Anda di halaman 1dari 38

PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA

POLOS DENGAN KASUS CKR DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT AULIA HOSPITAL

Disusun untuk memenuhi tugas

Praktek Kerja Komprehensif

Disusun Oleh :

ECA SAFIRA
18002045

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AWAL BROS PEKANBARU

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan

guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Komprehensif Program Studi D III

Teknik Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru.

Nama : Eca Safira

NIM : 1802045

Judul : Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala Polos

dengan Klinis CKR di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Aulia

Hospital

Demikian lembar pengesahan inidibuat agar bisa digunakan sebagaimana

mestinya. Sekian dan saya ucapkan terimakasih

Pekanbaru, 28 Juni 2021

Clinical instructure

Agnes Dwi Martha, Amd. Rad


NIK : 140206530390001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat yang

dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus

Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala Polos dengan Klinis CKR

di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Aulia Hospital.

Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek

Kerja Komprehensif (PKK) Prodi DIII Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru,

yang bertempat di Instalasi Radiologi Rumah Aulia Hospital.

Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Wiwik Suryandartiwi A. MM selaku Ketua STIKes Awal Bros

Pekanbaru

2. Bapak John Haryadi selaku Kepala ruangan Radiologi Rumah Sakit Aulia

Hospital.

3. Ibu Agnes Dwi Martha, Amd. Rad selaku Clinical Instructure (CI)

Praktek Kerja Lapangan PKK di Rumah Sakit Aulia Hospital.

4. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Aulia

Hospital

5. Bapak Danil Hulmansyah, STR.Rad selaku Supervisor Institusi

6. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini

ii
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang

membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis

juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, 28 Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi ............................................................................. 4
2.2 Patolofisiologi .................................................................................. 8
2.3 Komponen CT Scan ........................................................................ 10
2.4 Prinsip Kerja CT Scan ................................................................... 11
2.5 CT Scan Kepala Polos .................................................................... 14
2.6 Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala .......................................... 20
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Paparan Kasus ................................................................................. 22
3.2 Persiapan Alat .................................................................................. 22
3.3 Persiapan Pasien .............................................................................. 23
3.4 Teknik Pemeriksaan ........................................................................ 24
3.5 Prosedur dan Langkah Teknik CT Scan ....................................... 25
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 31
4.2 Saran ................................................................................................ 31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Otak ........................................................................... 5


Gambar 2.2 Posisi Pasien ............................................................................ 20
Gambar 2.3 Hasil gambaran CT Scan Kepala .............................................. 21
Gambar 2.4 Head frist .................................................................................. 11
Gambar 3.1 Pesawat CT Scan ..................................................................... 23
Gambar 3.2 Workstation ............................................................................. 23
Gambar 3.3 Printer ....................................................................................... 24
Gambar 3.4 Patient Schedule ....................................................................... 24
Gambar 3.5 Pilih Pemeriksaan ..................................................................... 25
Gambar 3.7 Proses Scan ............................................................................... 25
Gambar 3.8 Filming ..................................................................................... 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x dan televisi

sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuhmanusia

dalambentuk irisan atau slice. Prinsip kerjaCTScan menggunakan sinar-x

sebagai sumber radiasi. Pada umumnya ada beberapa jenis pemeriksaan CT

Scan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah teknik pemeriksaan CT Scan

kepala (Rasad, 2009).

Pemeriksan CT Scan kepala Menurut Nesseth (2000); Seeram

(2009) menggunakan dua range, range pertama dari basic cranii sampai pars

petrosum dengan slice thickness 2-5 mm, range kedua dari pars petrosum

sampai vertex dengan slice thickness 10 mm. Dengan slice thickness yang

tebal akan mengurangi ketajaman pada bidang / axis craniocaudal,

ketajaman pada tepi struktur organ juga berkurang pada gambar transaxial

dan semakin tebal slice thickness kemungkinan terjadinya partial volume

artefak semakin besar sehingga gambar tampak kabur (Bushberg, 2003).

Untuk meningkatkan spatial resolusi dan mengurangi partial volume artefak

sebaiknya digunakan tebal irisan yang lebih tipis (Seraam, 2009). Semakin

tipis slice thickness, maka semakin baik detail gambar yang diperoleh,

keakuratan tinggi serta kalsifikasi dapat ditampakkan, namun dengan slice

1
2

thickness yang tipis juga dapat menghasilkan noise yang tinggi pada gambar

dan meningkatkan dosis radiasiyang diterima oleh pasien (Ballinger,2003).

Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan

kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi

perubahan pola penyakit. Meskipun demikian, penyakitpenyakit menular,

kekurangan gizi, ledakan penduduk dan kondisi sanitasi lingkungan yang

jelek tetap merupakan masalah yang perlu mendapat prioritas untuk

ditanggulangi. Berbagai penyakit atau keadaan yang ditemukan pada usia

lanjut akan semakin menonjol seperti penyakit degeneratif dan sistemis. Di

bidang neurologi, salah satu golongan penyakit yang diperkirakan akan

bertambah banyak jumlahnya ialah gangguan peredaran darah otak atau

penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke, yang saat

ini merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia (Mardjono et

al, 2008).

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala,

tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung

maupun tidak langsung, dengan disertai atau tanpa disertai perdarahan yang

mengakibatkan gangguan fungsi otak. Menurut Brain Injury Association of

America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat

kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau

benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran

yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik

(Langlois et al. 2006). Pada saat ini klasifikasi cedera kepala secara luas
3

berdasarkan Glasgow coma scale (GCS) karena kriterianya bisa dielavuasi

dan mudah diterima dalam berbagai kondisi, cukup obyektif, sederhana dan

dapat dipercaya. Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Easdale dan Jennet di

tahun 1974 dengan menilai tingkatan kesadaran berdasarkan tiga komponen

klinis yaitu respon membuka mata, motorik, dan verbal. Nilai GCS adalah

nilai total dari ketiga komponen yaitu antara 3-15. Nilai 3 berarti penderita

tidak memberikan respon terhadap rangsangan apapun sedangkan nilai 15

berarti penderita sadar penuh. Penilain GCS dilakukan pasca resusitasi

setelah trauma.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diajukan

rumusan masalah yaitu bagaimana teknik pemeriksaan CT Scan kepala

dengan klinis CKR di Rumah Sakit Aulia Hospital?

1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui teknik

pemeriksaan CT Scan kepala dengan klinis CKR di Rumah Sakit Aulia

Hospital?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan adalah hasil ini dapat digunakan sebagai

acuan dalam protokol pemeriksaan CT Scan kepala yang mampu

menghasilkan kualitas citra dengan kejelasan anatomi yang optimal dalam

rangka keselamatan pasien.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturannya yang memiliki

volume sekitar 1.350 cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak

mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi

tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan

cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap

pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat

kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf di dalamnya

dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Otak juga bertanggung

jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik

dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Otak terbentuk dari dua jenis sel : glia dan neuron. Glia berfungsi

untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa

informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi,

mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh

dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut

neurotansmiter.

4
5

Gambar 2.1 Anatomi Otak

2.1.1 Otak Besar

Sesuai namanya, otak besar (cerebrum) merupakan bagian

yang paling besar dan fungsinya juga paling banyak. Permukaan luar

otak besar disebut korteks serebri dan bagian inilah yang terlihat saat

kita membayangkan gambar otak manusia. Korteks serebri adalah

bagian otak yang melekuk-lekuk.Otak besar dibagi menjadi dua

bagian, kiri dan kanan yang disebut dengan hemisfer. Hemisfer kiri

dan kanan juga sering disebut sebagai otak kiri dan otak kanan.

Keduanya dipisahkan oleh struktur seperti parit yang disebut fisura

interhemisfer atau fisura longitudinal.Lalu, masing-masing hemisfer

tersebut dibagi lagi menjadi bagian-bagian otak yang disebut dengan

lobus. Masing-masing lobus otak memiliki peran dan fungsinya

tersendiri.
6

2.1.1.1 Lobus Frontalis

Lobus frontalis adalah yang terbesar dibandingkan

dengan lobus lainnya. Lobus ini terletak di otak bagian

depan, kira-kira sejajar dengan tulang dahi.Fungsinya adalah

untuk mengoordinasikan perilaku yang memerlukan

kemampuan tingkat tinggi, seperti kemampuan motorik,

menyelesaikan masalah, perencanaan, fokus, dan menimbang

baik dan buruk. Lobus frontalis juga berperan untuk

mengatur emosi serta mengatur impuls atau informasi

rangsang.

2.1.1.2 Lobus Parietal

Lobus parietal terletak di belakang lobus frontal.

Bagian ini berperan dalam kemampuan mengatur sensasi

tubuh, tulisan tangan, posisi tubuh, dan menerjemahkan

informasi yang dikirimkan oleh bagian otak lain.

2.1.1.3 Lobus Temporal

Lobus temporal terletak di sisi sebelah kiri dan kanan

otak, dekat telinga. Fungsi lobus temporal adalah untuk

mengendalikan kemampuan daya ingat visual (misalnya

mengingat wajah seseorang), daya ingat verbal (mengerti

bahasa tertentu), pendengaran, dan menginterpretasikan

emosi dan reaksi orang lain.


7

2.1.1.4 Lobus Oksipital

Lobus oksipital terletak di bagian belakang otak.

Bagian ini berperan besar dalam kemampuan seseorang untuk

bisa membaca dan mengenali literasi serta aspek penglihatan

lainnya.

2.1.2 Otak Kecil

Otak kecil atau cerebellum terletak di bawah otak besar,

tepatnya bagian bawah lobus oksipital.Bagian otak ini berperan

penting dalam kemampuan motorik halus, seperti koordinasi tangan

dan kaki. Otak kecil juga berperan dalam keseimbangan tubuh, postur,

dan pemerataan fungsi otak kiri dan kanan (equilibrium).

2.1.3 Batang Otak

Batang otak adalah bagian otak yang terletak di depan otak

kecil dan menghubungkan otak besar ke susunan saraf di tulang

belakang. Batang otak kemudian dibagi lagi menjadi:

2.1.4 Otak Tengah

Otak tengah berfungsi untuk mengatur pergerakan mata

memproses informasi visual dan suara yang diterima oleh otak.

2.1.5 Pons

Pons merupakan bagian terbesar dari batang otak. Terletak di

bawah otak tengah, pons merupakan kumpulan dari saraf-saraf yang

menghubungkan berbagai bagian otak.Pada bagian ini juga terdapat


8

ujung awal saraf kranial. Saraf kranial adalah saraf yang berperan

dalam pergerakan wajah dan mengantarkan informasi sensori ke otak.

2.1.6 Medulla oblongata

Medulla oblongata adalah bagian otak yang letaknya paling

bawah. Bagian ini berfungsi sebagai pusat pengaturan fungsi jantung

dan paru-paru.Seperti yang kita tahu, jantung dan paru-paru kita

bergerak secara otomatis, tanpa perlu ada keinginan atau perintah

terlebih dahulu. Bagian inilah yang menjadi pusat kontrolnya. Medulla

oblongata berperan dalam berbagai fungsi penting di tubuh, mulai dari

bernapas, bersin, hingga menelan.

2.2 Patofisiologi

Pathofisiologi Cedera Kepala Proses patofisiologi cedera otak dibagi

menjadi dua yang didasarkan pada asumsi bahwa kerusakan otak pada

awalnya disebabkan oleh kekuatan fisik yang lalu diikuti proses patologis

yang terjadi segera dan sebagian besar bersifat permanen. Dari tahapan itu,

Arifin (2002) membagi cedera kepala menjadi dua :

2.2.1 Cedera Otak Primer

Cedera otak primer (COP) adalah cedera yang terjadi sebagai

akibat langsung dari efek mekanik dari luar pada otak yang

menimbulkan kontusio dan laserasi parenkim otak dan kerusakan

akson pada substantia alba hemisper otak hingga batang otak.


9

2.2.2 Cedera Otak Sekunder

Cedera otak sekunder (COS) yaitu cedera otak yang terjadi

akibat proses metabolisme dan homeostatis ion sel otak,

hemodinamika intrakranial dan kompartement CSS yang dimulai

segera setelah trauma tetapi tidak tampak secara klinis segera setelah

trauma. Cedera otak sekunder ini disebabkan oleh banyak faktor

antara lain kerusakan sawar darah otak, gangguan aliran darah otak

(ADO), gangguan metabolisme dan homeostatis ion sel otak,

gangguan hormonal, pengeluaran neurotransmitter dan reactive

oxygen species, infeksi dan asidosis. Kelainan utama ini meliputi

perdarahan intrakranial, edema otak, peningkatan tekanan intrakranial

dan kerusakan otak. Cedera kepala menyebabkan sebagian sel yang

terkena benturan mati atau rusak irreversible, proses ini disebut proses

primer dan sel otak disekelilingnya akan mengalami gangguan

fungsional tetapi belum mati dan bila keadaan menguntungkan sel

akan sembuh dalam beberapa menit, jam atau hari. Proses selanjutnya

disebut proses patologi sekunder. Proses biokimiawi dan struktur

massa yang rusak akan menyebabkan kerusakan seluler yang luas

pada sel yang cedera maupun sel yang tidak cedera.

Secara garis besar cedera kepala sekunder pasca trauma

diakibatkan oleh beberapa proses dan faktor dibawah ini :

a. Lesi massa, pergeseran garis tengah dan herniasi yang terdiri atas :
10

1) Perdarahan intrakranial (hematom epidural/ subdural/

Intracerebral).

2) Edema serebral.

b. Iskemik cerebri yang diakibatkan oleh :

1) Penurunan tekanan perfusi serebral

2) Hipotensi arterial, hipertensi intracranial

3) Hiperpireksia dan infeksi

4) Hipokalsemia/ anemia dan hipotensi

5) Vasospasme serebri dan kejang

2.3 Komponen CT Scan

Adapun beberapa komponen yang terdapat dalam CT Scan yaitu :

2.3.1 Table dan Gantry

Table merupakan tempat posisi pasien untuk melakukan

pemeriksaan, bentuk surya yang terbentuk dari carbon graphite fiber

yang mempunyai nilai penyerapannya rendah terhadap berkas sinar.

Table pada CT dilengkapi sebuah cradle, meja control, serta

indicator ketinggian meja. Dan gantry merupakan suatu tempat,

didalamnya terdiri dari X-ray Tube, Filter, Collimator, Lampu

indicator untuk sentrasi berupa sinar laser atau Infra Red dan DAS

(Data Acquisition System). Pada gantry diperlengkapi data digital

yang memberikan informasi tentang crandel, ketinggian meja dan

kemiringan gantry.
11

2.3.2 Tabung Sinar-X

Mempunyai fungsi sebagai pembangkit sinar-X harus

memiliki karakteristk tertentu diantaranya :

a. Menggunakan ukuran focal spot ukuran kecil 10,6 mm² - 1,2

mm².

b. Idealnya berkas radiasi bersifat monochromatic.

c. Agar reklontruksi gambaran lebih akurat dan mudah.

d. Anode Heat Strorage Capacity (700.000 HU-2000.000 HU).

e. Tahan terhadap goncangan/shock proof.

2.3.3 Kolimator

Kolimator pada komputer tomography terdiri dari dua buah

yaitu :

a. Kolimator pada X-ray tube, berfungsi mengurangi dosis radiasi,

pembatas luas lapangan penyinaran dan memperkuat berkas sinar.

b. Kolimator pada detector, berfungsi penyearah radiasi menuju ke

detector, pengontrolan radiasi hambur. menentukan ketebalan

pada slice thickness/ voxel.

c. Pixel width tidak ditentukan oleh colimator, tapi berhubungan

dengan program computer.

2.3.4 Detektor

Merupakan alat yang berfungsi mengubah sinar x setelah

menembus objek transformer, RARC (Rapid Accelerator Rotor


12

Controller) dan X-ray tube indicator. X-ray control ini berperan

penting pada saat dilakukan pemanasan tabung sinar-X.

2.3.5 Komputer

Merupakan jantung dari semua instrument pada CT dan

berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekontruksi/ pengolahan

data, display gambaran serta menganalisa gambaran. Pada CT Scan

General Electric 8000 dan 8800 diperlengkapi suatu alat pembantu

untuk proses rekontruksi gambaran yang dikenal dengan nama Array

Processor.

2.3.6 Disc Unit

Merupakan alat untuk memyimpan program hasil kerja dari

computer ketika melakukan scanning, reconstruction dan display

gambaran. Data yang tersimpan dapat berupa data mentah ma;upun

data yang telah permanen. Magnetic Tape Unit Digunakan sebagai

penyimpan data pasien pada suatu tape atau pita. MTU dapat

diletakan pada Disc Unit sehingga data yang terdapat didalamnya

sewaktu-waktu apabila diperlukan dapat dipanggil kembali. Tapi

pada proses scanning MTU diletakan pada suatu BOX tersendiri,

biasanya pada bagian bawah box tersebut diperlengkapi oleh alat

yang disebut RAMTEX 6 merupakan komponen komputer yang

berperan penting dalam pen’display’an suatu gambaran.


13

2.4 Prinsip kerja CT Scan

CT-Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang

diinspeksi. Oleh karena itu, CT Scan memiliki beberapa kelebihan

dibanding Xray konvensional. Citra yang diperoleh CT Scan beresolusi

lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ.

Prinsip Kerja CT Scan Dengan menggunakan tabung sinar-X sebagai

sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar-X

tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang

diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai

objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-X yang diterima menjadi

arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik

analog.

Tabung sinar-X tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam

berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran

digital oleh analog to digital Converter (ADC) yang kemudian dicatat oleh

komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan

akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar

yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser

Imager. Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami

pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang

dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses

interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang

probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang
14

dipancarkan. Dalam CT Scan, untuk menghasilkan citra objek, berkas

radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang objek dari

berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian

dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah

menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode

yang disebut sebagai rekonstruksi.

2.5 CT Scan Kepala Polos

2.5.1 Pengertian CT Scan

Computed Tomography Scanning Kepala, atau CT Scan

Kepala, adalah suatu teknik pemeriksaan diagnostik imaging atau

pencitraan yang menggunakan teknologi komputer, berbasis X-Ray.

Pemeriksaan ini memberikan hasil yang lebih detail dibandingkan

pemeriksaan x-ray biasa.

CT Scan Kepala memberikan gambaran kondisi kavum

intrakranial sebagai hasil dari absorpsi spesifik X-ray pada jaringan

kepala. CT Scan Kepala akan menghasilkan gambar pencitraan otak

yang multipel dengan irisan melintang. Selain itu, bila diperlukan

alat tersebut juga dapat memberikan gambaran 3-dimensi dari

kranium dan pembuluh darah otak dengan

menggunakan software tertentu pada sistem komputer khusus.

Secara klinis, CT Scan kepala dapat digunakan untuk

mengevaluasi keadaan cedera kepala, nyeri kepala, pusing hebat, dan

gejala lain dari aneurisma, perdarahan intrakranial, stroke, maupun


15

tumor. Bila dilakukan secara benar sesuai ketentuan, pemeriksaan

CT Scan bersifat cepat, tidak invasif, tidak nyeri, dan umumnya

memberikan hasil yang akurat.

2.5.2 Indikasi

Indikasi CT Scan kepala sangat beragam. Secara primer, CT

Scan kepala digunakan untuk tujuan evaluasi edema dan kerusakan

jaringan otak, melihat adanya perdarahan intrakranial serta

lokasinya, dan untuk menilai ukuran besarnya ventrikel otak.

Secara klinis, ada banyak indikasi pemeriksaan CT Scan

kepala. Yang paling sering dilakukan adalah pada keadaan cedera

kepala, stroke, sakit kepala, evaluasi awal space occupying

lession (SOL), penurunan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan,

kejang, suspek hidrosefalus, hematoma intrakranial, gangguan

psikiatrik, pusing, penyakit vaskular oklusif, dan evaluasi aneurisma.

Selain itu, CT Scan juga dapat digunakan untuk memandu

pelaksanaan biopsi atau operasi otak.

a. CT Brain Perfusion Scan

CT brain perfusion scan adalah bentuk spesialistik dari

CT Scan yang digunakan untuk mengevaluasi perfusi darah ke

jaringan parenkim otak. Pemeriksaan ini menggunakan 50 ml

kontras non-ionik yang dimasukkan menggunakan kateter

intravena ukuran besar melalui fosa antekubital.


16

Indikasi dari pemeriksaan ini adalah pada keadaan stroke

iskemik. Pemeriksaan ini cukup baik digunakan apabila

dibandingkan dengan Non-contrast CT (NCCT), namun

pemeriksaan ini juga memiliki beberapa kekurangan, salah

satunya adalah kesulitan mendiagnosis infark yang kecil

dikarenakan resolusinya yang rendah, serta kesulitan untuk

membedakan lesi infark kronik dan akut karena gambaran perfusi

yang dapat membingungkan.

b. CT Brain Special Protocols

CT Scan Special protocols digunakan pada keadaan-

keadaan tertentu seperti perencanaan pembedahan otak yang

khusus, misalnya CT Scan otak dengan stealth protocol,

Lorenz protocol, dan fidusia. Tindakan ini diindikasikan sesuai

permintaan dokter maupun radiolog pada keadaan-keadaan yang

dianggap membutuhkan pemanduan melalui pencitraan, misalnya

pada operasi paranasal atau basis kranium dimana dokter bedah

memerlukan model tiga dimensi ataupun image-guided surgery.

Pemeriksaan menggunakan CT brain special protocol terkadang

membutuhkan kontras walaupun bisa juga tanpa kontras.

2.5.3 Persiapan Pasien

Secara umum, persiapan pasien pada CT Scan Kepala

meliputi inform consent, kemudian dilakukan anamnesa mengenai

keadaan yang berhubungan dengan tes diagnostik ini, seperti riwayat


17

penyakit jantung, asma, diabetes, ginjal, atau gangguan tiroid.

Apabila seorang pasien terindikasi kuat untuk menjalani tes

diagnostik ini, namun memiliki predisposisi alergi, asma, atau

pernah mengalami efek samping terhadap zat kontras, maka dokter

dapat meresepkan obat untuk menurunkan risiko tersebut sebelum

dilakukan CT Scan kepala.

Apabila perlu memasukkan zat kontras, maka kepada pasien

dilakukan pemasangan kateter intravena dan infus saline. Pasien

yang akan diberikan zat kontras, terlebih dahulu harus dipastikan

tidak memiliki kontraindikasi dengan cara melakukan tes kehamilan

dan kadar serum kreatinin.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk

melepaskan perhiasan, jam tangan, atau apapun yang terbuat dari

metal, karena objek metalik/logam dapat menghasilkan gambaran

artefak.

2.5.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan pada CT Scan Kepala diantaranya

adalah alat CT scanner, tube Xray, ruang periksa CT Scan, meja

baring, komputer, peralatan untuk keadaan gawat-darurat, zat

kontras, interkom, skrin pelindung radiasi, dan tombol panggilan.

a. Alat CT Scanner

Alat CT Scan adalah sebuah mesin besar yang berbentuk

seperti donat dalam posisi berdiri, dimana suatu CT scanner


18

semestinya memenuhi, atau melebihi spesifikasi berikut ini, agar

dapat menghasilkan scanning otak yang dapat diterima secara

klinis :

1) Frekuensi scan tidak melebihi 2 detik per irisan

2) Ketebalan irisan minimal ≤2 mm

3) Jarak waktu antara scanning tidak melebihi 4 detik, walaupun

dapat lebih lama apabila media zat kontras intravaskular tidak

digunakan

4) Resolusi spasial yang terbatas hendaknya diukur untuk

memastikan bahwa alat scanner ini sesuai dengan spesifikasi

yang diberikan oleh pabrik. Resolusi spasial terbatas ini

semestinya melebihi 10 lp/cm untuk suatu penampilan gambar

lapangan yang kurang dari 24 cm

5) Table pitch seharusnya tidak melebihi 2:1

6) Menggunakan tabung rotasi dengan kecepatan kurang dari satu

detik

7) Juga terdapat cine imaging yang kontinu dengan kecepatan ≥

60 detik

b. X-ray Tube

Xray tube pada CT Scan adalah tabung xray yang

bergerak secara tipikal mengelilingi kepala.


19

c. Ruang Pemeriksaan CT Scan

Ruang pemeriksaan untuk CT Scan terbagi dalam 2 kamar

yang dipisahkan dengan dinding kaca. Kamar pertama dinamakan

kamar scan karena di dalamnya terdapat mesin CT Scan. Kamar

kedua adalah tempat dimana petugas medis terlatih,

mengoperasikan mesin tersebut.

d. Meja Baring

Meja baring untuk CT Scan harus dapat digerakkan masuk

dan keluar dari lubang donat. Meja baring ini secara perlahan

bergerak saat pengambilan gambar pencitraan. Bantal dan sabuk

digunakan untuk fiksasi kepala pasien agar tidak bergerak selama

scanning berlangsung.

e. Komputer Khusus

Harus ada komputer yang dihubungkan dengan mesin CT

Scanner. Tugas komputer ini adalah untuk memproses data

imaging yang kemudian dikirim ke sistem komunikasi dan

penyimpanan gambar. Selanjutnya, hasil pencitraan akan dibaca

oleh seorang ahli radiologi yang terlatih khusus dalam pembacaan

hasil CT Scan. Komputer tersebut dioperasikan oleh petugas

medis yang dilatih khusus untuk pemeriksaan CT Scan ini.


20

2.6 Teknik Pemeriksaan CT Scan kepala

a. Posisi Pasien :

Pasien di posisikan supine diatas meja pemeriksaan dengan

kepala masuk ke dalam gantry CT Scan (Head first). Posisikan kepala

pasien sedapat mungkin simetris dan sejajar dengan midcoronal plane

dan mid sagital plane. Lakukan pengambilan scanogram dengan batas

atas vertex dan batas bawah sympisis menti kepala.

Gambar 2.2 Posisi Pasien CT Scan Kepala

b. Proses scaning

Setelah di dapatkan gambar scanogram kepala, lakukan scaning

dari sympisis menti sampai dengan vertex kepala.

c. Kriteria gambar

1) Mencakup seluruh organ otak mulai dari basis crani sampai dengan

vertex.

2) Tampak struktur syrus dan sulci pada otak /brain dengan baik.

3) Obyek tidak bergerak.

4) Tidak ada artefak gambar dan noise yang mengganggu gambaran.


21

Gambar 2.3 Hasil Scan Kepala dari Seluruh Sisi


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 37 Tahun

Alamat : Pekanbaru

No. RM : xxxxxx66

No. Foto : 64

Dr. Pengirim : dr. Zuhirman, Sp. U

Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2021

Permintaan Pemeriksaan : CT Kepala - Polos

Diagnosa : CKR

b. Paparan kasus

Pada tanggal 28 juni pasien datang ke radiologi membawa form

pemeriksaan dengan klinis CKR pasien mengalami kecelakaan ringan dan

mengalami sakit kepala pada bagian kanan

3.2 Persiapan Pasien ,

Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan CT-Scan kepala.

Yang diperlukan pada pemeriksaan ini adalah pasien yang akan diperiksa

22
cukup kooperatif selama pemeriksaan, dan benda-benda yang bersifat logam

disekitar kepala harus dilepaskan.

23
23

3.3 Alat dan Bahan

1. Pesawat CT-Scan

Gambar 3.1 Pesawat CT Scan

2. Komputer untuk pengaturan parameter dan proses scanning dan

Komputer rekonstruksi gambaran

Gambar 3.2 Workstation

3. Printer
24

Gambar 3.3 Printer

3.4 Teknik Pemeriksaan

a. Posisi Pasien

1) Pasien supine diatas meja pemeriksaan coach, kepala berada di head

rest

2) Kedua tangan berada disamping tubuh

3) Demi kenyamanan pasien dapat diberikan selimut

b. Posisi Objek

1) Masukkan coach arah gantry sampai lampu indikator atas sejajar

OML (central point atas : glabella) dan lampu indikator sampai

setinggi MAE.

2) Masukkan coach ke arah gantry sampai lampu indikator atas di

pertengahan vertex dan lampu indikator sampai setinggi MAE.

3) Tekan tombol me-nol kan coach.

3.5 Prosedure dan Langkah Teknik CT-Scan

a. Prosedur Pemeriksaan
25

1) Pertama pilih patient lalu tekan registrasi

Gambar 3.4 Patient Schedule

2) Lalu pilih pemeriksaan head routine

Gambar 3.5 Pilih Pemeriksaan

b. Prosedur Scanning

Setelah semua prosedur dipilih, lanjut kebagian scanning.

1) Pertama pilih Ok dan Confirm

2) Kemudian selama scanning tumggu instruksi untuk menekan “Move

to scan dan Star Scan” secara bergantian


26

Gambar 3.6 Prosses Scan

3) Lalu atur potongan topogram nya dengan memilih next series, dengan

mengatur batas atas dan batas bawah nya, pada gambaran AP dan

Lateral atur garis scanogram dari vertex cranium sampai OML.

4) Kemudian pilih recon

Setelah scanning selesai, dilanjutkan dengan rekonstruksi, dengan

pilih recon, lalu pilih nama pasien yang diperiksa, lalu pilih

gambaran yang 0,5

5) Potongan gambaran dari ct scan kepala

a) Mengatur Thickness dengan ukuran 1 mm

b) dilanjutkan dengan memilih viewing dan filming untuk di print.


27

Gambar 3.7 Filming


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pemeriksaan CT Scan Kepala polos tidak memiliki persiapan khusus,

hanya melepaskan benda logam seperti kalung, anting dan lainnya agar

tidak menggangu gambaran. Pasien diposisikan supine diatas meja

pemeriksaan, head first, kedua tangan berada disisi tubuh. Kemudian

dilakukan pengambilan topogram dengan range dari 2 inci vertex

cranium sampai OML. Setelah scanning topogram selesai kemudian

dilakukan scanning kepala dengan potongan axial.

2. Pemeriksaan CT Kepala pada pasien Tn.K dengan klinis CKR

mempunyai peranan yang penting untuk dapat menunjukkan cedera

kepala, nyeri kepala, pusing hebat, dan gejala lain dari aneurisma,

perdarahan intrakranial, stroke, maupun tumor dan patologi lain yang

terlihat dalam kasus ini sehingga mampu memberikan informasi

diagnostik bagi dokter untuk melakukan penanganan selanjutnya

terhadap kasus ini.

4.2 Saran

1. Untuk mengurangi terjadinya pengulangan, hendaknya radiografer perlu

memberikan edukasi secara jelas pada pasien agar pasien mengerti dan

dapat bekerja sama saat dilakukannya pemeriksaan.

31
32

2. Memposisikan objek dengan tepat pada daerah lapangan penyinaran dan

menggunakan fiksasi kepala sehingga dapat meminimalisasi waktu rekon

citra dan mengurangi adanya pergerakan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, W. J, Philip, 2003 Merill's Atlas of Radiograpic Positions and

Radiologic Procedurs, Volume Three, Tenth Edition, Mosby: Ohio.

Anam, C. 2018 Teknik pemeriksaan CT SCAN .Jakarta

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015

Riawati, DR.. Radiologi CT Scan ; Alomedika. 2017

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/radiologi/ct-scan-

kepala/teknik di kutip pada tanggal 26 Juni 2021 Pukul 02.05 WIB.


Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai