Anda di halaman 1dari 30

PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN PELVIS DENGAN

KASUS DISLOKASI HIP JOINT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kasus

Praktek Kerja Lapangan I

Disusun Oleh

Nama : Lili wahyuni

NIM : 17002010

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
Tahun Ajaran 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja

Lapangan I pada Program Studi Diploma 3 Radiologi

Nama : Lili wahyuni


NIM : 17002010
Judul Laporan Kasus : Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan Pelvis
dengan Kasus Dislokasi Hip Joint

Pekanbaru, 27 Januari 2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja
Lapangan I pada Program Studi Diploma III Radiologi STIKes Awal Bros
Pekanbaru

Penguji

1. Annisa, S. Tr. Rad (..................................................)

2. Danil Hulmansyah, S. Tr. Rad (..................................................)

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis


panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Penatalaksanaan
Teknik Pemeriksaan Pelvis dengan Kasus Dislokasi Hip Joint ” dengan baik.
Penyusunan Laporan Kasus ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal Bros Pekanbaru kerena
telah menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan yang pertama ini. Penyusunannya
dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua STIKes Awalbros Pekanbaru Dra.Wiwik Suryandartiwi A,MM


2. Direktur RSUD Arifin Achmad IR.H.Nurzelly,MARS
3. Kepala Instalasi Radiologi dr.Andreas makmur, Sp.Rad
4. Kepala Ruangan Radiologi Rosmaulina Siregar, Amd.Rad
5. Clinical Instrukctur RSUD Arifin Achmad Roikhan Ardhi,SST
6. Semua radiografer dan staf karyawan di Instalasi Radiologi RSUD Arifin
Achmad
7. Supervisor Institusi
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih
memiliki banyak sekali kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan kali
ini juga penulis bermaksud untuk meminta saran dan masukan dari semua pihak
demi terciptanya laporan Praktek Kerja Lapangan yang lebih baik lagi. Penulis
juga berharap agar Laporan Praktik Kerja Lapangan yang telah penulis susun ini
bisa bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca.

Pekanbaru, 21 Januari 2019

iii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PEGESAHAN........................................................................... i

LEMBAR PEGESAHAN............................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian sinar-x................................................................................. 3
B. Komponen pesawat sinar-x................................................................... 3
C. Proses terjadinya sinar-x....................................................................... 5
D. Anatomi................................................................................................ 6
E. Fisiologi................................................................................................ 7
F. Patologi ................................................................................................ 8
G. Pesawat sinar-X.................................................................................... 9
H. CR......................................................................................................... 10
I. Teknik pemeriksaan.............................................................................. 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

iv
A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus....................................................... 13
1. Paparan Kasus.................................................................................. 13
2. Persiapan Pasien............................................................................... 13
3. Persiapan Alat.................................................................................. 13
4. Teknik Pemeriksaan......................................................................... 15
B. Pembahasan.......................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pesawat sinar-x............................................................................. 3

Gambar 2.2 Bucky stand................................................................................... 3

Gambar 2.3 Kaset............................................................................................. 4

Gambar 2.4 Computed Radiography................................................................ 4

Gambar 2.5 Image reader................................................................................. 4

Gambar 2.6 Proses Sinar-X.............................................................................. 6

Gambar 2.7 Anatomi Pelvis.............................................................................. 6

Gambar 2.8 pesawat rontgen starionary........................................................... 9

Gambar 2.9 Proyeksi AP.................................................................................. 11

Gambar 2.10 Hasil Gambaran AP ................................................................... 11

Gambar 2.11 Proyeksi Lateral.......................................................................... 12

Gambar 2.12 Hasil Gambaran Lateral.............................................................. 12

Gambar 3.1 Pesawat......................................................................................... 13

Gambar 3.2 Kontrol Panel................................................................................ 14

Gambar 3.3 Imag Reader................................................................................. 14

Gambar 3.4 Laser Printer.................................................................................. 14

vi
Gambar 3.5 Meja Pemeriksaan......................................................................... 15

Gambar 3.5 Hasil Gambaran Radiograf........................................................... 16

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan radiologi adalah salah satu penunjang diagnosa selain
pemeriksaan laboratorium, mikrobiologi, dll. Maka dari itu diperlukan suatu
radiograf yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai penunjang diagnosa
terhadap suatu penyakit yang diderita oleh pasien (bontrager, 2014)
Roentgen adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil
gambar bagian dalam dari tubuh seseorang. Utamanya, roentgen digunakan untuk
mendiagnosa masalah kesehatan dan yang lainnya untuk pemantauan kondisi
kesehatan yang ada (bontrager, 2014)
Pelvis adalah struktur tulang seperti cincin di ujung bawah batang.
Kedua sisi panggul sebenarnya adalah tiga tulang (ilium, ischium, dan pubis) yang
tumbuh bersama seiring bertambahnya usia. Jaringan ikat yang kuat (ligamen)
bergabung dengan panggul ke tulang segitiga besar (sakrum) di dasar tulang
belakang. Ini menciptakan rongga seperti mangkuk di bawah tulang rusuk. Di
setiap sisi, ada cangkir berongga (acetabulum) yang berfungsi sebagai soket untuk
sendi pinggul (Journal A.G. Vijay Kumar, 2014). Pelvis dibatasi oleh dinding
yang dibentuk oleh tulang, ligamen, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk
seperti corong, memberi tempat kepada vesica urinaria, alat kelamain pelvis,
rektum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf (Keith L. Moore, dkk, 2014).
Dislokasi didefinisikan sebagai terlepasnya keseluruhan tulang dari
mangkuk sendi bagian caput terlepas dari acetabulum. Dislokasi hip joint adalah
suatu kejadian menyakitkan di mana komponen caput femur tulang paha keluar
dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita mengalami rasa nyeri, karena
caput humeri bergerak/bekerja bukan pada tempatnya lagi. Persendian panggul
normal dapat menjadi sangat rentan terjadi dislokasi saat dalam posisi fleksi dan
adduksi (Asih puji utami, dkk, 2018).

1
2

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus dislokasi
hip joint?
2. Bagaimana hasil radiografi pemeriksaan pelvis dengan kasus dislokasi
hip joint?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan pelvis dengan kasus
dislokasi hip joint
2. Untuk mengetahui hasil radiografi pemeriksaan pelvis dengan kasus
dislokasi hip joint
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi bahan
ajar dan keperluan pendidikan khususnya di bidang radiologi agar menjadi
ke arah yang lebih baik.
2. Manfaat klinis
Secara klinis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menjadi
acuan sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga pembaca
mengenai teknik radiograf pelvic dengan kasus dislokasi hip joint
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sinar-x
Sinar-x merupakan sarana utama pembuatan gambar radiograf
yang di bangkitkan dengan suatu sumber daya listrik yang tinggi, sehingga
sinar-x merupakan radiasi buatan (Rini indrati, dkk, 2017).
B. Komponen Pesawat Sinar-x
1. Pesawat sinar-x
Pesawat sinar-X adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi
sinar-X. Sinar-X dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam
dengan elektron cepat dalam suatu tabung hampa udara .(Jurnal Ferry
Suyatno, dkk)

Gambar 2.1 Pesawat sinar-x. (Bruce W. Long, 2015)


2. Bucky stand

Gambar 2.2 Bucky stand. (Bruce W. Long, 2015)

3
4

3. Kaset
Kaset adalah suatu alat untuk menempatkan yang akan ataupun
sudah diekspose.

Gambar 2.3 Kaset. (Bruce W. Long, 2015)


4. Komputer radiografi
Komputer radiografi merupakan tempat melakukan proses scaning,
rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan gambar (display
image) serta menganalisa gambar.

Gambar 2.4 Computed Radiography. (Bruce W. Long, 2015)


5. Image reader
Image reader yaitu sebagai pembaca dan mengolah gambar yang
diperoleh dari Image plate
5

.
Gambar 2.5 Image reader. (Bruce W. Long, 2015)
C. Proses Terjadinya Sinar-x
1. Kutub negatif merupakan filament. Filamen tersebut akan terjadi panas
jika ada arus listrik yang mengalirinya panas meneyebabkan emisi
(keluarnya elekton) pada filamen tersebut. Peristiwa emisi kerena
proses pemanasan disebut dengan termionik. Filament adalah katoda
(elemen negatif).
2. Kutub positif (anoda) merupakan target, dimana electron cepet akan
menumbuknya, terbuat dari tungsten maupun molybdenum,tergantung
kualitas Sinar-X yang ingin dihasikan.
3. Apabila terjadi beda tegangan yang tinggi antara kutub positif (anoda)
dan kutub negatif (katoda) maka electron pada katoda akan menuju ke
anoda dengan dengan sangat cepat.
4. Akibat tumbukan yang sangat kuat dari electron katoda maka elekron
orbit yang ada pada atom target (anoda) akan terpental kelur.
5. Terjadi kekosongan electron pada orbital atom target yang terpental
tersebut,maka elektron orbital yang lebih tinggi berpindah ke elektron
selalu saling mengisi tempet yang kosong jadi ada elektron lain yang
keluar dalam rangka terjaga kestabilan atom.
6. Akibat perpindahan elektron dari orbit yang lebih luar (energi besar) ke
yang lebih dalam (energy lebih rendah), maka terjadi sisa energy.
7. Sisa energi tersebut akan dikeluarkan dalam pencaran foton dalam
bentuk sinar-X karakteristik.
6

8. Jika elektron yang bergerak mendekati inti atom (nukleus) dan


dibelokan atau terjadi pengereman maka terjadi sinar-X bremsstrahlung
(Rini indrati,2017).

Gambar 2.6 Proses Sinar-X (Rini indrati,2017)

D. Anatomi
Pelvis adalah struktur tulang seperti cincin di ujung bawah batang. Kedua sisi
panggul sebenarnya adalah tiga tulang (ilium, iskium, dan pubis) yang tumbuh
bersama seiring bertambahnya usia. Jaringan ikat yang kuat (ligamen)
bergabung dengan panggul ke tulang segitiga besar (sakrum) di dasar tulang
belakang. Ini menciptakan rongga seperti mangkuk di bawah tulang rusuk. Di
setiap sisi, ada cangkir berongga (acetabulum) yang berfungsi sebagai soket
untuk sendi pinggul (Journal A.G. Vijay Kumar, 2014).

2
3
4

Gambar 2.7 Anatomi Pelvis (Bontrager, 2014)


Keterangan :
1. Ilium
7

2. Acetabulum
3. Pubis
4. Ischium
A. Illium
Illium terdiri dari dua bagian corpus dan ala/wing. Corpus ilium terletak
lebih kearah inferior dekat dengan acetabulum dan dua per lima bagian
superior dari acetabulum merupakan bagian dari corpus coxae. Tepi
bagian atas dari ilium disebut krista yang memanjang dari sudut anterior
atau disebut dengan Spina Iliaca Posterior Superior (SIAS).
B. Ischium
Ischium merupakan bagian dari coxae yang terletak di sisi inferior dan
posterior dari acetabulum. Ischium juga terbagi menjadi dua bagian yaitu
corpus dan ramus. Bagian atas dari corpus ischium membentuk
posteroinferior dua perlima dari acetabulum.
C. Pubis
Bagian terakhir dari tulang coxae adalah tulang pubis. Corpus dari pubis
terletak pada bagian anterior dan inferior acetabulum. Satu perlima bagian
dari acetabulum. Mengarah kearah anterior dan medial dari corpus pada
masing-masing pubis merupakan ramus bagian superior. Kedua sisi ramus
superior bertemu pada bagian tengah yang merupakan persendian dan
dapat bergerak disebut simpisis pubis. Pada coxae juga terdapat sebuah
lubang besar yang terletak dikelilingi oleh acetabulum, ischium dan pubis
yang disebut dengan Foramen Obturatorium. Foramen ini merupakan
foramen terbesar yang ada di tubuh manusia.
D. Sacrum
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil
dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua tulang
pangkal paha yang terdiri dari dan mempunyai ciri : Sacrum berbentuk
baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar
menghadap ke depan (Asih puji utami, 2018).
8

E. Fisiologi
Pelvis berfungsi menghubungkan tulang belakang dengan ekstremitas
bawah. Pelvis tersusun dari empat buah tulang yaitu dua tulang hip (disebut
juga coxae atau innominate), satu tulang sakrum dan satu tulang cocigeus.
Dalam golongan sendi pelvis termasuk articulatio lumbosacralis, articulatio
sacrococcygea, articulatio sacro-iliaca, dan sympisis pubica. Fungsi
utamanya adalah untuk menyangga berat tubuh bagian atas ketika kita sedang
duduk, berdiri ataupun beraktifitas. Pelvis minor berfungsi dalam ilmu
kebidanan karena merupakan terusan yang dibatasi oleh tulang-tulang dan
harus dilalui oleh janin pada kelahiran (Asih puji utami, 2018).
F. Patologi
Dislokasi didefinisikan sebagai terlepasnya keseluruhan tulang dari
mangkuk sendi bagian caput terlepas dari acetabulum. Dislokasi hip joint
adalah suatu kejadian menyakitkan di mana komponen caput femur tulang
paha keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita mengalami rasa
nyeri, karena caput femur bergerak/bekerja bukan pada tempatnya lagi.
Persendian panggul normal dapat menjadi sangat rentan terjadi dislokasi saat
dalam posisi fleksi dan adduksi (Asih puji utami, dkk, 2018).
Fraktur didefinisikan sebagai patah yang terjadi pada tulang. Ada banyak
cara untuk membedakan jenis-jenis fraktur. Seperti fraktur dilihat dari
penyebabnya. Fraktur yang terjadi sebagai akibat adanya trauma seperti
kecelakaan lalu lintas, olahraga atau kecelakaan kerja disebut dengan fraktur
tekanan. Energi tumbukan yang mengenai tulang berpengaruh terhadap jenis
fraktur. Sedangkan patah tulang karena adanya penyakit yang menyebabkan
terjadi patah tulang disebut dengan fraktur patologis (Asih puji utami, dkk,
2018).
5

Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap
tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sacroiliaca. Sering terlihat sekrosis
pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fisura. Bedanya dengan
tuberkolosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis deferensial
perlu perkirakan kemungkinan keganasan (Price sylvia, dkk, 2016).

Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering


dengan prognosis yang buruk kebanyakan penderita berumur antara 10-25
tahun. Pada kebanyakan tumor ini terjadi ossifikasi dalam jaringan tumor
sehingga gambaran radiologinya variable bergantung pada banyak sedikitnya
pada penulangan yang terjadi pada stadium dini gambaran tumor ini sukar
dibedakan dengan osteomielitis (Price sylvia, dkk, 2016).
Sarkoma ewing merupakan jenis tumor ganas yang pembesarannya terjadi
dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu tampak destruksi tulang yang
luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke
jaringan sekitar tulang (Price sylvia, dkk, 2016).
G. Pesawat sinar-x
Alat rontgen dipergunakan untuk mengetahui bagian dalam khususnya
paru-paru. X ray menjalankan fungsi herjanya dengan penggunaan sinar
radiasi. Sinar X (rontgen) merupakan jenis radiasi yang paling banyak
ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Semua sinar X di bumi ini dibuat oleh
manusia dengan menggunakan peralatan listrik tegangan tinggi. Alat
pembangkit sinar X dapat dinyalakan dan dimatikan. Jika tegangan tinggi
dimatikan, maka tidak akan ada lagi radiasi. Sinar X dapat menembus bahan,
misalnya jaringan tubuh, air, kayu atau besi, karena sinar X mempunyai
panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar X hanya dapat ditahan secara
efektif oleh bahan yang mempunyai kerapatan tinggi, misalnya timah hitam
(pb) atau tebal sinar X atau sinar rontgen.
6

Gambar 2.8 pesawat rontgen starionary (RSUD Arifin Achmad)

H. CR
CR merupakan proses digitalisasi citra dengan menggunakan imaging
plate (IP). DI dalam IP terdapat photostimulable phospor (PSP) yang
menangkap atenuasi sinar-X. Sinyal-sinyal tersebut kemudian dikonversi dan
dibaca dalam IP reader yang kemudian dapat ditampilkan citra pada monitor.
Citra yang dihasilkan oleh CR termasuk dalam tipe citra digital. Citra digital
merupakan citra yang dihasilkan dari pengolahan dengan menggunakan
komputer, dengan cara mereprentasikan citra secara numerik. Citra tersebut
ditampilkan dalam bentuk matrik (kolom dan baris). Satu elemen matrik
disebut picture element (pixel) yang menunjukkan nilai tingkat keabuan (grey
level) dari elemen citra tersebut. Citra yang dihasilkan oleh perangkat CR
dapat digunakan untuk mencegah diagnosa. Oleh karena itu, semua perangkat
CR harus berfungsi sesuai standar yang telah ditetapkan ( Yusnida, M. A &
Suryono,2014).
I. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP
Proyeksi AP umumnya digunakan untuk melihat hip joint dan . Posisi
pasien hampir sama untuk melihat kedua hip joint dan pelvis, yang
membedakannya adalah titik bidiknya. Pada proyeksi AP untuk kasus
7

trauma, dapat membandingkan kedua hip joint. Sedangkan pada kasus


fraktur pelvis tidak bisa, terutama pada kasus fraktur ramus pubis.
Posisi pasien :Berbaring supine diatas meja pemeriksaan, dengan
Mid Sagital Plane (MSP) tubuh tegak lurus pada
pertengahan meja.
Posisi objek :Kedua crista iliaca dan SIAS simetris berjarak
sama terhadap kaset/meja. Atur Mid Coronal Plane
(MCP) sejajar terhadap meja pemeriksaan.
Tempatkan sandbag dibagian ankle joint agar
pasien tidak bergerak. Batas atas kaset setinggi 5
cm diatas crista iliaca.
Berkas sinar :Vertikal tegak lurus kaset.
Titik bidik : pertengahan antara SIAS dengan simphysis pubis.
Kaset yang dipakai : 35 x 43 cm

Gambar 2.9 Proyeksi AP (Frank,Eugene D 2014)


8

Gambar 2.10 Hasil Gambaran AP (Frank,Eugene D 2014)

2. Proyeksi Lateral
Posisi pasien :Berdiri dengan salah satu sisi menempel pada bucky
stand.
Posisi objek :MSP tubuh sejajar kaset dan MCP tegak lurus kaset.
Atur vetebra sejajar kaset. Kedua lengan diatur
menyilang di depan dada.
Berkas sinar :Horizontal tegak lurus kaset.
Titik bidik :Setinggi 2 inchi inferior SIAS.
Kaset yang dipakai :35 x 43 cm

Gambar 2.11 Proyeksi Lateral (Bontrager, 2014)


9

Gambar 2.12 Hasil Gambaran Lateral (Bontrager, 2014)


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Paparan Kasus
1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 27 Tahun
Alamat : Jl. Rawa
Agama : Islam
Diawat : RSUD Arifin Achmad
Pemeriksaan : Roentgen Pelvis
2. Persiapan Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan ,kedua tangan ditempatkan
disisi dan menyilang diatas dada untuk kenyamanan letakkan bantal
dibawah kepala pasien.
3. Persiapan Alat
3.1 Pesawat x-ray type SHIMADZU
Pesawat sinar x yang digunakan pada pemeriksaan pelvis

Gambar 3.1 Pesawat (RSUD Arifin Achmad)

13
14

Gambar 3.2 Kontrol Panel (RSUD Arifin Achmad)

3.2 Prosesing film


Pengolahan film di RSUD Arifin Achmad menggungakan CR.

Gambar 3.3 Imag Reader (RSUD Arifin Achmad)

Gambar 3.4 Laser Printer (RSUD Arifin Achmad)

F.4 Meja Pemeriksaan.


15

Gambar 3.5 Meja Pemeriksaan (RSUD Arifin Achmad)


F.5 Kaset
Ukuran kaset 24x30 cm.
4. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi Ap
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, Mid
Sagital Plane (MSP) tubuh tegak lurus pada
pertengahan meja.
Posisi Objek :Kaset diatur melintang, kedua tungkai lurus,
tempatkan hip joint ditengah-tengah kaset.
Central ray : Tegak lurus dengan bidang film.
Central Point : Pada pertengahan hip joint.
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : Kv= 65 dan mAs = 25
Kaset : 30 x 40 atau 35 x 35 cm tergantung bentuk tubuh
pasien.
16

Gambar 3.6 Hasil Gambaran Radiograf


Keterangan gambar :
a. Ilium
b. Caput femur
c. Ischium
B. Pembahasan
Dislokasi Caput Femur adalah keadaan dimana caput femur keluar dari
tempatnya atau bergeser dari acetabulum. Terjadinya dislokasi yaitu saat
kaput yang terletak di belakang asetabulum, kemudian segera berpindah ke
dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya trauma
benturan depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. Penderita mungkin
mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam
posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan dirotasikan ke interna.
Pada foto anteroposterior kaput femoris terlihat di luar mangkuknya dan di
atas asetabulum. Segmen atap asetabular atau caput femoris mungkin telah
patah dan bergeser.
Pada pemeriksaan pelvis ini menggunkan proyeksi AP dengan pasien
supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi pelvis true dan mengatur pelvis
dipertengahan kaset selain itu pemeriksaan pelvis ini juga untuk menunjukkan
hasil radiograf yang baik dan menampakkan abnormalitas pada pelvis.
Dengan proyeksi ini akan terlihat celah sendi panggul antero-posterior (AP)
membuka, tampak juga tulang-tulang pembentuk hip joint.
17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan radiograf pada pelvis dengan kasus dislokasi hip joint sinistra
menggunakan proyeksi AP untuk menunjukkan abnormalitas pelvis karena
dengan proyeksi AP mampu menunjukkan kelainan di pelvis.
2. Pemeriksaan pelvis dengan proyeksi AP menunjukkan hasil radiograf
dislokasi hip joint sinistra disertai dengan gambaran bone erosi pada
caput femur sinistra.
B. Saran
Sebaiknya pemeriksaan pelvis dengan kasus dislokasi hip joint digunakan alat
fiksasi demi kenyamanan pasien. Dan harus hati-hati dalam memposisikan pasien
agar tidak memperparah keadaaan pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager,kennet L.2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy. Missouri: Mosby,Inc.
Frank,Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2015.Merril’s Atlas of
Radiographic Positiong and Positioning and Procedures.
Price, A. Sylvia. 2014. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Indrati, Rini 2017. Proteksi radiasi bidang radiodiagnostik dan intervensional.
Malang.
Ferry Suyatno, Lely Yuniarsari, Beny Syawaludin PRPN – BATAN

Lampiran Surat Permintaan Roentgen


Lampiran Hasil Pemeriksaan Radiologi

Anda mungkin juga menyukai