Laporan Kasus Disusun Sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek
Kerja Lapangan I
DISUSUN OLEH :
1701023
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) I Program Studi DIII Teknik Rontgen Stikes Widya Husada Semarang.
Yang dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus pada
tanggal 29 Oktober – 8 Desember 2018, disahkan pada:
Mengetahui :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
penyusunan pelaporan ini dengan baik. Laporan PKL ini bersumber dari semua data yang
penulis peroleh dalam melaksanakan semua kegiatan PKL yang mulai dilakukan tanggal
29 Oktober – 8 Desember 2018 di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus. Penulis menyadari
bahwa hasil laporan PKL yang penulis buat masih jauh dari yang diharapkan. Dalam hal
ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi
laporan yang baik dan bermanfaat.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dan untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Nanik Suraningsih, S.ST, selaku Ketua Jurusan Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang.
2. Ari Budiono, S.Si selaku Kepala Bagian Instalasi Radiologi Rumah Sakit dr.
Loekmono Hadi Kudus.
4. Seluruh radiografer, staf dan karyawan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit dr.
Loekmono Hadi Kudus
5. Teristimewa orang tua saya tercinta, yang telah memberikan kasih sayang.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi DIII TRO STIKES Widya Husada Semarang.
8. Pihak-pihak lain yang terlibat dan membantu dalam penulisan laporan kasus ini.
iv
Kudus, 25 November 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB IV PENUTUP ......................................................................................20
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................23
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 3.8. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Erect ..................................16
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
xi
1.2.2. Mengapa pada kasus Osteoarthritis di Instalasi Radiologi RSUD dr.
Leokmono Hadi Kudus hanya menggunakan proyeksi AP dan Lateral Erect?
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xiii
Gambar 2.2. Anatomi Knee Joint dari posisi Lateral dextra
xiv
2.3.1. Usia
Semakin lanjut usia seseorang,maka akan semakin besar resiko terjadinya
Osteoarthritis. Hal ini disebabkan karena sendi lutut yang digunakan sebagai
penumpu berat badan sering mengalami gesekan/tekanan.
2.3.2. Obesitas
Berat badan yang berlebih akan menambah tekanan pada sendi lutut.
2.3.3. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan aktivitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga merupakan
salah satu penyebab Osteoartritis pada lutut.
2.3.4. Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma,benturan atau cedera pada sendi lutut yang dapat
menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi
tersebut.
xv
2.4.4. Proyeksi PemeriksaanKnee Joint :
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1. Posisi Pasien:
(a) Tidur telentang diatas meja pemeriksaan.
(b) Tubuh pasien diatur true AP dan pelvis diatur sehingga tidak rotasi.
2. Posisi Objek :
(a) Knee joint yg diperiksa lurus, ankle diganjal sand bag untuk fiksasi
& kenyamanan pasien.
(b) Pertengahan kaset diatur ½ inchi dibawah apex patella sehingga
celah sendi tampak pada pertengahan film.
(c) Kaki diatur dalam posisi true AP.
3. Central Ray :
(a) Untuk melihat celah sendiarah sinar disudutkan 5-7 derajat ke arah
cephalad.
(b) Untuk melihat ujung distal femur dan ujung proximal tibia & fibula
arah sinar vertikal tegak lurus film.
4. Central Point : ½ inchi (1,25cm) distal dari apex patella.
5. FFD : 90-100 cm.
xvi
Gambar 2.4. Hasil Radiograf Proyeksi AP Supine
6. Kriteria Radiograf :
(a) Femoral condyles harus superposisi.
(b) Tampak Patella dalam profile lateral.
(c) Proximal Tibia dan Fibula tampak.
(d) Femoropatellar dan knee joint terbuka.
xvii
Gambar 2.6. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral(Mediolateral)
6. Kriteria Radiograf :
(a) Celah sendi tampak membuka.
(b) Fossa intercondylar tampak termasuk permukaan proximal dan
lateral tidak rotasi.
(c) Intercondyler eminence tampak.
xviii
Gambar 2.8. Hasil Radiograf Proyeksi PA
d. Proyeksi Oblique
1. Posisi Pasien : Pasien berbaring supine diatas meja
dengan knee dipertengahan meja atau berdiri
menghadap tabung.
2. Posisi Objek :
(a) Medial Oblique: Pasien dirotasikan ke internal sehingga
femur condyles 40 - 45 derajat terhadap bidang
film.
(b) Lateral Oblique : Knee rotasi eksternal 40 - 45 derajat, Long
axis femur pada pertengahan meja.
3. Central Ray : Vertikal tegak lurus.
4. Central Point : ½ inchi or 1,25 cm distal dari apex patella.
5. FFD : 90-100 cm.
xix
Gambar 2.10. Proyeksi Lateral Oblique
6. Kriteria Radiograf :
(a) Proyeksi Medial Oblique :
1) Caput fibullae terbebassuperposisi dengan tibia.
2) Celah Knee joint tampak membuka.
3) Soft tissue pada knee tampak.
(b) Proyeksi Lateral Oblique :
1) Tampak profil medial condyle.
2) Caput fibullae, collum superposisi.
3) Tampak Oblique dari knee.
xx
e. Proyeksi AP Weight Bearing
1. Posisi Pasien : Pasien berdiri tegak menghadap tabung.
2. Posisi Objek :
(a) Pasien rotasi internal knee 15 derajat sehingga knee true AP.
(b) Condylus Femur parallel terhadap film.
3. Central Ray : 5-10 derajat kearah caudal.
4. Central Point : ½ inchi (1,25cm) dibawah apex patella.
5. FFD : 90-100 cm.
6. Kriteria Radiograf :
(a) Celah sendi tampak membuka.
(b) Patella pada pertengahan film.
(c) Tampak distal femur, proksimal tibia, dan fibula dan ruang
femorotibial joint terlihat bilateral.
xxi
BAB III
xxii
Kv min. :
mAs maks. :
mAs min. :
xxiii
4. DR
5. Dry viewer
xxiv
b. Persiapan Pasien :
Melepas benda-benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf pada
daerah knee joint.
c. Proyeksi Pemeriksaan Knee Joint :
1. Proyeksi AP (Erect)
(a) Posisi Pasien : Pasien berdiri diatas papan yang disediakan
menghadap ke arah tabung.
(b) Posisi Objek :
(1) Menempelkan knee joint dextra pada image reseptor dan
diletakkan pada pertengahan kaset.
(2) Knee joint yang akan diperiksa lurus.
(3) Kaki diatur dalam posisi true AP.
(c) Central Ray : Horizontal tegak lurus.
(d) Central Point : Pertengahan knee joint.
(e) FFD :100 cm.
(f) Kriteria Radiograf :
xxv
(2) Kaki yang dekat dengan image reseptor difleksikan agar
menjadi tumpuan berat badan dan kaki yang satunya ditarik
ke arah belakang dan diluruskan.
(b) Posisi Objek :
(1) Meletakkan knee joint dextra pada pertengahan image
reseptor.
(2) Mengatur supaya posisi knee joint true lateral.
(c) Central Ray :Horizontal tegak lurus kaset.
(d) Central Point : Pertengahan knee joint.
(e) FFD : 100 cm.
(f) Kriteria Radiograf :
3.2 Pembahasan
Pada kasus Ny. K, Dokter Swasta menulis surat permintaan foto rontgen
menggunakan proyeksi AP dan Lateral (Erect) dextra. Pasien memiliki keluhan nyeri
seperti tertusuk-tusuk jarum dan bengkak pada bagian lutut kiri. Ny. K mulai
mengalami nyeri pada lutut 2 bulan yang lalu. Aktivitas Ny. K sehari-hari adalah
bekerja di Pabrik dan kerjanya sering berjalan kaki terus menerus.
Pemeriksaan knee joint di Instalasi Radiologi RSUD dr. leokmono Hadi
Kudus tidak memerlukan persiapan khusus,karena tidak menggunakan media
kontras. Pasien dianjurkan untuk menaikkan celananya agar tidak menimbulkan
bayangan yang mengganggu gambaran radiograf. Di Instalasi Radiologi RSUD dr.
Leokmono Hadi Kudus proyeksi yang digunakan untuk mendiagnosa Osteoarthritis
pada knee joint adalah proyeksi AP danLateral (Erect).
xxvi
Proyeksi yang digunakan untuk mendiagnosa Osteoarthritis adalah proyeksi
AP dan Lateral (Erect). Pada proyeksi AP (Erect) posisi pasien berdiri di atas papan
yang disediakan dan menghadap ke arah tabung. Posisi objeknya dengan
menempelkan knee joint dextra pada kaset dan diletakkan pada pertengahan kaset,
knee joint yang akan diperiksa lurus dan kaki diatur dalam posisi true AP. Central
ray (arah sinar) horizontal tegak lurus image reseptor dengan jarak antara sumber
keluaran sinar-x dengan film 100cm. Central point (titik bidik) pada proyeksi AP
(Erect) yaitu pada pertengahan knee joint. dengan faktor eksposi 60kV dan 12mAs.
Pada proyeksi Lateral (Erect) posisi pasien berdiri menghadap ke salah satu
sisi, kaki yang dekat dengan kaset adalah kaki yang sakit dan difleksikan agar
menjadi tumpuan berat badan dan kaki satunya ditarik ke belakang dan lurus. Posisi
objek pada proyeksi lateral yaitu dengan meletakkan objek knee joint pada
pertengahan kaset dan mengatur supaya posisi knee true lateral. Central Raynya
adalah horizontal tegak lurus. Jarak antara sumber keluaran sinar-x dengan image
reseptor 100cm. Central point pada proyeksi lateral yaitu pertengahan knee joint.
faktor eksposi 60kV dan 12mAs.
Menurut dokter Radiolog setelah membaca radiograf knee joint pada Ny. K
kesannya adalah Osteoarthritis. Menurut penulis, Osteoarthritis yang dialami Ny. K
adalah Osteoarthritis Primer, karena usia Tn.S lebih dari 45 tahun (66 th). Faktor
yang menyebabkan Ny. K terkena Osteoarthritis adalah faktor usia dan faktor
aktivitas sehari-hari, karena usia Ny. K sudah 66 tahun dan aktivitas Ny. K sering
berjalan kaki terus menerus.
Menurut penulis teknik pemeriksaan radiografi knee joint pada kasus
Osteoarthritis lebih baik menggunakan proyeksi AP Weight-Bearing dan proyeksi
Lateral perbandingan, berikut tabel kelebihan dan kekurangan menggunakan
proyeksi AP & Lateral (Erect) dan proyeksi AP Weight-Bearing & Lateral
perbandingan :
xxvii
Tabel 3.1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi AP &
Lateral (Erect) dan proyeksi AP Weight-Bearing&Lateral perbandingan
xxviii
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
4.1.1. Teknik pemeriksaan radiografi knee joint pada kasus Osteoarthritis di
Instalasi Radiologi RSUD dr. Leokmono Hadi Kudus dimulai dengan
memberi arahan kepada pasien untuk melepas benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiograf. Menyiapkan alat dan bahan, menggunakan
proyeksi AP dan proyeksi Lateral (Erect) dan dengan jarak 100cm. Proyeksi
AP dengan Central Ray horizontal tegak lurus kaset dan Central point pada
pertengahan knee joint dengan posisi pasien berdiri menghadap ke arah
tabung. Posisi objeknya dengan menempelkan knee joint yang sakit pada
kaset dan diletakkan pada pertengahan image reseptor. Pada proyeksi lateral,
Central Raynya horizontal tegak lurus image reseptor dan Central point pada
pertengahan knee joint dengan posisi pasien berdiri menghadap ke salah satu
sisi, kaki yang dekat dengan image reseptor adalah kaki yang sakit dan
difleksikan agar menjadi tumpuan berat badan dan kaki satunya ditarik ke
belakang dan lurus.
4.1.2. Teknik pemeriksaan radiografi knee joint di Instalasi Radiologi RSUD dr.
Leokmono Hadi Kudus pada kasus Osteoarthritis yang dialami Ny. K
menggunakan proyeksi AP dan Lateral (Erect) karena permintaan dari dr.
Swasta dan menurut beliau dengan proyeksi AP dan Lateral (Erect) sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa.
4.1. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam laporan kasus ini yaitu
mahasiswa praktek maupun radiografer, sebaiknya dalam melakukan pemeriksaan
knee joint pada kasus Osteoarthritis selalu menggunakan proyeksi AP Weight-
Bearing dan Lateral perbandingan, karena dalam menegakkan diagnosa keuntungan
menggunakan proyeksi AP Weight-Bearing dan Lateral Perbandingan lebih banyak
daripada menggunakan proyeksi AP dan Lateral (Erect).
xxix
DAFTAR PUSTAKA
xxx
LAMPIRAN– LAMPIRAN
xxxi
Lampiran 2, hasil bacaan dari dokter
xxxii