PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang
kabupaten Buleleng adalah Proyeksi AP dan Lateral cross table. Pada laporan
kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan Ossa Cruris dengan
proyeksi Lateral Cross table di Instalasi Radiologi RSUD kabupaten Buleleng
untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur. Dengan alasan di atas
maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul
prosedur pemeriksaan Ossa Cruris pada kasus suspect fraktur di intalasi radiologi
RSUD kapubaten Buleleng .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1)Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi ossa Cruris pada kasus fraktur
Cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng ?
2)Apa saja kelebihan serta kekurangan teknik pemeriksaan radiografi
Cruris pada kasus suspect fraktur Cruris di Instalasi Radiologi RSUD
kabupaaten
Buleleng?
1.3 TujuanPenulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1). Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Ossa Cruris pada
kasus fraktur Ossa Cruris di Instalasi Radiologi RSUDKabupaten
Buleleng.
2)Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan dari teknik pemeriksaan
radiografi Os Cruris pada kasus fraktur Os Cruris di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Buleleng.
sebagai
berikut ini :
1) Bagi Institusi Rumah Sakit:
Memberi masukan dan saran-saran yang berguna bagi rumah sakit,
dan
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tibia atau tulan kering merupakan kerangkan yang utama dari tungkai
bawahdan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondilkondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang.
Permukaan superior memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk
femur dalam formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian
kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini disebelah
belakan dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya
sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi malleolus
medial atau malleolus tibiae.
Permukaan lateral dari ujun bawah bersendi dengan fibula pada persendian
tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula,
dan talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah
medial sesuai dengan os radius pada lengan atas. Tetapi Radius posisinya terletak
disebelah lateral karena anggota badan bawah memutar kearah medialis. Atas
alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak disebelah medial berlawanan dengan
ibu jari tangan yang terletak disebelah lateral. (Anatomi fisiologi, untuk siswa
perawat, 1997).
Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan kaki.
Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai
sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakn tempat lekat dari ligamentum
deltoideum.
Permukaan anterior
6
kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura yang merupakan
tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis. (Anatomi fisiologi untuk siswa
perawat,1997).
2.2 Indikasi Pemeriksaan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendapatkan gambaran anatomi untuk
mendukung diagnose kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan Os Cruris
ditunjukan untuk indikasi patologis sebagai berikut:
2.2.1. Trauma (kecelakaan)
Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan
cedera, yang termasuk trauma adalah:
Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur:
1. Komplete fraktur (fraktur complet), patah pada seluruh garis tengah
tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan
posisi tulang.
2. Closed fracture (fraktur tertutup), tidak menyebankan robeknya kulit,
integritas kulit masih utuh.
3. Open fraktur (fraktur terbuka), merupakan fraktur dengan luka pada
kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai
menembus kulit) atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi:
a). Grade I: luka bersih dengan panjang kuran dari 1 cm
b). Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
2.3. Patologis
Artheritis
Artheritis adalah suatu radang pada persedian.
Osteoma
Osteoma adalah suatu kanker pada tulang.
Benda asing (corpus alineum)
Benda asing yaitu: benda yang tidak seharusnya ada dalam system fiologi,
masuknya tidak di sengaja atau menyalahi prinsip fisiologi, dan mengganggu
sirkulasi tubuh atau system fisiologi tubuh. Benda asing pada ganbaran radiograf
bisa berwarna losen atau opaque. Berwarna lusen bila berasal dari benda non
logan, nomor atomnya rendag seperti kayu, duri, plastic, dll berwarna opaque
bila berasal dari logam, nomor atonya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti:
paku, jarum, peluru, dll
2.4 Etiologi
kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinyan
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melingtan atau miring.
kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
kekerasan akibat tarikan otot
10
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran , penekukan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Persiapan Pasien :
11
Alat processing
Film dan kaset sesuai ukuran biasanya memakai 30 x 40 cm.
Alat fiksasi (Soft bag, sand bag).
Load pembagi
Apron
Marke R/L.
2.6.3
Proteksi Radiasi :
12
tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber
radiasi.
3. Waktu
Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada didekat
sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya
paparan radiasi yang besar. Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu
paparan 0,0detik lebih baik dari pada 1 detik. Nilai kVp yang digunakan
cukup tinggi sehingga daya tembus dalam radiografi cukuf baik. Dengan
demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah.
2.7 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris
2.7.1
2.7.2
13
14
Proyeksi Lateral
15
Kriteria gambar:
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
Instalasi
rontgen
catat informasi data pasien pada buku registrasi
tulis data identitas pasien pada amplop film
identitas tersebut di masuk biling komputer
pasien dipersilakan masuk ruang radiologi untuk melekukan
pemeriksaan
6. setelah pasien diperiksa, pasien dipersilakan menunggu hasil bacaan
pemeriksaan yang akan dibaca oleh dokter spesialis, kurang lebih tiga
jam.
3.2 Paparan Kasus
3.2.1
Identitas Pasien
: Mister X
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 48 tahun
Poliklinik/Ruangan
: IRD
Klinis
Riwayat Penyakit
Pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUDKabupaten Buleleng
tanggal 11Maret 2016 setelah mengalami rasa sakit pada Cruris. Pasien datang
18
bersama keluarga, setelah mengalami rasa sakit yang hebat pada Cruris akibat
kecelakaan.
3.3 Prosedur Pemeriksaan di RSUD Kabupaten Buleleng
3.2.1 Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan, adapun persiapan pasien yang
harus dilakukan, seperti :
1. Komunikasi dengan pasien.
2. Menghindarkan benda-benda yang dapat mengganggu gambar
radiograf
3.2.2
1. Pesawat sinar-X.
19
20
21
3.3.3
Proteksi Radiasi
Adapun proteksi radiasi yang harus dilakukan saat
pemeriksaan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Proteksi radiasi bagi pasien :
a. Lapangan penyinaran dibuat sesuai dengan ukuran objek.
b. Menggunakan kompresi untuk mengurangi ketebalan objek.
c. Melakukan pemeriksaan dengan cepat, tepat dan cermat serta
menghindari terjadinya pengulangan foto yang tidak diperlukan.
22
23
Pastikan dua sendi masuk area kaset (knee dan ankle joint)
dan
posisikan
cruris
pasien
supaya
pertengahan
kaset
.
(Gambar 3.11 Posisi Ap (antero posterior)
c. Central Ray : Arah sinar yang digunakan pada proyeksi ini
adalah tegak lurus dengan kaset.
d. FFD : 100 cm.
e. Center Point : Center point pada proyeksi ini adalah pertengahan
Os Cruris.
f. Marker: R
g. Faktor Eksposi : kV = 54
mAs =3,20
24
25
.
(Gambar 3.13 Posisi Lateral)
c. Central Ray : Horizontal
d. FFD : 100 cm.
e. Center Point : pertengahan pada Os Cruris.
f. Marker: R
g. Faktor Eksposi : kV = 54.
mAs = 3,20
h. Kriteria Gambar : Tampak gambaran dengan proyeksi lateral
menunjukan tulang dari, patella, tendon patella, tuberositas tibiae, sendi
tibiofibular proximal, os tibia, os fibula, talus.
26
Kriteria evaluasi:
Kesan: Spiral fraktur pada distal tibia disertai soft tissue swelling.
Kelebihan
27
3.4.2 Kekurangan
A. Ditinjau dari Paparan Radiasi
Ditinjau dari paparan radiasi kekurangannya dari penggunaan proyeksi AP
(cruris) dan proyeksi lateral cross table (cruris) pada pemeriksaan radiografi cruris
dengan kasus post trauma/fraktur cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Buleleng adalah dosis radiasi yang diterima pasien lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena lapangan penyinaran pada pemeriksaan cruris memiliki luas
lapangan penyinaran yang lebih besar.
B. Ditinjau dari Informasi yang Diperoleh
Ditinjau dari informasi yang diperoleh kekurangannya adalah pada
proyeksi AP (cruris) dan proyeksi lateral cross table (cruris) keseluruhan cruris
tercakup dalam film, sehingga objek yang diperlukan kurang difokuskan. Apabila
menggunakan teknik pemeriksaan cruris, informasi yang didapat akan lebih baik
dan dapat menampakkan post trauma/fraktur cruris dengan jelas.
C. Ditinjau dari Keefektifan/Ketepatan Pemeriksaan
Ditinjau
dari
keefektifan/ketepatan
pemeriksaan,
kekurangan
dari
penggunaan proyeksi AP (cruris) dan proyeksi lateral (cruris) pada kasus post
trauma/fraktur cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng ini tepat
digunakan.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Teknik pemeriksaan Os Cruris adalah pemeriksaan secara radiologi
dengan menggunakan Sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan Os Cruris.
2.Teknik radiografi yang digunakan dalam kasus post trauma/fraktur
Cruris di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng adalah dengan
menggunakan pemeriksaan Cruris proyeksi AP dan Lateral Cross Table
3.Teknik pemeriksaan Cruris dengan proyeksi AP dan lateral Cross Table
ini memiliki kelebihan dari segi informasi yang dapat menampakkan Cruris secara
keseluruhan, dan dapat menampakkan keseluruhan Cruris apabila terdapat fraktur
pada bagian objek yang lain. Namun, kekurangannya adalah paparan radiasi yang
akan diterima pasien lebih banyak, informasi yang dibutuhkan kurang jelas dan
kurang difokuskan, serta kurang informatif untuk dapat menegakkan diagnosa.
4.2 Saran
Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar
penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi
yang diterima pasien, petugas dan masyarakat umum.
Adapun saran yang penulis berikan dalam laporan kasus ini adalah dalam
melakukan pemeriksaan fraktur cruris, sebaiknya digunakan pemeriksaan khusus
yang menampakkan Cruris dengan jelas. Pemeriksaan khusus cruris ini, akan
lebih baik dalam memperlihatkan fraktur cruris sehingga lebih mampu
menegakkan diagnosa secara akurat.
29
DAFTAR LAMPIRAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Sobotta.2000,Atlas
Anatomi
Manusia,Jakarta:
Penerbit
Buku
In Radiography.
Balliger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrills Atlas of
Radiographic Positions and Radiologic Prosedures, Tenth Edition,
31