Anda di halaman 1dari 27

PEMERIKSAAN HSG PADA KASUS INFERTILITAS

DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PARU


Dr. ARIO WIRAWAN
SALATIGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Praktek Kerja Lapangan II

Oleh :

PATRICIA MACEDO MARTINS


NIM : 26450

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RONTGEN
SEMARANG
2008
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui atau diajukan sebagai Laporan Kasus untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan II pada Prodi D-III Teknik
Rontgen STIKES Widya Husada Semarang.

Nama : Patricia Macedo Martins


NIM : 26450
Judul : “TEKNIK PEMERIKSAAN HSG PADA KASUS INFERTILITAS DI
INSTANSI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PARU Dr. ARIO
WIRAWAN SALATIGA”

Salatiga, Juni 2008


Kepala Instalasi Radiologi Pembimbing

Dr. Lilik Lestari, Sp. Rad Arwinto Nugroho, A.Md.Rad


NIP. 140 372 579 NIP. 140 250 112
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan kasus dengan judul “TEKNIK HSG PADA KASUS INFERTILITAS DI
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PARU Dr. ARIO WIRAWAN
SALATIGA”.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan
memenuhi kepentingan semua pihak yang bersangkutan dengan masalah yang
disajikan.
Berhasilnya penyusun ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini.
2. Bapak H. Nur Utama. BSc, selaku Kepala Program Studi D-III Teknik Rontgen
STIKES Widya Husada Semarang.
3. Bapak Dr. Hery Budhi Waluyo, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Paru Dr.
Ario Wirawan Salatiga.
4. Bapak Dr. Lilik Lestari, Sp.Rad, selaku Radiologi Rumah Sakit Paru Dr. Ario
Wirawan Salatiga.
5. Bapak Arwinto Nugroho, A.Md.Rad, selaku Kepala Ruangan sekaligus
Pembimbing dalam penyusunan laporan ini.
6. Seluruh Radiograf beserta staf instalasi Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga.
7. Segenap Dosen dan Staf Program Studi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang.
8. Ayah dan Ibu yang memberikan dukungan moril maupun materiil.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Salatiga, Juni 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................
1.5 Sistematika Penulisan....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................


2.1 Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita........................
2.1.1 Organ Eskterna..................................................................
2.1.2 Organ Interna.....................................................................
2.2 Infertilitas......................................................................................
2.3 Pemeriksaan HSG..........................................................................
2.4 Prosedur Pemeriksaan HSG..........................................................
2.4.1 Indikasi pemeriksaan HSG................................................
2.4.2 Kontra indikasi pemeriksaan HSG....................................
2.4.3 Persiapan pemeriksaan HSG.............................................
2.4.4 Media Kontras...................................................................
2.4.5 Persiapan pasien................................................................
2.4.6 Teknik Radiografi HSG.....................................................
2.4.7 Proyeksi yang digunakan...................................................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................


3.1 Paparan Kasus...............................................................................
3.1.1 Identitas Pasien..................................................................
3.1.2 Riwayat Pasien..................................................................
3.1.3 Prosedur Pemeriksaan HSG..............................................
3.1.4 Teknik Pemeriksaan..........................................................
3.2 Pembahasan ..................................................................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan radiografi dengan
menggunakan sinar-X untuk melihat alat genetalia wanita dengan memasukkan
media kontras ke dalam uterus. Tujuannya untuk melihat bentuk kelainan-
kelainan dan kedudukan pada kovum uteri dan tuba fallopi. (Bontrager, 2001)
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana 2 individu berpasangan sebagai
suami isteri setelah menikah selama satu tahun atau belum pernah mempunyai
keturunan dengan catatan tidak menggunakan kontrasepsi. (Unpad, 1983)
Ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum pemeriksaan HSG
dilakukan. Salah satunya mengenai waktu pemeriksaan, waktu yang optimum
untuk melakukan HSG adalah pada hari ke-10 sesudah haid mulai. Pada saat itu
biasanya haid sudah berhenti.
Proyeksi yang umum dipakai adalah AP, RPO, LPO, dan Post Injeksi
Kontras. Namun, dalam semua kesehatan tidak semua proyeksi digunakan
tergantung pada tujuan yang hendak dilihat dan cukup tidaknya informasi yang
didapat dari sebuah radiograf.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik dan kemudian menuangkannya
ke dalam bentuk laporan dengan judul “PEMERIKSAAN HSG PADA KASUS
INFERTILITAS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PARU Dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tata laksana pemeriksaan HSG pada Kasus Infertilitas di
Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tata laksana pemeriksaan HSG di Instalasi Rumah Sakit
Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
2. Sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Teknik
Rontgen STIKES Widya Husada Semarang.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pemeriksaan HSG
pada kasus infertilitas di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
2. Menambah referensi bacaan diperpustakaan Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan ini, maka penulis
menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang anatomi fisiologi organ genetalia wanita, pengertian
HSG, prosedur HSG.
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan paparan kasus dan pembahasan.
BAB IV : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
2.1.1 Organ Eksterna (alat genetalia luar) / vulva terdiri atas
a. Mons veneris (tundun)
Bagian yang menonjol meliputi simpisis pubis yang terdiri dari
jaringan dan lemak.
b. Labia mayora (bibir besar)
Dua lipatan tebal yang membentuk sisi vulva, terdiri atas kulit dan
lemak, jaringan otot polos pembuluh darah.
c. Labia minora (bibir kecil)
Dua lipatan kecil dari kulit diantara bagian atas labia mayora dan
mengandung jaringan evektif.
d. Klitoris
Sebuah jaringan kriktil seperti penis pada laki-laki dan mengandung
banyak pembuluh darah dan serat sehingga sangat sensitive pada saat
berhubungan seks. (Manuaba, 1999)
e. Vertibulum
Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan dan kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora.
f. Hymen
Selaput tipis dimulut vagina, pada bagian tengahnya berlubang
sehingga kotoran menstruasi dapat keluar.
g. Perineum
Terletak antara vulva dan anus.
Gambar 2.1 Alat Genetalia luar pada wanita (Prawiroharjo, 1999)

Keterangan :
1. Ostia Skene 8. Labium mayus
2. Pubis 9. Fossa navikulare
3. Mons veneris 10. Perimeum
4. Klitoris 11. Anus
5. Labium mayus 12. Vestibulum
6. Orifisium uretra exrenum 13. Hiatus Himenalis
7. Himen

2.1.2 Organ Interna (alat genetalia dalam) terdiri dari


a. Vagina
Suatu saluran muscular membranosa yang menghubungkan uterus dan
vulva, terletak antara kandung kemih dan rectum.
b. Uterus (rahim)
Organ yang tebal, berotot dan berbentuk pir.
c. Ovarium (induk telur)
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak pada kiri dan
kanan uterus dibawah tuba fallopi dan terikat disebelah belakang oleh
ligamentum uterus.
d. Tuba fallopi
Berfungsi untuk menghantar ovum dan ovarium ke uterus dan
menyediakan tempat untuk pembuahan.

Gambar 2.2 Alat genetalia dalam wanita (Prawiroharjo, 1999)

Keterangan :
1. Miometrium 10. Infudibulum
2. Periotoneum viselare 11. Apenduks vesikulosa
3. Endometrium 12. Kavum uteri
4. Ismus tuba 13. Ostius uteri internum
5. Intersitialis tuba 14. Ostius uteri eksternum
6. Mesosalping 15. Porsio
7. Mesovarium 16. Pugae vagina
8. Ampulla tuba 17. Kolumna rugarum anterior
9. Flimbria

2.2 Infertilitas
2.2.1 Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana dua individu berpasangan
sebagai suami-isteri setelah menikag selama satu tahun atau lebih belum
mengalami kehamilan tanpa memakai pencegahan atau kontrasepsi.
Infertilitas dibagi menjadi dua yaitu :
a. Infertilitas primer
Merupakan keadaan dimana seorang isteri belum pernah hamil, meski
telah melakukan hubungan seks selama kurun waktu satu tahun.
b. Infertilitas sekunder
Merupakan keadaan dimana seorang isteri pernah hamil kemudian
memakai kontrasepsi, namun setelah dilepas selama satu tahun belum
juga hamil.

2.2.2 Penyebab Infertilitas


a. Kelainan pada vagina
Adanya kelainan pertumbuhan selaput dara yang sangat elastis dan
adanya infeksi serta sebab-sebab penyakit lainnya.
b. Kelainan pada uterus
Bentuk uterus yang terlalu kecil, adanya tumor dan selaput septum,
adanya radang dan pertumbuhan uterus yang tidak sempurna.
c. Kelainan ovarium
Ovarium yang tidak berbentuk atau bekas infeksi sehingga
menyebabkan perlengketan dan tumor.
d. Psikis
Berupa rasa takut hamil dan bersalin atau melahirkan.
e. Kelainan pada serviks
Servik yang terlalu kecil dan kaku, adanya tumor ganas ataupun
tumor jinak yang biasanya disebabkan oleh lender serviks yang terlalu
pekat dan asam.

2.3 Pemeriksaan HSG


HSG adalah pemeriksaan radiograf pada uterus dan tuba fallopi yang
dilakukan dengan menggunakan media kontras. (Ballinger, 1995)

2.4 Prosedur Pemeriksaan


2.4.1 Indikasi pemeriksaan HSG (Rasad, 1992)
a. Sterilitas primer dan sekunder
b. Melihat potensi tuba
c. Kelainan-kelainan uterus dan kanalis serviks
d. Sesudah operasi tuba
e. Menentukan IUD masih ada d alam kovum uteri

2.4.2 Kontra indikasi pemeriksaan HSG


a. Kehamilan
b. Menstruasi
c. Penyakit ginjal dan jantung yang sudah akut
d. Alergi terhadap media kontras

2.4.3 Persiapan pemeriksaan


a. Persiapan alat dan bahan
1) Alat steril
Speculum, spuid 10 cc / 20 cc, sonde uterus, tenakulum, sarung
tangan, kasa, DUK mangkuk, media kontras dan HSG set terdiri
dari : pertubator, tang, persio, konus spig manometer dan spuit,
glass, bethadine.
2) Alat non steril
Kaset / film 24 x 30, apron, baju pasien, lampu gynecology,
plester, gunting, marker pesawat sinar-X, grid. (Bontranger, 2001)

2.4.4 Media Kontras


Media kontras yang digunakan adalah media kontras cair atay
larut dalam air.

2.4.5 Persiapan pasien


a. Penderita sejak hari pertama hari terakhir sampai hari kesepuluh tidak
boleh bersetubuh (koitus) terlebuh dahulu dengan pasangannya.
b. Penderita diberi obat penenang untuk mengurangi ketegangan dan
rasa sakit
c. Sebelum pemeriksaan, penderita diminta untuk buang air kecil
terlebih dahulu
d. Pada saat pemeriksaan sebaiknya rectum dalam keadaan kosong
e. Prosedur persiapan yang paling penting adalah harus ada inform
consent terhadap pasien
f. Penderita diberikan kesempatan untuk istirahat sebelum pemeriksaan
dilakukan

2.4.6 Teknik Radiografi HSG (Ballinger, 1995)


a. Sebelum dilakukan pemeriksaan HSG dibuat foto polos pelvis (AP)
terlebih dahulu untuk melihat keadaan rongga pelvis sebelum media
kontras masuk.
b. Pemotretan di daerah visika dan uterus pelvis digunakan film
berukuran 24 x 30 cm
c. Kemudian lampu gynecology dipasang menghadap ke organ genetalia
dengan maksud sebagai alat penerangan
d. Pasien tiduran dengan posisi lithotomic diatas meja pemeriksaan,
kemudian vulva dibersihkan dengan disinfektan misalnya bethadine
e. Rongga uterus dilebarkan dengan menggunakan speculum vagina
untuk melihat portio dengan jelas dan bagian dalam vagina
dibersihkan dengan disinfektan
f. Sonde uterus digunakan untuk mengetahui kovum uteri dan posisi
uterus
g. Portio bagian atas dijepit dengan tentakulum
h. HSG set disambung dengan spuit berisi media kontras, untuk
memasukkan media kontras, kemudian dilakukan fiksasi agar tidak
terjadi kebocoran media kontras
i. Setelah selesai, pasien digeser perlahan-lahan ke tengah meja
pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus kebawah
j. Pertama media kontras 5 cc dimasukan melalui kanalis servikalis uteri
dan kemudian dilakukan lagi sebanyak 5 cc dan kemudian dilakukan
pengambilan gambar untuk melihat media kontras sudah mengisi
rongga uterus, tuba fallopi dan pelimpahan media kontras menuju
rongga peritoneum.

2.4.7 Proyeksi yang digunakan


Foto pendahuluan AP pelvis, foto AP pelvis, RPO, LPO, dan AP
post injeksi kontras.
a. Foto pendahuluan AP pelvis
Posisi pasien : Pasien berbaring pada meja pemeriksaan
Posisi obyek : MSP tegak lurus tubuh dan kedua bahu lurus ke
bawah
Control point : 5 cm diatas simpisis pubis
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak

b. Foto AP pelvis
Posisi pasien : Pasien berbaring diatas meja pemeriksaan
Posisi obyek : MSP tegak lurus, kedua bahu lurus ke bawah
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Titik bidik : Diatas 5 cm simpisis pubis
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak
Gambar 2.3 Proyeksi foto Antero Posterior (AP) (Ballinger, 1995)

c. RPO (untuk melihat tuba sebelah kanan)


Posisi pasien : Pasien berbaring tenang terentang diatas meja
pemeriksaan
Posisi obyek : MSP berada di tengah tubuh dimiringkan pada sisi
kanan membentuk sudut 45o terhadap meja
pemeriksaan, kaki kanan lurus dan kaki kiri
ditekuk, lengan kanan menempel pada meja,
sedangkan lengan kiri disisi kepala
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Titik bidik : Pada pertengahan antara MSP dan MCP tubuh sisi
kiri yang dekat dengan kaset
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak

Gambar 2.5 Proyeksi right posterior oblique (Bontrager, 2001)


d. LPO
Posisi pasien : Pasien berbaring diatas meja pemeriksaan
Posisi obyek : MSP tubuh dimiringkan pada sisi kiri membentuk
sudut 45o terhadap meja pemeriksaan, kaki kiri
lurus dan kaki kanan ditekuk, lengan kanan disisi
kepala berpegang pada tepi meja pemeriksaan
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Titik bidik : Diatas 5 cm simpisis pubis, MSP, MCP tubuh sisi
kiri jauh dari kaset
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak

Gambar 2.5 Proyeksi left posterior oblique (Bontrager, 2001)

e. AP post injeksi kontras (sesudah 20-30 menit)


Tujuannya untuk melihat penyerapan media kontras pada
rongga peritoneum biasa dengan 4 posisi diatas sudah cukup
Sesudah pengambilan gambar / foto selesai tentakulum dan HSG set
dilepas kemudian pasien diistirahatkan 10-30 menit untuk buang air
kecil dan membersihkan organ genetalianya. Setelah istirahat
dilakukan pengambilan gambar dengan proyeksi AP post injeksi
kontras.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


Untuk memberikan deskripsi yang jelas, maka penulis akan menguraikan
tentang pelaksanaan pemeriksaan HSG pada kasus infertilitas pada Instalasi
Radiology Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
3.1.1 Identitas pasien
Nama : Ny. I. T. A
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Salatiga
Tanggal Pemeriksaan : 16 Juni 2008
No. Radiology : -
Diagnosa : Infertilitasi
Permintaan : Pemeriksaan HSG

3.1.2 Riwayat penyakit


Pasien sudah menikah selama enam tahun dan sampai sekarang
penderita belum hamil. Oleh sebab itu, pasien memeriksakan diri di poli
kandungan. Setelah diperiksa, dokter yang bersangkutan menyarankan
pasien untuk melakukan pemeriksaan HSG di Rumah Sakit Paru Dr. Ario
Wirawan Salatiga untuk menegakan diagnosa dokter tersebut dibuat surat
permintaan foto roentgen dengan pemeriksaan HSG.

3.1.3 Tata laksana pemeriksaan HSG di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga
a. Pasien datang ke ruang radiology
b. Dokter / radiograf memberikan penjelasan tentang persiapan pasien
yaitu pasien dilarang berhubungan intim dengan suami selama 10 hari
terhitung mulai dari hari pada saat menstruasi terakhir dan
membuatkan jadwal untuk pemeriksaan HSG
c. Kemudian dokter / radiograf menyuruh pasien untuk datang ke
instalasi radiology Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga pada
hari kesepuluh terhitung sejak hari pertama pada saat menstruasi
terakhir, tepatnya pada tanggal 16 Juni 2008.

3.1.4 Prosedur pemeriksaan


a. Persiapan pasien
1) Pasien sejak hari pertama menstruasi sampai dengan hari
kesepuluh tidak boleh koitus terlebih dahulu
2) Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien harus buang air kecil
terlebih dahulu sehingga kandung kemih kosong

b. Persiapan alat dan bahan


1) Pesawat sinar-X
Merk : Flitachi
Model : ZU-L3TY
Tipe tabung :
Ku maksimum : 150
Ma maksimum : 150
Tahun pemasangan : November 2007
2) Speculum
3) Korentang
4) Foley kateter
5) Kasa
6) Spuit 10 cc (2 buah)
7) Bathedine, kapas, beralkohol
8) Mangkuk, handscan
9) 2 buah duk (berlubang dan tidak)
10) Grid, kaset, film (24 x 30 cm)
11) Apron, baju pasien
12) Plester, gunting, marker R/L
13) Bahan kontras adalah iopamiro sebanyak  10 cc

3.1.5 Teknik pemasukan media kontras


Pada pemeriksaan HSG pada pasien dengan persangkaan
infertilitas di Instalasi Radiology Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga menggunakan kateter.
Langkah-langkah pemasangan kateter pada pemeriksaan HSG :
1. Pasien diposisikan lithotomic diatas meja pemeriksaan kemudian di
daerah vulva dibersihkan dengan menggunakan bethadine
2. Spekulum dimasukan ke dalam vagina sehingga rongga vagina
terbuka dan porsio dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu vagina
dibersihkan dengan dengan bethadine
3. Celupkan ujung kateter pada larutan disinfektan, kemudian masukkan
kateter ke dalam kovum uteri dengan menggunakan klem kateter
4. Pada salah satu ujung kateter disambungkan dengan spuit 10 cc yang
sudah diisi media kontras sebanyak 10 cc
5. Pada salah satu ujung disambungkan dengan spuit 3 cc yang
digunakan untuk menyemprotkan udara sebanyak 3-4 cc untuk
mengisi balon kateter sebagai fiksasi agar kateter tidak keluar
6. Kemudian suntikan media kontras ke dalam kovum uteri 5 cc untuk
membuat proyeksi AP kemudian buatkan proyeksi RPO atau LPO
dengan memasukkan media kontras 5 cc lagi untuk melihat media
kontras mengisi uterustuba dan tuba fallopi
7. Setelah selesai kempeskan balon kateter dan tarik kateter secara
perlahan. Setelah itu speculum dilepaskan dan daerah vagina
dibersihkan dengan menggunakan bethadine
8. Pasien disuruh kencing, setelah kencing pasien diposisikan lithotomic
lagi pada ujung meja pemeriksaan dan dibuat proyeksi AP post miksi
untuk melihat sisi media kontras

3.1.6 Pengambilan Radiograf


Dalam pelaksanaan pemeriksaan HSG di Rumah Sakit Paru Dr.
Ario Wirawan Salatiga proyeksi yang digunakan adalah AP 5 cc, RPO,
LPO, AP post injeksi kontras.
a. Proyeksi AP (Anterior Posterior) 5 cc
Posisi pasien : Pasien supine pada ujung meja pemeriksaan
dengan posisi lithotomi
Posisi obyek : MSP (Mid Sagital Plane) sejajar pada pertengahan
meja pemeriksaan, kedua lengan pasien lurus
disamping tubuh
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap film / kaset
Titik bidik : 5 cm diatas simpisis pubis
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak

b. RPO (Rolt Posterior Oblique)


Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan
posisi lithotomi
Posisi obyek : MSP (Mid Sagital Plane) sejajar pada meja
pemeriksaan kemudian tubuh dimiringkan atau
dirotasikan ke kanan sehingga membentuk sudut
45o terhadap meja pemeriksaan, lengan pada sisi
kanan menempel pada meja pemeriksaan dengan
lengan kiri disisi kepala berpengang pada tepi
meja pemeriksaan
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Titik bidik : Pada pertengahan antara MSP dan MCP tubuh sisi
kiri aras
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pasien diam dan tidak bergerak

c. LPO (Left Posterior Oblique)


Posisi pasien : Pasien supine pada ujung meja pemeriksaan
dengan posisi lithotomi
Posisi obyek : MSP (Mid Sagital Plane) berada di tengah meja
pemeriksaan kedua lengan pasien lurus disamping
tubuh
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap film / kaset
Titik bidik : 5 cm diatas simpisis pubis
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Dilakukan saat pasien diam dan tidak bergerak
d. Proyeksi AP Post injeksi kontras
Proyeksi ini dibuat setelah pasien buang air kecil
Posisi pasien : Pasien supine pada ujung meja pemeriksaan
dengan kedua tangan lurus disamping tubuh dan
kedua kaki lurus
Posisi obyek : MSP (Mid Sagital Plane) berada di tengah dan
tegak lurus terhadap meja pemeriksaan
Arah sinar : Vertikal tegak lurus
Titik bidik : 5 cm diatas simpisis pubis
Jarak focus film : 90 cm
Eksposi : Pada saat pasien diam dan tidak bergerak
Hasil bacaan :
X-foto pemeriksaan HSG, Yth TS :
Tampak kontras masuk mengisi uterus dan kedua tuba tampak jalannya
kontras lancar dan tak tampak hambatan
Uterus : Ukuran dan bentuk tampak normal
Tak tampak filling defek
Tak tampak additional shadow
Tak tampak identasi
Tuba sinistras : Spuit (+) tak tampak pelebaran
Tuba dextra : Spuit (–)
Kesan : Tuba dextra non patent
Tuba sinistra patent

3.2 Pembahasan
3.2.1 Teknik pemeriksaan HSG pada kasus infertilitas ,dilakukan dengan tidak
menggunakan persiapan khusus terlebih dahulu di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
Pemeriksaan HSG dilakukan dengan menggunakan media kontras
water-soluble non ionic yaitu iopomiro dengan jumlah 10 cc. Pemasukan
media kontras pada pemeriksaan HSG dilakukan dengan dua tahap
penyuntikan. Penyuntikan pada tahap pertama sebanyak 5 cc dilakukan
untuk melihat pengisian media kontras pada kovum uteri. Penyuntikan
tahap kedua sebanyak 5 cc dilakukan untuk melihat pengisian media
kontras pada daerah kedua tuba fallopi.
Pada pemeriksaan HSG (Histerosalpingografi) di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga tidak
menggunakan HSG set tapi menggunakan kateter. Media kontras
dimasukkan dengan menggunakan kateter yang dipasang pada rongga
uterus, karena dengan menggunakan kateter akan lebih mudah untuk
memasangnya ke dalam uterus dibandingkan dengan menggunakan HSG
set. Bentuk kateter yang kecil dan elastis ini akan membuat kateter lebih
mudah dimasukkan ke dalam uterus dan juga bisa untuk mengurangi rasa
sakit pada pasien.
Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru
Dr. Ario Wirawan Salatiga adalah Antero Posterior (AP), Right Posterior
Oblique (RPO), Left Posterior Oblique (LPO), AP post injeksi kontras.

3.2.2 Kelebihan dan kekurangan menggunakan kateter pada pemeriksaan HSG


a. Kelebihan menggunakan kateter
1) Pasien yang memiliki kelainan letak uterus akan lebih mudah bila
dilakukan pemeriksaan HSG dengan menggunakan kateter.
2) Pada pasien yang diperiksa akan lebih nyaman karena dengan
menggunakan kateter ini dapat mengurangi rasa sakit dan nyeri
pada pasien.
3) Dengan menggunakan kateter bagi rumah sakit yang belum
memiliki HSG set bisa melakukan pemeriksaan HSG set.

b. Kekurangan menggunakan kateter


1) Penggunaan kateter memiliki fiksasi yang kurang sehingga dapat
menyebabkan media kontras bocor dan tumpah keluar dari uterus
2) Pasien harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kateter
pada saat melakukan pemeriksaan HSG
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Dr.
Ario Wirawan Salatiga adalah AP, RPO, dan LPO.
2. Pemeriksaan HSG pada pasien infertilitas dengan menggunakan media
kontras water-soluble non ionic sebanyak 10 cc. Teknik pemasukan media
kontras dilakukan dengan dua tahap penyuntikan, penyuntikan tahap pertama
sebanyak 5 cc dan tahap kedua sebanyak 5 cc.
3. Teknik pemeriksaan HSG pada pasien infertilitas dengan media kontras
dimasukkan dengan menggunakan kateter.

4.2 Saran
Sebaiknya pada pemeriksaan HSG sebelum memasukkan media kontras,
seharusnya dibuat foto pendahuluan terlebih dahulu sehingga dapat terlihat
persiapan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Phillip W. 1995. Radiography Posotions and Radiology Procedures Eight


Edition. Volume II.

Pearce C. Evelin. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia :
Jakarta.

Syafuddin, 1195. Anatomik Fisiologi untuk Siswa Perawat Edisi 2 RGC. Jakarta.

Bontrager I. Kenneth. 2001. Anatomi Fifth Edition United States of Amerika.

Rasad C. Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia :
Jakarta.

Unpad. 1983. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia : Jakarta.

Manuaba. 1999. Anatomi Fisiologi. PT. Gramedia : Jakarta.

Prawiroharjo. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia : Jakarta.

Rasad. Sjahriar. 1992. Radiologi Diagnostik. FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai