dua tulang yaitu Os Tibia dan Fibula, Tibia ini akrab dikenal sebagai tulang
kering. Tibia adalah kata latin yang berarti baik tulang kering dan seruling.
Diperkirakan bahwa tibia mengacu pada baik tulang dan alat musik karena
seruling pernah kuno dari tibia (hewan). Fibula ini berjalan bersama tibia. Kata
Fibula adalah kata latin yang menenjuk jepit atau bros. Fibula itu disamakan
dengan orang dahulu ke gesper memasangnya ke tibia membentuk bros.
2.1.1 Os Tibia

Tibia atau tulan kering merupakan kerangkan yang utama dari tungkai
bawahdan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondilkondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang.
Permukaan superior memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk
femur dalam formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian
kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini disebelah
belakan dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya
sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi malleolus
medial atau malleolus tibiae.
Permukaan lateral dari ujun bawah bersendi dengan fibula pada persendian
tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula,
dan talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah
medial sesuai dengan os radius pada lengan atas. Tetapi Radius posisinya terletak
disebelah lateral karena anggota badan bawah memutar kearah medialis. Atas
alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak disebelah medial berlawanan dengan
ibu jari tangan yang terletak disebelah lateral. (Anatomi fisiologi, untuk siswa
perawat, 1997).
Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan kaki.
Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai
sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakn tempat lekat dari ligamentum
deltoideum.
Permukaan anterior
6

Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki. Permukaan


posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulos tibialis posterior dan pinggir
dari alur merupakan tempat lekat dari retinakulum fleksores.
Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipihkan dari
permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat
dari kapsula sendi pergelangan kaki.
Permukaan lateralis
Mempunyai benkuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama pada
permukaan medialis os talus.
2.1.2 Os Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan
bentuknya lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula
adalah kurus atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya
bervariasih diakibatkan oleh cetakan yang bervariasih dari kekuatan otot-otot yang
melekat pada tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk sendi pergenlangan
kaki, dan tulang ini bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujun bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah
bawah kira-kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior.
Sisi-sisinya mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit
dan permukaan-permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan
anterior memjadi tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan
lateralissubkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur
tadi merupakan tempat lekat dari retinaculum. Permukaan sendi yang berbentuk
segitiga pada permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini
merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fossa malleolaris terletak
disebelah belakang permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis
dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus mempunyai apek yang menjorok

kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura yang merupakan
tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis. (Anatomi fisiologi untuk siswa
perawat,1997).
2.2 Indikasi Pemeriksaan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendapatkan gambaran anatomi untuk
mendukung diagnose kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan Os Cruris
ditunjukan untuk indikasi patologis sebagai berikut:
2.2.1. Trauma (kecelakaan)
Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan
cedera, yang termasuk trauma adalah:
Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur:
1. Komplete fraktur (fraktur complet), patah pada seluruh garis tengah
tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan
posisi tulang.
2. Closed fracture (fraktur tertutup), tidak menyebankan robeknya kulit,
integritas kulit masih utuh.
3. Open fraktur (fraktur terbuka), merupakan fraktur dengan luka pada
kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai
menembus kulit) atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi:
a). Grade I: luka bersih dengan panjang kuran dari 1 cm
b). Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.

c). Grade III: sangat kontaminasi, dan mengalami kerusakan


jaringan lunak ekstensif.
4. Greenstick, fraktur dimana sala satu sisi tulang patah sedang sisi lainya
menbengkok.
5. Fraktur Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Fraktur Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Fraktur Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
8. Fraktur Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen.
9. Fraktur Depresi, fratur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
10. Fraktur Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakan).
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada
perlekatannya.
13. Epifisial, fraktur melalui epifisis, Impaksi, fraktur dimana fragmen
tulang terdorong kefragmen tulang lainnya.
Fisura
Fisura adalan retak tulang.
Dislokasi
Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok send
Ruptur

Ruptur adalah sobeknya atau jaringan ikat.

2.3. Patologis
Artheritis
Artheritis adalah suatu radang pada persedian.
Osteoma
Osteoma adalah suatu kanker pada tulang.
Benda asing (corpus alineum)
Benda asing yaitu: benda yang tidak seharusnya ada dalam system fiologi,
masuknya tidak di sengaja atau menyalahi prinsip fisiologi, dan mengganggu
sirkulasi tubuh atau system fisiologi tubuh. Benda asing pada ganbaran radiograf
bisa berwarna losen atau opaque. Berwarna lusen bila berasal dari benda non
logan, nomor atomnya rendag seperti kayu, duri, plastic, dll berwarna opaque
bila berasal dari logam, nomor atonya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti:
paku, jarum, peluru, dll
2.4 Etiologi
kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinyan
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melingtan atau miring.
kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
kekerasan akibat tarikan otot

10

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran , penekukan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

2.5 Klasifikasi Fraktur


Klasifikasi fraktur ada dua yaitu:
Fraktur terbuka:
Terputusnya hubungan tulang dan menembus jaringan otot dan kulit
sehingga dapat terlihat dari luar.
.Fraktur tertutup:
Terputusnya hubungan tulang tetapi fraktur ini tidak menembus jaringan
kulit, sehingga tidak terlihat dari luar. Houglund dan states mengklasifikasikan
fraktur berdasarkan beratnya energi yang menyebabkan terjadinya fraktur, yang
dapat menentukan prognosis:
Fraktur berkekuatan tinggi; misalnya dari kecelakaan mobil dan
tabrakan, fraktur dari group ini sembuh kira-kira 6 bulan.
Fraktur berkekuatan rendah ; misal dari kecelakaan bermain ski,
fraktur dari group ini sembuh kira- kira 4 bulan.
2.6 Prosedur Pemeriksaan Ossa Cruris
Pemeriksaan Ossa Cruris adalah pemeriksaan secara radiologi dengan
menggunakan sinar-x untuk mendiagnosa adanya kelainan pada Ossa Cruris.
Dalam pemeriksaan untuk mendiagnosa suatu trauma atau fraktur yang
terjadi teknik radiografi Cruris yang secara umum digunakan adalah :
1. Ap (antero posterior)
2. Lateral
2.6.1

Persiapan Pasien :

11

Pemeriksaan Os Cruris tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan


memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan di lakukan,
sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang
menggangu radiograf. Seperti gelang kaki.
2.6.2

Persiapan alat dan bahan :


Pesawat sinar-X.

Alat processing
Film dan kaset sesuai ukuran biasanya memakai 30 x 40 cm.
Alat fiksasi (Soft bag, sand bag).
Load pembagi
Apron
Marke R/L.
2.6.3

Proteksi Radiasi :

Adapun prinsip proteksi radiasi, yaitu :


1. Shielding
Penggunaan perisai / pelindung berupa apron berlapis Pb, glove pb, kaca
mata Pb, dan sebagainya yang merupakan sarana proteksi radiasi individu.
Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan
melapisi ruang radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang
terjadi saat proses radiografi.
2. Jarak
Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi kesegala arah. Semakin dekat
tubuh kita dengan sumber radiasi maka paparan radiasi yang kita terima
akan semakin besar. Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran
hamburan saat mengenahi materi. Radiasi hamburan ini akan menambah
jumlah dosis radiasi yang diterima. Untuk mencegah paparan radiasi

12

tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber
radiasi.
3. Waktu
Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada didekat
sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya
paparan radiasi yang besar. Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu
paparan 0,0detik lebih baik dari pada 1 detik. Nilai kVp yang digunakan
cukup tinggi sehingga daya tembus dalam radiografi cukuf baik. Dengan
demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah.
2.7 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris
2.7.1

Indikasi & patologis:


Fraktur, dan dislokasi pada tibia dan fibula.
Pathologis seperti osteoma dan arthiritis.
Corpus alienum

2.7.2

Persiapan alat dan bahan :

Kaset dan Film 30 x 40 cm


Nongrid
Marker R/L sesuai dengan objek yang diperiksa
Gonad Shield.
Apron
Load pembagi

2.7.3Proyeksi AP (antero posterior)

13

Posisi pasien (PP):


Posisi pasien duduk atau tidur di atas meja pemeriksaan, dengan
kaki lurusdi atas meja pemeriksaan
Posisi obyek (PO):
Kedua tungkai diatur lurus dan kaki yang diperiksa diatur true AP;
Letakkan cruris di atas kaset;
Pastikan kedua sendi masuk area kaset (knee dan ankle joint) dan
posisikan cruris pasien pada pertengahan kaset.

(Gambar 2.2 Posisi AP antero posterior)


CR (central Ray): vertical tegak lurus pada kaset / IR.
FFD (focus film distance): 100 cm.
CP (central Point): pertengahan Ossa Cruris.
Kriteria gambar:
Anatomi yang tampak pada hasil radiograf yaitu: Tampak
Os Tibia, Os Fibula, Os Femur, caput fibula, patella, condilus
medialis, condilus lateralis, sendi tibiofibular proximal, talus.

14

(Gambar 2.3 Hasil radiograf antebrachii proyeksi AP (antero posterior)


Kriteria evaluasi:

Tampak Os Cruris dalam posisi AP


Persendian dari proksimal tibia dan fibula sedikit overlap
Ankle dan knee joint dalam posisi true AP
Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film

(batas atas knee joint dan batas bawah ankle joint)


Artikulo tibia dan fibula tampak overlapping
Detail dan soft tissue baik (gambaran organ baik)
Tampak marker R / L pada sisi bawah film sebagai penenda
objek sebelah kiri atau kanan.
2.7.3

Proyeksi Lateral

Posisi Pasien (PP):


pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien duduk di atas
meja pemeriksaan.
Posisi Obyek (PO):
Perlahan-lahan tubuh pasien diposisikan lateral atau sedikit oblique
sampai cruris true lateral.
True lateral terlihat dari patella yang tegak lurus bidang kaset

15

Untuk kenyaman pasien, kaki yang sehat dapat ditekuk dan


melangkahi kaki yang diperiksa
Lakukan immobilisasi dengan meletakkan bantalan pasir.
Note: proyeksi lateral decubitus diperlukan saat pasien mengalami trauma
yang berat sehingga kakinya tidak dapat diputar untuk mendapatan
gambaran lateralnya.
Untuk proyeksi lateral decubitus, aturlah agar cruris sedikit keatas,
letakkan kaset kaset di sisi medial kaki. Sinar horizontal ke film.

( Gambar 2.4 Posisi Lateral)


CR (Central Ray): vertical tegak lurus terhadap kaset /IR
FFD (focus film dintace): 100 cm.
CP (Central Point): pertengahan pada Os Cruris.

Kriteria gambar:

16

Anatomi yang tampak pada hasil radiograf yaitu: proyeksi lateral


menunjukkan tulang dari femur, patella, tendon patella, tuberositas tibiae,
sendi tibiofibular proximal, os tibia, os fibula, talus.

(Gambar 2.5 Hasil radiograf cruris proyeksi Lateral)


Kriteria evaluasi:
Os tibia dan fibula banyak yang mengalami superposisi
Gambar memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas atas
knee joint dan batas bawah ankle joint).
Tampak artukulo tibia dan fibula pada posisi lateral dan sedikit
overlapping.
Detais dan soft tissue baik (gambaran organ baik).
Tampak marker R / L pada sisi bawah film sebagai penanda objek sebelah
kiri atau kanan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 prosedur pemeriksaan Radiologi di RSUD Kabupaten Buleleng

17

Tahapan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan di

Instalasi

Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut :


3.1.1 Registrasi
Adapun cara registrasi pasien ketika akan dilakukan pemeriksaan
rontgen di Instalasi Radiologi RSUDKabupaten Buleleng adalah :
1. pasien datang ke Instalasi radiologi membawa blanko permintaan
2.
3.
4.
5.

rontgen
catat informasi data pasien pada buku registrasi
tulis data identitas pasien pada amplop film
identitas tersebut di masuk biling komputer
pasien dipersilakan masuk ruang radiologi untuk melekukan

pemeriksaan
6. setelah pasien diperiksa, pasien dipersilakan menunggu hasil bacaan
pemeriksaan yang akan dibaca oleh dokter spesialis, kurang lebih tiga
jam.
3.2 Paparan Kasus
3.2.1

Identitas Pasien

Seorang pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUDKabupaten


Buleleng dengan data sebagai berikut :
Nama

: Mister X

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 48 tahun

Poliklinik/Ruangan

: IRD

Klinis

: Suspect fraktur pada Ossa Cruris

Permintaan Rontgen : Foto Cruris (D) Ap/Lateral


3.2.2

Riwayat Penyakit
Pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUDKabupaten Buleleng

tanggal 11Maret 2016 setelah mengalami rasa sakit pada Cruris. Pasien datang

18

bersama keluarga, setelah mengalami rasa sakit yang hebat pada Cruris akibat
kecelakaan.
3.3 Prosedur Pemeriksaan di RSUD Kabupaten Buleleng
3.2.1 Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan, adapun persiapan pasien yang
harus dilakukan, seperti :
1. Komunikasi dengan pasien.
2. Menghindarkan benda-benda yang dapat mengganggu gambar
radiograf
3.2.2

Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan


Cruris pada kasus fraktur adalah :

1. Pesawat sinar-X.

(Gambar 3.1 Pesawat Konvensional RSUD Kabupaten Buleleng)

19

2. Film dan kaset ukuran 24 x 30cm, 3040cm dan 3535cm

(Gambar 3.2 Kaset RSUD Kabupaten Buleleng)


3. Meja pemeriksaan

(Gambar 3.3 meja pemeriksaan kabupaten Buleleng)


4. Film

( Gambar 3.4 Film RSUD Kabupaten Buleleng)


5. Marker.

(Gambar 3.5 Marker RSUD Kabupaten Buleleng)


6. Plester.

20

( Gambar 3.6 Plester RSUD Kabupaten Buleleng)


7. load pembagi.

(Gambar 3.7 Load pembagi RSUD Kabupaten Buleleng)


8. Apron.

(Gambar 3.8 Apron RSUD Kabupaten Gianyar)


9. Control Table

(Gambar 3.9 Control Table RSUD Kabupaten Buleleng)


10. Automatic Processing

21

(Gambar3.10. Automatic Processing RSUD Kabupaten Buleleng)

3.3.3

Proteksi Radiasi
Adapun proteksi radiasi yang harus dilakukan saat
pemeriksaan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Proteksi radiasi bagi pasien :
a. Lapangan penyinaran dibuat sesuai dengan ukuran objek.
b. Menggunakan kompresi untuk mengurangi ketebalan objek.
c. Melakukan pemeriksaan dengan cepat, tepat dan cermat serta
menghindari terjadinya pengulangan foto yang tidak diperlukan.

2. Proteksi radiasi bagi petugas :


a. Petugas berdiri dibelakang penahan radisi selama penyinaran
berlangsung.
b. Jika melakukan penyinaran dengan menggunakan teknik khusus
maka seorang petugas memakai perlengkapan khusus, misalnya
apron.

22

c. Tidak mengarahkan berkas Sinar-X ke meja control atau kamar


gelap.
d. Memakai alat pemantau radiasi perorangan, misalnya film
badge.
3. Proteksi radiasi bagi masyarakat umum :
a. Selama pemeriksaan berlangsung, pintu kamar pemeriksaan
ditutup.
b. Selama pemeriksaan berlangsung tidak diperbolehkan ada orang
lain atau pasien lain berada dalam kamar pemeriksaan.
c. Apabila diperlukan seseorang untuk membantu pasien, maka
harus memakai apron.
3.3.4 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris
Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan antebrachii dalam kasus
fraktur antebrachii yaitu :
1. Proyeksi AP (antero posterior)
a. Posisi Pasien :Posisi pasien duduk atau tidur di atas meja
pemeriksaan, dengan kaki sepenuhnya lurus dan full extensi.
b. Posisi Obyek :Kedua tungkai diatur lurus dan kaki yang
diperiksa diatur true AP;
Letakkan kruris di atas kaset;

23

Pastikan dua sendi masuk area kaset (knee dan ankle joint)
dan

posisikan

cruris

pasien

supaya

pertengahan

kaset

.
(Gambar 3.11 Posisi Ap (antero posterior)
c. Central Ray : Arah sinar yang digunakan pada proyeksi ini
adalah tegak lurus dengan kaset.
d. FFD : 100 cm.
e. Center Point : Center point pada proyeksi ini adalah pertengahan
Os Cruris.
f. Marker: R
g. Faktor Eksposi : kV = 54
mAs =3,20

24

h. Kriteria Gambar : Tampak gambaran Cruris dengan proyeksi AP


(antero posterior). Tampak Os Tibia, Os Fibula, Os Femur, caput fibula,
patella, condilus medialis, condilus lateralis, sendi tibiofibular proximal,
talus. .

( Gambar 16. Hasil radiograf Cruris proyeksi Ap)


Kriteria evaluasi:
Foto cruris dekstra AP (Antero Posterior)
Tampak discontinuitas pada distal tibia disertai soft tissue
swelling,
Tulang lainya intak
Celah sendi tidak menyempit
Bone mineralisasi tulang baik
Kesan: Spiral fraktur pada distal tibia disertai soft tissue swelling.
2. Proyeksi Lateral Cross Table
a. Posisi Pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien
duduk di atas meja pemeriksaan.

25

b. Posisi Objek :Oss Cruris letakkan true AP di atas meja pemeriksaan


dan kaset di taru dari samping dan arah sinar horizontal.

.
(Gambar 3.13 Posisi Lateral)
c. Central Ray : Horizontal
d. FFD : 100 cm.
e. Center Point : pertengahan pada Os Cruris.
f. Marker: R
g. Faktor Eksposi : kV = 54.
mAs = 3,20
h. Kriteria Gambar : Tampak gambaran dengan proyeksi lateral
menunjukan tulang dari, patella, tendon patella, tuberositas tibiae, sendi
tibiofibular proximal, os tibia, os fibula, talus.

(Gambar 3.14 Hasil Radiograf Cruris Proyeksi Lateral)

26

Kriteria evaluasi:

Foto cruris dekstra lateral


Tampak discontinuitas pada distal tibia disertai soft tissue swelling,
Tulang lainya intak
Celah sendi tidak menyempit
Bone mineralisasi tulang baik

Kesan: Spiral fraktur pada distal tibia disertai soft tissue swelling.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan pada Teknik Radiografi pada Kasus


Fraktur Cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng.
Adapuns kelebihan dan kekurangan dari penggunaan teknik radiografi
cruris di Instalasi RSUD Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut :
3.4.1

Kelebihan

A. Ditinjau dari Segi Informasi yang Diperoleh


1) Proyeksi AP (cruris)
a. Tampak seluruh gambaran cruris AP.
b. Keseluruhan bagian cruris terproyeksi tidak terpotong, sehingga apabila
terdapat post trauma dapat ditampakkan dengan baik.
c. Tampak gambaran cruris pada posisi true AP, condilus medialis dan
lateralis superposisi dengan objek dibelakangnya, tampak os tibia,os fibula, talus
dan patella
d. Proyeksi AP ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma,
atau kelainan pertumbuhan.
2) Proyeksi Lateral
a. Tampak seluruh gambaran cruris dalam posisi lateral cross table

27

b. Tampak keseluruhan anatomi cruris dalam posisi lateral cross table


c. Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas, proyeksi
lateral cross table menunjukkan tulang dari cruris, knee joint, Os tibia, Os
fibula, talus, patella, caput fibula terlihat jaringan lunak mencakup
ditampakkan dengan jelas.

3.4.2 Kekurangan
A. Ditinjau dari Paparan Radiasi
Ditinjau dari paparan radiasi kekurangannya dari penggunaan proyeksi AP
(cruris) dan proyeksi lateral cross table (cruris) pada pemeriksaan radiografi cruris
dengan kasus post trauma/fraktur cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Buleleng adalah dosis radiasi yang diterima pasien lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena lapangan penyinaran pada pemeriksaan cruris memiliki luas
lapangan penyinaran yang lebih besar.
B. Ditinjau dari Informasi yang Diperoleh
Ditinjau dari informasi yang diperoleh kekurangannya adalah pada
proyeksi AP (cruris) dan proyeksi lateral cross table (cruris) keseluruhan cruris
tercakup dalam film, sehingga objek yang diperlukan kurang difokuskan. Apabila
menggunakan teknik pemeriksaan cruris, informasi yang didapat akan lebih baik
dan dapat menampakkan post trauma/fraktur cruris dengan jelas.
C. Ditinjau dari Keefektifan/Ketepatan Pemeriksaan
Ditinjau

dari

keefektifan/ketepatan

pemeriksaan,

kekurangan

dari

penggunaan proyeksi AP (cruris) dan proyeksi lateral (cruris) pada kasus post
trauma/fraktur cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng ini tepat
digunakan.

28

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Teknik pemeriksaan Os Cruris adalah pemeriksaan secara radiologi
dengan menggunakan Sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan Os Cruris.
2.Teknik radiografi yang digunakan dalam kasus post trauma/fraktur
Cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng adalah dengan
menggunakan pemeriksaan Cruris proyeksi AP dan Lateral Cross Table
3.Teknik pemeriksaan Cruris dengan proyeksi AP dan lateral Cross Table
ini memiliki kelebihan dari segi informasi yang dapat menampakkan Cruris secara
keseluruhan, dan dapat menampakkan keseluruhan Cruris apabila terdapat fraktur
pada bagian objek yang lain. Namun, kekurangannya adalah paparan radiasi yang
akan diterima pasien lebih banyak, informasi yang dibutuhkan kurang jelas dan
kurang difokuskan, serta kurang informatif untuk dapat menegakkan diagnosa.
4.2 Saran
Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar
penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi
yang diterima pasien, petugas dan masyarakat umum.
Adapun saran yang penulis berikan dalam laporan kasus ini adalah dalam
melakukan pemeriksaan fraktur cruris, sebaiknya digunakan pemeriksaan khusus
yang menampakkan Cruris dengan jelas. Pemeriksaan khusus cruris ini, akan
lebih baik dalam memperlihatkan fraktur cruris sehingga lebih mampu
menegakkan diagnosa secara akurat.
29

DAFTAR LAMPIRAN

30

DAFTAR PUSTAKA

Sobotta.2000,Atlas

Anatomi

Manusia,Jakarta:

Penerbit

Buku

Kedokteran. EGC.Stewart,et al.2005.12th Edition Clarks Positioning

In Radiography.
Balliger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrills Atlas of
Radiographic Positions and Radiologic Prosedures, Tenth Edition,

Volume Three. Saint Louis: Mosby.


Kumpulan materi perkuliahan ATRO Bali

31

Anda mungkin juga menyukai