Diajukan oleh :
SAPTO RAHARJO
NIM. P1337430117086
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir
NIM : P1337430117086
Pembimbing
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : P1337430117086
Telah dilakukan Seminar Karya Tulis Ilmiah pada, 5 Juni 2020 dan diperbaiki
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
NIM : P1337430117086
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya asli penulis, apabila
dikemudian hari terbukti bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak asli, maka penulis
Penulis
Sapto Raharjo
NIM. P1337430117086
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
(LITERATUR REVIEW)”.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
Semarang
Radioterapi Semarang
3. Ibu Darmini, S.Si., M.Kes, Ketua Program Studi D-III Teknik Radiodiagnostik
4. Ibu Vederica Farida CZ., SST, MM, dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Semarang
6. Kedua orang tua, keluarga keluarga tercinta yang telah memberi dukungan
iv
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi kepada penulis
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terkait kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini. Penulis juga berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Weissman (2008)
ix
PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
SHOULDER JOINT PADA KLINIS TRAUMA
(LITERATUR REVIEW)
INTISARI
1)
Mahasiswa Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2)
Dosen Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang
x
SHOULDER JOINT EXAMINATION
RADIOGRAPHIC WITH TRAUMA CLINICAL
LITERATUR REVIEW
ABSTRACT
1)
Student of Diploma III Radiodiagnostic and Radiotheraphy Technic Semarang
of Health Departemen Semarang.
2)
Lecturer of Diploma III Radiodiagnostic and Radiotheraphy Technic Semarang
of Health Departemen Semarang.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tulang sebenarnya tidak terhubung antara satu dengan yang lain secara
sendi seperti lutut, siku, bahu, pergelangan tangan, dan kaki. Sendi memiliki
Sendi bahu atau shoulder joint terdiri dari tiga tulang (clavicula, scapula,
joint), yang mengikat ektremitas atas menuju thorak, dan pada umumnya sering
Cidera yang dialami pada salah satu komponen akan merusak struktur anatomi
2011).
otot, tulang atau jaringan lunak yang disebabkan dari tekanan eksternal yang
Tingkat keparahan trauma tidak hanya bergantung pada jumlah kekuatan tetapi
juga pada lokasi dampak, karena bagian tubuh yang berbeda dapat menahan
1
2
bermotor. Dimana sendi bahu merupakan salah satu jaringan yang cukup sering
evaluasi klinis dan pencitraan. Metode yang sering digunakan pada pencitraan
trauma sendi bahu (shoulder girdle injuries) adalah radiografi biasa, kontras
Namun, trauma bahu sangat sering terjadi dan kadang sangat sulit untuk
didiagnosa. Hal ini dikarenakan anatomi dari sendi bahu yang komplek dan
mengintepretasi bagian antomi tertentu dari sendi bahu (Neep dan Aziz, 2011)
rutin yang biasa digunakan pada pemeriksaan radiografi shoulder joint dengan
pemeriksaan shoulder joint trauma antara textbook dan jurnal di atas penulis
pemeriksaan radiografi shoulder joint klinis trauma, serta proyeksi yang tepat
untuk mendiagnosa shoulder joint klinis trauma dalam bentuk Karya Tulis
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
scapula, dan proximal humerus. Di bawah ini adalah anatomi dari shoulder
5
Ket :
4 1. Humerus
2. Scapula
3. Scapulohumeral joint
3 4. Acromioclavicular joint
5. Clavicle
2
1
5
6
a. Clavicle
Tulang clavicle lebih halus dan lebih lurus pada wanita, pada pria
2
Ket :
1. Acromial end
2. Body of clavicle
3. Sternal end
1 3
Gambar 2.2 Anatomi Clavicle Anterior View
(Tortora dan Nielsen, 2017)
atau biasa disebut sternal end yang berbentuk bulat dan berhubungan
Acromial end berbentuk pipih, luas, dan berada di sisi lateral dan
b. Scapula
Gambar 2.3 gambaran dari tulang scapula dari pandangan posterior dan
6 7
5
Ket :
4 1. Inferior angle
2. Medial border
9 3. Infraspinous scapula
4. Spine scapula
3
5. Supraspinous scapula
6. Superior angle
2 10 7. Process coracoid
8. Acromion
9. Glenoid cavity
10. Lateral border
1
Gambar 2.3 Anatomi Scapula Posterior View
(Tortora dan Nielsen, 2017)
8
7
6
5
Ket :
1. Inferior angle
2. Anterior surface
4 3. Posterior surface
4. Glenoid cavity
5. Process coracoid
3
6. Superior angle
2 7. Acromion
scapula. Pada ujung bagian spine yang berbentuk pipih disebut dengan
acromion yang terletak paling tinggi atau bagian puncak dari shoulder.
c. Proksimal Humerus
dari tulang ekstremitas atas. Memiliki ujung seperti bola pada bagian
7
Ket :
6 1. Body of humerus
5
4 2. Surgical neck
3. Sulcus intertubercular
3
4. Lesser tubercle
5. Humeral head
2
6. Greater tubercle
7. Anatomical neck
1
sisi paling lateral sehingga dapat teraba dan dijadikan landmark dari bahu
itu sendiri. Untuk lesser tubercle terletak lebih ke arah anterior, dimana
2. Patologi Trauma
otot, tulang atau jaringan lunak yang disebabkan dari tekanan eksternal yang
10
kekuatan tetapi juga pada lokasi dampak, karena bagian tubuh yang berbeda
a. Fraktur
Oleh karena itu, darah dan getah bening dan cairan jaringan keluar ke
(Kowalczyk, 2014).
1) Proksimal humerus
body dimana semua bagian tersebut terpisah, itu akan disebut fraktur
2) Scapula
scapula
12
Ket :
A. Fracture acromion
B. Fracture dislocations of
acromioclavicular joint
C. Fracture coracoid process
D. Fracture glenoid fossa
E. Fracture neck scapula
F. Fracture blade scapula
langsung atau abduksi bahu yang keras, pada glenoid fossa dapat
3) Clavicle
(LeMone, 2017).
b. Dislokasi
normal. Secara umum, dislokasi sendi sering terjadi pada sendi bahu,
jarang terjadi namun sangat sulit untuk didiagnosa, akan tampak normal
dugaan dislokasi posterior (Kowalczyk, 2014). Pada Gambar 2.7 dan 2.8
a. Persiapan Pasien
opaque pada radiograf seperti melepas baju yang berkancing, kait, dan
lain lain.
b. Persiapan Alat
Kendrick, 2018) :
posisi netral.
process
5) FFD : 102 cm
Ket :
1. Body of humerus
2. Scapula
7 3. Lesser tubercle
6 4. Greater tubercle
5. Scapulohumeral joint
4 5 6. Coracoid process
7. Acromion
3
2
1
7) Kriteria radiograf :
yang diperiksa
5) FFD : 102 cm
Ket :
1. Humerus
2. Scapula
5 3. Greater tubercle
4. Humeral head
4
5. Clavicle
3
7) Kriteria radiograf :
sinar
5) FFD : 102 cm
Y Lateral.
7
6
5
4 Ket :
1. Humers
2. Inferior angle
3. Body of scapula
4. Humeral head
5. Process coracoid
6. Acromion
7. Clavicle
3
2
1
7) Kriteria radiograf :
scapulohumeral joint
costae.
huruf Y
5) FFD : 102 cm
Ket :
1. Glenoid cavity
5 2. Scapulohumeral joint
3. Head humerus
4. Coracoid process
4 5. Acromion
3
2
1
7) Kriteria radiograf :
humerus
superimposisi
medial.
5) FFD : 102 cm
Ket :
1. Spine scapula
2. Humerus
3. Glenoid cavity
7
6 4. Acromion
5. clavicula
5 6. Coracoid Process
4 7. Lesser tuberosity
3
2
1
7) Kriteria radiograf :
humerus.
diperiksa.
scapula
5) FFD : 102 cm
Tangential
26
Ket :
1. Humeral head
2. Supraspinous outlet
3. Acromioclavicular joint
3
2
1
7) Kriteria radiograf :
scapulohumeral joint
27
dengan costae.
membentuk huruf Y
lainnya di dada.
sinar
5) FFD : 100 cm
pemeriksaan.
sinar
5) FFD : 100 cm
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
radiografi shoulder joint pada klinis trauma dan kelebihan serta kekurangan
dari proyeksi yang digunakan. Pada penelitian literature review ini penulis
adalah metode studi literatur/ studi pustaka. Penulis mengumpulkan data dari
klinis trauma yang penulis dapatkan dengan kata kunci : shoulder, shoulder
25
26
yang penulis gunakan pada studi literatur review ini adalah kriteria inklusi
1. Literatur dapat berupa text book, jurnal, artikel ilmiah yang telah
Identifier).
2. Tahun sumber literatur yang diambil yaitu mulai dari tahun 2005 hingga
pembahasan.
3. Literatur yang utuh, manuskrip dipandang utuh jika memuat judul, nama
pengarang, penerbit, abstrak dan terdapat isi artikel yang lengkap hingga
daftar pustaka
Serta kriteria tambahan, yang penulis gunakan pada literatur yang tidak
C. Alur Penelitian
Penetuan Topik
Perumusan Masalah
Mencari Bahan
Pustaka
Pengkajian Data
Pembuatan Tabulasi
dan Analisi Data
shoulder joint pada trauma yang terdiri dari artikel ilmiah melalui akses
search engine sesuai topik. Pencarian bahan pustaka atau literatur secara
pada topik terkait kata kunci utama yang sesuai kriteria yang penulis
bahan pustaka atau literatur secara terstruktur diawali dari tema penelitian
kesimpulan.
Adapun tahap pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah penulis
joint dengan sumber dari artikel ilmiah lalu mengambil kesimpulan untuk
A. Hasil Penelitian
examination. Peneliti menemukan enam literatur yang sesuai dengan kata kunci
tersebut kemudian dilakukan skrining. Sebanyak tiga jurnal yang masuk dalam
kriteria inklusi dimana terdapat dua jenis penelitian studi kasus dan satu jenis
shoulder joint pada klinis trauma. Namun, penulis hanya mengambil dua jurnal
yang dianggap lebih detail dalam membahas keuntungan dan kelebihan setiap
proyeksi. Sedangkan, tiga naskah publikasi yang masuk dalam kriteria eksklusi
dengan jenis penelitian studi kasus hanya diambil satu naskah publikasi yang
Literatur yang didapat meliputi jurnal karya (Goud dkk., 2008) yang
scapular Y view. Kemudian jurnal karya (Neep dan Aziz, 2011) yang juga
36
37
3 Teknik Pemeriksaan
Radiografi Shoulder
Joint pada Kasus Poltekkes Kemenkes
Trauma di Instalasi Studi Kasus Semarang, Tidak ada
Gawat Darurat RSUP
Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Berdasarkan hasil kajian data dari jurnal yang penulis dapatkan, penulis
Prosedur
Pemeriksaan Persiapan pasien Persiapan alat Proyeksi pemeriksaan
Tabel 4.3 Peranan proyeksi dalam pemeriksaan shoulder joint pada klinis trauma
Proyeksi (Pratiwi, 2016) (Goud dkk., 2008) (Neep dan Aziz, 2011)
Tabel 4.4 Keuntungan proyeksi dalam pemeriksaan shoulder joint pada klinis
trauma
Proyeksi (Pratiwi, 2016) (Goud dkk., 2008) (Neep dan Aziz,
2011)
Anteroposterior Dapat Dapat menampakan Dapat mengevaluasi
mengevaluasi fraktur dan dislokasi abnormalitas baik
(AP) kelainan pada pada tulang pada tulang maupun
penyusun shoulder penyusun shoulder. sendi penyusun
joint, baik itu shoulder joint.
fraktur maupun
dislokasi.
Grashey View Menampakan
gambaran true AP
dari shoulder joint.
Tidak terjadi overlap
antara kepala
humerus dan fossa
glenoid
Axillary View Dapat Dapat mengevaluasi
mengevaluasi subluksasi dan juga
fraktur, dislokasi brankart lession
dan subluksasi
pada shoulder.
Scapular Y Dapat Sangat sedikit Lebih mudah
mengevaluasi gerakan pada tubuh dilaksanakan karena
View dislokasi anterior pasien yang diperiksa lebih sedikit
dan posterior pada saat pemeriksaan. memerlukan
shoulder joint. Dapat menampakan gerakan.
dislokasi posterior
Modified Bisa dilakukan
dengan posisi supine
Trauma Axial
maupun semi-erect.
(MTA)
Sedikit gerakan yang
diperlukan. Dosis
radiasi lebih rendah
41
B. Pembahasan
dan jurnal kesehatan serta literatur yang penulis gunakan untuk membahas
a. Persiapan pasien
jurnal (Goud dkk., 2008; Neep dan Aziz, 2011) tidak menyebutkan
2016) sudah sesuai dan sangat baik untuk menjaga kelancaran jalannya
jurnal (Goud dkk., 2008; Neep dan Aziz, 2011) tidak menyebutkan
Menurut penulis, pada bagian persiapan alat sudah sesuai dan sangat
pesawat sinar-X siap pakai, IR dengan ukuran 24x30 cm, grid, marker,
c. Proyeksi Pemeriksaan
sinar.
view dan/ scapular Y view. Sedangkan pada hasil penelitian (Neep dan
view
dalam beberapa aspek yaitu persiapan pasien, persiapan alat dan bahan,
axillary view, dan/ scapular Y view. Untuk jurnal (Neep dan Aziz, 2011)
klinis trauma
joint pada anatomi normal akan berotasi sebesar 35-40° ke arah anterior,
superimposisi. Hal ini juga dipertegas oleh jurnal (Aydingöz, Canbulat dan
dengan baik dimana glenoid terbebas dari humeral head, jika humeral head
kompresi (termasuk lesi Hill-Sachs) dari kepala humerus dan fraktur glenoid
beberapa fraktur coracoid dan acromion dapat dilihat pada proyeksi axillary
dislokasi kepala humerus serta lesi brankart (Goud dkk., 2008). Untuk
bahu dari pada axillary view pada kondisi trauma akut. Scapular Y juga
Para peneliti dari jurnal (Neep dan Aziz, 2011) berpendapat proyeksi
axillary view terlalu menyakitkan dan sulit untuk dilakukan pada kasus
axillary view walaupun terkadang proyeksi lateral scapula juga tidak bisa
axillary view pada kasus trauma akut abduksi pada lengan yang diperiksa
dilaksanakan pada pasien trauma. Pada jurnal (Neep dan Aziz, 2011) para
dengan mudah, bisa dilakukan pada posisi pasien supine atau erect, dan
ukuran atau bentuk tubuh pasien. Selain itu, kombinasi proyeksi AP dan
penulis memiliki anggapan bahwa pada kasus trauma yang sifatnya darurat,
diagnosa yang tepat, cepat, dan akurat sangat dibutuhkan untuk tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya, selain itu beban kerja pesawat dan
radiografer serta dosis radiasi yang akan diterima oleh pasien juga perlu
pemeriksaan radiografi shoulder joint pada klinis trauma, proyeksi ini juga
utama pada pemeriksaan sinar-X shoulder series. Serta jurnal (Goud dkk.,
literatur yang penulis gunakan dimana menurut (Goud dkk., 2008) proyeksi
dari pada axillary view pada kondisi trauma akut serta scapular Y juga
48
bagus untuk mendeteksi fraktur pada scapula, sedangkan jurnal (Neep dan
sulit untuk dilakukan pada kasus trauma dan mereka lebih memilih proyeksi
scapular Y view.
jurnal (Neep dan Aziz, 2011) diantaranya Proyeksi MTA mudah dilakukan,
diagnostik, tetapi juga menghasilkan tingkat dosis radiasi yang lebih rendah
view. Hal ini dibuktikan dengan tabel di bawah ini yang diambil dari
penelitian yang dilakukan oleh Neep dan Aziz pada tahun 2011.
Tabel 4.5 Patologi trauma yang dapat didiagnosa (Neep dan Aziz, 2011)
49
dan LS. Proyeksi AP dan MTA lebih baik dalam menunjukkan lesi Hill-
Sachs, fraktur glenoid rim, fraktur acromion, dan fraktur greater tuberosity.
BAB V
A. Kesimpulan
proyeksi utama dan proyeksi alternatif yang digunakan sesuai dengan klinis
B. Saran
shoulder joint pada klinis trauma karena memiliki banyak keuntungan seperti
minimnya pergerakan objek yang diperiksa, dosis radiasi yang diterima pasien
lebih sedikit, dan banyaknya anatomi dan potologi yang bisa ditampakkan
47
DAFTAR PUSTAKA