Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh :
Sri Handayani
NIM : 14/371271/PKU/14487
Kepada :
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
i
Tesis
Praktik Iligiene Sanitasi Karyarvan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Wates Knbupaten Kulon Progo
Sri Hrndayani
yw
ri Wibowo, Sp.MK, Ph.D
8120t6
Dr. asanbasri. MA
Ketur Program : Tlmr Kesehaten Masvarakat
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian................................................................................... 7
Tabel 2. Cara Pencucian Peralatan ........................................................................ 14
Tabel 3. Karakteristik Subyek Penelitian .............................................................. 40
Tabel 4. Distribusi Subyek berdasarkan Jawaban pada Kuesioner pengetahuan...42
Tabel 5. Analisis Univariat Berdasarkan Variabel Pengetahuan...........................44
Taebl 6. Distribusi Subyek berdasarkan Karakteristik dan Pengetahuan..............45
Tabel 7. Dsitribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Pernyataan Sikap..................47
Tabel 8. Analisis Univariat Berdasarkan Variabel Sikap......................................48
Tabel 9. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Karakteristik dan Sikap.......49
Tabel 10. Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Praktik Higiene Sanitasi.....50
Tabel 11. Analisis Univariat Berdasarkan Variabel Praktik..................................51
Tabel 12. Distribusi Subyek Peneliian berdasarkan Karakteristik dan Praktik.....52
Tabel 10. Analisis Bivariat Antara Pengetahuan dan Sikap Terhadap Praktik......54
Tabel 11. Analisis Multivariat Antara Pengatahuan dan Sikap Terhadap Praktik.55
Tabel 12. Check List Praktik Higiene Sanitasi....................................................109
Tabel 13. Hasil Inspeksi Sanitasi Penyehatan Makanan dan Minuman...............110
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Angka Kuman dan E Coli Peralatan Makan.........119
Tabel 15. Hasil Uji Sanitasi (Bakt eriologi) Air Bersih.......................................120
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori.................................................................................... 25
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 26
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
ix
ix
PERIYYATAAI{
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang peruah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu p€rguuan
ti"ggr, dr" sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lairq kecuali yang secaxa tertulis
Tesis ini telah diselesaikan atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis
dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :
4. Bapak dr. Tjahjono Kuntjoro, MPH, DrPH selaku pembimbing utama, yang
telah memberikan bimbingan dengan baik dan sabar, sehingga dapat
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Joko Susilo, SKM, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dengan baik dan sabar, sehingga dapat menyelesaikan
tesis ini.
7. Bupati Kulon Progo, yang telah memberikan ijin untuk mengikuti tugas belajar
serta memberikan ijin penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Wates
Kabupaten Kulon Progo
xi
xii
8. Ibu dr.Lies Indriyati, Sp.A selaku Direktur RSUD Wates , yang telah
memberikan ijin menempuh pendidikan S2 ini, serta memberikan ijin
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo
9. Ibu Rina Ismiyati, S.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi dan seluruh karyawan
instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo atas
partisipasi dan dukungannya sebagai responden dalam penelitian ini.
10. Ibu dr. Rr. Retno Ambar Rukminingsih,M.Sc, Sp.PD, Bapak Sapto Prasetyo,
AMKL, dan Bapak Effata Sutriatmo, S.Kep, Ners, yang telah bersedia
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.
11. Suami tercinta Abi Suparjono, S.KM dan anak – anak kami tersayang Almas
Farhah Salsabila, Ayyasy Ulfah Firdaus, dan Ahmad Burhan Baihaqi, atas
pengorbanan, pengertian, kesabaran, doa, dan kasih sayangnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
12. Ayahanda Bp.H.Muhardi dan ibunda Hj.Suratini tercinta, serta kakak- kakak
kami tersayang, Sri Hartini,S.Sos dan Sri Wahyuningsih, S.H., serta Om
Sugiarto, S.KM, M.Kes, beserta keluarga, yang telah memberikan dukungan,
semangat, serta doa tulusnya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
ini.
14. Rekan seperjuangan minat Gizi dan Kesehatan Angkatan 2014 Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
xii
INTISARI
Latar Belakang : Tujuan dari penyehatan makanan dan minuman dengan prinsip
higiene sanitasi adalah tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen, menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan, dan terwujudnya perilaku kerja karyawan
yang sehat dan benar dalam penanganan makanan. Di instalasi gizi Rumah Sakit
Umum Daerah Wates Kulon Progo belum ada kegiatan monitoring praktik higiene
sanitasi secara rutin dan terukur menggunakan check list. Hasil uji usap alat
makan pada bulan Februari 2015 menunjukkan hasil diatas batas maksimal yang
diperbolehkan (>100 CFU/cm2), dan hasil uji bakteriologi air bersih juga melebihi
batas maksimal yang diperbolehkan ( >10/100 ml). Hasil inspeksi sanitasi rumah
sakit untuk variabel penyehatan makanan dan minuman tahun 2015 belum
mencapai target 90% dengan hasil 82,63%
Tujuan Penelitian : Menganalisis praktik higiene sanitasi karyawan Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observational, dengan rancangan
cross sectional menggunakan pendekatan mixed methode dengan strategi
eksplanatoris sekuensial.
Hasil : Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji fisher’s exact dilanjutkan
dengan analisis multivariat dengan regresi logistik diperoleh hasil bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan praktik higiene sanitasi setelah dikontrol
dengan sikap (nilai RP 3,4 dan CI : 1,01-11,5) , dan tidak ada hubungan antara
sikap dengan praktik higiene sanitasi setelah dikontrol dengan pengetahuan (nilai
RP 1,4 dan CI : 0,5-4,25). Perspektif karyawan terhadap faktor pemudah dan
faktor penguat sebanyak 25% menilai ketersediaan fasilitas sudah memadahi ,
sebanyak 21,25% menilai belum ada kesempatan mengikuti pelatihan, sebanyak
37,50% menilai belum ada sosialisasi peraturan, serta sebanyak 65,63% menilai
belum ada sistem pengawasan rutin terhadap praktik higiene sanitasi. Perspektif
managemen tentang higiene sanitasi bahwa higiene sanitasi karyawan instalasi
gizi mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka kuman peralatan makan
pasien.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik higiene sanitasi
setelah dikontrol dengan sikap, dan tidak ada hubungan antara sikap dengan
praktik higiene sanitasi setelah dikontrol dengan pengetahuan. Dari perspektif
karyawan diketahui beberapa karyawan menilai belum ada sosialisasi peraturan,
belum ada sistem pengawasan, fasilitas belum memadahi dan belum ada pelatihan
higiene sanitasi. Dari Perspektif managemen bahwa higiene sanitasi karyawan
instalasi gizi mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka kuman peralatan
makan pasien, sehingga merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam upaya meminimalkan infeksi dan penularan penyakit melalui makanan
yang disajikan kepada pasien.
Kata kunci : Higiene Sanitasi, Praktik, Karyawan Instalasi Gizi, Rumah Sakit
xiii
ABSTRACT
Background: The purpose of restructuring the food and drinks with the principles
of food hygiene and sanitation is the availability of good quality and safe for the
health of the consumer, the decline in the risk of disease transmission through
food or health problems, and the realization of the behavior of employees healthy
and correct in food handling. At food service of Wates Regional Public Hospital,
has been no activity monitoring practices of hygiene and sanitation on a regular
basis and measured using a check list. Results smear test cutlery in February 2015
showed results above the maximum limit allowed (> 100 CFU / cm 2), and clean
water bacteriological test results also exceeded the maximum allowable limit (>
10/100 ml). Results of sanitary inspection hospitals to restructure variable food
and beverages in 2015 has not yet reached the target of 90% with the result of
82.63%
Objective: To analyze the practice of hygiene and sanitation of food service
employees in Wates Regional Public Hospital, Kulon Progo.
Methods: The study was observational, cross sectional design using a mixed
method approach with sequential explanatory strategy.
Results: Based on the results of the bivariate analysis with Fisher 's exact test
followed by multivariate logistic regression analysis showed that the there is a
relationship between knowledge and practice of hygiene and sanitation after a
controlled manner ( RP value of 3.4 and CI : 1.01-11.5 ) , and not there is a
relationship between attitudes to hygiene and sanitation practices after controlling
for knowledge ( RP value of 1.4 and CI : 0.5 - 4.25 ) Perspectives of employees to
factors predisposing and reinforcing factors as much as 25% assess the availability
of facilities already sufficient, as much as 21.25% assesses no training
opportunities, as much as 37.50% of judging there is no socialization of the
regulation, as well as 65.63% rate the system is still not routine surveillance of the
hygiene and sanitation practices. Management perspective on hygiene and
sanitation that hygiene and sanitation employees food service has contributed to
the high number of bacteria tableware patients.
Conclusions : There is a relationship between knowledge and practice of hygiene
and sanitation after a controlled manner, and there is no relationship between
attitude to hygiene and sanitation practices after controlling for knowledge. From
the employee's perspective in mind some employees assess socialization no
regulation, no supervision system, the facility has not yet memadahi and
sanitation hygiene training. From the perspective of management that the
employee hygiene and sanitation installations nutrition has contributed to the high
number of bacteria tableware patients.
Keywords: Hygiene Sanitation, Practices, Food Service Employees, Hospitals
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sakit harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan mengacu kepada
Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/KEP/X/2004 tentang Persyaratan Sanitasi
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan dari penyehatan makanan dan minuman adalah tersedianya makanan
yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen, menurunnya resiko
kejadian penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan, dan
terwujudnya perilaku kerja karyawan yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan prinsip personal
hygiene dan kebersihan peralatan makan. Kebersihan penjamah makanan (higiene
penjamah makanan) merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan makanan
yang aman dan sehat. Peralatan makan yang kotor dapat mencemari makanan,
sehingga harus dijaga kebersihannya. Upaya untuk menghindari pencemaran dari
peralatan adalah dengan pemilihan peralatan yang baik mudah dibersihkan, dan
menerapkan cara pencucian peralatan yang benar (Kemenkes RI, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit menular yang
ditularkan melalui makanan dan minuman berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dan keluhan responden terdiri dari tifoid sebesar 1,6%, hepatitis sebesar 0,60%
dan diare sebesar 9%. Data Penyakit Bawaan Makanan di berbagai negara di
dunia menunjukkan bahwa 60% disebabkan karena buruknya teknik penanganan
makanan, dan terjadi kontaminasi pada saat disajikan di tempat pengelolaan
makanan. Hasil penelitian Cahyaningsih, 2009 menunjukkan bahwa perilaku
penjamah makanan 65% termasuk sedang dan hasil uji bakteriologis ada 73,1 %
angka kuman permukaan piring tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil
observasi dapat dikatakan bahwa perilaku higiene sanitasi belum seluruhnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara sebelum bekerja mencuci tangan dan tidak
mencuci tangan dengan sabun setelah dari WC dengan angka kuman total
(Cahyaningsih, 2009).
Menurut data kepegawaian di Instalasi Gizi, pada saat ini seluruh karyawan di
Instalasi Gizi sebanyak 32 orang dan 3 orang tenaga out sourching dengan
karakteristik yang beragam berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
3
Wates Kulon Progo belum dilakukan uji mikrobiologi sampel makanan, sehingga
belum ada data hasil uji angka kuman pada makanan yang akan disajikan.
Rumah Sakit Umum Daerah Wates dalam pelayananannya dituntut agar dapat
memenuhi standart akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Salah satu elemen penilaian dalam akreditasi rumah sakit adalah kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), dimana rumah sakit harus melakukan
upaya mengurangi resiko infeksi dari fasilitas yang terkait dengan kegiatan
pelayanan makanan dan pengendalian mekanik dan permesinan. Elemen penilaian
dalam PPI 7.4 terdiri dari : 1).Sanitasi dapur dan penyiapan makanan ditangani
dengan baik untuk meminimalkan resiko infeksi, dan 2). Pengontrolan
engineering / Enginering control diterapkan untuk meminimalisasi risiko infeksi
di area yang tepat di rumah sakit. Standar penilaian dikatakan terpenuhi bila≥
80%, terpenuhi sebagian bila 20-79%, dan tidak terpenuhi bila< 20%
(KARS, 2012).
Dalam dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar,
saat ini instalasi gizi sedang dalam proses penyusunan peraturan tentang higiene
sanitasi bagi karyawan mengacu pada Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit yang bersumber dari Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/KEP/X/2004,
dan mengembangkan higiene sanitasi serta hasil pemeriksaan angka kuman
peralatan makan sebagai salah satu indikator mutu pelayanan gizi. Sistem
pengawasan terhadap kegiatan penyelenggaraan makan sudah dilakukan, terutama
pengawasan dalam sistem pendistribusian makanan. Untuk pengawasan tentang
praktik higiene sanitasi bagi karyawan Instalasi gizi belum dilaksanakan secara
intensif menggunakan check list, sehingga belum ada data sejauh mana praktik
higiene sanitasi bagi karyawan dalam upaya meminimalkan kontaminasi, infeksi,
serta dalam upaya meningkatkan mutu keamanan makanan. Namun demikian
sudah ada sistem monitoring dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) tentang hand hygiene bagi karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah Wates
Kabupaten Kulon Progo. Hasil audit kepatuhan petugas terhadap 5 momen cuci
tangan pada bulan Agustus sampai dengan November 2015 adalah dokter (91%),
perawat (95%), bidan (91%), petugas lain (cleaning service, karyawan bagian
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah :
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik
higiene sanitasi karyawan?
2. Bagaimana perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor
penguat dalam praktik higiene sanitasi?
3. Bagaimana perspektif managemen tentang higiene sanitasi?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis praktik higiene sanitasi karyawan Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik
higiene sanitasi karyawan.
b. Diketahuinya perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor
penguat dalam praktik higiene sanitasi.
c. Diketahuinya perspektif managemen tentang higiene sanitasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi managemen rumah sakit tentang hasil analisis
praktik higiene sanitasi karyawan instalasi gizi sebagai bahan evaluasi serta
sebagai salah satu dasar dalam penyusunan pedoman dan regulasi tentang
higiene sanitasi dalam upaya menyediakan makanan yang berkualitas baik
dan aman bagi kesehatan pasien serta mewujudkan perilaku kerja yang sehat
dan benar dalam penanganan makanan
2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan khasanah baru bagi ilmu pengetahuan tentang analisis kritis
praktik higiene sanitasi berdasarkan regulasi dan kajian ilmiah, sebagai
dasar bagi penelitian selanjutnya terkait dengan higiene sanitasi.
7
E. Keaslian penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Metode
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1 Arendt Motivating Observasional Ada perbedaan perspektif 1. Observasional, 1. Tidak ada pendekatan
et al Foodservice pendekatan pada karyawan dari pendekatan kuantitatif
(2014) Employees to Follow kualitatif dengan beberapa generasi tentang kualitatif 2. Lokasi penelitian
Safe Food Handling Focus Group pelatihan keamanan pangan 2. Variabel :
Practices : Perspective Discusion dan motivasi untuk perspektif
from a (FGD) dan mempraktekkan perilaku karyawan
Multigenerational pendekatan penanganan makanan yang
Workforce kuantitatif aman.
2 Ramirez et Level of Knowledge Observasional Tiga faktor resiko utama 1. Observasional 1. Tidak ada variabel
al (2011) and Compliance of yang diidentifikasi dalam 2. Subyek sikap, perspektif
Mexican Food observasi adalah : penelitian terhadap ketersediaan
Code among 1. Kurangnya tempat cuci adalah fasiliats, kesempatan
Hospital tangan di daerah karyawan pelatihan, sosialisasi
Foodservice persiapan makanan 3. Variabel peraturan, sistem
Employees 2. Kegagalan pengetahuan, pengawasan
in Guadalaraja mempertahankan suhu 2. Lokasi penelitian
Mexico pendinginan < 70 0C
8
Metode
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
3. Kegagalan untuk
membersihkan dan
mensterilkan area
kontak makanan
berkorelasi tidak
langsung termasuk
peralatan makan
pasien dan semua
peralatan makan
3. Hasyim et Analysis of Pendekatan Personal higiene 1. Pendekatan 1. Tidak ada variabel
al (2014) Personal Hygiene kualitatif dengan penjamah makanan kualitatif pengetahuan, sikap,
and Sanitation observasi dan cenderung tidak dengan perspektif karyawan
Fasilities in The wawancara sehat,sebagian informan observasi dan terhadap kesempatan
Implementation of mendalam tidak menggunakan wawancara pelatihan, sosialisasi
Food Stalls Serving celemek dan tutup rambut mendalam peraturan, sistem
on Campus ketika menyiapkan 2. Subyek pengawasan
makanan dan tidak penjamah 2. Lokasi penelitian
mencuci tangan ketika makanan
menyajikan makanan. 3. Variabel higiene
Fasilitas sanitasi belum dan sanitasi
memenuhi syarat
kesehatan meliputi aspek
peralatan,dan fasilitas
sanitasi penjual
9
Metode
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
4. Massudi Perilaku Penjamah Rancangan cross Sebagian besar 1. Cross sectional, 1. Tidak ada pendekatan
(2003) Makanan dalam sectional, responden mengetahui kualitatif kuantitatif
Mengelola pendekatan cara pengolahan yang dengan 2. Tidak ada variabel
Makanan di kualitatif dengan baik, semua responden wawancara pengetahuan, sikap,
Warung Sekitar wawancara menyetujui cara mendalam perspektif karyawan
Universitas Dian mendalam dan pengeloaan makanan 2. Variabel terhadap kesempatan
Nuswantoro FGD yang sehat dan bersih, perilaku pelatihan, sosialisasi
Semarang sebagian besar penjamah peraturan, sistem
penyimpanan, penyajian, makanan pengawasan
dan sampah belum 3. Lokasi penelitian
dikelola dengan baik
5. Yunus, S.P. Hubungan Rancangan cross Variabel personal higiene 1. Cross sectional 1. Tidak ada pendekatan
et al (2015) Personal Hygiene sectional, penjamah makanan 2. Variabel kualitatif
dan Fasilitas pendekatan merupakan variabel yang personal 2. Tidak ada variabel
Sanitasi dengan kuantitatif paling dominan terhadap hygiene pengetahuan, sikap,
Kontaminasi terjadinya kontaminasi perspektif karyawan
Eschericia Coli Escherichia coli pada terhadap kesempatan
pada Makanan di makanan di rumah makan pelatihan, sosialisasi
Rumah Makan padang kota Manado dan peraturan, sistem
Padang Kota kota Bitung pengawasan
Manado dan Kota 3. Lokasi penelitian
Bitung
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Telaah Pustaka
1. Instalasi Gizi Rumah Sakit
Instalasi gizi rumah sakit adalah unit yang mengelola pelayanan gizi di
rumah sakit. (Aniroen et al, 1991). Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit
meliputi pelayanan gizi rawat jalan, pelayanan gizi rawat inap,
penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi (Kemenkes
RI, 2013). Depkes RI 2003 menyebutkan bahwa tenaga di Instalasi gizi
meliputi : kepala unit pelayanan gizi (kepala instalasi gizi), koordinator unit-
unit, supervisor, juru masak, pranata komputer, ketatausahaan, penyaji
makanan, pekarya. Sedangkan menurut Kemenkes RI 2013, dalam
melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit, selain tenaga gizi, dibutuhkan
juga tenaga pendukung meliputi tenaga jasa boga, logistik, pranata komputer,
tenaga administrasi dan tenaga lainnya.
2. Higiene Sanitasi
a. Peraturan tentang Higiene Sanitasi
Peraturan yang mengatur tentang higiene sanitasi sebagai pedoman dalam
kegiatan terkait dengan higiene sanitasi di Instalasi Gizi dan Instalasi
Sanitasi Rumah Sakit meliputi :
1) Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa
Boga
3) Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4) Permenkes RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
5) Kepmenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
10
11
No Parameter Syarat
1 Prinsip Tersedianya sarana pencucian
pencucian Dilaksanakannya teknik pencucian yang benar
Mengetahui dan memahami tujuan pencucian
2 Sarana Perangkat keras yaitu bagian untuk persiapan, bagian
pencucian pencucian, yang terdiri dari 1 sampai 3 bak/bagian (bak
pencucian, bak pembersihan, bak desinfektan)
Perangkat lunak yaitu air bersih, zat pembersih, bahan
penggosok, dan desinfektan
3 Teknik Tahapan pencucian yang benar adalah :
pencucian - Scraping atau membuang sisa kotoran
yang benar - Flushing atau merendam dalam air
- Washing atau mencuci dengan deterjen
- Rinsing atau membilas dengan air bersih
- Sanitizing/desinfection atau membebashamakan
- Toweling atau mengeringkan
5) Tempat sampah
Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan
sampah kering (anorganik). Tempat sampah harus bertutup,
tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin
dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari
kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.
l. Pelatihan Higiene Sanitasi
Sesuai dengan BAB V pasal 15 Permenkes RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011, dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan sumber daya manusia yang bekerja di jasa boga, dapat
dilakukan pelatihan/kursus higiene sanitasi makanan. Pelatihan dapat
diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi,
dinas kesehatan kabupaten/kota atau lembaga/institusi lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
m. Pengawasan Higiene Sanitasi
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004,
pengawasan higiene sanitasi makanan dan minuman dilakukan secara :
1) Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas
penanggungjawab kesehatan di lingkungan rumah sakit.
Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan
sampel makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi,
makanan siap santap, air bersih, alat makanan, dan masak serta
usap dubur penjamah.Pemeriksaan secara berkala dan pengambilan
sampel dilakukan minimal dua kali dalam setahun. Bila terjadi
keracunan makanan dan minuman di rumah sakitmaka petugas
sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untik
diperiksakan ke laboratorium.
20
2) Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh petugas sanitasi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil
atau mendadak untuk menilai kualitas.
3. Perilaku Kesehatan
a. Pengertian perilaku
Menurut Green dan Kreuter, 2000 bahwa perilaku manusia merupakan
hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi antara manusia dengan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk, pengetahuan, sikap, tindakan
(praktik).
b. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan dan aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun yang tidak bisa dilihat oleh pihak luar
(Notoatmojo, 2003). Green (1980), merumuskan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1). Faktor predisposisi (Predisposing Factor)
Meliputi : pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, atau variable
demografi yang dipilih seperti tingkat pendidikan, dan lain-lain.
2). Faktor yang memudahkan atau mendukung (Enabling Factor)
Meliputi : ketersediaan fasilitas, ketercapaian fasilitas, pelatihan, dan
sebagainya.
3). Faktor yang memperkuat (Reinforcing Factor)
Meliputi : undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan, dan
sebagainya.
4. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai dengan kenyataannya. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
21
f. Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilainan itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
Untuk memperoleh data pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara, baik wawancara terstruktur atau wawancara mendalam atau
FGD khusus untuk kualitatif.
5. Sikap
Mucchievelli dalam Green (1980) menggambarkan sikap sebagai suatu
kecenderungan pikiran atau perasaan konstan relatif yang menuju pada suatu
kategori obyek, orang, atau situasi yang pasti. Menurut Notoatmodjo (2007),
sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap mrupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek.
Notoatmojo (2007) menjelaskan sikap mempunyai 3 komponen pokok,
yaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak.
Dan dikemukakan juga bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
2. Merespon (responding)
Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah
indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
23
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat secara langsung dan tidak langsung. Untuk
memperoleh data sikap cukup dengan wawancara, baik wawancara
terstruktur atau wawancara mendalam atau FGD khusus untuk kualitatif.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden
(Notoatmodjo, 2007).
6. Perspektif dalam Perilaku Kesehatan
a. Definisi Persepsi
Persepsi diartikan sebagai proses menafsir sensasi-sensasi dan
memberikan arti kepada stimuli. Persepsi merupakan penafsiran realitas
dan masing-masing memandang realitas dari sudut perspektif yang
berbeda (Esposito, 2003). Beberapa orang dapat memiliki persepsi yang
berbeda dalam melihat obyek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh faktor
antara lain tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang (Azwar 2000).
b. Perspektif terhadap Pelayanan Kesehatan
Sengawang (2011) dalam Sundari (2014) menyatakan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan gizi, dapat diartikan
menurut perspektif pasien (masyarakat), pemberi pelayanan (karyawan
rumah sakit), penyandang dana, pemilik sarana layanan kesehatan,
administrator kesehatan atau pemerintah, serta menurut ikatan profesi.
Perspektif kualitas pelayanan menurut pemberi layanan (karyawan) adalah
pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang
berkualitas dengan ketersediaan fasilitas, prosedur kerja atau protokol,
kebebasan profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai
24
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam , hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden. Sedang untuk data praktik yang paling akurat adalah melalui
pengamatan.
B. Kerangka Teori
Faktor Predisposis
(Predisposing factor)
- Pengetahuan
- Sikap
- Demografi
Faktor Penguat
(Reinforcing factor)
- Peraturan
- Pengawasan
C. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
Perspektif karyawan
terhadap faktor
pendukung dan faktor
penguat dalam praktik
higiene sanitasi : Praktik Higiene Sanitasi
- Ketersediaan fasilitas
- Kesempatan Pelatihan
- Sosialisasi Peraturan
- Sistem Pengawasan
Perspektif managemen
tentang higiene sanitasi
1. Hipotesis
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik higiene sanitasi
karyawan
b. Ada hubungan antara sikap dengan praktik higiene sanitasi karyawan
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor
penguat dalam praktik higiene sanitasi?
b. Bagaimana perspektif managemen tentang higiene sanitasi?
28
BAB III
METODE PENELITIAN
28
29
D. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor penguat dalam
praktik higiene sanitasi yang meliputi ketersediaan fasilitas, kesempatan
pelatihan, sosialisasi peraturan, dan sistem pengawasan
d. Perspektif managemen tentang higiene sanitasi
2. Variabel terikat : praktik higiene sanitasi karyawan
E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Adalah kemampuan karyawan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
tentang higiene sanitasi. Jawaban dalam bentuk ganda yaitu dengan memilih
salah satu jawaban yang tepat. Bila benar nilai 1 dan bila salah nilai 0. Nilai
pengetahuan merupakan perhitungan dari semua jawaban benar dibagi jumlah
seluruh soal dikalikan 100%. Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 100. Nilai
pengetahuan dikatagorikan dalam kurang dan baik.
Kurang : ≤ 75% skor penelitian
Baik : > 75% skor penelitian
Skala : ordinal
2. Sikap
Adalah tanggapan karyawan tentang higiene sanitasi menggunakan kuesioner
dengan 4 pilihan jawaban model skala likert. Pilihan jawaban terdiri dari
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Setiap jawaban diberi skor 1 sampai dengan 4. Hasil pengukuran sikap
31
PPI, dan Komite PMKP tentang higiene sanitasi yang diperoleh dengan
wawancara mendalam oleh peneliti.
5. Praktik Higiene sanitasi
Adalah bukti nyata praktik atau pelaksanaan higiene sanitasi karyawan dalam
penyelenggaraan makan di instalasi gizi melalui wawancara dan dilakukan
triangulasi metode dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan check list berdasarkan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
tahun 2013, Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/KEP/X/2004 dan
Permenkes No 1096/Menkes/PER/VI/2011, didukung dengan penggunaan alat
perekam kegiatan menggunakan video serta pendokumentasian gambar
menggunakan kamera. Pilihan jawaban pada check list adalah ya dan tidak.
Jika jawaban ya diberi skor 1, jika jawaban tidak diberi scor 0. Total skor dari
masing-masing subyek dijumlahkan kemudian dihitung rata-rata skor. Nilai
praktik dikatagorikan dalam kurang dan baik.
Kurang : < 90 % skor penelitian
Baik : ≥ 90% skor penelitian
Skala : ordinal
F. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
1. Informed Consent
Sebelum pengambilan data, peneliti melakukan informed consent dengan
subyek penelitian, untuk mengetahui kesediaan sebagai responden
2. Alat perekam suara
Digunakan oleh peneliti untuk merekam proses wawancara mendalam.
3. Alat perekam gambar
Digunakan alat perekam gambar dalam kegiatan penyelenggaraan makan
mengunakan fasilitas kamera dan video.
4. Check List praktik higiene sanitasi
Digunakan untuk menulis hasil survei pelaksanaan higiene sanitasi berdasarkan
pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti.
33
5. Kuesioner
Digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data karakteristik, pengetahuan,
sikap karyawan tentang higiene sanitasi, dan perspektif karyawan terhadap
faktor penguat dan pemudah dalam praktik higiene sanitasi.
6. Pedoman wamancara mendalam
Digunakan oleh peneliti sebagai pedoman untuk menggali persepektif
karyawan tentang faktor penguat dan faktor pemudah dalam praktik higiene
sanitasi dan perspektif managemen tentang praktik higiene sanitasi.
G. Cara Analisis Data
1. Pendekatan Kuantitatif
a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari
variabel karakteristik subyek penelitian, variabel pengetahuan, variabel
sikap, dan variabel praktik higiene sanitasi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menguji hubungan antara dua variabel yaitu antara
variabel pengetahuan dan sikap dengan variabel praktik higiene sanitasi
karyawan, menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%,
menggunakan program Stata 12, dan disebabkan ada salah satu sel dengan
nilai kurang dari 5, maka dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan
adalah Uji Fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95%.
c. Analisis multivariat
Analisis multivariat untuk menguji hubungan antara dua variabel bebas
yaitu pengetahuan dan sikap dihubungkan dengan variabel terikat yaitu
praktik higiene sanitasi karyawan, menggunakan uji Regresi logistik
dengan menggunakan program Stata 12.
2. Pendekatan Kualitatif
Data kualitatif dari hasil wawancara mendalam dianalisis melalui tahapan –
tahapan sebagai berikut :
34
a. Reduksi data
Adalah dengan merangkum, memilih dan menfokuskan pada hal-hal yang
pokok dan penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak
diperlukan.
b. Penyajian Data
Penyajian data dalam bentuk uraian singkat berdasarkan informasi yang
diperoleh..
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan diambil dari prosentase jawaban terbanyak serta hasil analisis
dari rangkuman jawaban berdasarkan referensi penelitian terdahulu untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
H. Etika Penelitian
1. Penilaian kelaikan etika penelitian (ethical clearence) dilakukan oleh Komite
Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk
menilai langkah-langkah perlindungan terhadap institusi dan atau subyek
penelitian.
2. Penjelasan maksud dan tujuan penelitian kepada subyek penelitian untuk
kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan
3. Semua informasi dan data yang diperoleh dari subyek penelitian hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian dan dijaga kerahasiaannya.
4. Pemberian informed concent sebagai bukti kesediaan subyek penelitian untuk
mengikuti peneltian.
I. Keterbatasan penelitian
1. Subyek dalam penelitian ini mempunyai karakteristik jenis pekerjaan dengan
kegiatan yang berbeda-beda yaitu sebagai ahli gizi, pramusaji, juru masak,
cleaning service, dan petugas gudang, sehingga observasi dalam praktik
higiene sanitasi terbatas pada praktik yang dilakukan oleh semua subyek
penelitian. Hal ini dengan tujuan agar dapat dilakukan analisis bivariat,
berkaitan dengan sedikitnya jumlah sampel, sehingga tidak dapat
menggambarkan keseluruhan praktik higiene sanitasi yang dilakukan oleh
masing-masing subyek pada setiap tahap dalam pekerjaannya.
35
2. Materi yang ada pada kuesioner pengetahuan secara garis besar sudah ada pada
kuesioner sikap dan check list praktik, namun secara detail tidak setiap item
materi pada kuesioner pengetahuan, ada pada kuesioner sikap dan check list
praktik. Hal ini disebabkan tidak disusun kisi-kisi materi secara detail terlebih
dahulu sebelum menyusun instrumen sikap dan praktik sesuai dengan materi
pada instrumen pengetahuan, tetapi hanya mempertimbangkan topik pokok
materi terkait higiene sanitasi yang harus diketahui, disikapi, serta dipraktikkan
oleh penjamah makanan atau karyawan di instalasi gizi.
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Survey pendahuluan
Melakukan survey pendahuluan di lokasi penelitian untuk memperoleh data
gambaran umum subyek penelitian, lokasi penelitian, hasil monitoring
praktik hand hygiene, hasil pemeriksaan usap alat makan (angka kuman),
dan hasil uji sanitasi air bersih yang telah dilaksanakan di rumah sakit, serta
hasil inspeksi sanitasi makanan dan minuman.
b. Penyusunan instrumen penelitian
Menyusun instrumen penelitan berdasarkan studi literatur dan penelitian
terdahulu.
c. Uji validitas dan reliabilitas
1). Uji Validitas instrumen penelitian
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan
digunakan maka dilakukan uji coba kuesioner kepada responden yang
mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek penelitian, yaitu
kepada 30 karyawan instalasi gizi Rumah Sakit Panembahan Senopati
Bantul. Validitas diuji dengan analisa butir menggunakan rumus
korelasi Produck Moment dari Pearson (Azwar, 2002), dengan rumus
sebagai berikut :
36
n∑XiYi – (∑Xi)(∑Yi)
rxy =
{n∑Xi2 –(∑Xi)2}{ n∑Xi2 –(∑Xi)2}
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengajukan permohonan kesediaan menjadi responden (informed consent)
b. Pengumpulan data
1) Mengumpulkan data karakteristik subyek penelitian, pengetahuan, dan
sikap serta perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor
penguat yang meliputi ketersediaan fasilitas, kesempatan pelatihan,
sosialisasi peraturan, dan sistem pengawasan, menggunakan kuesioner
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo. Rumah Sakit Umum Daerah Wates
Kulon Progo merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.03/I/0085/2015 tanggal 19
Januari 2015. Mengacu Peraturan Gubernur (PERGUB) nomor 061/76 tahun
2008 mulai 1 Januari 2009, Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK – BLUD). BLUD beroperasi sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
pemerintah daerah agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara efektif
& efisien sejalan dengan tuntutan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang
semakin bermutu, terjangkau dan profesional.
Instalasi gizi adalah salah satu unit pelayanan penunjang kesehatan
yang bertugas melaksanakan sebagian tugas direktur dalam pelayanan gizi
pasien dan karyawan sesuai dengan yang disyaratkan dalam pengorganisasian
instalasi menurut SK Menkes No.134/Men.kes/IV/1978 tentang susunan
organisasi rumah sakit bahwa tugas pokok instalasi gizi adalah melaksanakan
sebagian tugas pokok direktur rumah sakit di bidang pelayanan gizi pasien
rawat jalan dan rawat inap berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan
direktur rumah sakit. Instalasi gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Wates
adalah salah satu unit yang melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien rawat
inap, pasien rawat jalan, bagi bagi dokter spesialis serta karyawan yang
mempunyai resiko tinggi infeksi dan radiasi seperti karyawan di unit
Radiologi, Loundry, Unit Hemodialisis, dan Instalasi Gawat Darurat.
Instalasi gizi bertanggung jawab langsung kepada Direktur dengan
berkoordinasi dengan bidang pelayanan. Kegiatan pokok yang dilaksanakan
di instalasi gizi adalah : asuhan gizi pasien rawat inap, asuhan gizi pasien
39
40
Karakteristik n %
Umur
<=25 7 21,88
26-40 16 50,00
41-45 3 9,37
>46 6 18,75
Jenis kelamin
Laki-laki 9 28,12
Wanita 23 71,88
Pendidikan
SLTA 24 75,00
D1 1 3,12
D3 7 21,88
Jenis Pekerjaan
Ahli Gizi 4 12,50
Juru masak 8 25,00
Pramusaji 16 50,00
Cleaning service 3 9,37
Petugas logistik 1 3,13
Lama kerja
<5 tahun 16 50,00
5-10 tahun 7 21,88
11-15 tahun 5 15,63
16-20 tahun 1 3,12
>20 tahun 3 9,37
41
Jumlah 32 100
pernyataan tentang sisa makanan harus dipanaskan pada suhu yang sesuai
(74°C) ada sebanyak 18,75%, pada pernyataan tentang mempertahankan
ketepatan waktu penyajian sebanyak 34,38%, pada pernyataan tentang kuku
pendek, tidak dicat, tidak ada luka, ada sebanyak 31,25% , serta masih ada
sebagian kecil karyawan yang belum mempunyai sikap positif terhadap
pernyataan tentang mencuci tangan setelah bersalaman, menyetir,
memegang uang, dan tidak menggaruk-garuk ketika sedang bekerja.
Total skor jawaban dari semua pernyataan sikap dikatagorikan
menjadi baik jika > 75% dan kurang baik jika ≤ 75%. Tabel 8 berikut ini
menyajikan hasil analisis univariat berdasarkan variabel sikap.
Tabel 8. Analisis Univariat Berdasarkan Variabel Sikap
Berdasarkan tabel tersebut, sikap karyawan sebagian besar juga berada pada
katagori baik (>75%) yaitu sebesar 65,6%, sama dengan pengetahuan.
Berdasarkan rekapitulasi skor dari penilaian mennggunakan skala sikap,
diperoleh skor rata-rata sebesar 78,59% (>75%). Dengan demikian secara
umum, karyawan instalasi gizi telah memiliki sikap yang baik terkait higiene
sanitasi.
Untuk mengetahui distribusi subyek penelitian berdasarkan sikap dan
karakteristik menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, lama
bekerja, dijelaskan pada Tabel 9.
49
c. Praktik
Praktik higiene sanitasi adalah bukti nyata praktik atau pelaksanaan
higiene sanitasi karyawan dalam penyelenggaraan makanan di instalasi gizi
melalui wawancara dan dilakukan triangulasi metode dengan observasi yang
dilakukan oleh peneliti menggunakan check list dengan pilihan jawaban ya
dan tidak. Distribusi hasil observasi praktik higiene sanitasi untuk setiap
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Praktik Higiene Sanitasi
Ya Tidak
No Praktik Higiene Sanitasi
N % N %
1 Kondisi kesehatan
Tidak menderita penyakit mudah menular 32 100,00 0 0,00
Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya) 32 100,00 0 0,00
2 Kebersihan diri
Mandi teratur dengan sabun dan air bersih 32 100,00 0 0,00
Menggosok gigi dengan pasta gigi secara teratur 32 100,00 0 0,00
Membiasakan membersihkan lubang hidup,
telingan, sela jari secara teratur 32 100,00 0 0,00
Mencuci rambut 2 kali seminggu 32 100,00 0 0,00
Kuku pendek, tidak dicat, bebas luka 31 96,87 1 3,13
3 Kebiasaan mencuci tangan
Mencuci tangan sebelum memegang makanan 32 100,00 0 0,00
Mencuci tangan sebelum memegang peralatan 30 93,75 2 6,25
Mencuci tangan setelah keluar dari kamar
mandi/WC 32 100,00 0 0,00
Mencuci tangan setelah meracik bahan makanan 32 100,00 0 0,00
Mencuci tangan setelah bersalaman, menyetir,
memegang uang 25 78,12 7 21,88
4 Perilaku penjamah makanan
Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung,
sela jari 32 100,00 0 0,00
Tidak merokok 32 100,00 0 0,00
Menutup mulut saat bersin atau batuk 29 90,63 3 9,37
Tidak meludah sembarangan di ruang pengolahan 32 100,00 0 0,00
Tidak menyisir rambut di ruang pengolahan 32 100,00 0 0,00
Tidak memegang dan mencicipi makanan langsung
dengan tangan 25 78,12 7 21,88
Tidak memakan permen dan sejenisnya ketika
bekerja 32 100,00 0 0,00
5 Penampilan
Selalu bersih, rapi, memakai celemek 14 43,75 18 56,25
Memakai penutup kepala 22 68,75 10 31,25
Memakai alas kaki yang tidak licin 28 87,50 6 12,50
Tidak memakai perhiasan 32 100,00 0 0,00
Memakai sarung tangan, jika diperlukan 32 100,00 0 0,00
51
Praktik
Karakteristik Kurang Baik
n % n %
Umur
<=25 1 14,29 6 85,71
26-40 3 18,75 13 81,25
41-45 2 66,67 1 33,33
>46 2 33,33 4 66,67
Jenis kelamin
Laki-laki 6 66,67 3 33,33
Wanita 2 8,70 21 91,30
Pendidikan
SMA 7 29,17 17 70,83
D1 0 0 1 100,00
D3 1 14,29 6 85,71
Jenis Pekerjaan
Ahli Gizi 1 25,00 3 75,00
Juru masak 1 12,50 7 87,50
Pramusaji 5 31,25 11 68,75
Cleaning service 0 0 3 100,00
Petugas logistik 1 100,00 0 0
Lama kerja
<5 tahun 6 37,50 10 62,50
5-10 tahun 0 0 7 100,00
11-15 tahun 0 0 4 100,00
16-20 tahun 1 50,00 1 50,00
>20 tahun 1 33,33 2 66,67
kemudian pada karyawan dengan lama bekerja <5 tahun tahun sebanyak
37,50% dengan praktik yang kurang.
Beberapa subyek penelitian yang ditemukan belum menggunakan
APD berupa celemek, tutup kepala, dan sandal khusus adalah karyawan
yang secara ketugasan bukan sebagai penjamah makanan langsung atau
bukan sebagai juru masak, akan tetapi karyawan yang mempunyai tugas
integrasi membantu proses distribusi dengan tugas pokok sebagai ahli gizi,
petugas gudang, atau pramusaji. Disamping itu subyek penelitian yang
tidak menggunakan APD lengkap lebih banyak ditemukan pada jenis
kelamin laki-laki, dimana mereka tidak menggunakan tutup kepala seperti
halnya pada karyawan wanita yang mayoritas menggunakan jilbab yang
juga berfungsi sebagai penutup kepala.
Berdasarkan wawancara mendalam kepada beberapa karyawan
tentang apa yag sudah diterapkan terkait dengan higiene sanitasi adalah
sebagai berikut :
“ Kalau yang sudah bisa itu cuci tangan, cuma kalau untuk pas
pagi-pagi sampai di sini langsung cuci tangan itu kadang masih
lupa tapi kalau misalnya dulu itu istilahnya kita dijadwal masak
itu saya memang menggunakan APD lengkap, ada Apron ada
penutup kepala trus ada dulu sempat menggunakan masker juga
itu sama dulu waktu awal-awal ketika mbungkus susu itu
menggunakan apron, kalau untuk untuk yang susu ndak ndak
menggunakan.”(Responden 1)
“ Kalau kalau terutama kalau misalnya masuk ke dapur itu
karena penggunaan sandal dapur masih terbatas, jadi belum
bisa” (Responden 1)
“ Yang sudah dilaksanakan APD jelas, mungkin kurang satu dua
(sambil tertawa) kurang lengkap (Responden 3)
Sedangkan ketika ditanyakan alasan yang memotivasi melakukan
praktik higiene sanitasi , beberapa karyawan menjelaskan sebagai berikut :
“Kalau yang memotivasi itu misal dari teman juga ketika
masak kan memang aturannya seperti itu dan ditambah lagi
kalu misalnya pas lagi sakit kan itu juga virus menyebar keman-
mana terutama kalau flu itu lho buk, jadi saya menggunakan
kalau pas sakit (sambil ketawa) kalau pas sakit sama kalau pas
masuk dapur tapi kalau untuk mbungkus susunya kan kadang
kan juga nyambi lari ke sana ke sini kadang ke RT juga jadi e
nggak menggunakan”(Responden 1)
54
4. Analisis Bivariat
Tabel 13. Analisis Bivariat antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Praktik
Praktik
Variabel <90% ≥90% 2 RP P CI95%
N % n %
Pengetahuan
≤75% 5 45,4 6 54,6 3,8 3,2 0,09* 0,93-10,90
75% 3 14,3 18 85,7
Sikap
≤75% 3 27,3 8 72,7 0,05 1,1 1* 0,33-3,92
75% 5 23,8 16 76,2
subyek yang mempunyai nilai sikap 75%. Hasil ini secara statistik dianggap
sama karena nilai p yang diperoleh >0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara
statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik
higiene sanitasi.
5. Analisis Multivariat
Tabel 14. Analisis Multivariat antara Pengetahuan dan Sikap terhadap
Praktik
ada grease trap ada penangkap lemak tapi itu kan hanya
untuk penangkap lemak dan itu sudah kalau untuk
penangkap lemak itu sebenarnya sudah sudah apa itu
berfungsi dengan baik, karena dalam uji laboratorium
limbah cair untuk minyak lemaknya itu dibawah kadar
maksimal yang diperbolehkan jadi masih jauh karena ada
ada grease trap itu ada ada penangkap lemaknya. Hanya,
untuk sisa makanannya itu mestinya e.. jangan sampai ikut
terbuang di saluran, ya.. itu nantikan bisa dimasuk e...
airnya yang bisa dimasukkan ke limbah cairnya sisa
makanannya dikelola ke TPS, mestinya kan gitu. TPS nya
tentunya kalau sisa makanannya dari pasien mestinya TPS
B3, TPS B3 adalah Bahan Berbahaya dan Beracun karena
itu sudah dikonsumsi oleh pasien.
c. Sistem pengawasan
Berdasarkan wawancara mendalam, diketahui bahwa beberapa
karyawan menilai sudah ada sistem pengawasan dari kepala instalasi
gizi, dan dari CV untuk karyawan out sourching .
“ Nek pengawasan dari kepala kayaknya sudah”
(Responden 2)
“ Menurut saya sudah, setiap kali kan dari pihak CV
setiap sebulan sekali kan ke sini menanyakan apa yang
kurang fasilitasnya itu?”(Responden 3)
Namun demikian dan ada yang menilai belum ada
pengawasan rutin, melainkan sebatas pada acara-acara atau
kunjungan-kunjungan tertentu.
“ kalau untuk pengawasan rutinnya belum ada, mungkin
dielik elikke itu kalau pas ada acara acara tertentu,
kunjungan- kunjungan tertentu lha itu baru dielikke baru
lengkap, baru ada pengawasan” (Responden 1)
“E pengawasan kayaknya nggak ada sih, belum ada e,
yaa belum, ya kadang-kadang sok dielikke” (responden 4)
Harapan yang diinginkan dari karyawan adalah ada sistem
pengawasan rutin, yang dapat dilaksanakan oleh ahli gizi koordinator
pengolahan, serta pengawasan dalam bentuk koordinasi melalui
pertemuan rutin. Hal ini seperti disampaikan dalam wawancara
mendalam berikut.
“ yang sebaiknya dilaksanakan harus ada pengawasan
rutin apalagi tentang yang berhubungan dengan
makanan dimana pasien kan sehari full dapat makanan
62
B. Pembahasan
1. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Higiene Sanitasi
Notoatmojo (2007), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan kenyataannya.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sikap merupakan reaksi
atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di limgkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (lost
lasting). Sebaliknya bila tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama. Setelah seeorang mengetahui stimulus,
kemudian melakukan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
peroses selanjutnya yang diharapkan akan melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya.
Menurut Azwar (2007) pernyataan sikap yang diperoleh melalui
skala sikap menjadi indikator yang paling diandalkan, namun bukan berarti
sikap tersebut dapat dipercaya sepenuhnya dan mencerminkan sikap yang
sesungguhnya. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi
pernyataan sampel dalam skala sikap seperti pengamalan pribadi,
kebudayaan, media masa, orang lain yang dianggap penting, institusi
pendidikan, dan faktor emosi dari individu.
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan fisher exact, diketahui bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengatahuan dengan praktik
higiene sanitasi, serta tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik
72
dengan lama bekerja <5 tahun. Hasil ini memberikan manfaat sebagai
bahan evaluasi bagi instalasi gizi bahwa praktik higiene sanitasi yang
masih perlu ditingkatkan kepatuhannya adalah terkait dengan penggunaan
APD meliputi celemek, tutup kepala, serta alas kaki khusus yang tidak
licin, praktik mencuci tangan benar sesuai tahapan dan waktu yang tepat,
serta upaya menjaga kebersihan diri terutama dalam hal memperhatikan
kebersihan kuku.
Apabila praktik higiene sanitasi ini dihubungkan dengan
pengetahuan karyawan, diketahui bahwa pengetahuan karyawan tentang
penggunaan APD , kebersihan tangan termasuk kuku, waktu yang tepat
untuk mencuci tangan, sudah baik, ditunjukkan dengan sebagian besar
karyawan menjawab benar, dan sebagian besar karyawan telah
menggunakan APD, sudah menjaga kebersihan kuku, serta sudah mencuci
tangan sesuai dengan waktu yang dianjurkan. Namun demikian masih ada
sebagian kecil yang belum menggunakan APD, masih ada 1 karyawan
dengan kuku agak panjang, serta masih ada yang belum menerapkan
mencuci tangan sesuai waktu yang tepat. Notoatmodjo (2007)
menyebutkan bahwa pengetahuan yang termasuk di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat yaitu tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi
(evaluation). Pada peelitian ini, karyawan yang belum melaksanakan
praktik penggunaan APD, belum menjaga kebersihan kuku, serta belum
menerapkan mencuci tangan dengan baik, baru memiliki pengetahuan
pada tingkat know dan comprehension, belum pada tahapan aplication,
bahkan syntesis maupun evaluation, sehingga pengetahuan yang baik
belum teraplikasi menjadi praktik yang baik.
Apabila praktik higiene sanitasi ini dihubungkan dengan sikap
karyawan, pada pernyataan tentang kuku pendek, tidak dicat, tidak ada
luka, masih ada subyek penelitian yang memberikan sikap negatif, dan
hanya ada sebagian kecil karyawan yang belum mempunyai sikap positif
terhadap pernyataan tentang mencuci tangan setelah memegang uang.
77
licin dan kedap air, sehingga aman dan nyaman untuk bekerja di ruang
produksi. Ketersediaan tisue yang tidak selalu ada, sehingga apabila tisue
habis, karyawan tidak bisa mengeringkan tangan setelah cuci tangan.
Pada beberapa karyawan masih ditemukan belum menggunakan
APD secara lengkap, seperti tidak menggunakan penutup kepala dengan
alasan repot atau tidak praktis. Karyawan yang tugas utamanya bukan
sebagai juru masak atau penjamah makanan, apabila sedang membantu
dalam proses produksi juga ditemukan belum menggunakan celemek
maupun penutup kepala secara teratur seperti pada juru masak. Hal ini
menyebabkan banyaknya praktik higiene sanitasi yang belum bisa
diterapkan oleh beberapa karyawan, terutama pada karyawan laki-laki,
hampir semuanya belum menggunakan penutup kepala. Hal ini salah
satunya karena belum ada sosialisasi tentang peraturan higiene sanitasi,
sistem pengawasan yang masih lemah, serta belum adanya pelatihan
khusus tentang higiene sanitasi.
2. Perspektif karyawan tentang faktor pendukung dan faktor penguat dalam
praktik higiene sanitasi
Perspektif karyawan tentang faktor pendukung dan faktor penguat
ini diiketahui dari hasil penilaian karyawan melalui kuesioner dan
wawancara mendalam. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 75%
menilai ketersediaan fasilitas sudah memadahi dan ada 25% menilai
fasilitas belum memadahi. Berdasarkan wawancara mendalam diketahui
bahwa fasilitas higiene sanitasi yang belum terpenuhi jumlahnya adalah
wastafel, dan sandal khusus untuk penjamah makanan, handscoon untuk
petugas pencucian peralatan makan kurang panjang. Dan perlu monitoring
penyediaan tisue agar tidak habis, sehingga pada saat dibutuhkan setelah
cuci tangan selalu tersedia. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ramirez et all (2011), bahwa salah satu faktor resiko utama yang
diidentifikasi dalam observasi adalah kurangnya tempat cuci tangan di
daerah persiapan.
82
ini seperti disampaikan oleh kepala instalasi gizi bahwa monitoring secara
rutin dengan frekuensi waktu tertentu belum dilaksanakan di instalasi gizi.
Pengawasan baru dilaksanakan secara insidental, dengan melakukan
pendekatan perorangan untuk menggunakan APD dan melaksanakan cuci
tangan yang benar.
Berdasarkan penjelasan dari Komite PPI, kegiatan pengawasan
terkait dengan higiene sanitasi sudah dilakukan oleh Komite PPI melalui
monitoring praktik hand hygiene pada karyawan rumah sakit termasuk
karyawan instalasi gizi yang dilakukan setiap hari secara acak dan tidak
ada pemberitahuan terlebih dahulu untuk menghindari bias hasil, yang
dilakukan sistem pelaporan setiap 3 bulan sekali. Monitoring dari komite
PPI juga dilakukan pada kepatuhan penggunaan APD. Sedangkan untuk
sistem pengawasan dalam bentuk monitoring terhadap praktik higiene
sanitasi secara lengkap mencakup seluruh aspek dalam higiene sanitasi
belum dilaksanakan. Dengan demikian perlu dilakukan sistem pengawasan
yang terukur, dalam bentuk monitoring terhadap seluruh praktik higiene
sanitasi menggunakan check list, yang dilaksanakan secara rutin, dan
dilakukan audit setiap 3 bulan sekali.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004,
pengawasan higiene sanitasi makanan dan minuman dilakukan secara
internal dan eksternal. Sistem pengawasan internal dilakukan oleh petugas
sanitasi atau petugas penanggungjawab kesehatan di lingkungan rumah
sakit, berupa kegiatan pemeriksaan parameter mikrobiologi melalui
pengambilan sampel makanan dan minuman yang mengandung protein
tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan, dan masak serta
usap dubur penjamah. Pemeriksaan secara berkala dan pengambilan
sampel dilakukan minimal dua kali dalam setahun. Bila terjadi keracunan
makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas sanitasi harus
mengambil sampel makanan dan minuman untik diperiksakan ke
laboratorium. Pengawasan eksternal dilakukan dengan melakukan uji petik
86
pada tahun 2015 yaitu bulan Januari, Februari, April, dan Oktober, serta
pada tahun 2016 di bulan Januari dan Februari, menunjukkan angka
kuman melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan. Hasil pemeriksaan
angka kuman dapat dilihat pada lampiran 8.
Setelah dilakukan wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi
Gizi dan Kepala Instalasi Sanitasi diketahui bahwa dengan adanya temuan
hasil angka kuman yang melebihi batas maksimal tersebut, dilakukan audit
dan analisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil tersebut.
Identifikasi penyebab masalahn yang dilakukan oleh instalasi gizi terhadap
meningkatnya angka kuman diantaranya disebabkan oleh : kondisi alat
sterilisasi yang sedang rusak, mekanisme pengawasan pencucian belum
optimal, pengontrolan alat sterilisasi dan mekanisme perbaikan dan
pemeliharaan alat belum efektif, evaluasi hasil pemeriksaan angka kuman
belum dilaksanakan secara rutin dan intensif, kondisi higiene petugas atau
penjamah makanan yang bertugas menyiapkan sampel peralatan yang akan
diuji dalam kondisi kurang memperhatikan higiene sanitasinya, seperti
tidak cuci tangan atau belum menggunakan handscoon, serta kondisi
ruangan tempat penyimpanan peralatan makan yang dijadikan sampel
kurang memenuhi persyaratan sanitasi, serta cara meletakkan peralatan
yang kurang tepat sehingga dapat menimbulkan kontaminasi silang ke alat
makan.
Tingginya angka kuman yang ditemukan dapat dikaitkan dengan
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa pengetahuan karyawan yang
kurang sebagian besar tentang peraturan sanitasi yaitu tentang peraturan
batas aman cemaran mikroba serta batas aman angka kuman prinsip
sanitasi dalam pengolahan makanan, fasilitas sanitasi (bahan desinfektan
yang efektif), serta perilaku penjamah makanan dalam hal cara
pembersihan peralatan yang benar. Pengetahuan yang kurang ini sebagian
besar ditemukan pada petugas gudang dan cleaning service. Salah satu
tugas cleaning service adalah menyiapkan sampel alat makan yang akan
diperiksa angka kumannya. Apabila pengetahuan cleaning service tentang
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik higiene sanitasi
karyawan setelah dikontrol dengan sikap.
2. Tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik higiene sanitasi
setelah dikontrol dengan pengetahuan.
3. Perspektif karyawan terhadap faktor pendukung dan faktor penguat
dalam praktik higiene sanitasi sebanyak 75% menilai fasilitas belum
memadahi dan 25% menilai ketersediaan fasilitas sudah memadahi ,
sebanyak 68,75% menilai ada kesempatan mengikuti pelatihan dan
21,25% menilai belum ada kesempatan mengikuti pelatihan, sebanyak
62,50% menilai ada sosialisasi peraturan dan 37,50% menilai belum
ada sosialisasi peraturan, serta sebanyak 65,63% menilai belum ada
sistem pengawasan rutin terhadap praktik higiene sanitasi dan 31,35%
menilai sudah ada sistem pengawasan rutin serta 3,12% menilai tidak
tahu.
4. Perspektif managemen tentang higiene sanitasi bahwa higiene sanitasi
karyawan instalasi gizi mempunyai kontribusi terhadap tingginya
angka kuman peralatan makan pasien sehingga merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya meminimalkan infeksi
dan penularan penyakit melalui makanan yang disajikan kepada
pasien.
B. Saran
1. Disarankan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Wates untuk
mengikutsertakan karyawan rumah sakit terdiri dari ahli gizi dan
sanitarian dalam TOT higiene sanitasi yang dilaksanakan oleh
Kemenkes RI sesuai dengan waktu yang ditetapkan, agar dapat
melatih seluruh karyawan instalasi gizi dalam upaya meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan praktik higiene sanitasi.
91
92
DAFTAR PUSTAKA
93
94
Ramirez, E., J.Linerio, P. Chombo, R.Jasso, S.Bravo, dan H.L. Ashraf. 2011.
Level of Knowledge and Compliance of Mexican Food Code among
Hospital Foodservice Employees in Guadalaraja Mexico. Food and
Nutrition Sciences. 2 : 1021-1035
Rapiasih, N.W. 2009. Pengaruh Pelatihan Higiene Sanitasi Terhadap Pengetahuan
dan Perilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi RSUP Sanglah
Denpasar. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah MadaYogyakarta
Supiana. 2014, Pelaksanaan Kebijakan dan Penilaian Penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) oleh Dokter dan Bidan di Ruang Bersalin dan Nifas RSU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah MadaYogyakarta
Tumelap, H.J. 2011. Kondisi bakeriologik Peralatan Makan di Rumah makan
Jombang Tikala Manado, JKLVolume 1. No. 1 Oktober.
Yunus, S.P., J. M.L. Umboh, O. Pinontoan. 2015. Hubungan Personal Higiene dan
Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di
Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung,Relationship Personal
Hygiene and Sanitation Facilities with Escherichia Coli Contamination Food in
Padang Restaurant in Manado and Bitung City, JIKMU. Vol. 5. No. 2. April.
Meikawati, W., R.Astuti, Susilawati. 2010 The Correlation Between Knowledge
and Attitude of Food Taster Officer With Hygiene Practise and Food
Saniitation in Nutrition Unit Dr.Amino Gondhohutomo Mental Hospital
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.Vol 6.No.1.
Wati, C.A.I. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Pedagang
makanan di Sekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah Labupaten
Kebumen, Unnes Jornal of Public Health.2(4).2013
Widajati. N. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Sanitasi dan Higiene, dan
Perilaku K3 dengan Infeksi Nosokomial pada Pramuresik di RSU
Dr.Soetomo Surabaya. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
96
LAMPIRAN
Lampiran 1.
96
97
B. Prosedur penelitian
Apabila bapak/ibu/saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
bapak/ibu/saudara diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini
rangkap dua, satu untuk bapak/ibu/saudara simpan, dan satu untuk peneliti.
Prosedur selanjutnya adalah :
Lampiran 2
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
(.................................................)
(.................................................)
100
Lampiran 3
a. PENGETAHUAN
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat
bapak/ibu/saudara, dan tidak diisikan oleh orang lain
2. Lingkari jawaban yang dianggap paling benar
Pertanyaan
1. Micoorganisme berbahaya yang ditularkan melalui makanan dapat
menimbulkan penyakit berikut kecuali :
a. Disentri
b. Cacar air
c. Thypoid
d. Kolera
2. Penyakit karena pengolahan makanan pada dasarnya mengakibatkan
gangguan pada saluran pencernaan dengan tanda dan gejala sebagai
berikut kecuali :
a. Mual-mual
b. Berak
c. Mutah
d. Kulit perut gatal-gatal
3. Pencemaran oleh mkroba atau kuman pada makanan tidak disebabkan oleh
penjamah makanan
a. Benar, karena tenaga penjamah kerja tepat waktu
b. Benar, karena bahan makanan sudah diolah
c. Salah karena penjamah makanan dapat mengkontaminasi makanan
d. Tidak tahu
101
12. Apabila bersin atau batuk pada saat mengolah makanan tidak perlu
menutup hidung dan mulut dan bisa disembarang tempat
a. Benar, kita tidak bisa menyetop/menghentikan keluarnya bersin
b. Tidak wajib dilakukan
c. Salah, karena bersin dan batuk mengeluarkan kuman
d. Semua pernyataan di atas benar
13. Penjamah makanan tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin/berkala
a. Benar, cukup waktu sakit saja
b. Benar, karena membuang waktu saja
c. Salah, pemeriksaan keshatan wajib dilakukan setahun 2 kali
d. Semua pernyataan di atas benar
14. Tangan merupakan alat perantara pencemaran utama dalam makanan
dengan demikian cuci tangan harus dilakukan dengan air bersih pada saat :
a. Sebelum mulai bekerja, sesudah keluar kamar mandi
b. Sesudah memegang bahan mentah
c. Jawaban a dan benar
d. Jawaban a dan b tidak perlu dilakukan
15. Prinsip pengolahan makanan dinyatakan bahwa semua kegiatan dilakukan
dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh :
a. Dapat diatasi tergantung keadaan makanan
b. Dapat ditolerir karena tergantung ketersediaan peralatan
c. Merupakan kewajiban yang semestinya dilakukan
d. Tergantung dari ada atau tidak adanya pengawasan
16. Dalam pengangkutan makanan perlu diperhatikan:
a. Makanan jadi dapat diangkut bersama bahan makanan mentah
b. Pengisian kereta dorong boleh samapi penuh untuk menghemat
langkah
c. Tidak perlu pengaturan jalur pengangkutan makanan
d. Kereta dorong bersih, anti karat, mudah dibersihkan
104
b. Yodium
c. Bayklin
d. Jawaban A dan B benar
23. Kebersihan diri meliputi kebersihan gigi, mulut, rambut, tangan, badan
dan pakaian tidak harus diperhatikan
a. Benar, karena tidak menyebabkan Cukup dengan tangan karena tangan
sudah dicuci
b. Cukup dengan tangan karena pencemaran
c. Tidak perlu semuanya cukup pakainan saja
d. Semua kebersihan diri wajib dilakukan
e. Semua pernyataan di atas salah
24. Mengambil makanan matang tidak harus menggunakan penjepit, sendok,
atau sarung tangan :
a. tangan ciptaan Tuhan
b. Benar, karena tidak selalu tersedia sendok
c. Pernyataan diatas salah semua
Sumber : Rapiasih, 2009
b. SIKAP
Pilihlah jawaban paling sesuai menurut pendapat anda dengan memberikan
tanda (√) dibawah pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju),TS (Tidak
Setuju) atau STS (Sangat Tidak Setuju) .
No Syarat SS S TS STS
1 Saya akan berupaya mencapai dan
mempertahankan hasil produksi (hidangan)
pada saat didistribusikan tetap sesuai
dengan suhu hidangan (panas atau dingin
sesuai dengan jenis hidangannya)
2 Untuk mempertahankan ketepatan waktu
penyajian yang layak, maka saya akan
mempersiapkan dan mengolah makanan
lebih awal
3 Memasak harus tepat waktu dan tepat suhu
4 Kegiatan penerimaan hingga distribusi
makanan tidak harus dilakukan oleh
pegawai/penjamah makanan yang sehat
106
No Syarat SS S TS STS
5 Sisa makanan tidak perlu dipanaskan
kembali pada suhu yang tepat (740C)
6 Membersihkan semua permukaan
alat/tempat setelah digunakan untuk
mempersiapkan dan mengolah makanan
tidak perlu dilakukan karena selanjutnya
akan digunakan kembali untuk shift
berikutnya.
7 Karyawan yang sedang menderita
penyakit mudah menular seperti batuk,
pilek, influenza, diare,atau penyakit
menular lainnya tetap boleh bekerja
mempersiapkan, mengolah, menyajikan
makanan, serta mencuci peralatan makan
karena keterbatasan tenaga yang ada
8 Semua karyawan harus mencuci
rambut/keramas secara teratur cukup satu
kali dalam seminggu
9 Semua karyawan harus menjaga
kebersihan tangan dengan cara kuku
dipotong pendek, kuku boleh di cat atau
kutek, dan diperbolehkan ada luka sedikit.
10 Mencuci tangan tidak diperlukan sebelum
memegang peralatan makan
11 Mencuci tangan juga harus dilakukan
setelah keluar dari WC dan kamar kecil
12 Mencuci tangan tidak perlu dilakukan
ketika kita selsesai meracik bahan mentah
seperti daging, ikan, sayuran, dan lain-lain
13 Mencuci tangan tidak perlu dilakukan
setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti
bersalaman, menyetir kendaraan,
memperbaiki peralatan, memegang uang,
dan lain-lain
14 Ketika sedang bekerja diperbolehkan
menggaru-garuk rambut, lubang hidung
atau sela-sela jari/kuku
15 Tidak diperbolehkan meludah
sembarangan
No Syarat SS S TS STS
17 Ketika bekerja diperbolehkan memakan
permen dan sejenisnya pada saat mengolah
makanan
18 Semua karyawan ketika sedang
menyiapkan makanan dan mencuci
peralatan makan harus selalu bersih dan
rapi,dan memakai celemek
19 Semua karyawan ketika sedang
menyiapkan makanan dan mencuci
peralatan makan tidak harus memakai
tutup kepala
20 Ketika bekerja harus memakai alas kaki
yang tidak licin
Lampiran 4
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat
bapak/ibu/saudara, dan tidak diisikan oleh orang lain
2. Lingkari jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang ada
Pertanyaan
1. Menurut anda, bagaimana fasilitas higiene saniatsi (tempat cuci tangan,
celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan, dll) yang disediakan di
Instalasi gizi ?
a. Cukup memadahi
b. Kurang memadahi
2. Menurut anda, bagaimana kesempatan untuk pelatihan, seminar, atau
workshop bagi setiap karyawan Instalasi Gizi ?
a. Ada kesempatan mengikuti pelatihan (seminar/workshop)
b. Belum ada kesempatan mengikuti pelatihan (seminar/workshop)
3. Menurut anda, bagaimana sosialisasi (informasi) tentang peraturan
(pedoman) terkait higiene sanitasi di Instalasi Gizi?
a. Ada sosialisasi tentang peraturan
b. Belum ada sosialisasi tentang peraturan
4. Menurut anda, bagaimana sistem pengawasan terhadap praktek higiene
sanitasi di Instalasi Gizi ?
a. Ada pengawasan rutin
b. Belum ada pengawasan rutin
109
Lampiran 5
Tabel 12. Check List Praktik Higiene Sanitasi Karyawan
No Praktik Higiene Sanitasi Ya Tidak
A. Kondisi Kesehatan
1 Tidak menderita penyakit mudah menular : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit
menular lainnya
2 Menutup luka (luka terbuka, bisul,dll)
B. Menjaga Kebersihan
3 Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
4 Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi secara teratur, paling sedikit dua kali
sehari, yaitu setelah makan dan sebelum tidur
5 Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang telinga, dan sela-sela jari
secara teratur
6 Mencuci rambut/keramas secara teratur dua kali dalam seminggu
7 Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek, kuku tidak di cat atau kutek, bebas luka
C. Kebiasaan Mencuci Tangan
8 Mencuci tangan sebelum menjamah atau memegang makanan
9 Mencuci tangan sebelum memegang peralatan makan
10 Mencuci tangan setelah keluar dari WC dan kamar kecil
11 Mencuci tangan setelah meracik bahan mentah seperti daging, ikan, sayuran, dan
lain-lain
12 Mencuci tangan setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman, menyetir
kendaraan, memperbaiki peralatan, memegang uang, dan lain-lain
D. Perilaku/praktik karyawan dalam kegiatan pelayanan penanganan makanan
13 Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung atau sela-sela jari/kuku
14 Tidak merokok
15 Menutup mulut saat bersin atau batuk
16 Tidak meludah sembarangan
17 Tidak menyisir rambut sembarangan terutama di ruangan persiapan dan pengolahan
makanan
18 Tidak memegang, mengambil, memindahkan, dan mencicipi makanan langsung
dengan tangan (tanpa alat)
19 Tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat mengolah makanan
E. Penampilan Karyawan
20 Selalu bersih dan rapi, memakai celemek
21 Memakai tutup kepala
22 Memakai alas kaki yang tidak licin
23 Tidak memakai perhiasan
24 Memakai sarung tangan jika diperlukan
Tabel 13. Hasil Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit Pada Variabel Penyehatan Makanan dan Minuman Tahun 2016
Lampiran 7
Salam pembuka
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh, selamat pagi/siang/sore,
perkenalkan saya Sri Handayani, mahasiswa S2 Gzi Kesehatan Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada, pada
kesempatan bermaksud untuk melaksanakan wawancara mendalam terkait dengan
higiene dan sanitasi karyawan instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
Prosedur
Sebelum wawancara ini kami mulai, kami mohon ijin untuk menggunakan
perekam suara, agar kami dapat mencatat semua yang bapak/ibu sampaikan dan
kami akan menjaga kerahasian informasi ini semata-mata untuk kepentingan
penelitian. Kegiatan wawancara ini akan berlangsung selama 25-45 menit.
Isi Wawancara
A. Staff Instalasi Gizi
Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang higiene sanitasi ?
Probing :
a. Apa yang dimaksud dengan higiene sanitasi?
113
4. Bagaimana pendapat bapak tentang pentingnya uji usap alat makan atau
uji sampel makanan di instalasi gizi? Bagaimana teknis pelaksanaannya?
5. Bagaiamana pendapat bapak tentang hasil pemeriksaan angka kuman alat
makan dan minum di Instalasi gizi yang masih menunjukkan angka yang
tinggi pada bulan-bulan tertentu? Dan adanya kandungan E coli positif
pada alat makan dan minum?
6. Menurut pendapat bapak, faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya
angka kuman dan adanya E coli pada alat makan dan minum di instalasi
gizi?
7. Menurut pendapat bapak, bagaimana upaya yang dilaksanakan dalam
upaya menurunkan angka kuman agar tidak melebihi batas ambang yang
diperbolehkan?
8. Bagaimana menurut pendapat bapak, upaya yang perlu dilakukan dalam
upaya mendapatkan hasil uji usap alat makan/sampel makanan yang
memenuhi persyaratan kemanan makanan?
D. Komite PPI
Pertanyaan :
1. Apakah Peran Komite PPI di rumah sakit?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang pentingnya higiene sanitasi
karyawan Instalasi Gizi dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Komite PPI (peran PPI) dalam
bentuk kerja sama yang dilakukan dengan Instalasi Gizi terkait higiene
sanitasi pada karyawan di Instalasi Gizi?
Probing :
a. Apakah salah satu karyawan instalasi gizi, ada yang menjadi anggota
Komite PPI?
b. Apakah dalam penyusunan(pengembangan) indikator PPI yang
berkaitan dengan pelayanan gizi melibatkan karyawan di instalasi gizi?
c. Apabila belum melibatkan instalasi gizi, apa alasannya?
118
Lampiran 8
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Angka Kuman dan E.coli pada Peralatan Makan
Parameter Angka Lempeng Total (Alt) / Jumlah Kuman
Uji Usap Gelas Uji Usap Piring Uji Usap Sendok Pemeriksaan
NO BULAN
(Cfu/Cm2) (Cfu/Cm2) (Cfu/Cm2) Kualitatif
Kadar Kadar Kadar
Hasil. Hasil. Hasil.
Maksimal Maksimal Maksimal
E.Coli Positif pada
1 Januari 2015 49 100 280 100 44 100
sendok dan gelas
2 Februari 2015 1400 100 300 100 140 100 E.Coli Negatif
3 Maret 2015 5 100 0 100 8 100 E.Coli Negatif
E.Coli Positif pada
4 April 2015 200 100 3400 100 2900 100
sendok
5 Mei 2015 41 100 31 100 35 100 E.Coli Negatif
6 Juni 2015 100 100 93 100 11 100 E.Coli Negatif
7 Juli 2015 7 100 25 100 4 100 E.Coli Negatif
E.Coli Positif pada
8 Agustus 2015 36 100 68 100 5 100
gelas
9 September 2015 20 100 2 100 8 100 E.Coli Negatif
10 Oktober 2015 5 100 147 100 34 100 E.Coli Negatif
11 Nopember 2015 21 100 68 100 100 100 E.Coli Negatif
12 Desember 2015 49 100 43 100 0 100 E.Coli Negatif
13 Januari 2016 1700 100 9 100 1 100 E.Coli Negatif
14 Februari 2016 330 100 2 100 1 100 E.Coli Negatif
15 Maret 2016 670 100 170 100 2 100 E.Coli Negatif
16 April 2106 0 100 85 100 5 100 E.Coli Negatif
17 Mei 2016 73 100 69 100 63 100 E.coli Negatif
Sumber : Instalasi Sanitasi RSUD Wates
Keterangan :
1. Uji laboratorium dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
Dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. ( BBTKL ).
2. Angka yang tercetak tebal melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
120
Lampiran 9
Batas
No Bulan/Tahun Satuan Hasil
Maksimum
1 Januari 2015 10 Jumlah/100 ml 79*
2 Februari 2015 10 Jumlah/100 ml >1600*
3 Maret 2015 10 Jumlah/100 ml <1,8
4 April 2015 10 Jumlah/100 ml 94*
5 Mei 2015 10 Jumlah/100 ml 1600*
6 Juni 2015 10 Jumlah/100 ml 1600*
7 Juli 2015 10 Jumlah/100 ml <1,8
8 Agustus 2015 10 Jumlah/100 ml >1600*
9 September 2015 10 Jumlah/100 ml <1,8
10 Oktober 2015 10 Jumlah/100 ml <1,8
11 November 2015 10 Jumlah/100 ml 240*
12 Desember 2015 10 Jumlah/100 ml 93*
13 Januari 2016 10 Jumlah/100 ml <1,8
14 Februari 2016 10 Jumlah/100 ml <1,8
15 Maret 2016 10 Jumlah/100 ml <1,8
16 April 2016 10 Jumlah/100 ml <1,8
Keterangan :
1. Uji laboratorium dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
Dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. ( BBTKL)
2. Angka yang tercetak tebal melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
121
Lampiran 10
TRANSKRIP WAWANCARA
Berikut ini transkrip hasil wawancara mendalam dengan karyawan
instalasi gizi dan managemen tentang higiene sanitasi serta faktor pemudah dan
faktor penguat dalam praktik higiene sanitasi.
Perspektif karyawan instalasi gizi tentang faktor pemudah dan faktor
penguat dalam praktik higiene sanitasi
kegiatan laporan pagi, kadi komunikasi itu selalu ada jadi sampai
kapanpun e...kita bisa apa ya, saling saling memberi laporan dan
kita bisa menindaklanjuti setiap saat.”
Pertanyaan : Apakah ada sistem pengawasan rutin yang dijadwalkan?
“ Sebetulnya pengawasan, pengawasan itu ada misalkan kita
pembubuhan kaporit di masing-masing sumber,( pewawancara :
misalnya di gizi ? yaa... ndak sumber yang lari nantinya larinya
ke giziitu sebetulnya bisa dikatakan salah satu pengawasan
yaa,dalam hal ini kan kaitannya dengan kualitas air, yaa, terus
dengan kebersihan ruangan disini bisa kita e dengan masing-
masing clining service, dia setiap ke sini e..,kadang-kadang kita
tanya, kadang-kadang mereka hanya e...
Tema : Angka kuman dan E. coli pada peralatan makan
Pertanyaan : Bagaimana pendapat tentang hasil uji usap alat makan, fator
apa saja yang mempengaruhi tingginya e coli dan angka kuman?
Jawaban :
“Itu sebetulnya bisa dari berbagai ya, pertama: waktu disteril
dengan menggunakan diswashingya, diswashing,kita kita juga
nggak tahu diswashingnya itue.. bermaalah atau tidak, mestinya
waktu dia dalam proses pencucian menggunakan diswashing,
kalau alatnyamemang masih bagus tentunya hasilnya juga bagus,
bisa juga setelah distreril terus peletakan peralatannya itu juga
mempengaruhi karena waktu itu kan antara diswashing dengan
tempat nyuci dengan jalurnya kan begitu padat ha seandainya
saya liat sekarang sudah sudah di dibenahiya mudah-mudahan
untuk hasil yang ke depan tentunya lebih baik, tetapi dari dari e
coli yang muncul itu ya memang ada satu yang melebihi kadar
maksimum nilainya tapi e yang lainnya kan masih di bawah, itu
karena pril prilaku manusianya bisaa terusperalatnnya bisa,
lingkungannya karena waktu itulalu lintasnya di situ cukup padat,
sepertinya kalau ruang yang kalau di diswashing itu kan berarti
harus didibersihkan dari, mestinya ruangannya kan juga harus
steril
Pertanyaan : Bagaimana upaya untuk menurunkan angka kuman?
“Ya kita he.e, kitakoordinasi dengan instalasi gizi, bisa juga
seandainyawaktu steril alatnya dan diambil sampel itu e,kalau
bisa yang baru disteril jangan sampai menunggu terlalu lama,
yaa,begitu langsung disteril terus dikeringkan di alat tersebut
langsung diambil sampel”
Bagaimana pendapat tentang pentingnya higiene sanitasi atau hygiene personal
karyawan instalasi gizi kaitnanya dengan angka kuman?
“Pertama, kalau di di ruang masak, saya lihat ada yang patuh
menggunakan APD ada yang menggunakan setengah setengah
terus begitu juga waktu pengambilan sampel usap alat mungkin
128
Jawaban :
“ Kalau komite PPI itu sendiri kan seberanya itu e..melibatkan
seluruh komponen rumah sakit termasuk diantaranya dari
instalasi gizi. Dan peran kita disitu adalah terutama untuk
menjaga yaaa tidak ada imfeksi penularan di rumah sakit baik
dari petugas kepada petugas dan terutama juga kepada pasien,
dan lingkungan. Untuk gizi sendiri karena itu kan perannya
penting ya dia e...menyediakan makanan buat pasienkemudian
dia juga yang mengelola limbah makanan dari pasien, kan dari
situ bisa menjadi sumber penularan baik bagi pasien maupun
petugas, karena itu harus kita awasi baik dari susdut petugas
untuk ketertiban pemakaian APD, kemudian teknis memasak yang
benar dan sebagainya juga dari sudut kesehatan dari petugas
yang mungkin kita masih belum itu adalah Swab ya.
Pertanyaan : Bagaiamana upaya yang dilakukan PPI dalam bentuk kerjasama
dengan Instalasi gizi dalam upaya meminimalkan kejadian infeksi yang berkaitan
dengan higiene saniatsi karyawan Instalasi Gizi?
Probing : Apakah salah satu karyawan instalasi gizi ada yang menjadi anggota
komite PPI ?
Jawaban :
“ Ya ya ya ada anggotanya ada”
Apakah dalam penyusunan indikator PPI yang berkaitan dengan
pelayanan gizi melibatkan karyawan instalasi gizi?
Ya dari kepala instalasinya ada di komite dan tentu saja di
mengemukanan beliau mengemukakan masalah-masalah yang
ada dari gizi dan memberikan masukan kemudian kita bicarakan
bersama”
Pertanyaan : Bagaiman upaya Komite PPI dalam upaya meminimalkan kejadian
infeksi untuk khusus dari karyawan instalasi gizi terhadapap kontribusinya dalam
kontaminasi yang mungkin bisa ditimbulkan dari perilkau petugas ke makanan
yang disajikan?
“ Njih njih yang terutama adalah pemakaian APD kemudian yang
paling penting lagi adalah cuci tangan kemudian pemeriksaan
berkala bagi petugas gizi”
Tema : Pentingnya higiene sanitasi karyawan instalasi gizi
Pertanyaan : Apa pentingnya higiene sanitasi karyawan instalasi gizi dalam upaya
mencegah dan mengendalikan infeksi
“ Simpulannya bahwa perannya memang sangat penting karena
dari dari Instalasi gizi itu yang memberikan e makanan bagi
131
dipakai rumah sakit untuk gizi itu adalah dengan SPM , SPM
rumah sakit, nanti bisa dilihat SPM nya rumah sakityang rumah
sakit dengan Perbub ya, bisa dilihat di Perbub. Jadi e
sambungannya dengan PMKP dengan gizi khususnya instalasi
gizi jadi secara program rumah sakit ya ha kebetulan sekarang
kita untuk prioritas kegiatan prioritasnya itu di rawat inaptetapi
ada juga bahwae di PMKP itu disebutkanbahwa masing-masing
unit kerja mempunyai program peningkatan mtu dan keselamatan
pasien nah itu dikerjakan oleh istalasi masing-masing itu
penjabaran dari pedoman pelyanan instalasi gizi instalasinya
masing-masing klo gizi ya pedoman pelayanan instalasi gizi...”
Tema : Pentingnya higiene sanitasi dalam upaya meningkatkan
mutu keamanan makanan
Pertanyaan : Bagaimana pendapat bapak tentang pentingnya higiene sanitasi
karyawan instalasi gizi upaya meningkatkan mutu keamanan makanan sebagai
bagian dari mutu pelayanan gizi?
Jawaban :
“ Jadi begini itu kan indikator kinerja, jadi ada dua indikator
indikato rmutu dan indikator kinerja, indikator kinerja itu dengan
SPM, indikator mutu itu didorong dari masing-masing instalasi
untuk membuat sesuai kebutuhan masing-masing”
.........jadi artinya memang harus didorong amsing-masing
instalasi itu mempunyai indiktor mutu ha indkator mutu itu dari
mana ya dari standar masin-masing standar pelayanan itu, jadi
contoh nanti sebetulnya bisa dikembangkan contohnya tadi
petugas gizi itu disana itu contoh yang sederhana itue harus
bagaimana tentang rambutnya dana bagaiamana kalau masuk
sana itu apakah standarnya pakaiannya bagaimana dan
dibuatindikator mutu, jadi indikator misalnyadari sisi SDM
petugas e petugas memakai petugas memasuki ruang gizi harrus
dalam kondisi bersih misalnya, terus petugas memasuki harus
dalam kondisi sehat ha terus petugasharus menutup pakaimasker,
tya petugas harus bisa cuci tangandengan cuci tangan 5 e 6
langkah, itu sebenarnya bisa diambil menjadi satu indikator yaitu
indikator mutu utamanya gizi. Banyak banget sebetulnya dari sisi
itu.”
Tema : Indikator mutu pelayanan gizi
Pertanyaan : Apakah indikator higiene sanitasi karyawan instalasi gizi itu
perlu dikembangkan sebagai salah satu indikator mutu pelayanan gizi?
Jawaban :
“He ..sangat perlu sangat perlu ya sangat perlu....”
133
“ kalau menurut saya sejauh ini sudah cukup, cukup intern kita juga
melakukan, pihak luar juga melakukan untuk biar hasilnya lebih
bagus”
Lampiran 11
Lampiran 12
HASIL ANALISIS DATA
1. Bivariat Pengetahuan dengan Praktik Higiene Sanitasi
Lampiran 13