Laporan kasus
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) II
Disusun oleh :
DINA MARLINA
201626
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa,disetujui dan disahkan untuk memenuhii Tugas Mata
Kuliah Praktik Kerja Lapangan II program Studi DIII Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan
Radioterapi Citra Bangsa Yogyakarta oleh Clinical instructure di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
MOEWARDI Surakarta.
Sem/Nim : IV / 201626
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan kasus PKL II dengan judul TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
URETROGRAPHY DENGAN KLINIS STRIKTUR URETHRA DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
Praktek Kerja Lapangan II Semester IV yang dilaksanakan di Instalasi radiologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta dari tanggal 30 Mei 2022 sampai 9 Juli 2022.
Dalam menyelesaikan laporan study kasus ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak dr.H.Arif Faisal, Sp,Rad, Selaku Ketua Yayasan Citra Bangsa Yogyakarta
2. Ibu dr. Enny Suci Wahyuni Sp.Rad, selaku Direktur Akademi Teknik
4. Ibu Nindya Aprilia, STr.Kes selaku Instruktur Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah membimbing penulis selama
PKL I
6. Seluruh dosen dan staf jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO
iii
7. Kedua orang tua saya tercinta yang telah memeberikan doa, dukungan
Semoga Tuhan YME memberi Rahmat - Nya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus ini, demi kesempurnaan laporan
study kasus ini. Akhir kata semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO Citra
Bangsa Yogyakarta
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................v
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................4
DASAR TEORI..................................................................................................................4
2.1.1 Ginjal.............................................................................................................5
2.1.2 Ureter............................................................................................................7
2.1.4 Uretra..........................................................................................................10
2.3 Patologi.................................................................................................................15
v
2.4 Prosedur Pemeriksaan Uretrografi....................................................................18
2.4.1 Indikasi........................................................................................................18
BAB III.............................................................................................................................28
vi
3.3.2 Persiapan Pasien.......................................................................................30
BAB IV.............................................................................................................................38
PENUTUP........................................................................................................................38
4.1. Kesimpulan...........................................................................................................38
4.2. Saran.....................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................39
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………………… 40
vii
vii
i
BAB I
1.1 PENDAHULUAN
dari dua ginjal, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung
kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine keluar
System urinaria adalah sebagai salah satu sistem tubuh yang memiliki
organ-organ yang kompleks dan rentan terhadap suatu penyakit. Pada system
urinaria dapat terjadi kelainan yang disebabkan karena kelainan fungsi ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Gangguan system suatu organ akan
parut dan kontraksi (C. Smeltzer, Suzanne; 2002). Penyempitan lumen ini
disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis, pada tingkat yang lebih parah
bisa berkemih.
struktur tulang pelvis serta untuk melihat adanya kelainan pada patologi lainnya.
1
Kemudian dilanjutkan penyuntikan media kontras. ke urethra. Secara bersamaan
dilakukan pengambilan foto post kontras dengan proyeksi AP dan proyeksi oblik
femur(Bontrager,2018).
2
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam
Surakarta?
Moewardi Surakarta
1.3.2 Untuk mengetahui penggunaan dua proyeksi, yaitu AP dan proyeksi oblik
3
1.4.2 sebagai bahan informasi dan refrensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi .
Dalam penulisan laporan kasus ini sistematika penulisan yang digunakan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4
5
BAB II
DASAR TEORI
Sistem saluran kemih terdiri dari dua ginjal, dua ureter, satu kandung
kemih, dan satu uretra (Bontrager, 2018). Traktus urinarius merupakan saluran
dan reservoir untuk urine yang diekskresikan oleh ginjal. Setelah diproduksi di
parenkim ginjal, urine dikumpulkan di pelvis renalis dan melewati ureter menuju
ke kandung kemih, dimana urine disimpan pada tekanan rendah sampai proses
aliran urine mengalir melalui uretra dan keluar dari tubuh (Waters, et al., 2008).
elektrolit. Elektrolit terdiri dari ion- ion yang kemudian larut dalam air dan
keseimbangan terjadi ketika elektrolit yang masuk dalam tubuh sama dengan
6
1
2
3 Keterangan:
1. Superarenal
4 (adrenal) gland
2. Ginjal
5
3. Ureter
4. Vesika urinaria
Gambar 2.1 Sistem Urinari
Menurut Netter (2010), Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal, dua ureter
yang membawa urine dari ginjal ke vesica urinaria , vesica urinaria, dan uretra.
2.1.1 Ginjal
abdomen, setinggi T12 – L3. Ginjal kanan letaknya lebih rendah dari ginjal
kiri, karena ada hepar. Ukuran: panjang 10 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5
cm. Bagian lateral dari ginjal berbentuk convex dan bagian medialnya
Uriniferous tubule dibagi dua yaitu nephron dan collecting tubule (Moore et
anterior dan posterior, 2 margin yaitu medial and lateral, serta 2 poles
medial margin konkaf (cekung) tempat renal sinus dan renal pelvis,
di mana terdapat renal pelvis, calices, pembuluh darah, dan saraf. Pada
hilum, renal vein ada di sebelah anterior renal artery, dan anterior renal
pelvis.
pada sisi vertebral column. Ginjal membuang kelebihan air, garam, dan
descending colon.
8
10
9 1
2 Keterangan :
8
3 1. Fibrous capsule
7 2. Cortex
4 3. Renal pelvis
4. Mayor calix
6 5 5. Ureter
6. Minor calyx
7. Renal sinuses
Gambar 2.2 ANatomi Ginjal 8. Renal colum
9. Renal papilla
2.1.2 Ureter
Ureter terdiri dari mukosa, muscular coat, dan fibrous outer coat.
urinaria. Ureter terbagi menjadi dua bagian yaitu: pars abdominalis dan
pars pelvis.
dibentuk melalui gabungan dua atau tiga major calices (calyces). Masing-
masing major calices dibentuk oleh gabungan dua sampai tiga minor
Pada wanita, ureter memasuki bagian medial ke asal arteri uterina dan
kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos, befungsi sebagai
uretra dalam mekanisme miksi. Miksi adalah proses berkemih, dan dapat
dilapisi oleh lapisan mukosa sel epitel transional, muskulus yang tebal
kemih memiliki tiga bentuk membuka pada daerah triangular yang disebut
sebagai trigone. Pada saat kosong, vesika urinaria akan terlihat kolaps
dan akan tampak rugae-rugae (kerutan) serta berada pada lesser pelvis
menghilang.
kemih berkisar antara 350 – 500 ml. (Pearce, 1999) (Moore et al., 2014).
11
Keterangan:
1. Ureter
2. UV Junction
3. Trigone
4. Uretra
5. Prostat
Gambar 2.4 Anatomi Vesika Urinari
2.1.4 Uretra
dan squamous stratified. Letak uretra di atas dari orivisium internal uretra
pada kandung kemih dan terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada
1. Uretra posterior
12
Pars membranacea : dengan panjang 2,5 cm, berjalan melalui
2. Uretra anterior
transport semen
complex noncornificatum)
eksterna serta uretra juga merupakan sebuah saluran yang berjalan dari
Uretra femina
13
Keterangan :
Vesika URinaria
1
Ostium Ureteris
2 Trigonum vesicae
3 Ostium urethra internum
4 M. lecator ani
5 Urethra
Ostium urethr externum
6
Vagina
7
8
Gambar 2.5 Urethra
Uretra masculine
glans penis).
sphincter dan terdiri oleh otot polos (diatur oleh saraf simpatis).
14
1
2
Keterangan:
3
4
5
1. Rugae
2. Ureteric orifices
3. Prostate
6
7 4. Prostate urethra
5. Membranous urethra
6. Spongy urethra
8 7. Erectile tissue of
penis
Gambar 2.6 Urethra
Prostat terdiri dari kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuscular (25%
myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat), yang membungkus uretra pars
1. Zonaa perifer
2. Zona sentral
3. Zona transisional
5. Zona anterior
menghadap kea rah collum vesicae dan apex (apex prostate) yang menghadap
kea rah diaphragm urogenitale. Prostat memiliki tinggi 3 cm, lebar 4 cm, dan
lebar anterior-posterior sebesar 2,5 cm, dan beratnya sekitar 20 gram. Volume
15
Jaringan kelenjar membentuk tiga buah gugusan konsentris, yaitu :
colliculus seminalis
Prostate membentuk tiga buah lobus, yaitu dua buah lobus lateralis dan sebuah
isthimus prostate, yang tampak dar luar. Lobus medius mempunyai ukuran yang
16
1
Keterangan :
2 Bladder
3 Seminal vesicle
4 Ejaculatory duct
5 Prostate
6 Penis
7 Urethra
10 Corpus
cavernosum
9
Testis
Anus
Rectum
Gambar 2.6 Anatomi Genitalia
17
2.3 Patologi
yang mengenai urethra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak yang
naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh
alat endoskopi.
18
5. Infeksi, merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur
menggunakan kondom.
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari ⅓ diameter lumen urethra.
Gambar 2.7
19
Gejala utama dari striktur uretra adalah obstruksi dan iritasi berkemih
striktur
retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi, dan kelainan pada
2.4.1 Indikasi :
Striktur
Retensi urine
Kelainan kongenital
Kelainan kongentinal merupakan bawaan dari lahir namun hal ini jarang
terjadi
Fistule
20
organ yang seharusnya tidak berhubungan
Tumor
21
Tumor merupakan lesi pada yang terbentk akibat pertumbuhan sel
Batu uretra
Infeksi akut
Radang prostat
Bahan media kontras ini terdiri dari opacifying element dan komponen
reaksi alergi
22
Pada media kontras ini ioning carboxyl diganti dengan amide atau
Dibanding media kontras ionik, media kontras non ionic jauh lebih
kontras non ionic menimbang keadaan pasien dan reaksi alergi yang
dapat ditimbulkan dari media kontras non ionic. Contoh media kontras
buang air kecil sebelum dilakukan pemeriksaan, agar media kontras yang
Pesawat sinar x
Grid
Marker
Tensi meter
Tabung oksigen
23
Baju pasien
Spuit 20 cc
Kassa
Kapas alcohol
Anti histamine
Kateter
Gliserin
Bengkok
Plester
24
Memasukkan media kontras secara perlahan-lahan hingga terdapat
proyeksi.
Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero posterior), oblik kanan dan kiri.
a. Posisi pasien :
b. Posisi objek :
Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis
pubis.
25
Gambar 2.7 foto pendahuluan
c. Pengaturan sinar :
Ukuran kaset : 24 x 30
d. Kriteria Radiograf :
26
dimasukkan ke uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero
2) Proyeksi AP
a. Posisi pasien :
b. Posisi objek :
c. Pengaturan sinar :
pubis.
Tujuan dari proyeksi oblik kanan atau kiri adalah untuk menilai bagian
a. Posisi Pasien :
b. Posisi objek :
28
Daerah panggul diatur miring kira-kira 35° - 40° kekanan atau
pemeriksaan.
c. Pengaturan sinar :
FFD : 100 cm
d. Kriteria radiograf :
29
2. Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih, dan uretra
30
BAB III
pada tanggal 28 mei 2022 , pasien mendatangi RSUD dr. Moewardi dengan keluhan bila
pasien tidak dapat kencing mulai semalam sebelumnya. Dokter urologi menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan urethrografi di instalasi radiologi dr. Moewardi. Setelah itu pasien
dibawa ke instalasi radioogi dengan membawa lembar permintaan pemeriksaan urethrografi.
Pasien pun melakukan pemeriksaan urethrografi dengan proyeksi AP dan RPO.
Nama : Tn. AS
Umur : 79 Tahun
Nomor RM : 01******
Klinis : Striktur
1. Petugas administrasi radiologi melakukan validasi data pasien yang sudah terdaftar
31
2. Pasien diberi penjelasan oleh petugas radiologi mengenai system pemeriksaan yang
akan dilakukan, kemudian pasien diberi kertas resep obat yang akan ditebus pada
apotek
prosedur yang akan dilakukan sebelum melakukan emeriksaan, jika sudah jelas
4. Setelah itu pasien diperbolehkan untuk kembali kerumah. Dan kembali lagi pada
Pesawat DR :-
Nomor Seri :-
Model :-
Tegangan Max :-
Arus Max :-
Spuit 50 cc
Abocath no. 20
Nacl 100 cc
DVD Radiologi
32
3.3.2 Persiapan Pasien
semua benda logam yang terdapat ditubuh pasien. Pasien juga diminta untuk buang
air kecil sebelum dilakukan pemeriksaan, agar media kontras yang akan
a. Posisi pasien :
b. Posisi objek :
Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis
FFD : 100 cm
33
Ukuran kaset : 24x30 cm
d. Kriteria evaluasi :
kemudian media kontras tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam spuit ukuran
50 ml. Kemudian spuit yang berisi media kontras tersebut disambungkan dengan
alboket yang akan dimasukkan ke lubang orificium uretra externa secara perlahan.
ke uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero posterior), oblik kanan dan
34
tersebut dioleskan dengan jelly dan radiografer yang memasukkan media kontras
a. Posisi pasien :
b. Posisi objek :
meja pemeriksaan
direnggangkan
FFD : 100 cm
d. Kriteria evaluasi :
pubis.
35
2. Tampak kontras mengisi urethra pars penile, pars bulbosa, pars
a. Posisi pasien :
dimiringkan 45º
b. Posisi objek :
kolimasi
36
pemeriksaan
Batas atas kaset krista illiaka dan batas bawah kaset symphysis pubis
37
c. Pengaturan arah sinar :
FFD : 100 cm
d. Kriteria evaluasi :
2. Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih, dan uretra yang terisi
pubis
38
3.4 Hasil Pembacaan Radiograf
Struktur tulang tampak baik, tak tampak lesi litik, sklerotik maupun destruksi
pada tulang
3.4.2 Uretrografi
Kontras tampak lancar mengisi urethra pars penile, pars bulbosa, pars
Tak tampak filling defect, additional shadow, indentasi, maupun kontras pada
urethra
39
Tampak irregularitas minimal pada dinding posterior vesica urinaris disertai
3.4.3 Kesan
Striktur urethra adalah penyempitan lumen urethra akibat adanya jaringan parut dan
kontraksi. Adanya jaringan parut dan kontraksi ini yang menyebabkan penderita
mengalami kesulitan saat berkemih atau bahkan tidak bisa berkemih. Untuk menilai
fluoroscopy agar dapat mengamati gambaran struktur organ dan gerakan organ secara
dinamik. Namun pada Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
pemeriksaan yang akan dilakukan. Kemudian menanyakan kepada pasien apakah ada
alergi dengan obat-obatan dan riwayat penyakit yang pernah dialami. Lalu pasien diminta
untuk buang air kecil terlebih dahulu, serta mengganti pakaian dengan baju pasien yang
telah disediakan.
Pada kasus striktur urethra di Instalasi Radiologi Prof. Dr. Margono Soekarjo
memasukkan
40
media kontras, dan oblik (RPO) dengan media kontras. Pemasukkan media kontras
menggunakan abocath. Media kontras yang digunakan ialah iohexol yang dicampurkan
Kemudian mengambil abocath dan menyisihkan jarum abocath, lalu Teflon abocath
Pemeriksaan foto polos pelvis dilakukan pada pendahuluan pemeriksaan agar dapat
mengetahui ketepatan posisi pasien, untuk mengkoreksi faktor eksposi yang akan
digunakan, serta melihat kemungkinan adanya patologi lain pada urethra. Kemudian
dilakukan pemasukkan media kontras melalui orificium urethra externa hingga mengisi
bagian rongga pelvis, vesika urinaria, serta urethra. Secara bersamaan dengan
proyeksi AP dan Obliq. Oleh karena itu, selama proses pemeriksaan diperlukan dua
radiografer, satu radiografer untuk melakukan pengisian media kontras dan satu
proyeksi RPO dilakukan agar urethra tidak superposisi dengan softtissue yang ada di
Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dapat memberikan informasi
mengenai penyempitan pada urethra yang berada pada pars bulbosa dan pars
41
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dimulai dengan meminta pasien
untuk melakukan buang air kecil dan mengganti baju pasien. Untuk teknik
patologi pada urethra pasien. Sedangkan penggunaan proyeksi oblik dilakukan untuk
menampakkan bagian uretra dan kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis
4.2. Saran
1. Radiografer perlu memberikan penjelasan secara jelas pada pasien agar pasien
42
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, K. L, 2001. Text Book Of Radiographic Positioning and Radiologic Procedures, Fifth
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014
Purnomo B. Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto; 2011
Setiawan, Aris Dr. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
Sloane, Ethel. 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan oleh: James
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1, 2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…
43
LAMPIRAN
44