Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN UMUM PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN


RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


program pendidikan Diploma III Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2017
LAPORAN UMUM PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN
RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


program pendidikan Diploma III Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

disusun oleh :

Kelompok 1 Kelompok 2
1. Aang Wahyudi (110141003) 1. Avinda Deviana (110141074)
2. Adelia Ayuningtyas (110141121) 2. Ides Rachmawati (110141022)
3. Noor Vidia Sari (110141036) 3. Syafi’il Anam (110141055)
4. Susi Fauziah (110141119) 4. Yunita (110141116)

Kelompok 3
1. Aliyah (110141088)
2. Galuh Anggraeni (110141017)
3. Leila Safitri (110141170)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium
Sub Instalasi Patologi Klinik RS Kepresidenan Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Puskesad Jakarta dari tanggal 9
Januari sampai dengan 16 Maret 2017.

Banyak sekali manfaat yang kami peroleh saat melaksanakan PKL,


karena kami dapat menerapkan ilmu, pengetahuan yang kami peroleh di
bangku kuliah pada saat Praktek Kerja Lapangan ini.

Akhirnya dalam kesempatan ini kami terlebih dahulu


mempersembahkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga
kami yang dengan penuh pengertian memberikan dorongan dan
semangat serta segalanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Tanpa
dukungan dari mereka kami tidak akan mampu berbuat banyak dan juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Terawan Agus Putranto. Sp.Rad (K) RI
selaku Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
2. dr. Agus Sutarman, Sp B (K) Onk, MARS selaku Kepala Instalasi
Patologi
3. dr. Martina Lily Yana Sp.PK, M.Kes selaku Kasub Instalasi Patologi
Klinik
4. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, M. Comm Health Sebagai Rektor
Universitas MH. Thamrin
5. Prof. Dr. dr. Kusharipeni, MSc selaku Dekan Universitas MH. Thamrin
6. Drs. Sediarso, M.Farm, Apt. selaku Ketua Program Studi Analis
Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta

ii
7. Dr. Dra. Syarifah Miftahul El Jannah.T, M.Biomed selaku dosen
pembimbing pertama
8. Sumiyati Bedah, M.KM selaku dosen pembimbing kedua
9. Letnan Satu Iwan Herawan selaku dosen pembimbing lahan PKL
10. dr. Astronias B. Awusi Sp. PK, M. Kes selaku SMF PK sub instalasi
Patologi Klinik
11. dr. Febri Asterina Sp. PK selaku SMF PK sub instalasi Patologi Klinik
12. dr. Hanna Horasio Sp. PK selaku SMF sub Instalasi Patologi Klinik
13. dr. Endra Tri Prabowo Sp. PK selaku SMF sub Instalasi Patologi Klinik
14. dr. MMB. Sunarti Sp. MK selaku SMF sub Instalasi Patologi Klinik
15. Sunardi sebagai pembimbing PKL pertama
16. Tjatur Djoko Wahyudi, A.Md.AK sebagai pembimbing PKL kedua
17. Rekan-rekan di Laboratorium Departemen Patologi Klinik RS
Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto yang telah banyak membantu
dalam PKL
18. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya laporan Praktek Kerja Lapangan

Kami telah berusaha keras untuk mengerjakan laporan ini dengan


sebaik mungkin. Walaupun pada akhirnya laporan ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, saran dari pembaca sangat kami harapkan dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................. 1


B. Tujuan PKL ....................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan ....................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Rumah Sakit ........................................................ 4


B. Organisasi dan Tata Laksana ........................................... 7
C. Visi dan Misi Lahan PKL dan Laboratorium ...................... 35
D. Ketenagaan ....................................................................... 37

BAB III GAMBARAN KHUSUS

A. Pra Analisa ........................................................................ 38


1. Persiapan Pasien .......................................................... 38
2. Persiapan Pengambilan Sampel ................................... 38
3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................ 40
4. Penanganan Sampel .................................................... 45
B. Analisa .............................................................................. 46
1. Laboratorium Hematologi .............................................. 46
2. Laboratorium Kimia Klinik ............................................. 61
3. Laboratorium Imunoserologi ......................................... 71

iv
4. Laboratorium Mikrobiologi ............................................. 84
5. Laboratorium Urinalisa dan Feses ................................ 94
6. Laboratorium Bank Darah ............................................. 98
C. Pasca Analisa ................................................................... 104
1. Pencatatan Hasil ........................................................... 104
2. Pelaporan Hasil............................................................. 105
3. Alur Informasi di Laboratorium ...................................... 105
D. Pengendalian Mutu di Laboratorium ................................. 106
1. Ketenagaan................................................................... 106
2. Pengendalian Mutu Internal dan Eksternal ................... 107
3. Pengolahan Limbah ...................................................... 108

BAB IV MASALAH DAN PEMECAHANNYA

A. Pra Analisa ........................................................................ 111


B. Analisa .............................................................................. 112
C. Pasca Analisa ................................................................... 113
D. Pengendalian Mutu Laboratorium ..................................... 114
E. Pengolahan Limbah .......................................................... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................... 116


B. Saran ................................................................................ 117

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh hasil pemerksaan jumlah sperma ............................. 59

Tabel 2. Golongan darah ABO ............................................................ 99

Tabel 3. Keterangan Golongan darah ABO ........................................ 100

Tabel 4. Crossmatch ........................................................................... 101

Tabel 5. Jenis darah dan tempat penyimpanan ................................... 102

Tabel 6. Jenis kantong limbah berdasarkan jenis limbah .................... 109

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit ....................................... 7

Gambar 2. Struktur Organisasi Patologi Klinik ..................................... 34

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium kesehatan adalah sarana yang melaksanakan

pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan penguji terhadap

bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,

penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kesehatan.

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis yaitu para ahli kedokteran

yang mempunyai spesialis dibidangnya dan paramedis yang bertugas

membantu dokter menangani dan merawat pasien.

Analis kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran

penting terhadap pemeriksaan laboratorium. (Notoatmodjo, 2003)

Tenaga para medis merupakan tenaga kerja yang siap pakai sehingga

dalam pendidikannya mereka harus memiliki pengalaman dan

pembelajaran yang berhubungan langsung dengan dunia kerjanya, untuk

memenuhi hal tersebut diperlukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan

(PKL).

Bagi tenaga analis kesehatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah

suatu proses belajar mengajar di laboratorium klinik Rumah Sakit maupun

Puskesmas. Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Universitas MH.

Thamrin menempatkan mahasiswa di Laboratorium Patologi Klinik Rumah

1
2

Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto sebagai salah satu lahan

PKL.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Umum

PKL bertujuan agar mahasiswa memiliki pengalaman belajar di

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot

Soebroto mulai dari penerimaan sampel hingga pelaporan dan

pengelolaan Laboratorium.

2. Khusus

Mahasiswa harus mengetahui:

a. Proses Pra Analisa

b. Proses Analisa

c. Proses Pasca Analisa

d. Pengendallian mutu Laboratorium meliputi Pemantapan Mutu

Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

e. Proses Pengolahan Limbah


3

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari 5 BAB, secara garis besar

masing-masing BAB adalah sebagai berikut :

1. BAB I merupakan bagian pendahuluan yang memuat tentang latar

belakang, tujuan kegiatan secara umum dan khusus, tujuan penulisan

laporan serta sistematika penulisan laporan.

2. BAB II menjelaskan tentang gambaran umum lahan PKL mulai dari

sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, dan pelaksanaan.

3. BAB III memuat tentang gambaran khusus yang meliputi proses Pra

analisa, Analisa dan Pasca Analisa, pengendalian mutu internal dan

eksternal, dan pengolahan limbah di laboratorium.

4. BAB IV akan mambahas tentang permasalahan yang terjadi di

laboratorium serta pemecahannya.

5. BAB V berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

GAMBARAN UMUM

RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN RSPAD GATOT

SOEBROTO

A. Sejarah Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

Rumah Sakit yang demikian megah dan besar seperti sekarang ini

bernama “Indonesia Army Central Hospital” yang selesai didirikan pada

bulan Oktober 1836. Pembangunan Rumah Sakit ini didasarkan atas

kebutuhan untuk merawat serdadu-serdadu Belanda, baik yang sakit

maupun korban perang. Pada zaman Jepang Rumah Sakit militer ini tetap

berfungsi sebagai Rumah Sakit militer di bawah Angkatan Darat Jepang

dan dikenal dengan nama Rikugun Biyoin dari tahun 1942-1945.

Sejak Jepang menyerah tahun 1945 pemerintah Indonesia pindah ke

Yogyakarta dimana saat itu keadaan di Jakarta semakin genting maka

rumah sakit militer Rikugun Biyoin dikuasai oleh tentara Jepang dan

menjadi Rumah Sakit Jawatan Kesehatan Angkatan Darat (Militaire

Geneekude Diensi) atau lebih dikenal dengan nama Leger Hospital

Batavia 1945-1950. Setelah penandatanganan serah terima Rumah Sakit

ini dari pihak Belanda ke pihak Indonesia pada tanggal 26 Juli 1950 maka

Rumah Sakit ini disebut Rumah Sakit Tentara Pusat disingkat RSTP di

bawah Jawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat (DKTAD) Tahun

1950-1952. Sejalan dengan perkembangan organisasi Angkatan Darat

maka Jawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat berubah menjadi

4
5

Jawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD) dan Rumah Sakit Tentara

Pusat (RSTP) pun berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

disingkat RSPAD 1952-1970.

Penggunaan nama Gatot Soebroto didasarkan pada jasa-jasa

Jenderal Gatot Soebroto sebagai wakil KSAD tahun 1958 yang bertekad

memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi Rumah Sakit

kebanggaan demi meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat

berupa pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka melalui pertimbangan

yang matang, dipakailah nama Pak Gatot untuk Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat di Jakarta, sehingga diterbitkan SK Kasad No.

SK52/X/1970, 22 Oktober 1970 yang menetapkan nama RSPAD menjadi

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto disingkat Rumkit

Gatot Soebroto atau RSGS (1970-1977).

Sesuai keputusan Kajankesad yang dituangkan dalam surat edaran

nomor SE/18/VIII/1977 tanggal 4 Agustus 1977 nama Rumah Sakit ini

menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto disingkat

RSPAD Gatot Soebroto. Saat ini Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto merupakan Rumah Sakit tingkat satu dijajaran TNI dan

mulai tanggal 22 November 2016 ditetapkan sebagai satu-satunya rumah

sakit TNI yang menerapkan mekanisme pengelolaan keuangan Badan

Layanan Umum (BLU). Mulai tahun 2016 ditambahkan kata Kepresidenan

setelah kata Rumah Sakit sehingga menjadi Rumah Sakit Kepresidenan

RSPAD Gatot Soebroto. Dalam memberikan pelayanan kesehatan,

Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto melayani pasien dari


6

anggota militer, sipil Hankam dan keluarganya serta masyarakat kurang

mampu ataupun masyarakat umum.

Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto oleh tim Dokter

Kepresidenan digunakan untuk tempat pemeriksaan dan perawatan

pejabat tertinggi dan petinggi Negara, Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD

Gatot Soebroto mendapat dukungan pembangunan fasilitas gedung dan

alat kesehatan canggih oleh presiden Soeharto. Sekarang ini Rumah Sakit

Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto menjadi Rumah Sakit militer yang

modern di kawasan Asia dengan luas tanah 12.500m2 serta luas

bangunan 115.010 m2.


7

B. Organisasi dan Tata Laksana

1. Organisasi

Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto dipimpin oleh

seorang Mayor Jendral TNI yaitu Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad

(K) RI yang dibantu oleh wakil ketua dalam pengawasan Komite Medik

Rumah Sakit dibagian Eselon Pimpinan yang dibantu oleh Eselon

Pembantu Pimpinan.

KOMITE KA
MEDIK WAKA ESELON PIMPINAN

ES PEMBANTU PIMPINAN
BADAN KOMITE
PENASEHAT RISET SPI

SDIRBIN SDIRBIN SDIRBIN SDIRBIN


YANMED JANG MED JANGUM BANG

SET INFOLAHTA
ESELON PELAYANAN
ESELON PELAKSANA

DEP DEP DEP DEP DEP DEP DEP DEP


BEDAH P DLM KESWA MATA SARAF PARU THT IKA

DEP DEP DEP DEP DEP


REHAB MEDIK OBSGIN JANTUNG GILUT KULKEL

INSTAL INSTAL INSTAL INST INSTAL INST INST INST


GADAR BEDPUS A NEST R.INP R.JLN FARM RNK PATL

UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT


KESL GIZI TEKNIK GUDMT JANGSUS RIKKES DIKLATNAKES

Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD

Gatot Soebroto
8

Laboratorium Instalasi Patologi terbagi menjadi dua yaitu Instalasi

Patologi Anatomi dan Instalasi Patologi Klinik. Kepala Instalasi Patologi

Klinik adalah pelaksana dibidang penyediaan sarana dan prasarana

dalam melayani pemeriksaan Laboratorium Klinik yang dipimpin oleh

seorang dokter spesialis Patologi Klinik dengan tugas dan kewajiban

sebagai berikut :

a. Merencanakan dan menyiapkan sarana dan prasarana yang

diperlukan untuk pelayan pemeriksaan Laboratorium Klinik.

b. Melaksanakan kegiatan pembinaan sarana dan prasarana yang

menjadi tanggung jawabnya, agar selalau dalam jumlah yang cukup

dan berfungsi dengan baik, sehingga mampu mendukung dan

meningkatkan mutu pelayanan pemeriksaan Laboratorium Klinik.

c. Menyusun rencana dan menyelenggarakan kegiatan penyediaan

darah untuk keperluan pelayanan pasien.

d. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka

Rumah Sakit Kepresidenan RSDPAD Puskesad.

1) Ka Sub Patologi Klinik di dalam pelaksanaannya dibantu dengan :

a) Kasiditlitbang (kepala seksi pendidikan penelitian dan

pengembangan)

b) Para Kaur unit kerja lab

2) Ka sub Instalasi Patologi Klinik dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya bertanggung jawab kepada Ka Instalasi Patologi

dan tugas sehari hari berada dibawah coordinator Dirbinjangmed

(Direktur pembinaan penunjang medik).


9

3) Kasidiklitbang

a) Kualifikasi

(1) Seorang Dokter / D III Analis Kesehatan

(2) Pengikat Mayor atau PNS gol III/D keatas.

b) Tugas

(1) Membantu Kasub dalam menyusun program teknis

pemantapan mutu internal/eksternal, pendidikan, penelitian

dan pengembangan.

(2) Melaksanakan pendidikan bagi paramedic keperawatan

maupun non keperawatan yang dikirim ke Instalasi Patologi

Klinik.

(3) Mengkoordinasikan keikutsertaan Sub Instalasi Patologi

Klinik dalam kegiatan ilmiah diluar non Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(4) Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

masalah mutu, pendidikan, penelitian, dan pengembangan

yang diberikan oleh Kepala Sub Instalasi.

4) Hematologi

a) Staff Medik Fungsional (SMF) Hematologi.

(1) Kualifikasi:

(a) Seorang Dokter/SP.PK/Analis Kesehatan D3 Senior.

(b) Pengikat Mayor/Kapten atau PNS gol III/C keatas.


10

(2) Tugas

(a) Mengawasi kegiatan pemeriksaan Laboratorium di Unit

Hematologi.

(b) Memeriksa sampel khusus misalnya pemeriksaan

gambaran darah tepi, pemeriksaan sediaan apus

sumsum tulang.

(c) Menyeleksi permintaan pemeriksaan laboratorium dan

memberikan saran.

(d) Melaksanakan pembinaan SDM, alat dan reagen Unit

Hematologi.

(e) Evaluasi hasil pemeriksaan dan menuliskan ekspertis

serta memberikan saran.

(f) Berkoordinasi dengan Unit lain dibawah koordinasi

kasub.

(g) Berpartisipasi dalam kelompok kerja untuk menangani

pasien tertentu.

(h) Mengawasi pelaksanaan pemantapan mutu internal

dan eksternal.

b) Kaur Hematologi

(1) Kualifikasi:

(a) Seorang DIII Analis Kesehatan.

(b) Pangkat Letnan atau PNS gol III/A ke atas.


11

(2) Tugas.

(a) Mengatur dan mengawasi kegiatan pemeriksaan

Hematologi sesuai juklak (petunjuk pelaksanaan) yang

berlaku termasuk Pemantapan Mutu Internal dan

Eksternal.

(b) Meningkatkan kemampuan personel unit Hematologi

dengan mengikuti setiap perkembangan metodologi

dan teknik pemeriksaan Hematologi.

(c) Ikut serta menyusun program kerja sub Instalasi

Patologi Klinik.

(d) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia

sehari hari di unit Hematologi.

(e) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit Hematologi.

(f) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

5) Kimia

a) Staff Medik Fungsional (SMF) Kimia.

(1) Kualifikasi

(a) Seorang Dokter/Sp.PK

(b) Pangkat Mayor/Kapten atau PNS gol III/C ke atas.

(2) Tugas

(a) Mengawasi kegiatan pemeriksaan Laboratorium di Unit

Kimia.

(b) Pemeriksaan Sampel yang memerlukan perhatian

khusus.
12

(c) Menyeleksi permintaan Laboratorium di Unit Kimia.

(d) Evaluasi hasil pemeriksaan dan menuliskan ekspertis

serta memberikan saran.

(e) Melaksanakan pembinaan Sel Darah Merah, alat dan

Reagen Unit Kimia.

(f) Berpartisipasi dalam kelompok kerja untuk penanganan

pasien tertentu.

(g) Melaksanakan pemantapan mutu internal dan

eksternal.

(h) Berkoordinasi dengan unit lain dibawah kondisi Kasub.

b) Kaur Kimia.

(1) Kualifikasi

(a) Seorang DIII Analis Kesehatan.

(b) Pangkat Letnan atau PNS gol III/A ke atas.

(2) Tugas

(a) Mengatur dan mengawasi kegiatan pemeriksaan kimia

klinik sesuai juklak (petunjuk pelaksanaan) yang berlaku

termasuk Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal.

(b) Meningkatkan kemampuan personel unit kimia klinik

dengan mengikuti setiap perkembangan metodologi dan

teknik pemeriksaan kimia.

(c) Ikut serta menyusun program kerja sub Instalasi Patologi

Klinik.
13

(d) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia sehari

hari di unit Kimia Klinik.

(e) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit Kimia Klinik

(f) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

6) Mikrobiologi

a) Staff Medik Fungsional (SMF) Mikrobiologi

(1) Kualifikasi

(a) Seorang Dokter/SP.PK/Analis Kesehatan D3 Senior.

(b) Pengikat Mayor/Kapten atau PNS gol III/C keatas.

(2) Tugas

(a) Mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaa di

Unit Mikrobiologi.

(b) Melayani permintaan khusus, misalnya sterilisasi

kamar bedah.

(c) Evaluasi hasil pemeriksaan dan menuliskan

ekspertis serta memberikan saran yang releven.

(d) Membina SDM, alat dan reagen unit mikrobiologi.

(e) Berpartisipasi dalam kelompok kerja untuk

menangani pasien tertentu.

(f) Melaksanakan program pemantapan mutu internal

dan eksternal

(g) Berkoordinasi dengan Unit lain dibawah koordinasi

kasub.
14

(h) Bersama komite medik dan pihak terkait membina

penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Kepresidenan

RSPAD Gatot Subroto.

b) Kaur Mikrobiologi

(1) Kualifikasi

(a) Seorang DIII Analis Kesehatan.

(b) Pangkat Letnan atau PNS gol III/A ke atas.

(2) Tugas

(a) Mengatur dan mengawasi kegiatan pemeriksaan

Mikrobiologi sesuai juklak (petunjuk pelaksanaan)

yang berlaku termasuk Pemantapan Mutu Internal

dan Eksternal.

(b) Meningkatkan kemampuan personel unit

Mikrobiologi dengan mengikuti setiap perkembangan

metodologi dan teknik pemeriksaan Mikrobilogi.

(c) Ikut serta menyusun program kerja sub Instalasi

Patologi Klinik.

(d) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia

sehari hari di unit Kimia Mikrobilogi.

(e) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit

Mikrobilogi.

(f) Menyusun laporan bulanan mikrobiologi dan peta

kuman RSPAD tiap 6 bulan.

(g) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.


15

7) Imunologi

a) Staff Medik Fungsional (SMF) Imunologi.

(1) Kualifikasi

(a) Seorang Dokter/SP.PK/Analis Kesehatan D3 Senior.

(b) Pengikat Mayor/Kapten atau PNS gol III/C keatas

(2) Tugas

(a) Mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaa di

Unit Imunologi.

(b) Memeriksa sampel yang memerlukan perhatian

khusus.

(c) Evaluasi hasil pemeriksaan dan menuliskan

ekspertis serta memberikan saran yang releven.

(d) Melaksanakan pembinaan SDM, alat dan reagen unit

imunologi.

(e) Berpartisipasi dalam kelompok kerja untuk

penanganan pasien tertentu.

(f) Melaksanakan program pemantapan mutu internal

dan eksternal

(g) Berkoordinasi dengan Unit lain dibawah koordinasi

kasub.

(h) Bersama komite medik dan pihak terkait membina

penggunaan antibiotik.
16

b) Kaur Imunologi.

(1) Kualifikasi

(a) Seorang DIII Analis Kesehatan.

(b) Pangkat Letnan atau PNS gol III/A ke atas

(2) Tugas

(a) Mengatur dan mengawasi kegiatan pemeriksaan

Imunologi sesuai juklak (petunjuk pelaksanaan) yang

berlaku termasuk Pemantapan Mutu Internal dan

Eksternal.

(b) Meningkatkan kemampuan personel unit

Mikrobiologi dengan mengikuti setiap perkembangan

metodologi dan teknik pemeriksaan Imunologi.

(c) Ikut serta menyusun program kerja sub Instalasi

Patologi Klinik.

(d) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia

sehari hari di unit Imunologi .

(e) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit

Imunologi.

(f) Meneliti dan mengoreksi hasil pemeriksaan

Imunologi

(g) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

8) Kaur Alkes

a) Kualifikasi

(1) Seorang Dokter/Sp.PK/DIII Analis Keshatan


17

(2) Pangkat Letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Menyusun dan menginventarisasi alat-alat kesehatan

dan alat-alat umum di Sub Instalasi patologi klinik.

(2) Memeriksa alat-alat kesehatan di Sub Instalasi Patologi

Klinik.

(3) Membuat laporan bulanan/tahunan mengenai

permasalahan alkes dan alum (alat-alat umum).

(4) Mengajukan permintan alkes dan alum yang baru

dengan persetujuan Ka Instalasi Patologi.

(5) Mengajukan rencana perbaikan alkes dan alum secara

berkala sesuai kebutuhan.

(6) Menyusun petunjuk teknik alkes/Juknik Alkes dengan

persetujuan Ka Instalasi Patologi.

(7) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(8) Memeriksa/kalibrasi alat-alat kesehatan setiap hari.

(9) Memeriksa alat-alat umum setiap hari.

(10) Memperbaiki keruakan Alkes/Alum.

(11) Membuat lapoan bulanan/tahunan mengenai

permasalahan Alkes.

(12) Mengajukan rencana perbaikan Alkes/Alum sesuai

kebutuhan.
18

(13) Memberikan masukan dan saran kepada

Kasi/Kasub/Ka Instalasi, dalam menyusun program

kerja.

(14) Melaporkan kepada Kasi/Kaasub Instalasi Patologi

Klinik bila didapatkan permasalahan, sehingga dapat

segera diatasi.

(15) Menghidupkan alat untuk membuat aquadest setiap

hari.

9) Kaur Matkes (Material Kesehatan)

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Merencanakan dan mengajukan program kebutuhan

Matkes (Material Kesehatan) setiap tahun ke Ka

Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

Puskesad Dirbinjangmed (Direktur Pembina Penunjang

Medik) dengan persetujuan Ka Instalasi Patologi.

(2) Melakukan koordinasi dengan bagian administrasi

logistik Kes dalam rangka realisi pengadaan Matkes di

Sub Instalasi Patologi Klinik.

(3) Mengabil Matkes dari gudang pengadaan Matkesdan

apotik pusat dan memperlihatkan tanggal kadarluasa.


19

(4) Melayani permintaan Matkes yang dibutuhkan oleh

para Kaur Unit-unit kerja Lab.

(5) Melaksanakan proses admiistrasi pemasukan dan

pengeluaran Matkes.

(6) Membuat laporan pemakaian Matkes setiap bulan.

(7) Melaksanakan tugas komisi penerimaan matkes/obat-

obatan yang diterima oleh Rumah Sakit.

(8) Ikut serta menyusun program kerja di Sub Instalasi

Patologi Klinik.

10) Kaur Administrasi

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Mengawasi tata tertib dan pelaksaan tugas pencatatan

pelaporan.

(2) Mengawasi pencatatan sampel yang masuk dengan

kelengkapan data-data pasien dan distribusi sampel ke

tiap unit di Sub Instalasi Patologi Klinik.

(3) Mengawasi pengeluaran hasil pemeriksaan

laboratorium dan penyimpanan arsipnya.

(4) Membuat laporan bulanan dan tahunan kunjungan

pasien rawat jalan, rawat inap dan kasus-kasus luar

biasa.
20

(5) Menyelanggarakan rapat staf dan jam komandan di

Lingkungan Sub Instalasi Patologi Klinik.

(6) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik.

11) Kaur Urinalisa

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Mengatur dan mengawasi kegiatan pemeriksaan urine

sesuai juklak (petunjuk pelaksaan) yang berlaku.

(2) Meningkatkan mutu dan kemampuan personel di unit

urinalisa dengan mengikuti perkembangan metodelogi

dan teknik pemeriksaan urinalisa.

(3) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(4) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagen di unit

urinalisa.

(5) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

(6) Mengawasi pembuatan reagen dan penggunaan alat.

12) Kaur Jaga 24 Jam (Cito)

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas.


21

b) Tugas

(1) Mengatur dan mengawasi kegiataan pemeriksaan Cito

sesuai jutlak (petunjuk pelaksanaan) yang berlaku

termasuk Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal.

(2) Meningkatkan kemampuan personel unit Cito dengan

mengikuti perkembangan metodelogi dan teknik

pemeriksaan urinalisa.

(3) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(4) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia

sehari-hari di unit Cito.

(5) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit Cito.

(6) Menyusun dan mengatur jadwal Cito.

(7) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

13) Kaur Lab Kartika

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas.

b) Tugas

(1) Mengatur dan mengawasi kegiataan pemeriksaan di

Lab Paviliun Kartika sesuai jutlak (petunjuk

pelaksanaan) yang berlaku termasuk Pemantapan

Mutu Internal dan Eksternal.


22

(2) Meningkatkan kemampuan personel unit Lab Paviliun

Kartika dengan mengikuti perkembangan metodelogi

dan teknik pemeriksaan di Lab Kartika.

(3) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(4) Mengawasi dan mengatur ketersediaan reagensia

sehari-hari di unit Lab Kartika.

(5) Mengatur dan mengawasi tata tertib di unit Lab Kartika.

(6) Meneliti dan mengkoreksi hasil pemeriksaan di Lab

Kartika.

(7) Mengikuti rapat rutin di Sub Instalasi Patologi Klinik.

14) Kaur Keuangan

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Melaksanakan tugas administrasi keuangan dan

pembukaan yang meliputi penerimaan tunai, cek,

pelunasan kredit, penyetoran kepada bendaharawan

dan hasil MU Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot

Soebroto Puskesad.

(2) Membuat/menyusun laporan bulanan dan tahunan

untuk di ajukan ke Kepala Rumah Sakit, melalui Kabina

YMU dan ditandatangani Ka instalasi.


23

(3) Bertanggung Jawab atas Pelaksaan tugasnya kepada

Kalak YMU

15) Kaur Logistik YMU.

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Membuat rencana pengadaan alat dan materi sesuai

kebutuhan.

(2) Melaksanakan pengadaan materi kebutuhan pelayanan

Laboratorium.

(3) Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan alat-

alat umum alkes.

(4) Melaksanakan inventaris seluruh alat yang ada.

(5) Membuat laporan pengadaan dan pemeliharaan alat-

alat untuk Pelayanan Laboratorium Klinik.

(6) Menyelenggarakan seluruh administrasi logistik yang

berkaitan dengan pelayanan pemeriksaan Lab.

(7) Bertanggung jawab atas pelaksaan tugasnya kepada

Kalak (kepala pelaksana) YMU.

16) Kaur Lab Poli Askes

a) Kualifikasi

(1) Seorang DIII Analis Kesehatan

(2) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas.


24

b) Tugas

(1) Mengawasi tata tertib dan pelaksanaan tugas

pencatatan pelaporan.

(2) Mengawasi pencatatan sampel yang masuk dengan

kelengkapan data-data pasien dan distribusi sampelke

tiap unit di Sub Instalasi Patologi Klinik.

(3) Mengawasi pengeluaran hasil pemeriksaan

laboratorium dan penyimpanan arsipnya.

(4) Ikut serta menyusun program kerja Sub Instalasi

Patologi Klinik Koordinator Komputer Lab.

17) Koordinator Komputer Lab

a) Kualifikasi

(a) Seorang DIII Analis Kesehatan

(b) Pangkat letnan atau PNS gol III/A ke atas

b) Tugas

(1) Mengawasi tata tertib dan pelaksaan tugas pencatatan

pelaporan dengan System Lab Soft.

(2) Mengawasi dan memelihara operasional jaringan

komputer Labsoft di seluruh unit Lab Sub Instalasi

Patologi Klinik.

(3) Membuat rencana pengadaan Komputer sesuai

kebutuhan.

(4) Melaksanakan pengadaan material kebutuhan

pelayanan Laboratorium.
25

(5) Melaksanakan inventarisasi program kerja Sub Instalasi

Patologi Kliik.

18) Kapokmin (Kepala Pokok Administrasi)

a) Tugas

(1) Membantu Ka Instalasi Patologi, dalam

merencanakan, memproses, mengendalikan

melaksanakan dan mengawasi penanganan surat

masuk dan keluar.

(2) Mengawasi pendistribusian konsep surat dan Nota

dinas.

(3) Bertanggung jawab penanganan pasien MCU,

memasukkan data sampai dengan keluar hasil print

out Lab rikkes pelanggan.

(4) Bertanggung jawab atas pengiriman hasil lab

restitusi/rujukan (Gene Lab) dalam

restitusi/tanggungan RSPAD, untuk pasien dinas aktif,

untuk parameter yang tidak ada/dilakukan di Lab Sub

Instalasi Patologi Klinik RSPAD.

(5) Bertanggung jawab untuk pengiriman pemeriksaan

Lab luar (Prodia) untuk pasien Swasta dan Rikkes

Ankes Departemen dan Askes lain untuk pemeriksaan

lab rujukkan.
26

(6) Bertanggung jawab untuk pembuatan dan pengiriman

laporan bulanan kunjungan pasien rawat jalan dan

rawat inap.

(7) Membuat daftar koreksi hasil pasien rawat inap, untuk

para Kaur/Wakaur.

(8) Membuat notulen jam komandan/rapat staf anggota

Sub Instalasi Patologi Klinik.

(9) Melaporkan kepada Kasi/Kainstalasi Patologi jika di

dapatkan permasalahan sehingga dapat segera

diatasi.

(10) Menjaga kerahasiaan medis sesuai aturan yang

berlaku.

19) Staf Medik Fungsional (SMF) Instalasi Patologi Klinik.

a) Kualifikasi

SMF Instalasi Patologi dijabat oleh seorang Militer/PNS

Angkatan Darat berkualifikasi Dokter Spesialis Patologi

Klinik, merupakan unsur pelaksana RSPAD Gatot Soebroto

Ditkesad yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan

teknis medis dibidang pelayanan kesehatan, dengan tugas

dan kewajiban sebagai berikut:

(1) Melaksanakan pelayanan kesehatan dibidang

diagnostik dan preventif di bidang Patologi Klinik,

terhadapat pasien, petugas serta lingkungan.


27

(2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan baik pra-

spesialisasi, spesialisasi, kepaniteraan Klinik dalam

rangka peringatan penguasaan ilmu dan keterampilan

di bidang ilmu Patologi Klinik, bagi Personel Medik,

Paramedik serta mahasiswa.

(3) Menyelenggarakan penelitian dana pengembangan

sebagai upaya pengembangan keilmuan,

profesionalisme di bidang ilmu Patologi Klinik.

(4) Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan peranti

lunak dibidang Ilmu Patologi Klinik.

(5) Melaksanakan pembinaan personel dijajaran Instalasi

Patologi.

(6) Melaksanakan pembinaan materil kesehatan, sarana

dan prasarana Instalasi.

(7) Mengadakan koordinasi dengan Departemen dan

Institusi lain guna kelancaran pelaksanaantugas.

b) Peranan

(1) Melaksanakan, melaporkan dan bertanggung jawab

langsung kepada Ka Rumah Sakit RSPAD Gatot

Soebroto Puskesad atas pelaksanaan tugas yang telah

diberikan.

(2) Melakukan pengendalian, pengawasan dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang menjadi


28

tanggung jawabnya terhadap para personil di dalam

Struktur organisasi Instalasi Patologi.

(3) Melakukan Koordinasi dalam tugas pembinaan

dibidang logistik, teknik medis, prasarana dan bidang

diklitbang Patologi dengan Para Dirbin (Dirbingjad),

Dirbinyanmed, Dirbijangum dan Dirbinbang) serta

bagian/Instalasi lain yang terkait dalam pelaksaan tugas

sehari-hari.

20) SF (Staf Fungsional) Analis

SF Instalasi Patologi di jabat oleh seorang Militer/PNS

Angkatan Darat berkualifikasi Ahli Madya Analis Kesehatan

sedangkan lulusan SMAK Kesehatan merupakan unsur pelaksana

RSPAD Gatot Soebroto Puskesad yang bertanggung jawab

melaksanakan kegiatan teknis analisa Pemeriksaan Laboratorium

Klinik penunjang diagnostik medis dibidang pelayanan kesehatan

Keilmuan Patologi Klinik, dengan tugas dan kewajiban sebagai

berikut:

a) Melaksanakan pelayanan kesehatan berupa kegiatan

teknis analisa Pemeriksaan Laboratorium Klinik penunjang

diagnostik medis bidang Keilmuan Patologi Klinik terhadap

pasien, petugas serta lingkungan, berupa beberapa

tahapan kegiatan teknis pelayanan pemeriksaan

Laboratorium Klinik, yaitu:


29

(1) Tahapan Pra Aanalitik

Meliputi pendapatan administrasi pasien, jenis

pemeriksaan Lab yang diminta, persiapan pengambilan

sampel, penanganan sampel sampai pengiriman

sampel untuk sampai pengiriman sampel untuk siap

dilanjutkan dengan analisa pemeriksaan Laboratorium

Klinik.

(2) Tahapan Analitik

Persiapan Pra instrumentasi, melaksanakan sesuai

program Pemantapan Mutu Internal (PMI) secara rutin

setiap hari maupun secara berkala Pemantapan Mutu

Eksternal (PME), dilanjutkan dengan pemeriksaan

dengan metode analisa baik secara Kimia Klinik, baik

secara mikroskopik maupun mikroskopis dengan

metode tertentu secara ilmiah sesuai keilmuan Patologi

Klinik dan sampai dengan diperoleh hasil dari analisa,

berupa data angka hasil parameter pemeriksaan

laboratorium klinik.

(3) Tahap Pasca Analitik

Hasil analisa berupa data angka hasil parameter

pemeriksaan laboratorium klinik pasien tersebut, di teliti

kebenarannya dibuat laporan hasil pemeriksaan dalam

bentuk format labsoft, dan setelah dinyatakan benar

dibawah pengawasan dan telah diberikan adpertis serta


30

disahkan SMF maka data hasil lab tersebut dapat

dikirimkan ke dokter klinisi/pasien yang bersangkutan

untuk dapat digunakan sebagai penujnjang hasil

diagnosa dan terapi selanjutnya.

b) Kegiatan SF pada Pelayanan laboratorium Kesehatan,

meliputi:

(1) Persiapan kegiatan Laboratorium Kesehatan

(a) Menyusun rencana kegiatan

(b) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka

peningkatan penguasaan ilmu dan keterampilan

dibidang ilmu Patologi Klink bagi personil medik.

(c) Melaksanakan kegiatan program Pemantapan Mutu

Internal maupun Eksternal sesuai ketentuan yang

telah ditentukan oleh Ka Instalasi Patologi.

(d) Mengikuti pembinaan personel, sesuai dengan

program yang telah ditentukan Ka Instalasi

Patologi, antara lain jam Komandan, Binroh berupa

pengajian dan halal bihalal.

(2) Melaksakan pemeriksaan Labotorium Kesehatan

(a) Mempersiapkan pasien secara sederhana.

(b) Mempersiapkan peralatan dan bahan penunjang

untuk mengambil spesimen/sampel di Laboratorium

atau di Lapangan

(c) Menerima spesimen/sampel.


31

(d) Mengambil spesimen/sampel dengan tindakan

sederhana.

(e) Mengambil spesimen/sampel secara sederhana

(f) Mempersiapkan pengiriman spesimen/sampel

rujukan.

(g) Memasang peralatan untuk memantau kualitas

lingkungan di Lapangan.

(h) Mempersiapkan peralatan untuk pemeriksaan

spesimen/sampel.

(i) Mempersiapkan bahan penunjang untuk

pemeriksaan spesimen/sampel.

(j) Mempersiapkan spesimen/sampel secara

sederhana dan khusus

(k) Melakukan penanganan dan pengelolahan

spesimen/sampel sederhana atau khusus.

(l) Melakukan pemeriksaan secara makroskopik atau

organoleptic.

(m) Melakukan pemeriksaan sediaan sederhana secara

mikroskopik.

(n) Melakukan pemeriksaan dengan metode cepat.

(o) Melakukan pemeriksaan secara reaksi/setara.

(p) Melakukan pemeriksaan secara aglutinasi manual

atau otomatis
32

(q) Melakukan pemeriksaan secara fotometrik/setara

secara manual atau otomatis.

(r) Menghitung hasil pemeriksaan secara fotometri.

(s) Menghitung hasil pemeriksaan manual.

(t) Melakukan pemeriksaan dengan alat penghitung

sel darah automatis.

(u) Melakukan pemeriksaan secara analisa gas

darah/setara.

(v) Melakukan pemeriksaan dengan sampel biakkan.

(w) Melakukan pemeriksaan secara biakkan untuk

identifikasi.

(x) Melakukan pemeriksaan spesimen/sampel biakkan

tabung ganda (PMN).

(y) Melakukan pemeriksaan secara uji kepekaan dilusi.

(z) Melakukan pemeriksaan hitung koloni

(aa) Melakukan pemeriksaan secara elektroforesis.

(bb) Melakukan pemeriksaan di Lapangan secara

sederhana.

(cc) Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan secara

umum atau khusus

(3) Pelaksaan evaluasi dan laporan pemeriksaan

Laboratorium Kesehatan. Melakukan hal validasi

pemeriksaan sederhana. Melakukan laporan hasil

pemeriksaan secara umum atau Khusus.


33

(4) Pelaksaan penanganan peralatan dan bahan penguji

Laboratorium Kesehatan.

(a) Memelihara peralatan Laboratorium

(b) Memelihara fungsi peralatan Laboratorium

sederhana

(c) Melakukan perbaikan peralatan Laboratorium

sederhana

(d) Melakukan sterilisasi

(e) Mengamati kerja peralatan pemantauan kualitas

Lingkungan

(f) Membuat kompenen prototype alat pengolahan air

dan limbah

(g) Merakit komponen prototype alat pengolahan air dan

limbah

(h) Memusnahkan sisa spesimen/sampel dan bahan

penunjang

(i) Mempersiapkan peralatan dan bahan penunjang

untuk pembuatan media/reagen/bahan biologis

(j) Membuat reagen/bahan biologis

(k) Membuat media untuk biakkan kuman


34

KA RSPAD

WAKA

Ka. Instalasi Patologi

KaSub Instalasi Patkin

Kaur Alkes Kaur Matkes Kaur Admin Kaur Urin Kaur Kimia

Kaur Imun Kaur jaga/Cito Kaur Lab Kimia


Kaur Hema Kaur Mikro

Kaur Keu YMU Kaur Log Kaur Lab Koord. Komputer

Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Patologi Klinik

Keterangan :

Kapokmin (Kepala kelompok administrasi)

Kaur Alkes (Kepala urusan alat-alat kesehatan)

Kaur Matkes (Kepala urusan material kesehatan).


35

2. Tata Laksana

Peraturan yang diterapkan Instalasi Patologi Klinik Rumah Sakit

Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto adalah sebagai berikut:

a. Hari kerja Senin-Jum’at. Kerja dilakukan 8 jam setiap harinya, dimulai

dari jam 07.00-15.00 WIB.

b. Setiap petugas laboratorium wajib berpakaian rapi dan menggunakan

Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja.

c. Setiap petugas laboratorium harus menerapkan prinsip 5 S(senyum,

sapa, salam, sopan, santun)

d. Khusus untuk petugas Dinas Pagi( Dimulai dari jam 07.30-19.30 WIB)

dan untuk petugas jaga laboratorium 24 Jam dan Bank Darah dimulai

dari jam 07.00- 07.00 hari setelahnya, terhitung 24 jam.

e. Khusus untuk pegawai administrasi dibagi dalam 2 shift, shift pagi

dimulai jam 07.00-19.00 WIB dan shift malam dimulai pada 19.00-07.00

WIB

C. Visi, Misi Lahan PKL dan Laboratorium

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit berstandar Internasional, rujukan utama,

pendidikan serta merupakan kebanggaan prajurit dan dicintai

masyarakat.
36

b. Misi

1) Menyelenggarakan fungsi perumah sakitan tingkat pusat dan

rujukan tertinggi bagi Rumah Sakit Angkatan Darat dalam rangka

mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Menyelenggarakan dukungan pelayanan kesehatan yang bermutu

secara menyeluruh untuk prajurit, PNS TNI AD, serta masyarakat.

3) Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan.

4) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan

berkelanjutan.

5) Memberikan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran

dan penelitian bagi tenaga kesehatan.

2. Visi dan Misi Laboratorium Klinik di Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD

Gatot Soebroto

a. Visi

Menjadi laboratorium klinik yang melayani secara profesional dan

lengkap, memenuhi kualifikasi laboratorium RS tingkat I, sehingga

layak dibanggakan oleh prajurit maupun dokter yang merawatnya.

b. Misi

1) Melaksanakan fungsi penunjang medik secara profesional dalam

bidang Patologi Klinik.

2) Memberikan keterangan atau nasihat kepada dokter yang

merawat penderita.
37

3) Mengikuti perkembangan metode pemeriksaan dan teknologi

laboratorium Patologi Klinik.

4) Memanfaatkan setiap kesempatan di dalam atau di luar RSPAD

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi Sumber

Daya Manusia (SDM) medik maupun paramedik.

5) Menyelenggarakan penelitian maupun program pemantapan

mutu.

D. Ketenagaan

Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto didukung oleh

Total dokter 437 yang mencakup seluruh spesialisasi dan sub spesialisasi

yang tersedia lebih banyak dibanding rata-rata rumah sakit di Jakarta dan

didukung oleh pegawai kesehatan kurang lebih 1000 orang tenaga

paramedik berpengalaman dengan jenjang pendidikan menengah atas

sampai Strata 3 dan non kesehatan kurang lebih 302 orang. Instalasi

Patologi Klinik sendiri memiliki 83 orang pegawai.


BAB III

GAMBARAN KHUSUS

A. Pra Analisa

1. Persiapan Pasien

Ada beberapa persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh pasien

sebelum melakukan pemeriksaan yaitu :

a. Pemeriksaan Glukosa Darah puasa : Pasien harus puasa 8-12 jam

dimulai malam hari.

b. Pemeriksaan Profil Lipid : Pasien harus puasa 12-14 jam dimulai

malam hari.

c. Pemeriksaan Analisa Sperma : Pasien harus Abtinensi seksual 3-7

hari.

d. Pemeriksaan Glukosa Toleransi Tes (GTT) pada ibu hamil , pasien

harus puasa 8-12 jam dimulai malam hari.

Bila mungkin hindari pemakaian obat-obatan, karena ada obat tertentu

yang mempengaruhi hasil pemeriksaan,contohnya vit C yang

menyebabkan positif palsu pada pemeriksaan gula. Kecuali bila ada

anjuran dokter.

2. Persiapan Pengambilan Sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel petugas melakukan :

a. Menerima formulir permintaan dan pasien dan melakukan pendataan

ke dalam komputer dengan mencantumkan :

1) Nama Pasien

2) Nomer rekam medik

38
39

3) Tanggal Lahir

4) Ruang Rawat Inap/jalan

5) Status Pasien (BPJS umum/Dinas/Darmawan/Purnawirawan)

6) Diagnosis

7) Dokter yang meminta.

b. Memberikan nomor urut pasien berdasarkan Laboratory Information

System (LIS) dan memasukkan jenis pemeriksaan sesuai

permintaan dokter.

c. Menempelkan label nomor (Barcode) dari Laboratory Information

System (LIS) pada masing-masing tempat/wadah sampel yang akan

diperiksa sesuai identitas pasien yang telah dilakukan pengolahan

data secara LIS.

d. Sampel diambil dan dimasukkan ke dalam tempat/wadah sesuai

nomor dan jenis pemeriksaan :

1) Tabung Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA) disiapkan

untuk keperluan pemeriksaan Darah Lengkap, HBA1C, dan CD4.

2) Tabung Reaksi (tanpa anti koagulan) disiapkan untuk

pemeriksaan Kimia Darah, dan Imunoserologi.

3) Tabung Citrat disiapkan untuk pemeriksaan Hemostasis.

4) Tabung dengan anti koagulan NaF (Natrium Flourida) untuk

pemeriksaan Glukosa Darah 2 Jam setelah makan (Post Prandial)

dan Glukosa Darah Puasa (Nuchter).

5) Pot plastik yang bersih dan kering disiapkan untuk penampung

Urin, Feses, Sputum, dan Cairan Tubuh.


40

6) Gelas kaca yang bersih, kering dan bertutup alumunium foil

disiapkan untuk penampung Ejakulat/Cairan Semen.

7) Pot plastik yang steril dengan tutup berwarna kuning disiapkan

untuk menampung sampel yang akan dilakukan Kultur. Seperti

sputum, urin, kateter dll.

8) Jenis pemeriksaan dan hasil yang dikeluarkan dari alat di

integrasikan ke dalam komputer menggunakan program LIS

(Laboratorium Information System).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Hasil pemeriksaan laboratorium yang baik diperlukan teknik

pengambilan sampel yang benar memberikan penjelasan kepada pasien

dengan bahasa yang komunikatif secara persuasif dengan etika yang

baik.

a. Pengambilan Darah Vena

Sebelum dilakukan fungsi vena, hal yang harus dilakukan sebagai

berikut:

1) Dilakukan pengolahan data pasien dan data pemeriksaan secara

sistem LIS, disiapkan alat sampling, kemudian dipanggil nama

pasien sesuai nomor urut berdasarkan LIS.

2) Pasien dipersilahkan masuk dan duduk dikursi sampling.

3) Tangan pasien diletakkan di atas bantal.

4) Dipasang torniquet pada lengan bagian atas dengan jarak 3 jari di

atas lipatan lengan. Meminta pasien untuk mengepalkan

tangannya.
41

5) Dilakukan pengamatan vena pada lengan kanan ataupun kiri

dengan cara diraba.

6) Vena yang akan ditusuk dilakukan desinfeksi dengan cara

mengusap kapas alkohol 70% secara melingkar keluar.

7) Vena ditusuk dengan sudut tusukan 15 o dan darah diambil sesuai

dengan kebutuhan pemeriksaan, antara lain :

8) Masing-masing tabung spesimen diberi label dan nomor sesuai

barcode pada formulir pendaftaran secara Laboratory Information

System.

b. Pengambilan Sampel Arteri

Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pasien yang hanya

meminta pemeriksaan Analisa Gas Darah, hal yang harus dilakukan

sebagai berikut :

1) Memanggil nama pasien sesuai nomor urut, dan mempersilahkan

pasien duduk di kursi sampling.

2) Tangan pasien diletakkan di atas bantal.

3) Persiapkan peralatan sampling pengambilan sampel arteri.

4) Diraba denyut nadi pasien dibagian lengan ataupun dibagian

pergelangan tangan.

5) Dilakukan desinfeksi pada tempat yang akan dilakukan penusukan

dengan alkohol 70% secara melingkar.

6) Dilakukan pengambilan sampel menggunakan spuit 1ml secara

tegak lurus membentuk sudut 90o hingga volume sampel tepat

1ml.
42

7) Lalu dihomogenkan secara merata dengan antikoagulan heparin

yang sudah terdapat pada spuit.

c. Pengambilan Sampel Mikrobiologi

Sampel Mikrobiologi dibedakan antara Kultur dan Direk

(pemeriksaan langsung). Macam-macam sampel mikrobiologi dan cara

pengambilannya, antara lain:

1) Dahak: Pasien diminta mengeluarkan dahak dan menampungnya

kedalam pot plastik steril yang sudah ditempelkan barcode.

2) Sekret: Lesi diswab dengan kapas steril dan dimasukkan kedalam

tabung berisi buffer pepton atau Thioglycolate yang telah diberi

identitas.

3) Kerokan kulit: Kulit yang diduga terinfeksi dikerok dengan

menggunakan skapel dan ditampung di atas kaca benda (object

glass) yang telah diberi identitas. Lalu dilakukan pemeriksaan

direk jamur.

4) Darah: Darah yang didapat langsung dimasukkan ke dalam media

perbenihan cair Thioglycolate atau botol kultur darah dengan

perbandingan darah : media (1 : 5-10).

5) Pus: Pus/nanah diswab dengan kapas steril dan ditampung

kedalam tabung berisi Thioglycolate bertutup kapas steril

kemudian diberi identitas.

d. Alur penerimaan sampel khusus Hematologi dan Kimia Klinik

1) Sebelum pemeriksaan dimulai lakukan program Quality Control

Internal berikut dengan Wesgart Multirule system, apabila tidak


43

ada kesalahan alat siap dioperasikan.

2) Diperiksa kembali spesimen dan cocokkan dengan input dari

komputer

3) Dilakukan pemeriksaan sesuai SOP.

4) Lakukan pencatatan hasil dibuku kerja, konsultasikan apabila ada

masalah pemeriksaan ke dokter Patologi Klinik.

e. Alur Penerimaan Sampel khusus Mikrobiologi

1) Sampel yang datang harus lengkap dengan fomulir permintaan

dan diliat identitas barcode dan nama pasien disamakan dengan

sampelnya.

2) Jika sama tulis nomor sampel pada formulir dan buku orderan.

Buku orderan terdiri dari:

a) Untuk kultur darah “M2”

b) Untuk kultur darah anak-anak dibuku khusus anak-anak “M2A”.

c) Untuk kultur sputum “M3”.

d) Untuk kultur urin kodenya “U”.

e) Untuk BTA/direk tidak memakai kode.

f) Untuk cairan tubuh kodenya “M4”.

g) Untuk pus kodenya “M1”.

h) Untuk feses kodenya “S”.

i) Untuk Gall kodenya “G”.

j) Untuk kultur jamur kodenya “J”.

k) Untuk Bacterional vaginalis kodenya “BV”.

3) Setelah diberi nomor tulis dibuku sesuai bulan nomor mengikuti


44

pemeriksaan yang sebelumnya.

4) Dimasukan kekomputer jika sampel sedang diproses.

5) Sampel siap untuk dilakukan pemeriksaan sesuai orderan.

f. Pengambilan Sampel Urin dan Feses

Pasien diminta untuk menampung urin porsi tengah kedalam pot

plastik yang telah diberi identitas, sedangkan untuk feses pasien yang

sudah BAB (Buang Air Besar) diambil sedikit fesesnya dan dimasukkan

kedalam pot plastik yang sudah diberi identitas.

g. Alur Penerimaan Sampel khusus Urin dan Feses

1) Urin yang datang dari askes, poli laboratorium pusat bawah, rawat

inap, medical check up diberi nomor urut.

2) Dirapikan letaknya sesuai nomor yang sudah dituliskan.

3) Dimasukan nomor ID pasien yang tertera pada barcode kedalam

kertas order sesuai kodenya.

4) Dilihat kekeruhan dan kejernihan urin lalu ditulis tutup pot bila dia

keruh atau agak keruh.

5) Lalu sampel dituang dalam tabung sentrifus sesuai nomor urut.

h. Pengambilan Sampel Cairan Tubuh

Cairan tubuh seperti cairan lambung, cairan duodenum, cairan

empedu maupun cairan otak diambil langsung oleh dokter yang

bersangkutan. Kemudian dikirim langsung ke laboratorium dan diberi

identitas. Untuk cairan tubuh diperlukan pemeriksaan yang cepat, dalam

waktu 15-30 menit dari pengambilan sampel untuk mendapatkan hasil

dengan keakuratan yang tinggi.


45

i. Pengambilan Sampel Sperma

Pasien yang datang diminta memasuki ruangan khusus untuk

pengambilan sperma. Sperma dikeluarkan dengan cara onani, kemudian

ditampung seluruhnya dengan botol yang bersih dan paling lambat 1 jam

setelah pengeluaran harus sudah diserahkan kepada petugas

laboratorium. Sperma harus ditampung seluruhnya jangan ada yang

tumpah. Tidak boleh menggunakan karet kondom atau botol plastik untuk

menampung sperma tersebut.

4. Penanganan Sampel

a. Pasien Rawat Inap

Pengambilan sampel pasien rawat inap dilakukan oleh perawat,

kecuali untuk Paviliun Dharmawan, Paviliun Iman Sujudi, Paviliun Anak,

dan Paviliun Kartika, pengambilan sampel dilakukan oleh petugas

laboratorium yang sedang berdinas khusus (jaga 24 jam). Sampel–sampel

tersebut diantar ke Sub Instalasi Patologi Klinik untuk dikelola lebih lanjut,

kecuali sampel dari Paviliun Kartika dikerjakan di Laboratorium Kartika.

b. Pasien Rawat Jalan

Pasien poliklinik yang memerlukan pemeriksaan laboratorium perlu

dilengkapi dengan beberapa persyaratan administrasi. Petugas loket

laboratorium melayani pendaftaran pasien dengan memberikan nomor

antrian untuk pengambilan sampel. Sampel–sampel tersebut diantar ke

Sub Instalasi Patologi Klinik untuk dikelola lebih lanjut.


46

B. Analisa

1. Laboratorium Hematologi

a. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

1) Darah lengkap/rutin

2) Laju Endap Darah(LED)

3) Hemostasis

4) D-Dimer

5) Diff Count (Hitung jenis Leukosit)

6) Malaria

7) Bleeding time and Cothing time

8) Analisa Cairan

9) Sel Lupus Eritromatosus(LE)

10) Analisa sperma

b. Pemeriksaan Darah Lengkap/Rutin

1) Metode: Flourescence Flow Cytometry

2) Tujuan: Untuk pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap.

3) Prinsip: Sel darah dialirkan melalui celah yang dapat menurunkan

tegangan listrik arus lemah, tiap sel yang lewat celah tersebut

dihitung berdasarkan naik turunnya tegangan pada galvanometer

dan dicatat secara otomatis.

4) Alat dan Bahan :

a) Darah EDTA

b) Sysmex XN 1000 (Gambar Lampiran 1)


47

5) Cara Kerja:

a) Disiapkan sampel dengan antikoagulan EDTA 2ml (sesuai

volume yang tertera pada tabung). Sampel yang dihisap 80 uL

oleh alat.

b) Dimasukan sampel ke dalam rak tabung pada alat sysmex XN

1000.

c) Diletakkan rak tabung pada meja rak sampel yang terdapat di

alat sysmex XN 1000.

d) Secara otomatis rak tabung akan berjalan (karena pada alat

sysmex XN 1000 terdapat sensor pada meja rak sampel yang

bisa bergerak secara otomatis jika terdapat benda di atasnya).

e) Alat akan secara otomatis membaca barcode sampel. Alat ini

sudah terhubung dengan LIS (Laboratorium Information

System).

f) Hasil akan keluar secara otomatis kedalam program LIS.

6) Nilai Normal

a) WBC (White Blood Cell) : 4.800-10.800 sel/ul (mm3)

b) RBC (Red Blood Cell) : Pria: 4.5-5.5 juta/µL(mm3)

: Wanita: 3.6-5.2 juta/µL (mm3)

c) HGB (Hemoglobin) : Pria: 14-18 g/Dl

: Wanita: 12-16 g/dL

d) Hematokrit : Pria: 43-51%

: Wanita: 38-46%

e) MCV (Mean Corpuscular Volume) : 84-96 fL


48

f) MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) : 27-31 pG

g) MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentrstion) :32-36%

h) Trombosit : 150-400 ribu/(mm3)

c. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

1) Metode: Westergreen modified method infrared reader

2) Tujuan: Untuk mengukur kecepatan mengendap sel-sel eritrosit dalam

plasma.

3) Prinsip: Mengukur kecepatan mengendap sel-sel darah dalam satuan waktu

tertentu, dalam keadaan darah berdiri tegak lurus dalam satu tabung.

4) Alat dan Bahan :

a) Tabung LED dengan antikoagulan Natrium Citrate.

b) Alat Succeeder Automated ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)

Analyzer SD 100 atau Succeeder-Led (Gambar Lampiran 2)

c) Darah vena

5) Cara Kerja

a) Dilakukan pengambilan darah vena.

b) Dimasukkan darah kedalam tabung yang sudah berisi antikoagulan

natrium citrat 1:4 (1 bagian antikoagulan dan 4 bagian darah) sampai

tanda batas.

c) Dihomogenkan sampel selama 10 detik.

d) Dimasukkan tabung kedalam lubang sampel.

e) Ditunggu 30 menit sampai hasil keluar di monitor, kemudian dicatat

hasilnya ke dalam buku ekspedisi.


49

6) Nilai Normal

Pria : 0-15 mm/jam

Wanita : 0-20 mm/jam

d. Pemeriksaan Hemostasis

1) Metode: Optical density dengan panjang gelombang

2) Tujuan: Memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang tepat, sesuai

ketentuan standard/kontrol kualitas pemeriksaan Laboratorium Klinik.

3) Prinsip: Plasma ditambah reagen thromborel S (PT), pathrombin SL dan CaCl2

(APTT) akan terbentuk bekuan fibrin. Lama terbentuknya fibrin diukur dengan

adanya perubahan optikal density dari saat spesimen ditambahkan sampai

dengan terbentuknya fibrin.

4) Alat dan bahan

a) Plasma Citrat perbandingan 1 : 9

b) Sysmex CS – 2100i (Gambar lampiran 3)

c) Rak tabung

5) Cara Kerja

a) Pastikan alat dalam keadaan “ready” (sudah terkontrol dan reagen sudah

siap).

b) Darah dengan antikoagulan Na sitrat di sentrifus selama 15 menit dengan

kecepatan 3000rpm.

c) Diangkat tabung sampel yang sudah di sentrifus lalu letakkan pada rak

tabung khusus alat CS 2100i.

d) Diletakkan rak tabung pada meja sampel yang terdapat pada alat.

e) Jika alat sudah “ready”, dilihat dari layar komputer bagian sudut kiri bawah

terdapat tulisan Ready, maka sampel sudah bisa “running” dengan mengklik
50

tombol atau tanda start pada layar komputer (tombol start terletak di sudut

kanan atas).

f) Alat akan melakukan pemeriksaan secara auto analiser, (alat ini sudah

terhubung kedalam LIS) parameter pemeriksaan dan nomer identitas pasien

secara otomatis terhubung ke alat.

g) Hasil akan keluar ke dalam program LIS dengan sendirinya.

6) Nilai Normal

a. INR : 0,8 - 1,7

b. D-dimer : <550

c. PT : 9,3 - 11,8 detik

d. APTT : 31,0 - 47,0 detik

e. Fibrinogen : 136 - 384 mg/dl

e. Pemeriksaan D-Dimer

1) Metode : Automatic Analyzer

2) Tujuan : Untuk mengetahui penyakit-penyakit dengan gangguan fibrinolisis.

3) Prinsip : Sampel direaksikan dengan reagen dan secara otomatis kadar zat-zat

dalam serum akan terbaca dengan alat.

4) Alat dan Bahan :

a) Darah EDTA

b) Pipet

c) Cassete Alere (Test Device).

d) Alat Biosite Alere Triage Meter Pro. (Gambar lampiran 4)

5) Cara Kerja :

a) Dipastikan alat sudah siap digunakan (sudah di QC Device).

b) Disiapkan Cassete Alere, Whole Blood EDTA, dan pipet.


51

c) Diambil darah dengan menggunakan pipet yang sudah disediakan sampai

tanda batas.

d) Dimasukkan darah ke dalam lubang cassete.

e) Pada monitor pilih menu run test kemudian tekan enter.

f) Dimasukkan nomer identitas pasien tekan enter.

g) Alat akan memberitahukan untuk memasukkan cassete yang telah

ditambahkan sampel (Test Device), masukkan cassete ke dalam alat, lalu

tekan enter, Test Device akan masuk alat dengan sendirinya.

h) Diinkubasi di dalam alat selama ± 20 menit.

i) Hasil akan keluar melalui print out paper.

6) Nilai Normal : 0 – 400 ng/ml

f. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit (Differential Count)

1) Metode: Mikrovisual

2) Tujuan: Untuk mengetahui persentase jenis–jenis leukosit dalam darah.

3) Prinsip: Dihitung persentase jenis-jenis leukosit yang terdapat di dalam sediaan

hapus darah.

4) Alat dan Bahan

a) Darah EDTA d) Minyak imersi

b) Reagen Wright Giemsa e) Object glass

c) Buffer Phospat f) Mikroskop

5) Cara Kerja

a) Diteteskan 1 tetes darah EDTA dan diletakkan di atas object glass yang

telah diberi identitas, kemudian dibuat hapusan darah dan dibiarkan kering.

b) Diwarnai dengan Wright Giemsa selama 2 menit.


52

c) Tuangkan Buffer Phospat, tunggu selama 12 menit.

d) Goyangkan akan tercampur.

e) Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara terbuka.

f) Dihitung sel-sel leukosit dalam preparat di bawah mikroskop pembesaran

100x menggunakan minyak imersi.

g) Diamati 100 sel leukosit, kemudian dipisahkan sesuai jenisnya dan dihitung

dalam satuan persen(%).

6) Nilai Normal

a) Basofil : 0-1% d) N. Segmen : 50-70%

b) Eosinofil : 2-4% e) Limfosit : 20-40%

c) N. Batang : 2-6% f) Monosit : 2-8%

g. Pemeriksaan Malaria

1) Metode: Mikrovisual

2) Tujuan: Untuk mengidentifikasi parasit malaria dalam darah pasien.

3) Prinsip: Pencarian Plasmodium malaria pada preparat hapusan darah.

4) Alat dan Bahan

a) Darah EDTA e) Mikroskop

b) Reagen Giemsa 10% f) Minyak imersi

c) Methanol g) Pipet tetes

d) Object glass

5) Cara Kerja

a) Buat pengenceran Giemsa 9:1 antara Buffer phospat dan Giemsa.

b) Dibuat sediaan darah tebal dan tipis pada sebuah object glass.

c) Difiksasi menggunakan methanol (hanya pada bagian darah tipis saja).

d) Diwarnai dengan Giemsa 10 %, ditunggu selama 20 menit.


53

e) Dicuci dengan air mengalir dan keringkan di udara terbuka.

f) Dibaca di bawah mikroskop pembesaran 1000x dan diamati adanya sel

darah merah (eritrosit) yang mengandung parasit malaria.

h. Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Bleeding Time)

1) Metode: Duke

2) Tujuan: Untuk menguji fungsi trombosit dan sistem vaskuler.

3) Prinsip: Menguji sistem vaskuler serta fungsi trombosit dengan cara membuat

perdarahan buatan lalu diamati setiap 30 detik sampai luka berhenti.

4) Alat dan Bahan

a) Lancet/jarum (needle) c) Stopwatch

b) Kapas alkohol 70% d) Tissue

5) Cara Kerja

1) Daun telinga yang akan ditusuk dilakukan tindakan aseptis.

2) Daun telinga ditusuk dengan kedalaman 2mm, ketika darah keluar

stopwatch diaktifkan.

3) Setiap 30 detik darah yang keluar dihapus dengan tissue.

4) Setelah tidak ada lagi darah yang keluar stopwatch dihentikan dan waktu

dicatat.

6) Nilai Normal: 1-6 Menit

i. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)

1) Metode: Duke

2) Tujuan: Untuk mengukur waktu pembekuan darah.

3) Prinsip: Mengukur waktu terjadinya proses pembekuan darah yaitu mulai darah

keluar sampai terbentuk bekuan.


54

4) Alat dan Bahan

a) Lancet d) Kapas alkohol

b) Lidi/jarum e) Object glass

c) Stopwatch

5) Cara Kerja

a) Diteteskan 1 tetes darah pada object glass.

b) Diperiksa fibrin setiap 30 detik. Dicatat hasil

6) Nilai Normal: 2-6 menit

j. Analisa Cairan Tubuh

1) Metode: Mikrovisual

2) Test Nonne: Pemeriksan LCS (Liquor Cerebro Spinalis) dengan cara

meneteskan LCS kedalam reagen Nonne, untuk mengetahui adanya globulin

dalam LCS ditandai adanya cincin putih.

3) Test Pandy: Pemeriksan LCS (Liquor Cerebro Spinalis) dengan cara

meneteskan LCS kedalam reagen Pandy, untuk mengetahui adanya albumin

dan globulin dalam LCS ditandai adanya kabut.

4) Rivalta : Akuades dengan penambahan asam cuka glasial akan

menggumpalkan protein di dalam cairan (eksudat maupun transudat).

5) Alat dan bahan

a) Tabung reaksi

b) Mikropipet

c) Strip test pH dan berat jenis

d) Alat sysmex Xn 1000 (setting sampel body fluid)

e) Reagen Nonne dan Pandy

f) Asam Asetat Glasial


55

6) Cara kerja

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Diamati warna dan kejernihan.

c) Diambil tabung reaksi masukkan Liquor Cerebro Spinalis kedalam tabung.

d) Diperiksa pH dan berat jenisnya menggunakan strip test.

e) Diperiksa jumlah sel (jumlah sel yang diperiksa adalah jumlah sel darah

putih), pMn (polymorphonuclear), dan Mn (mononuclear) menggunakan

hematology analyzer sysmex XN 1000.

f) Lakukan tes Nonne–Pandy. Dengan cara :

1. Tes Nonne: Diambil 1ml reagen Nonne, dimasukkan kedalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan 1-2 tetes sampel liquor, baca hasil:

+/Positif: terbentuk cincin berwarna putih pada batas kedua lapisan.

-/Negatif: tidak terbentuk cincin pada batas kedua lapisan.

2. Tes Pandy: Diambil 1ml reagen Pandy, dimasukkan kedalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan 1-2 tetes sampel liquor, baca hasil:

+/Positif : Terjadi kabut atau awan saat sampel diteteskan.

-/Negatif : Tidak terjadi kabut atau awan saat sampel diteteskan.

3. Dilakukan tes Rivalta dengan cara :Gelas pengukur 100 ml diisi akuades

100 ml. Diteteskan 3 tetes asam asetat glasial ke dalamnya. Diteteskan 2-3

tetes sampel kurang lebih 1 cm dari permukaan akuades.

+/Positif : Terjadi kabut atau awan saat sampel diteteskan.

-/Negatif : Tidak terjadi kabut atau awan saat sampel diteteskan.

Tulis hasil dalam buku ekspedisi, kemudian masukkan hasil kedalam LIS sesuai

dengan nomer identitas pasien.


56

7) Nilai Normal

a) pMn : 0 – 5 % f) Pandy : Negatif

b) Mn : 50 – 80 % g) Berat Jenis : 1.005 - 1.015

c) Jumlah sel : 0 - 500 sel h) Warna : Bening atau tidak

d) Rivalta : Negatif berwarna

e) Nonne : Negatif i) Kejernihan : Jernih

k. Sel LE (Lupus Eritromatosus)

1) Metode: Mikrovisual

2) Tujuan: Untuk mendeteksi adanya sel lupus dalam darah pasien.

3) Prinsip: Sediaan apus darah yang dibuat dengan cara melisiskan sel darah

merah serta, disentrifus selama 1 jam untuk memisahkan bufficoat dengan sel

darah merah lalu bufficoat dibuat sediaan apus darah untuk dicari sel lupus

atau rose sel.

4) Alat dan bahan

a) Lumpang dan alu f) Zat warna Wright Giemsa

b) Saringan g) Reagen Buffer

c) Tabung reaksi h) Pipet

d) Sentrifus i) Whole Blood yang dibekukan

e) Object glass 10-20 ml

5) Cara kerja

a) Dituang darah yang sudah didiamkan selama 2 jam ke dalam lumpang yang

berisi saringan.

b) Digerus dengan menggunakan alu, jika sudah tergerus semua pindahkan

darah ke dalam tabung reaksi.

c) Disentrifus dengan kecepatan 4200rpm selama 60 menit.


57

d) Diambil bufficoat (letak bufficoat berada ditengah antara serum dan sel

darah).

e) Dibuat sediaan apus darah.

f) Dilakukan pewarnaan dengan reagen Wright Giemsa selama 2 menit,

kemudian tambah larutan Buffer Phospat selama 12 menit. Dikeringkan

diudara.

g) Periksa di bawah mikroskop pembesaran 100x dengan menggunakan

minyak imersi.

6) Interpretasi Hasil

+/positif : Terdapat rose sel pada sediaan apus darah

-/negatif : Tidak terdapat rose sel

l. Analisa Cairan Sperma

1) Metode: Makroskopik dan Mikroskopik

2) Pengertian : Cairan sperma adalah cairan hasil sistem reproduksi pria, terdiri

dari getah prostate dan spermatozoa. Analisa sperma memeriksa cairan

sperma secara makroskopik dan mikroskopik.

a) Secara Makroskopis: warna, bau cairan semen diamati serta dilakukan

pengukuran liquefasi, pH, viskositas dan pengukuran volume dilakukan

paling akhir minimal setelah proses pemeriksaan motilitas dilakukan (untuk

mengurangi resiko kontaminasi dari tabung kerucut/gelas ukur dengan

mengestimasi banyaknya sperma yang telah digunakan).

b) Secara Mikroskopis: Aduk cairan semen secara perlahan sampai homogen

dan amati adanya spermatozoa, motilitas, aglutinasi, dan jumlah

spermatozoa. Setelah dibuat pengecatan preparat amati marfologi, leukosit

serta viabilitas spermatozoa


58

3) Syarat-syarat pemeriksan:

a) Tidak boleh campur dengan istri/tidak mengeluarkan sperma minimal 3 hari

sebelum pemeriksaan.

b) Sperma dikeluarkan dengan cara onani (masturbasi), kemudian ditampung

seluruhnya dengan botol yang bersih dan paling lambat 1 jam setelah

pengeluaran harus sudah diserahkan kepada petugas laboratorium.

c) Sperma harus ditampung seluruhnya, jangan ada yang tumpah.

d) Tidak boleh menggunakan karet kondom atau botol plastik untuk

menampung sperma.

e) Pemeriksaan analisa sperma dilakukan dengan perjanjian khusus pada hari

Selasa sampai Kamis.

4) Cara Kerja

Sebelum pemeriksaan sperma dibiarkan selama 1 jam, lalu campur hingga

merata.

5) Pemeriksan makroskopis.

a) Warna

(1) Normal : Putih Homogen

(2) Abnormal : Putih agak kecoklatan/kekuningan.

b) Pencairan

(1) Normal : Selama 60 menit mencair

(2) Abnormal : Selama 60 menit tetap kental

c) Viskositas

Normal: Dipipet sperma dengan pipet dan akan keluar sebagai tetesan kecil.

d) Volume: Diukur dengan gelas ukur.


59

e) Ph Diukur dengan kertas indikator pH

Nilai normal: 7,2 - 7,8

6) Pemeriksan mikroskopis

a) Motilitas

(1) Diisikan sperma ke dalam bilik hitung Improve Neubauer

(2) Ditutup dengan kaca penutup untuk menghitung jumlah sel

(3) Diamkan selama 5 menit, lihat dengan pembesaran 40 x pada kotak

hitung E (5R)

(4) Pada setiap kotak R dilihat jumlahnya a, b, c, dan d.

(5) Perhitungan :

Σ𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎
𝑥100%
Σsperma dalam 5𝑅 (𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑅 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛)

Jenis R1 R2 R3 R4 R5 Jumlah

gerak

A 3 5 4 6 5 23

B 32 28 30 28 30 148

C 41 46 48 41 43 219

D 13 15 8 11 14 61

Tabel 1. Contoh tabel hasil pemeriksaan jumlah sperma

Keterangan:

a = Cepat dan lurus kedepan

b = Lurus lambat atau tidak lurus

c = Bergerak ditempat

d = Tidak bergerak
60

b) Kecepatan

(1) Diisikan sperma kedalam bilik hitung Improved Neubauer.

(2) Dilihat sperma yang bergerak lurus kedepan (a) pada kotak.

(3) Dipasang stopwacth ketika sperma mulai masuk ke dalam kotak dan

matikan setelah dari kotak “R” kecil.

(4) Penilaian: Dihitung kecepatan sebanyak 25 sperma yang bergerak lurus

kedepan dalam 5 lapang pandang, kemudian hasil kecepatan dari 25

sperma tersebut dibagi 25.

c) Viabilitas ( Presentase sperma yang hidup)

(1) Reagen Provia: Eosin 5 g/l dalam NaCl fisiologis.

(2) Cara Kerja:

(a) 1 tetes sperma diteteskan pada object glass, ditambahkan 1 tetes

reagen Provia.

(b) Dicampurkan hingga rata, tutup dengan kaca penutup, dibaca

dengan pembesaran 400x.

(3) Penilaian

Dihitung sperma dengan kepala warna merah mengkilap dalam 100

sperma.

d) Konsentrasi (banyaknya sperma diukur dalam juta/ml)

(1) Reagen George :

(a) 50 g NaHCO3

(b) 10 ml formalin 35 %

(c) 5 ml larutan jenuh gentian violet

(d) Akuades add 1000 ml


61

(2) Cara kerja

(a) Dipipet sperma sampai tanda 0,5 (pipet eritrosit).

(b) Dipipet reagen George sampai tanda 101.

(c) Dipipet sperma sampai tanda 0,5 (pipet lekosit).

(d) Dipipet reagen George sampai tanda 11.

(e) Dihitung jumlah sperma pada 4 W.

(f) Hasil dikalikan 106 untuk pipet eritrosit dan dikalikan 105 jika

menggunakan pipet lekosit.

2. Laboratorium Kimia Klinik

a. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

1) Fungsi ginjal (Asam urat, kreatinin, Ureum, CCT, dan UCT)

2) Fungsi hati (Bilirubin, SGPT, SGOT, ALP, Albumin, Total Protein, GGT)

3) Fungsi jantung (CK, CKMB)

4) Elektrolite (Na+, K+, Cl-)

5) Gula darah ( Sewaktu, 2 jam PP, puasa, GTT, HbA1c)

6) Profil lipid (Trigliserida, HDL, LDL, Kolesterol)

7) Pemeriksaan Analisa cairan kimia yaitu Pleura, Acites, dan CAPD

(Glukosa, LDH, Protein total), Liquor (Glukosa, protein, dan klorida)

b. Prosedur Pemeriksaan Kimia Darah

1) Metode : Clinical chemistry analyzers

2) Prinsip : Melakukan prosedur pemeriksaan kimia secara otomatis mulai dari

pemipetan sampel, penambahan reagen, inkubasi, serta pembacaan

serapan cahayanya.

3) Alat dan Bahan: Chemistry Autoanalyzer BT–3500 (Gambar lampiran 5)


62

dan Abbott Architech Plus (Gambar lampiran 6)

4) Cara kerja Chemistry Autoanalyzer BT–3500

a) Dipastikan volume akuades cukup, ditambahkan larutan : conc. Surface

Agent (1 ml :1000 ml).

b) Dinyalakan stabilizer (tekan kurang lebih 1 menit).

c) Dinyalakan alat pada posisi On.

d) Diperiksa reagent pada tray reagent, diisi jika diperlukan.

e) Cara Kalibrasi : Letakkan kalibrator pada posisi 1(Diacal Auto) & posisi 2

(Diacal Lipid) pilih tes yang ingin dikalibrasi, lalu klik Run.

f) Cara mengerjakan Kontrol : Letakkan Diacon N pada posisi 11 & Diacon

P pada posisi 12 . Pilih pada known 1 (Diacon N & known 2 Diacon

P),pilih Select All untuk semua test atau pilih tes yang ingin diperiksa

(Deselect All) untuk membatalkan tes, lalu Klik RUN untuk mengerjakan

kontrol.

g) Cara mengerjakan sampel : Klik Order Entry, lalu klik New Entry dan

letakkan sampel pada posisi yang sesuai dengan nomer yang dipilih, lalu

klik save langsung klik Run alat akan otomatis melakukan pemeriksaan

dan dianggap selesai jika muncul pesan pada layar monitor end of work.

c. Parameter Pemeriksaan Kimia Darah

1) Pemeriksaan Gula Darah

a) Metode: Glukosa GOD-PAP

b) Prinsip: Glukosa berfosforilasi dengan ATP dalam reaksi katalisasi

dengan heksokinase dan menghasilkan glukosa-6-Phospate kemudian

dioksidasi dan secara bersamaan terjadi reduksi NAD+ menjadi NADH

pada reaksi katalisasi oleh G6PDH.


63

c) Nilai Normal

Glukosa sewaktu : <140 mg/dl

Glukosa puasa : 70 -100mg/dl

Glukosa 2 jam PP : <140 mg/dl

2) Pemeriksaan Trigliserida

a) Metode: Trigliserida GPO-PAP

b) Prinsip: Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan lipase menjadi

gliserol dan asam lemak. Gliserol akan mengalami fosforilasi dengan ATP

menjadi Gliserol-3-Phosphate dan ADP dengan bantuan Gliserokinase.

c) Nilai normal : <160 mg/dl

3) Pemeriksaan Cholesterol

a) Metode: Cholesterol CHOD-PAP dengan ATCS

b) Prinsip: Cholesterol ester diubah menjadi asam kolesterolesterase yang

akan dioksidasi menjadi kolesterol dengan bantuan enzim peroksidase.

c) Nilai normal : <200 mg/dl

4) Pemeriksaan HDL Cholesterol

a) Metode: Immuno inhibition

b) Prinsip: HDL akan bereaksi dengan reagen dan akan membentuk warna

merah.

c) Nilai normal: >35 mg/dl

5) Pemeriksaan Protein Total

a) Metode: Biuret

b) Prinsip: Protein dalam serum akan bereaksi dengan ion cupri (Cu2+)dan

dalam suasana alkalis dan memberikan warna ungu. Intensitas warna

yang terbentuk sebanding dengan jumlah protein dalam sampel.


64

c) Nilai normal: 6,2 - 8,5 mg/dl

6) Pemeriksaan Albumin / Globulin

a) Metode: BCG (Brom Cresol Green)

b) Prinsip: Albumin dalam serum akan berikatan dengan kompleks warna

BCG sehingga terjadi pergeseran spektrum absorbsi larutan yang

sebanding dengan kadar albumin dalam serum.

c) Nilai normal

Albumin : 3,5 - 5,0mg/dl

Globulin : 2,5 - 3,5mg/dl

7) Pemeriksaan Bilirubin Total

a) Metode: Bilirubin Jendrassik Grof

b) Prinsip: Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid akan

membentuk azobilirubin yang berwarna. Dalam air hanya bilirubin direk

yang larut dan bereaksi dengan reagensia. Sehingga untuk mendapatkan

bilirubin total, bilirubin indirek harus dilepas ikatannya dengan albumin

sehingga larut dalam air, biasanya digunakan aselerator atau solvent.

c) Nilai normal

Bilirubin total : <1,5 mg/dl

Bilirubin direct : <0,3 mg/dl

8) Pemeriksaan SGOT

a) Metode: Modifikasi-IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)

b) Prinsip: AST akan mengkatalis transfer gugus amino dari L-Aspartateke

alfa-ketoglutarate menjadi oxalacetatedan L-Glutamate. Oxalacetate

selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD +

dengan bantuan enzim malate dehidrogenase (MDH).


65

c) Nilai normal: < 35 mg/dl

9) Pemeriksaan SGPT

a) Metode: Modifikasi-IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)

b) Prinsip: AST mengkatalis transfer gugus amino dari L-Alanine ke alfa-

ketoglutarate menjadi piruvate dan L-Glutamate. Piruvate selanjutnya

mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD + dengan

bantuan enzim lactate dehidrogenase.

c) Nilai normal: <40 mg/dl

10) Pemeriksaan Gamma GT

a) Metode: Szasz, Kinetik-IFCC (International Federation of Clinical

Chemistry)

b) Prinsip: Nilai 5-Amino-2 nitrobenzonate yang terbentuk sebanding

dengan aktivitas gamma glutamil transpeptidase dalam serum.

c) Nilai normal

Pria : 8 - 38 µL

Wanita : 5 - 25 µL

11) Pemeriksaan Alkaline Phosphates (ALP)

a) Metode: Kinetik-IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)

b) Prinsip: p-Nitrophenyl dihidrolisis menjadi p-Nitrophenol danphosphate

anorganik. Kecepatan hidrolisis sebanding dengan aktifitas alkaline

fosfatase.

c) Nilai normal: 52-128 µL

12) Pemeriksaan Ureum

a) Metode: Urease/GLDH (Glutamate Dehidrogenase)

b) Prinsip: Ureum oleh urease dihidrolisis menjadi ammonia dankarbon


66

dioksida, dengan bantuan Glutamate Dehidrogenase (GLDH) dan

NADH, ammonia bergabung dengan alfa ketoglutarate membentuk

Glutamate dan NAD+. Adenosine diphosphate (ADP) dipakai untuk

mengaktifkan dan menstabilkan GLDH.

c) Nilai normal: 20 - 50 mg/dl

13) Pemeriksaan Kreatinin

a) Metode: Kreatinin Jaffe

b) Prinsip: Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis akan

membentuk warna kemerahan (Reaksi Jaffe).

c) Nilai normal: 0,5-1,5 mg/dl

14) Pemeriksaan Asam urat

a) Metode: Enzymatic Colorimetric dengan ATCS.

b) Prinsip: Asam urat dioksidase oleh uricase menjadi H2O2, (DHBS), 4-

aminoantipyrine dan H2O2 dengan adanya peroksidase menghasilkan

kromogen berwarna.

c) Nilai normal

Pria : 3,4 - 7,0 mg/dl

Wanita : 2,4 - 5,7 mg/dl

15) Pemeriksaan Elektrolit menggunakan Biolyte 2000

a) Metode: Impedance

b) Tujuan: Untuk mengetahui fungsi keseimbangan tekanan osmotik dan

distribusi oleh cairan tubuh.

c) Prinsip: Pengukuran berdasarkan pada potensial antara elektroda

sampel dengan elektroda standar.


67

d) Alat dan Bahan:

(1) Serum darah

(2) Rak khusus untuk alat

(3) Biolyte 2000 (Gambar lampiran 7)

e) Cara kerja

(1) Ditekan tombol Analyze pada menu utama dan dilayar akan

menampilkan sampel data scree (ID, Sequence #, Acc, Nama).

(2) Kemudian diisi nomor identitas pasien yang diinginkan lalu tekan

enter, setelah itu tekan Analyze kemudian jarum sampel akan

keluar.

(3) Diletakkan serum yang akan dianalisa pada jarum sampel kemudian

tekan Analyze kembali dan sampel akan terhisap setelah itu secara

otomatis jarum sampel akan masuk kedalam dan akan membaca

hasil elektrolit sampel.

(4) Analisa akan berjalan dan ditunggu selama dalam posisi semula.

Sampel akan diproses dalam beberapa detik.

(5) Setelah itu hasil akan dikeluarkan pada layar dan di print secara

otomatis.

(6) Setelah hasil keluar maka tampilan menu pada layar akan kembali

ke sampel data screen dan siap untuk melakukan sampel

berikutnya.

f) Nilai Normal

Na+ : 135 - 147 mmol/L

K+ : 3,5 - 5,0 mmol/L

Cl : 95 - 105 mmol/L
68

16) Pemeriksaan HbA1c BIO - RAD

a) Metode:Ion Exchange HPLC(High Performance Liquid Chromatography)

b) Tujuan: Untuk menentukan kadar glikohemoglobin dalam sampel

c) Prinsip: membaca kadar gula yang menumpuk dan menggabung pada

Hemoglobin dalam darah

d) Alat dan bahan

(1) Darah EDTA (4) Mikropipet dan Tip

(2) Cup reagen 1 (5) BIORAD (Gambar

(3) Cup reagen 2 lampiran 8)

e) Cara Kerja

(1) Menyiapkan kontrol 1 untuk low dan 2 untuk high

(2) Siapkan 2 cup untuk kontrol

(3) Masukkan 1500 Ul buffer

(4) Tambahkan 5 uL kontrol low dan 5 uL untuk kontrol high

(5) Dihomogenkan

(6) Setiap cup kontrol diletakkan pada tabung khusus yang sudah di

label barcode dari pabrik

(7) Masukkan ke rak khusus dari alat, nomer 1 untuk low dan nomor 2

untuk high

(8) Masukkan ke alat Bio Rad dengan mendorong nya sedikit

(9) Tunggu hingga pintu tertutup hingga alat akan men-scan barcode

di tabung

(10) Klik star dan yes

(11) Tunggu hingga alat mengeluarkan hasil


69

(12) Alat siap untuk sampel pasien, lakukan dengan cara nomor 7 – 11.

f) Nilai normal: 5,7 - 6,4%

17) Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)

a) Metode: Lateks aglutinasi

b) Tujuan: Untuk mendeteksi faktor Rheumatoid dalam serum pasien.

c) Prinsip: Latex polisteren dicoated gamma globulin direaksikan dengan

serum penderita Rheumatoid, maka akan terbentuk aglutinasi.

d) Alat dan Bahan

1) Slide dasar hitam 6) Suspensi Latex RF

2) Rotator 7) Kontrol positif dan

3) Mikropipet negatif

4) Yellowtipe 8) Faktor RF : 20 Iu/ml

5) Batang pengaduk

e) Cara Kerja

1) Disiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.

2) Dipipet 50 µl serum dan diletakkan pada slide dasar hitam.

3) Tambahkan 1 tetes suspensi latex RF, dan dihomogenkan.

4) Setelah itu diletakkan di atas rotator selama 2 menit dengan

kecepatan 100rpm.

5) Perhatikan aglutinasi yang terjadi.

f) Nilai normal

Positif (+) : Terjadi aglutinasi

Negatif (-) : Tidak terjadi aglutinasi


70

18) Aseton Darah

a) Metode: Aseto-asetat

b) Tujuan: Melihat adanya zat keton di dalam darah pada penderita

diabetes millitus.

c) Alat dan Bahan

1) Serum 4) Tissue

2) Serbuk aseton 5) Sendok khusus

3) Mikropipet 100 μl 6) Yellowtipe

d) Cara kerja

1) Diambil sepucuk sendok serbuk aseton dan diletakkan di atas tisuue.

2) Ditambahkan 100 μl serum pasien.

3) Dicampurkan hingga serbuk aseton tersiram rata oleh serum.

4) Ditunggu selama 1-3 menit. Dibaca hasil.

e) Nilai normal

(+)/Positif : Berwarna merah ungu

(-)/Negatif : Berwarna cokelat

20) Ureum clearance test (UCT) / creatinin clearance test (CCT) ( pada Urin

24 Jam

a) Metode: Impedance

b) Tujuan: Untuk mengetahui kadar ureum dan creatinin yang terkandung

dalam urin 24 jam.

c) Alat dan Bahan

(1) Urin 24 jam (3) Chemistry Autonayzer

(2) Tinggi dan berat BT-3500

badan (4) Tabung reaksi


71

(5) Mikropipet 1000 μl

d) Cara kerja

1) Diukur jumlah volume urin 24 jam.

2) Dihomogenkan terlebih dahulu sampel urin 24 jam.

3) Dibuang setengah urin 24 jamnya.

4) Dipipet menggunakan mikropipet secukupnya dan dimasukan ke

dalam tabung bersih dan kering.

5) Dimasukkan ke dalam alat ABBOTT ARCHITECH PLUS

6) Dipilih jenis pemeriksaan sesuai dengan permintaan.

7) Hasil akan masuk secara otomatis kedalam program LIS.

8) Rumus

UCT = (Kadar ureum urin/kadar ureum plasma) x (volume urin/120) x

1,73/LPT.

CCT = (Kadar kreatinin urin/kadar kreatinin plasma) x (volume

urin/1440) x (1,73/LPT)

e) Nilai Normal

1) Clearace ureum berkisar 60-75 % dari GFR.

2) Nilai normal untuk clearance ureum adalah : 70 - 110%.

3) Nilai normal CCT adalah : 97 - 137 ml/menit CCT lebih besar dari nilai

UCT dan mendekati nilai GFR.

3. Ruang Laboratorium Imunoserologi

a. Pemeriksaan Widal

1) Metode: Aglutinasi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen Salmonella

dan menentukan titer antibodi terhadap infeksi Salmonella.


72

3) Prinsip: Reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella dengan antibodi

spesifik yang terdapat dalam serum penderita demam typoid.

4) Alat dan Bahan

a) Slide card e) Batang pengaduk

b) Rotator f) Antigen Salmonella typhi H

c) Mikropipet dan O

d) Yellowtipe

5) Antigen salmonellaparatyphi AH, AO, BH, BO, CH, CO.Cara Kerja

a) Disiapkan slide card yang bersih dan kering (mempunyai 8 buah

lingkaran).

b) Diteteskan 20 ul serum sampel pada lingkaran.

c) Diteteskan 1 tetes reagen widal pada lingkaran.

d) Dihomogenkan dengan pengaduk dan digoyang selama 1 menit pada

rotator.

e) Dibaca hasilnya dengan melihat ada tidaknya aglutinasi.

f) Baca hasil (tidak boleh > 2 menit)

6) Interpretasi Hasil

Negatif (-) : Tidak terjadi aglutinasi

Positif (+) : Terjadi aglutinasi

b. Pemeriksaan Tubex

1) Metode : Invitro Semikuantitatif

2) Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen Salmonella dan

menentukan titer antibodi terhadap infeksi Salmonella.

3) Prinsip : Terjadi reaksi warna antara antigen Salmonella dengan antibodi

spesifik yang terdapat dalam serum penderita demam typoid akut dan infeksi
73

karena Salmonella typhi.

4) Alat dan Bahan

a) Cup khusus Tubex c) Mikropipet

b) Reagen Tubex (Biru dan d) Yellowtipe

Coklat) e) Selotip

5) Cara Kerja

a) Tempatkan TUBEX TF Reaction Well Strip dengan tegak pada meja,

dengan nomor well menghadap ke depan (jangan dulu pasang strip pada

skala warna). Tambahkan sampel 45 ul TUBEX TF reagen coklat pada

masing-masing well atau lubang

b) Tambahkan sampel 45 ul, TUBEX TF Positif kontrol atau TUBEX TF Negatif

kontrol pad well yang sesuai, dan campur secara hati-hati dengan menyedot

dan mengeluarkan sebanyak 5-10 kali menggunakan pipet. Pencapuran

harus dilakukan dengan seksama. Hindari terbentuknya busa. Gunakan

ujung pipet yang baru untuk masing-masing sampel.

c) Inkubasi selama 2 menit.

d) Tambahkan 90 ul TUBEX TF reagen biru pada masing-masing well

e) Tutup TUBEX TF Reaction Well Strip dengan TUBEX Sealing Tape tekan

penutup dengan keras pada plastik untuk mencegah kebocoran.

f) Campur dengan seksama selama 2 menit dengan menggunakan prosedur

berikut:

(1) Tahan salah satu ujung TUBEX Reaction Well Strip dengan ibu jari dan

telunjuk

(2) Miringkan TUBEX Reaction Well Strip secara horizontal untuk

memaparkan permukaan well secara maksimum bagi campuran. Kocok


74

strip well reaksi TUBEX Reaction Well Strip dengan sangat cepat ke

arah belakang dan depan selama 2 menit. Pastikan bahwa isinya

mengalir pada seluruh permukaan well.

g) Tempatkan TUBEX Reaction Well Strip pada TUBEX Color Scale sebisa

mungkin mulai dari kiri. Untuk memperoleh supernatan yang jernih, biarkan

pemisahan terjadi selama 5 menit, kemudian baca dan tafsirkan hasilnya5.

6) Interpretasi Hasil

Angka 0–2 = Negatif

>2 atau <4 = Tidak Konklusif

4-10 = Positif

c. Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)

1) Metode: Aglutinasi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi antibodi Streptolisin O dalam serum pasien.

3) Prinsip: Lateks polisteren yang diliputi oleh Streptolisin O bila direaksikan

dengan serum yang mengandung Anti Streptolisin O maka akan terbentuk

aglutinasi.

4) Alat dan Bahan

a) Slide dasar hitam e) Batang pengaduk

b) Rotator f) Antigen Human ASTO anti

c) Mikropipet bodi dan Latex

d) Yellowtipe g) Kontrol positif dan negatif

5) Cara Kerja

a) Disiapkan slide yang bersih dan kering.

b) Dipipet 50 ul serum sampel/kontrol dan diteteskan di atas slide.

c) Ditambahkan 1 tetes reagen anti human ASTO antibodi (latex).


75

d) Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.

e) Diputar di atas rotator selama 3 menit dengan kecepaan 100rpm.

f) Dibaca ada tidaknya aglutinasi yang terjadi.

6) Interpretasi Hasil

Positif (+) : Terjadi aglutinasi

Negatif (-) : Tidak terjadi aglutinasi

d. Pemeriksaan Anti HIV (Human Immunodeficiency Virus)

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap HIV dalam serum

penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antigen dalam strip dengan anti bodi dalam serum

ditandai dengan pembentukan garis pada strip.

4) Alat dan Bahan

a) Card anti HIV d) Timer

b) Mikropipet e) Buffer

c) Yellowtipe

5) Cara Kerja

a) Dikeluarkan Test Pack Anti HIV dari aluminium foil.

b) Diteteskan 30 µl serum sampel ke dalam lubang sampel dan dibiarkan

sampai meresap (1 tetes dengan pipet yang tersedia).

c) Diteteskan 1 tetes buffer dan biarkan sampai meresap.

d) Dibaca hasil reaksi yang terjadi setelah 15 menit.

Catatan: Test Pack ini hanya untuk screening test penyakit HIV. Jika hasil

meragukan lakukan ulangan dengan anti HIV EIA.

6) Interpretasi Hasil
76

Reaktif (+): Terlihat 2 garis pada kontrol dan test

Non Reaktif (-): Terlihat 1 garis pada kontrol

Invalid : Tidak terlihat garis pada kontrol dan test.

e. Pemeriksaan HbsAg

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi antibodi Hepatitis B dalam serum penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antigen dalam strip dengan antibodi dalam serum

ditandai dengan pembentukan garis pada strip.

4) Alat dan Bahan

a) Strip HbsAg d) Mikropipet

b) Cup e) Yellowtipe

c) Timer

5) Cara Kerja

a) Dikeluarkan strip HBsAg dari aluminium foil.

b) Dicelupkan ke dalam 100 ul serum sampel dalam posisi tegak, jangan

sampai melewati garis batas sampel.

c) Dibiarkan selama 20 menit sampai terjadi garis merah pada titik C dan T.

Dibaca hasil reaksi yang terjadi.

Catatan: Test Strip ini hanya perkiraan kasar, bila menginginkan hasil yang

lebih akurat lakukan test anti HBs EIA. Umumnya dilakukan pada pasien dari

medical Check Up.

6) Interpretasi Hasil

a) Positif (+): Terlihat 2 garis pada kontrol dan test

b) Negatif (-): Terlihat 1 garis pada kontrol

c) Invalid: Tidak terlihat garis pada kontrol dan test.


77

f. Pemeriksaan Anti HBs

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi Anti HBs dalam serum penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antigen dalam strip dengan antibodi dalam serum

ditandai dengan pembentukan garis pada strip.

4) Alat dan Bahan

a) Strip Anti HBs e) Yellowtipe

b) Cup

c) Timer

d) Mikropipet

5) Cara Kerja

a) Dikeluarkan test strip anti HBs dari aluminium foil.

b) Dimasukkan kedalam strip anti Hbs sebanyak 100ul serum pasien pada

kotak sampel.

c) Dibiarkan selama 20 menit sampai terjadi garis merah pada titik C dan T.

Dibaca hasil reaksi yang terjadi.

Catatan: Test Strip ini hanya untuk perkiraan kasar, bila ingin yang lebih

akurat lakukan test anti HBs EIA. Umumnya dilakukan pada pasien dari

medical check up.

6) Interpretasi Hasil

a) Positif (+): Terlihat 2 garis pada kontrol dan tes

b) Negatif (-): Terlihat 1 garis pada kontrol

c) Invalid: Tidak terlihat garis pada kontrol dan tes


78

g. Pemeriksaan Dengue IgG & IgM

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi adanya IgM (petanda infeksi primer) dan IgG

(petanda infeksi sekunder) anti dengue dalam serum penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antigen dalam strip dengan antibodi dalam serum

ditandai dengan adanya pembentukan garis pada strip.

4) Alat dan Bahan

a) IgM dan IgG anti Dengue Test c) Yellowtipe

Strip d) Timer

b) Mikropipet e) Diluent

5) Cara Kerja

a) Disediakan sebuah tabung reaksi kecil dan ditempatkan pada rak tabung

yang sesuai.

b) Dimasukkan serum pasien sebanyak 5 ul kedalam strip Dengue IgG dan

IgM.

c) Ditambahkan kedalamnya sebanyak 3 tetes buffer.

d) Dibiarkan selama 20 menit, kemudian dibaca hasil reaksi yang terjadi.

6) Interpretasi hasil

a) Negatif bila garis merah yang tampak hanya pada titik C (kontrol) saja

b) Infeksi primer bila garis merah tampak pada titik C dan M (IgM anti dengue

positif)

c) Infeksi sekunder bila garis merah tampak pada titik C dan G (IgG anti

dengue positif) atau garis merah tampak pada titik C, M dan G (IgM dan IgG

anti dengue positif).


79

d) Pemeriksaan harus diulang bila garis merah hanya pada titik M dan G saja.

h. Pemeriksaan Anti HCV

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi anti HCV dalam serum penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antigen dalam strip dengan antibodi dalam serum

ditandai dengan pembentukan garis pada strip.

4) Alat dan Bahan

a) Strip Anti HCV c) Timer

b) Cup d) Buffer

5) Cara Kerja

a) Dikeluarkan Test Pack Anti HCV dari aluminium foil.

b) Diteteskan 10 ul serum sampel ke dalam lubang sampel.

c) Ditambahkan 4 tetes buffer dan biarkan hingga meresap. Dibaca hasil reaksi

yang terjadi setelah 10 menit.

Catatan: Test Pack ini hanya untuk screening test. Jika hasil

meragukan/positif dapat dilakukan konfirmasi pemeriksaan dengan metode

Enzyme Immunoassay (EIA).

6) Interpretasi Hasil

a) Positif (+): Terlihat 2 garis pada kontrol dan test

b) Negatif (-): Terlihat 1 garis pada kontrol

c) Invalid: Tidak terlihat garis pada kontrol dan test

i. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory)

2) Metode: Aglutinasi

3) Tujuan: Untuk mendeteksi adanya antibodi nontreponema (reagin) dalam

serum penderita.
80

4) Prinsip: Karbon yang dilapisi dengan kardiolipin bila direaksikan dengan serum

penderita akan terbentuk flokulasi.

5) Alat dan Bahan

a) Slide dasar putih e) Batang pengaduk

b) Rotator f) Suspensi karbon VDRL

c) Mikropipet g) Kontrol positif dan negatif

d) Yellowtipe

6) Cara Kerja

a) Disiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.

b) Dipipet 50 µl serum dan diletakkan pada slide dengan dasar putih.

c) Kemudian ditambahkan 1 tetes suspensi karbon VDRL dan dihomogenkan.

d) Setelah itu dirotator dengan kecepatan 100rpm selama 8 menit dan diamati

hasilnya.

7) Interpretasi Hasil

Reaktif (+) : Terjadi flokulasi

Non reaktif (-) : Tidak terjadi flokulasi

j. Pemeriksaan TPHA (Treponemma pallidum Haemagglutination)

1) Metode: Hemaaglutinasi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi antibodi Hepatitis B dalam serum penderita.

3) Prinsip: Reaksi antara antibodi dengan antigen dalam serum ditandai dengan

proses pembentukan hemaglutinasi.

4) Alat dan Bahan

a) Syphilis TPHA test Liquid c) Strip TPHA

Human d) Kontrol positif dan negatif

b) Diluent e) Timer
81

f) Mikropipet g) Yellowtipe

5) Cara Kerja Fortress Diagnostics

a) Disiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan disiapkan terlebih dahulu.

b) Dimasukkan 190ul diluent ke lubang 1.

c) Dtambahkan 10ul sampel ke lubang 1, dihomogenkan.

d) Diambil 25ul dari lubang 1 ke lubang 2 dan 3.

e) Pada lubang 2 ditambahkan 75ul kontrol sel.

f) Pada lubang 3 ditambahkan 75ul tes sel.

g) Dihomogenkan, ditutup plate lalu diinkubasi selama 45-60 menit

(semalaman di area yang jauh dari panas matahari langsung dan

guncangan).

6) Interpretasi Hasil

Positif (+) : Terjadi hemaglutinasi.

Negatif (-) : Tidak terjadi hemaglutinasi.

k. Pemeriksaan CD4

1) Metode: Imunnoflourecent

2) Tujuan: Melaksanakan pemeriksaan jumlah CD4, CD8 dan CD3 T-Lympocyte,

untuk mengetahui status kekebalan pasien suspect anti HIV (+) positif.

3) Prinsip: Sampel dimasukkan ke dalam alat lalu dibaca banyaknya jumlah sel

Limfosit T secara Imunnoflourecent.

4) Alat dan Bahan

a) Reagen CD4

b) Fiksatif 50 %

c) Mikropipet otomatis

d) Vortex
82

e) Reagen cleaning (Bayclin 0,5 %)

f) Akuades

g) Alat BD FACS Count System User’s Guide 2004 (Lampiran

Gambar 9)

5) Cara Kerja

a) Reagen divortex bolak-balik, lalu dibuka segel reagen,

ditambahkan 50 ul darah pasien yg sudah dihomogenkan.

b) Ditutup, dan dilakukan kembali vortex selama 5 detik, diinkubasi

selama 60-120 menit pada suhu kamar dan gelap.

c) Ditambahkan fiksatif 50 %, ditutup, dan divortex kembali selama 5

detik, lalu dibaca sampel tersebut pada alat.

6) Interpretasi Hasil

Nilai Normal : 410-1590 sel/ul

l. Pemeriksaan Enzim sebagai penanda beberapa penyakit

1) Metode: ELFA

2) Tujuan: Untuk pemeriksaan jenis enzim dalam serum pasien.

3) Prinsip: Kombinasi dari metode imunoenzim dan imunocapture

dengan hasil akhir dibaca menggunakan Enzyme Flourence Linked

Flourecent Assay (ELFA).

4) Alat dan Bahan

a) VIDAS (Lampiran Gambar 10)

b) Bluetip

c) Yellowtipe
83

d) Mikropipet

e) Cup sampel yang sudah dilengkapi dengan reagen di dalamnya.

5) Cara Kerja Kalibrasi dan Kontrol

a) Dikeluarkan kalibrasi dan kontrol dari kulkas dan dibiarkan hingga

mencapai suhu kamar.

b) Dimasukkan strip Surface Plasmon Resonance (SPR) dan pipet

SPR ke dalam SPR block sesuai parameter yang dikehendaki

tepat di atas reagensia strip.

c) Pada section yang dipilih tekan angka 1.

d) Pada section A1, TEKAN Assay, lalu pilih test/parameter yang

akan diperiksa.

e) Ditekan S (untuk standar/keluar secara otomatis atau dipilih untuk

S1 ATAU S2) lalu tekan enter.

f) Ditekan C untuk mengetest kontrol lalu masukkan nomer kontrol

(1-3), lalu tekan previous screen sampai section yang dipilih.

g) Dari main menu tekan status screen ”Tekan tombol A atau B pilih

tombol yang akan digunakan untuk melakukan test.

h) Ditutup dengan baik strip stray cover dan SPR comparment door,

tekan tombol start lalu masukkan nomer operator identitas pasien,

maka pemeriksaan tersebut akan dimulai.

6) Cara Kerja ”Running” Sampel

a) Dimasukkan strip SPR dan pipet SPR kedalam block SPR sesuai

pemeriksaan dan tepat di atas reagen strip.


84

b) Dari menu pilih status screen section A atau B.

c) Pada section yang akan dipilih akan terlihat posisi A,B,C,D,dan E.

d) Ditekan angka sesuai dengan posisi well yang dipilih.

e) Ditekan Assay untuk pilihan pemeriksaan.

f) Ditekan sampel identitas pasien dan masukkan nomer identitas

pasien.

g) Ditekan previous screen sampai tampilan section lalu tekan start.

h) Ditunggu hingga keluar hasil.

7) Interpretasi Hasil

a) FTH4 (Free Thyroxine) = 10,6-19,4 Pmol/L

b) TSH (Thyroid-stimulating hormone) = 0,25-5 ul/ml

c) T3 (Triodotironin) = 0,92-2,33 nmol/L

d) T4 (Thyroxine) = 60-120 nmol/L

e) PSA (Prostate spesific antigen) = <4,1 mg/ml

f) CEA (Carcinoembryonic antigen) = <5 mg/ml

g) CA (Cancer Antigen) 15-3 = <22 mg/ml

h) Ferritin = 20-250 mg/ml

i) AFP (Alfa Feto Protein) = 0-15 mg/ml

j) CA (Cancer Antigen) 125 = 35 u/ml

4. Ruang Laboratorium Mikrobiologi

a. Pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)

1) Metode : Ziehl Nelssen


85

2) Tujuan : Untuk menemukan Bakteri Tahan Asam.

3) Prinsip : BTA memiliki lapisan lemak yang sukar ditembus oleh

pewarnaan, dengan pemanasan dan pengaruh fenol pewarnaan

basic fuchsin dapat menembus lapisan lemak itu. Pendinginan pada

proses pencucian akan merapatkan kembali lapisan lemak. Pada

waktu pelunturan dengan asam alkohol warna merah dari BTA tidak

akan dilepaskan sedangkan bakteri yg tidak tahan asam akan luntur

sehingga mengambil warna biru dari methylen blue.

4) Alat dan Bahan

a) Spirtus

b) Object glass

c) Jembatan pengecatan

d) Ose

e) Mikroskop

f) Pipet tetes

g) Lidi

h) Basic fuchsin 0,3 %

i) Asam alkohol 3 %

j) Methylen blue 0,3 %

k) Air suling/akuades

5) Prosedur Pembuatan Preparat BTA

a) Dihidupkan lampu bunsen terlebih dahulu, kemudian diberi nomor


86

urut sampel pada bagian ujung kanan atas object glass dan

panaskan object glass tersebut pada nyala api bunsen (ini

dilakukan agar lemak yang ada pada object glass dapat hilang).

b) Dibuka wadah sampel sputum dengan hati-hati didekat api

bunsen, diambil sampel sputum (cairan yang kental) dengan

menggunakan lidi.

c) Diletakkan sampel sputum pada object glass.

d) Diratakan dan dibuat coilling sputum pada object glass dengan

menggunakan lidi pada bagian tumpul hingga membentuk oval

dengan ukuran 2x3cm dan dibiarkan hingga preparat mengering.

e) Setelah kering warnai preparat BTA tersebut.

6) Prosedur Pewarnaan BTA

a) Diletakkan preparat BTA di atas jembatan pewarnaan.

b) Digenangi preparat dengan reagen Basic Fuchsin 0,3 %

c) Dipanaskan pada bagian bawah preparat dengan kapas alkohol

yang dibakar hingga mengeluarkan asap, api harus selalu di

gerakkan, dan dihentikan bila sudah timbul asap.

d) Didiamkan selama 5 menit, lalu dicuci dengan air mengalir

e) Dialiri sediaan dengan asam alkohol 3 % sampai tidak ada lagi

warna Basic Fuchsin yang larut

f) Dicuci dengan air mengalir. Dan digenangi setiap preparat BTA

dengan reagen Methilen blue 0,3 % selama 10-20 detik

g) Dicuci kembali setiap preparat dengan air mengalir, dan


87

dikeringkan di udara.

h) Ditetesi preparat dengan minyak imersi sebanyak 1 tetes

kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x

untuk mencari adanya bakteri tahan asam (BTA).

7) Pembacaan preparat BTA

Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x

untuk mencari adanya bakteri tahan asam (BTA).

8) Interpretasi Hasil Pewarnaan BTA

Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan secara sistematik dengan

menggunakan skala IUATLD (International Union TB and Lung

Disease) sebagai berikut :

a) Tidak ditemukan BTA/100LP disebut negatif.

b) Ditemukan 1 sampai 9 BTA/100LP ditulis jumlah kumannya

(scanty).

c) Ditemukan 10 sampai 99 BTA/100LP disebut Satu Positif (1+).

d) Ditemukan 1 sampai 10 BTA/1LP disebut Dua Positif (2+) dan

minimal dibaca dalam 50 lapang pandang.

e) Ditemukan lebih dari 10 BTA/1LP disebut Tiga Positif (3+) dan

minimal dibaca dalam 20 lapang pandang.

Turn Around Time (TAT) pemeriksaan BTA satu hari.

b. Pemeriksaan Kultur

1) Metode: Konvensional (kultur media Mac Conkey dan BAP)

2) Jenis sampel: Pus, Darah, Sputum, Cairan Tubuh lainya.


88

3) Cara Kerja

a) Dilakukan inokulasi dengan cara mengambil 1 ose sampel secara

aseptis.

b) Digoreskan pada media Mac Conkey agar dan Blood Agar Plate

(BAP).

c) Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam di dalam incubator

d) Dibaca hasil pertumbuhan kuman pada media BA dan MCA.

e) Dilakukan pewarnaan gram dengan metode Konvensional.

f) Kemudian dimasukkan ke alat Vitek-2 Compact untuk mengetahui

spesies dan sensitivitas kuman.

g) Hasil otomatis tersambung ke LIS.

TAT pemeriksaan kultur lima sampai tujuh hari. Khusus untuk kultur

darah tergantung dari alat Bact.

c. Pewarnaan Gram

1) Tujuan: Untuk mengidentifikasi bakteri Gram positif & negatif.

2) Prinsip: Bakteri gram positif akan mengikat dengan kuat senyawa

kristal violet, sehingga pada pelunturan dengan alkohol tidak akan

luntur sedangkan bakteri gram negatif akan luntur dan pada

pemberian cat Counterstain bakteri gram negatif yang tidak berwarna

akan mengambil warna merah dari air fuchsin / safranin.

3) Alat dan Bahan

a) Lampu spirtus

b) Obyek Glass
89

c) Jembatan pengecatan

d) Pipet tetes

e) Mikroskop

f) Larutan Carbol Gentian Violet

g) Larutan Lugol

h) Larutan Alkohol 96%

i) Larutan Safranin

4) Cara kerja

a) Disiapkan alat dan reagen yang akan diperlukan.

b) Dibuat preparat/sediaan secara aseptis.

c) Dikeringkan dan difiksasi preparat tersebut di atas nyala api

bunsen.

d) Diletakkan preparat di atas jembatan pengecatan.

e) Digenangi preparat tersebut dengan larutan Gentian Violet selama

3 menit.

f) Dibuang larutan gram Gentian Violet dan bilas air, lalu genangi

dengan larutan Lugol selama 2 menit.

g) Dicuci preparat dengan air mengalir lalu digenangi dengan alkohol

hingga warna merah hilang.

h) Preparat dimiringkan untuk membuang alkohol lalu diberi dengan

larutan safranin selama 3 detik langsung bilas air.

i) Dicuci preparat dengan air mengalir lalu dikeringkan.

j) Diamati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran


90

100x untuk mencari adanya bakteri gram (+) atau Gram (-).

5. Interpretasi Hasil

Bakteri Gram Positif : bakteri berwarna ungu.

Bakteri Gram Negatif : bakteri berwarna merah.

TAT pemeriksaan direk Gram satu jam.

d. Pemeriksaan Biokimia dan sesitifitas dengan Vitex-2 Compact

1) Tujuan : Untuk mengetahui spesies kuman dan sensitifitas kuman

tersebut

2) Prinsip : Menembak protein yang dihasilkan dari kuman dengan

laser, setiap kuaman memiliki protein berbeda-beda. Setelah itu,

barulah diidentifikasi jenis proteinya yang mewakili kuman tertentu.

Untuk itu diperlukan database.

3) Cara kerja :

a) Nyalakan lampu bunsen, masukan 3 ml NaCl 0,45% ke dalam

tabung. Dengan menggunakan ose bulat, ambil sedikit koloni

bakteri yang terisolir kemudian masukkan dalam tabung,

homogenkan.

b) Ukur kekeruhan suspensi dengan Standar Mc Farland 0,5-0,6

dengan menggunakan alat densiter

c) Kemudian buatlah pengenceran dari suspensi tersebut, pada

tabung ke-2 caranya

d) Dari suspensi tersebut diambil sebanyak 280 ul untuk gram


91

positif(+) dan 145 ul untuk gram negatif(-) kemudian masukan ke

dalam tabung yang berisi 3 ml NaCl 0,45% homogenkan.

e) Kemudian dalam tabung suspensi 1 masukkan kaset biokimia

dengan kode:

(1) AST GN 93 : kuman aerob batang Gram negatif

(2) AST GP 67 : untuk uji kepekaan kuman Staphylococcus sp.,

Enterococcus sp.

(3) AST ST01 : untuk uji kepekaan kuman Streptococcus

pneumoniae, Streptococcus beta hemolitikus,

dan Sreptococcus viridans.

(4) AST YS07 : untuk uji kepekaan fungi.

f) Dimasukan data pasien dan scanning barcode pada alat, setelah

itu masukan ke alat, hasil akan otomatis keluar dan tersambung

ke LIS. (Lampiran Gambar 11)

e. Kultur dengan BacT/Alert 3D

1) Fungsi: Sebagai tempat kultur darah dari pasien yang didiagnosa

menderita sepsis.

2) Alat dan bahan :

a) Botol kultur

b) BacT/Alert 3D (Gambar lampiran 11)

c) Sampel darah

3) Cara kerja

a) Sampel darah pada spuit dimasukkan kedalam botol pembenihan


92

yang berisi media penyubur dan resin (penetral antibiotik),

dicampur hingga homogen. Volume darah 1:10 (anak-anak : 1-3

ml, dewasa : 8-10 ml).

b) Cara memasukkan sampel

(1) Pada menu utama ditekan gambar botol kosong.

(2) Dibuka alat BacT/Alert 3D, lalu ditekan tombol gambar botol.

(3) Discreen barcode pada botol dan dimasukan botol kultur

ditempat yang kosong. Ditekan simbol centang.

(4) Ditutup pintu BacT/Alert 3D secara pelahan serta sedikit

ditekan, lalu akan kembali kemenu utama.

c) Diinkubasi pada suhu 35oC di BacT/Alert 3D, dan dilakukan

pemeriksaan dengan alat ini, hanya dalam waktu 24 jam alat akan

memberikan tanda dilayar pada sampel yang positif. Namun jika

sampel belum memberikan tanda-tanda positif, maka ditunggu

hingga 5 hari. Hasil negatif akan ditunjukkan pada alat berupa

kode sampel (-).

d) Jika Kultur Darah (+/positif)

(1) Dibuat sediaan dari kultur darah dan dilakukan pewarnaan

Gram.

(2) Dilakukan subkultur pada media Mac Conkey dan BAP.

(3) Dibaca hasil pertumbuhan kuman pada media BA dan MCA.

(4) Dilakukan pewarnaan Gram dengan metode Gram

(5) Kemudian dimasukkan ke alat Vitek-2 Compact untuk


93

mengetahui spesies dan sensitivitas kuman.

(6) Hasil otomatis tersambung ke LIS.

e) Jika kultur darah (-/negatif) Media dikeluarkan dari alat dan dicatat

kode sampel negatif, kemudian media dibuang tanpa proses lebih

lanjut Prosedur pemeriksaan kultur metode BacT/Alert 3D.

f) jika alat vitek tak mengeluarkan hasil uji sensitifitas maka uji

sensitivitas antibiotik manual (resistensi)

(1) Cara kerja

(a) Dinyalakan lampu bunsen, panaskan ose pada nyala api

bunsen hingga membara, kemudian dinginkan.

(b) Diambil satu ose koloni bakteri, letakkan pada suspense

kuman sebanyak 0,5 Mc Farland.

(c) Digunakan lidi kapas yang telah dicelupkan pada NaCl

fisiologis 0,9%, diratakan koloni bakteri dengan cara

menggoreskan pada media hingga merata.

(d) Diletakkan antibiotik disk pada media tersebut secara

melingkar dengan diberi jarak tiap disk antibiotik.

(e) Diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.

(f) Dihitung zona hambat yang terbentuk kemudian dicatat

hasilnya.

f. Kultur jamur

Dilakukan pada pasien yang diduga mengalami infeksi jamur, jenis


94

sampel untuk pemeriksaan ini bermacam-macam tergantung diagnosis

dan tempat terjadinya gejala

5. Ruang Laboratorium Urinalisa dan Feses

a. Pemeriksaan Urin Rutin

1) Metode: Carik celup

2) Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya zat kimia/metabolit yang

terkandung dalam urin.

3) Prinsip: alat akan membaca bahan kimia yang terdapat di dalam urin

yang bereaksi dengan masing-masing enzim spesifik terhadap

bahan kimia yang terdapat pada strip sehingga membentuk warna

yang spesifik.

4) Alat dan Bahan

a) UroMeter 720TM (Gambar lampiran 13)

b) Strip Urin (UroColorTM10)

c) Tissue

d) Tabung

e) Urin

5) Cara kerja

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Diamati warna dan kejernihan urin.

c) Sampel urin dimasukkan kedalam tabung sebanyak 5ml.

d) Dituangkan sampel urin ke strip pemeriksaan urin (UroColorTM10).

e) Ditiriskan di atas tissue terlebih dahulu.


95

f) Baca hasil dengan mencocokan warna masing–masing parameter

yang terdapat dengan mencocokkan warna masing-masing

parameter yang terdapat pada botol reagen strip urin

(UrocolorTM10).

b. Mikroskopik (Sedimen)

1) Metode: Mikroskopik

2) Tujuan: Menentukan adanya kelainan ginjal dan saluran-salurannya,

Menentukan beratnya kelainan ginjal dan saluran-salurannya, dan

untuk pemantauan penyakit.

3) Prinsip: Menganalisa zat-zat organik dan anorganik yang terdapat

dalam urin pasien

4) Alat dan bahan

a) Tabung reaksi

b) Sentrifus

c) Mikroskop

d) Object glass dan kaca penutup

5) Cara kerja

a) Urin dimasukkan kedalam tabung sedimen dan disentrifus dengan

kecepatan 1000rpm selama 5 menit.

b) Lalu cairan dibuang dengan gerakan yang luwes dan cepat,

kemudian tegakkan kembali tabung hingga cairan yang masih

melekat pada dinding mengalir kembali ke dasar tabung. Volume

sedimen dan cairan menjadi kira-kira ½ ml.


96

c) Dikocok tabung tersebut agar sedimen homogen.

d) Diambil 1 tetes sedimen, dan diletakkan di atas object glass,

kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran

10x/Lapang Pandang Kecil (LPK) dan 40x/Lapang Pandang Besar

(LPB).

6) Interpretasi Hasil

Eritrosit, leukosit, epitel, silinder, kristal, bakteri, jamur, protozoa.

c. Test Kehamilan

1) Metode: Immuno kromatografi

2) Tujuan: Untuk mendeteksi Beta Hormon Chorionic Gonadotropin

(beta HCG) di dalam urin pasien.

3) Prinsip: Reaksi yang terjadi antara antibodi (HCG) yang terdapat

dalam urin dengan antigen (anti HCG) yang terdapat dalam testpack

yang ditandai dengan terbentuknya dua garis pada test pack.

4) Alat dan bahan

a) Urin

b) Kertas stik HCG

5) Cara kerja

a) Urin pasien diteteskan ke stik HCG.

b) Ditunggu beberapa menit, jika terbentuk dua garis pada rapid test,

maka hasil dinyatakan positif, jika terbentuk satu garis maka hasil

dinyatakan negatif.

6) Interpretasi hasil
97

(-)/negatif terdapat garis strip 1

(+)/positip terdapat garis strip 2

d. Pemeriksaan Feses Rutin

1) Pemeriksaan yang dilakukan secara makroskopis yaitu :

a) Warna

b) Konsistensi

c) Darah

d) Lendir

2) Makroskopik: Untuk melihat adanya kelainan secara fisik.

3) Mikroskopik: Untuk melihat adanya parasit di dalam tinja.

4) Prinsip: Feses dicampur dengan zat warna eosin 2% akan berwarna

merah sehingga memudahkan dalam melihat telur cacing/amoeba.

5) Cara kerja

a) Diambil larutan eosin sebanyak 1 tetes pada object glass.

b) Feses diambil dengan menggunakan lidi secukupnya.

c) Dicampur dan ditutup dengan kaca penutup.

d) Diperiksa dengan mikroskop pembesaran 40x (LPB) dan 10x

(LPK)

6) Interpretasi hasil

Leukosit, eritrosit, serat, amoeba, dan telur cacing.

e. Pemeriksaan Darah Samar

1) Tujuan: Untuk mengetahui adanya darah samar di dalam feses.

2) Alat bahan
98

a) Feses

b) Reagen Eosin

c) Stick cairan buffer

3) Cara kerja

a) Dicelupkan stick pada spesimen feses.

b) Dimasukkan stick tersebut ke dalam cairan buffer. Ditunggu

selama 10 menit

c) Disiapkan strip rapid

d) Diteteskan sampel sebanyak 3-4 tetes pada strip sampai batas

indikator. Tunggu 10 menit. Baca hasil

4) Interpretasi hasil

Hasil (+) = garis 2

Hasil (-) = garis 1

6. Bank Darah

a. Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rh

1) Metode: Slide Aglutinasi

2) Tujuan: Untuk menentukan golongan darah ABO dan Rhesus.

3) Prinsip: Adanya aglutinogen dalam sel darah merah dan aglutinin

dalam plasma yang sesuai dapat menyebabkan aglutinasi.

4) Alat dan Bahan

a) Kertas Golongan Darah


99

b) Darah EDTA

c) Reagen golongan darah (Anti A, Anti B, Anti AB dan Anti D)

5) Cara Kerja

a) Dibiarkan reagen mencapai suhu ruangan sebelum

digunakan.

b) Darah diteteskan pada 4 lingkaran di atas kertas golongan

darah masing–masing 1 tetes.

c) Ditambahkan :

(1) Anti A pada lingkaran 1

(2) Anti B pada lingkaran 2

(3) Anti AB pada lingkaran 3

(4) Anti D pada lingkaran 4 (Untuk Rh)

d) Diaduk dan dihomogenkan.

e) Reaksi aglutinasi yang terjadi diamati dan ditentukan golongan

darahnya.

6) Interpretasi Hasil

Anti A Anti B Anti AB Golongan Darah

+ - + A

- + + B

+ + + AB

_ _ _ O

Tabel 2. Golongan darah ABO

Golongan darah Rh

Rhesus (+) : Terjadi Aglutinasi


100

Rhesus (-) : Tidak terjadi Aglutinasi

Golongan Darah Keterangan

Mempunyai antigen A di dalam sel darah merahnya dan tidak


A
mempunyai antibodi B di dalam serum/plasmanya.

Mempunyai antigen B di dalam sel darah merahnya dan tidak


B
mempunyai antibodi A di dalam serum/plasmanya.

Mempunyai antigen A dan B di dalam sel darah merahnya dan

AB tidak mempunyai antibodi A maupun B di dalam

serum/plasmanya.

Tidak mempunyai antigen A dan B di dalam sel darah merah


O
tetapi mempunyai antibodi A dan B di dalam serum.

Tabel 3. Keterangan golongan darah ABO

b. Crossmatching Metode Gell Test

1) Metode: Gell Test

2) Prinsip: Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma bila direaksikan

dengan antigen pada SDM melalui inkubasi pada suhu 37 0C dan

dicentrifuge dalam waktu tertentu akan terjadi pengendapan pada

coombs card.

3) Alat dan Bahan

a) Coombs Card

b) Sel Darah Merah (SDM) Donor 1%

c) Sel Darah Merah (SDM) OS (Orang Sakit) 1%

d) Plasma/Serum Donor
101

e) Plasma/Serum OS

f) Reagent Anti Sera A, B, AB, anti D

g) Centrifuge

h) Inkubator

i) Mikropipet

j) Yellowtipe

4) Cara Kerja

a) Dipersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

b) Diambil Card Gell, tuliskan nama pasien pada bagian bawah dari

card gell.

c) Ditulis pada bagian-bagian card gell nya M1, M2, N1, N2.

d) Lalu dilakukan seperti di bawah ini :

Coombs Card Dimasukkan

Mayor 50 µL SDM donor 1% + 25 µL

Plasma OS

Minor 50 µL SDM OS 1% + 25 µL

Plasma donor

Tabel 4. Crossmatch

e) Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C (tekan tombol 1/2/3)

sesuai dengan letak ID card pada raknya.


102

f) Dicentrifuge pada kecepatan 3000rpm selama 10 menit. Dibaca

hasil coombs card.

5) Interpretasi Hasil

Negative(-) : Darah mengendap penuh di dasar gell test

(kompatibel) Positive 1 (+): Darah melayang

atau berbaur 1/3 gellnya.

Positive 2 (++) : Darah melayang atau berbaur sampai ½ tinggi

gell nya.

Positive 3 (+++) : Darah hampir mengendap di permukaan gell

nya.

Positive 4 (++++) : Darah mengendap penuh pada permukaan gell

nya.

a. Penyimpanan Darah

NO Jenis Darah Suhu Masa Penyimpanan

1 WB 20C ± 80C 28 Hari Blood Bank

2 PRC 20C ± 80C 14 Hari Lemari pendingin

6 bulan-1
3 AHF -180C-(-300C) Freezer
Tahun

6 bulan-1
4 FFP -180C-(-300C) Freezer
Tahun

5 Trombosit 220C ± 240C 5 Hari Agigator/ruangan

Tabel 5. Jenis darah dan tempat penyimpananya


103

Keterangan :

1) WB (Whoole Blood): Darah Lengkap

Whole Blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk

transfusi pada perdarahan masif. Whole Blood biasa diberikan

untuk perdarahan akut, shock hipovolemik serta bedah mayor

dengan perdarahan >1500ml. Whole Blood akan meningkatkan

kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan volume

darah.Transfusi satu unit Whole Bloodakan meningkatkan

hemoglobin 1 gr/dl.

2) FFP (Fresh Froozen Plasma): Plasma Segar Beku

Fresh Frozen Plasma (FFP) mengandung semua protein plasma

(faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan

setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan

koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat

menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3%

pada orang dewasa. Sama dengan PRBC, saat hendak diberikan

pada pasien perlu dicairkan terlebih dahulu sesuai dengan 37 oC.

3) PRC (Packet Red Cells): Sel Darah Merah dengan Sedikit Plasma.

PRC mengandung hemoglobin yang sama denga Whole Blood,

bedanya adalah jumlah plasma, dimana PRC lebih sedikit

mengandung plasma. Hal ini menyebabkan kadar hematokrit PRC

lebih tinggi dibanding dengan Whole Blood, yaitu 70%


104

dibandingkan 40%. PRC biasa diberikan pada pasien dengan

perdarahan lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung.

4) AHF (Anti Haemophilic Factor) : Cryopresipitat

Cryopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen dalam jumlah

banyak.Cryopresipitat diindikasikan pada pasien dengan penyakit

hemofilia (kekurangan faktor VIII) dan juga pada pasien dengan

defisiensi fibrinogen.

5) TC (Trombocyte Concentrate): Trombosit

Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan

trombositopenia berat (<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis

perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis

perdarahan, transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombosit

dapat meningkatkan 7.000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam

transfusi pada pasien dengan berat badan 70kg. Banyak faktor

yang berperan dalam keberhasilan transfusi trombosit diantaranya

splenomegali, sensitisasi sebelumnya, demam dan perdarahan

aktif.

C. Pasca Analisa

1. Pencatatan Hasil

Semua hasil pemeriksaan laboratorium masuk ke LIS. Kebijakan

pelaporan hasil dilakukan pada hari yang sama setelah pemeriksaan

kecuali pemeriksaan khusus yang memerlukan waktu lebih dari satu

hari. Sebelum hasil dicetak setiap kepala ruangan atau yang mewakili dari
105

seksi laboratorium mengecek kembali hasil-hasil dari program di LIS untuk

melakukan verifikasi. Setelah diverifikasi hasil pemeriksaan tersebut harus

di Authorize oleh dokter patologi klinik yang sedang bertugas.

2. Pelaporan Hasil

Hasil pemeriksaan pasien rawat jalan diambil oleh pasien sendiri atau

yang mewakili dengan menaruh lembaran bukti yang diberikan

sebelumnya diwadah yang ada di meja registrasi.

Hasil pemeriksaan pasien rawat inap diletakkan dilemari dan disesuaikan

dengan ruangan pasien, selanjutnya perawat setiap ruangan akan

pengambilnya dilemari.

3. Alur Informasi di Laboratorium

a. Rawat Inap

Formulir pemeriksaan dari dokter diserahkan ke perawat ruangan.

Pengambilan sampel dilakukan oleh perawat dan diantarkan ke

administrasi laboratorium patologi klinik. Formulir dan sampel yang dibawa

oleh perawat yang petugas diinput pemeriksaannya, kemudian sampel

yang sudah diberikan barcode diantar ke Laboratorium masing-masing

sesuai pemeriksaan, setelah itu dilakukan pemeriksaan sesuai dengan

permintaan, keluar hasil, hasil dapat diambil oleh perawat ditempat yang

disediakan.

b. Rawat Jalan

Pasien membawa formulir pemeriksaan disertai dengan bukti registrasi

ke Laboratorium. Pasien mendapat nomor antrian dan formulir


106

pemeriksaan dimasukkan ke LIS sesuai permintaan pemeriksaan,

kemudian pengambilan sampel, setelah itu dilakukan pemeriksaan sesuai

dengan permintaan pasien ditiap sub Laboratorium. Hasil dapat diambil

keesokannya kecuali pemeriksaan khusus yang memerlukan waktu lebih

dari satu hari.

D. Pengendalian Mutu di Laboratorium

1. Ketenagaan

a. Orientasi administrasi laboratorium adalah kegiatan yang diberikan

untuk setiap anggota baru di Laboratorium Patologi Klinik oleh tenaga

analis kesehatan selama 4 minggu meliputi:

1) Menerima formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.

2) Mencatat di buku registrasi.

3) Sistem penomoran sampel.

4) Merinci biaya pemeriksaan laboratorium.

5) Membuat bon pengambilan hasil.

6) Mengisi hasil pemeriksaan secara tertulis atau dengan komputer.

7) Orientasi teknis laboratorium selama 4 minggu ke semua seksi.

8) Melakukan pemeriksaan di seksi Hematologi, Kimia, Urinalisa ,

Imunologi, Mikrobiologi dan Bank darah.

9) Menjalankan tugas jaga di luar jam kerja.

10) Menguasai alur proses pemeriksaan.

11) Menguasai pengambilan sampel dan penanganan sampel.

12) Berlatih tugas jaga seminggu 2 kali selama 2 minggu sebagai


107

pendamping sebelum bertugas jaga penuh.

b. Program Pendidikan dan Pengembangan Staff

Program ini dibuat untuk memelihara dan meningkatkan mutu keilmuan

anggota medis, paramedis maupun administrasi. Anggota Departemen

Patologi Klinik berjumlah 83 orang dan semuanya perlu dikembangkan

bahkan ditingkatkan kualitas keilmuannya sesuai kejuruannya masing-

masing dengan cara menunjang kelanjutan pendidikan pegawai.

c. Kesehatan karyawan pun tidak luput dari perhatian, dengan adanya

Rikkes untuk setiap karyawan Laboratorium setiap tahun menjadi tradisi

di Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

2. Pengendalian Mutu Internal dan Eksternal

a. Pengendalian Mutu Internal

PMI dilakukan terus menerus sepanjang proses pemeriksaan

laboratorium tahap Pra Analitik, tahap Analitik dan tahap Pasca Analitik.

Tatap muka berkala setiap 6 bulan dengan para perawat di bangsal-

bangsal perawatan. Penerangan dan tanya jawab tentang persiapan

pasien untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorim, cara menyiapkan

sampel, dan cara pengiriman sampel (tahap pra analitik).

Membuka kesempatan konsultasi sebelum meminta suatu pemeriksaan

laboratorium agar tahap pra analitik dapat terlaksana dengan baik.

Melakukan Quality Control sesuai program PMI secara rutin setiap pagi

maupun secara berkala PME, dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan


108

metode analis seperti pada alat XN 1000, CS 2100i, Chemistry

Autoanalyzer BT–3500, Abbott Architech Plus, Biolyte 2000, dan BIO –

RAD sehingga memperoleh hasil dari analisa berupa data angka hasil

parameter pemeriksaan Laboratorium klinik.

b. Pengendaliaan Mutu Eksternal

Pengendaliaan mutu eksternal dilakukan dengan selalu mengikuti

program PME Kimia, Hematologi, Imunologi, Urinalisa, Mikrobiologi yang

diselenggarakan oleh Pusat Laboratorium Kesehatan DepKes RI dan PDS

Patologi Klinik.

Kegiatan PME tingkat nasional yang telah diselenggarakan oleh

pemerintah sampai saat ini, yaitu :

1) Mengikuti PME Kimia, Hematologi, Imunologi, Urinalisa, dan

Mikrobiologidari Pusat Laboratorium Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia dan PDS Patklin, masing-masing dua

kali tiap tahun.

2) PME bidang Hematologi juga dilakukan dari IQAS (PT.Sysmex).

3) Perlakukan sampel-sampel PME seperti halnya sampel-sampel rutin

setiap hari.

4) Evaluasi dan berkas hasil PME untuk memperbaiki kualitas dari

waktu ke waktu

3. Pengolahan Limbah

Setiap petugas Laboratorium harus paham jenis limbah yang ada di

Laboratorium sehingga dapat meletakkan limbah sesuai wadah yang


109

sudah disediakan, sebelum jam pulang limbah tersebut diangkut oleh

cleaning servis yang bertugas di Laboratorium klinik. Limbah dari setiap

ruangan Laboratorium Patologi Klinik dikumpulkan menjadi satu lalu

diangkut oleh petugas pembuangan akhir untuk diolah lebih lanjut.

Warna Kantong Jenis Limbah

Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan untuk menyimpan


Hitam
atau mengangkut limbah klinis

Semua jenis limbah yang akan dibakar/semua jenis limbah

Kuning infeksius.

Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi bisa dibuang di


Kuning dengan
sanitary fill bila dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan
strip hitam
pembuangan

Jenis limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sepeti sisa-


Merah
sisa reagen pemeriksaan laboratorium.

Tabel 6. Jenis kantong limbah berdasarkan jenis limbah

a. Penanganan Limbah Cair

Limbah cair seperti bahan kimia sisa pengujian, sisa spesimen, darah dan

cairan tubuh dimasukan pada saluran limbah Rumah Sakit yang dialirkan

melalui pipa bawah tanah dan masuk jalur penanganan limbah Rumah

Sakit.

b. Penanganan Limbah Padat

Limbah padat infeksius berasal dari sisa-sisa pemeriksaan pada tiap-

tiap sub unit pemeriksaan yang bersifat infeksius misal peralatan habis

pakai, sarung tangan, pipet, tissue, kapas, alat suntik dan sisa spesimen
110

mikrobiologi. Untuk peralatan habis pakai dan darah, penanganannya

dimasukkan di kantong kuning. Untuk spuit, alat suntik dan benda tajam

lainnya, dimasukkan pada safety box yaitu sebuah karton yang tebal

sehingga jarum tidak menembus keluar, kantong ini diberi tanda infeksius.

Spesimen sisa pemeriksaan mikrobiologi, penanganannya dimasukkan

kedalam kantong khusus berlabel “Biological Hazard” (kantong kuning

lapis dua) kemudian disteril dahulu ke dalam autoclave.

Semua sampah infeksius tersebut dikumpulkan oleh petugas

laboratorium dan dibawa oleh petugas sanitasi untuk dikelola selanjutnya.

Limbah padat non infeksius pada masing-masing subunit pemeriksaan

dibuang pada kantong berwarna hitam setelah terkumpul semua, petugas

laboratorium yang ditunjuk meletakkan kantong tersebut di tempat tertentu

untuk selanjutnya dibawa oleh petugas sanitasi.


BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHANNYA

A. Pra Analisa

Saat kami melakukan beberapa tahap pra analisa seringkali

menjumpai masalah yang menyebabkan masalah pada tahap analisa.

1. Hasil quality control pada saat itu tidak sesuai nilai quality control maka

harus dilakukan pengulangan hingga didapatkan hasil sesuai dengan

kisaran yang diinginkan.

2. Sampel kurang. Penyelesaiannya dengan cara dilakukan pengecekan

ulang formulir terhadap permintan pemeriksaan dan pengambilan

sampel ulang saat pasien masih ditempat atau saat pasien mengambil

hasil keesokan harinya.

3. Homogenisasi darah EDTA untuk bagian Hematologi tidak sempurna

sehingga sering dijumpai adanya bekuan darah dalam tabung EDTA

tersebut. Penyelesaiannya dengan cara menggunakan sampel EDTA

untuk pemeriksaan di bagian Laboratorium kimia atau imun yang

menggunakan sampel darah EDTA serupa, bila tidak ada maka

dilakukan pengambilan darah ulang.

4. Pasien tidak mengikuti persyaratan pemeriksaan, seperti tidak puasa

sebelum pemeriksaan gula darah, kolesterol dan sebagainya.

Penyelesaiannya dengan cara memberikan penjelasan atau informasi

yang jelas terhadap pasien dan menginstruksikannya kembali untuk

datang keesokan harinya.

111
112

5. Serum yang akan digunakan untuk pemeriksaan laboratorium menjadi

lisis. Penyelesaiannya dengan cara pengambilan darah ulang atau

membatalkan pemeriksaan.

6. Sampel terlalu sedikit, yang disebabkan karena kondisi pasien

misalnya pada pasien dengan keadaan setelah melakukan kemoterapi

dan pasien hemodialisa yang menyebabkan pembuluh darah mengecil

dan mengeras.

Penyelesaiannya dengan cara melakukan pengambilan darah pada

pembuluh darah lainnya.

7. Salah dalam menempelkan barcode pasien sehingga hasil tertukar

dengan pasien lainnya pada pasien rawat inap.

Penyelesaiannya dicek ulang formulir permintaan pemeriksaan dan

koreksi data ditabung yang ditulis tangan oleh perawat ruangan.

8. Sampel ditabung merah terkadang langsung disentrifus, tidak

didiamkan terlebih dahulu selama 15-30 menit, sehingga

menyebabkan pembentukan serum yang tidak sempurna.

Penyelesaiannya yaitu diputar ulang kembali hingga terbentuk serum

yang diinginkan, bila tidak terbentuk serum setelahnya maka

mengintruksikan pengambilan darah ulang.

B. Analisa

Pada tahap analisa sering terjadi penundaan pemeriksaan

dikarenakan kendala-kendala seperti berikut:

1. Alat otomatis yang digunakan untuk pemeriksaan mengalami


113

kerusakan sehingga hasil yang dikeluarkan tidak akurat (terlalu rendah

atau terlalu tinggi). Diselesaikan dengan cara pemeriksaan ulang, bila

didapat hasil yang sama maka diperiksa dengan alat sejenis yang

terdapat pemeriksaan tersebut, hasil dikeluarkan setelah diyakini valid.

2. Sampel dengan Clumping menyebabkan nilai trombosit rendah pada

saat pembacaan hasil dengan menggunakan alat.

Penyelesaiannya yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara

manual dengan membuat sediaan apus darah basah yang dibaca oleh

analis di Laboratorium tersebut.

3. Hasil trombosit lebih tinggi ataupun lebih rendah, tidak signifikan

dengan hasil sebelumnya.

Penyelesaiannya dengan melakukan pemeriksaan ulang dengan 2 alat

yang berbeda dan melakukan pemeriksaan ulang dengan metode lain.

4. Tertukar menempelkan barcode pada nomor urut sampel pasien MCU

yang sudah diurutkan dari ruangan MCU.

Penyelesaiannya dengan mengecek ulang satu per satu tabung yang

sudah ditempelkan nomor urut tersebut yang dicocokkan dengan

formulir permintaan pemeriksaan

C. Pasca Analisa

Dalam mengeluarkan hasil pasien, pihak Laboratorium diharuskan

teliti ulang pada hasil yang sudah didapat sehingga yakin saat

mengeluarkan hasil. Beberapa kesalahan pada tahap pasca analisa pun


114

sering dijumpai, seperti:

1. Penulisan hasil laboratorium yang tidak sesuai dengan hasil yang

sesungguhnya atau salah dalam pengetikan diselesaikan dengan

melakukan pengecekan sebelum mengeluarkan hasil, lalu jika masalah

terselesaikan ketik ulang sesuai dengan hasil pemeriksaan yang benar.

2. Hasil yang dikeluarkan tidak sesuai dengan jenis ruangan yang

meminta pemeriksaan laboratorium dikarenakan kesalahan input

identitas ruangan asal diselesaikan dengan cara mengecek kembali

dengan teliti identitas ruangan asal pasien yang sesuai dengan cara

melihat ulang pada formulis pemeriksaan.

3. Setelah sampel pasien sudah diperiksa semua, dilakukan perawatan

alat sebelum mematikannya hingga tidak akan mengganggu nilai

quality control pada hari setelahnya.

4. Setelah pekerjaan analis selesai semua maka pihak kebersihan

ruangan Laboratorium harus segera menangani kebersihan ruangan

dan mengangkut limbah untuk dijadikan satu dari keseluruhan

laboratorium hingga siap dibawa oleh petugas sanitasi.

D. Pengendalian Mutu Laboratorium

Permasalahan yang timbul di Pemantapan mutu sebagai berikut:

1. Quality Control (QC) alat tidak masuk, atau keluar dari range dan tidak

sesuai dengan grafik leavey jenning. Pemecahanya dengan dilakukan

kontrol ulang untuk alat yang QC tidak masuk.

2. Masih ada tenaga honorer yang baru lulus dari Sekolah Menengah
115

Analis. Pemecahanya dengan memberikan peningkatan peningkatan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

E. Pengolahan Limbah

Permasalahan yang timbul di pengolahan limbah sebagai berikut

1. Sampah laboratorium tidak sesuai kantong dalam pembuangannya.

Pemecahannya dengan mengingatkan sesama dalam kesesuaian

membuang sampang ke kantong yang benar dan perlu diadakan

edukasi pentingnya membuang sampah pada tempat yang tepat.

2. Wastafel mampet karena ada benda yang tersangkut. Pemecahanya

dilakukan pembersihan secara berkala pada wastafel tersebut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyusunan laporan ini dapat disimpulkan:

1. Dari tahap Pra Analisa dapat disimpulkan bahwa RS sudah melakukan

penyuluhan terhadap pasien, persiapan alat dengan baik, dan

menggunakan LIS untuk pengolahan database pasien.

2. Dari tahap Analisa dapat disimpulkan bahwa setiap pemeriksaan sudah

dilakukan dengan baik dan sesuai SOP.

3. Dari tahap Pasca Analisa dapat disimpulkan bahwa RS sudah

melakukan pengeluaran hasil yang valid dan bisa dipertanggung

jawabkan.

4. Pemantapan Mutu sudah dilakukan dengan baik. Pemantapan mutu

Internal (PMI) sudah dilakukan QC harian serta pemeliharaan alat

dengan baik. Sedangkan untuk Pemantapan Mutu Eksternal sudah

dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali dari Depkes dan PDS-

PatKlin, terkahir dilakukan pada bulan Desember 2016.

5. Pengolahan Limbah di Laboratorium sudah dilakukan dengan baik dan

terorganisir.

116
117

B. Saran

1. Untuk Instalasi Laboratorium Patologi Klinik RSPAD Gatot

Soebroto

a. Agar lebih memperhatikan Quality Control yang keluar dari alat-alat

laboratorium sebelum dilakukan pemeriksaan.

b. Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien dan

meminimalisir kesalahan Analis.

c. Petugas laboratorium agar lebih memperhatikan Kesehatan

Keselamatan Kerja (K3).

2. Untuk Institusi Pendidikan

Untuk memperhatikan peralatan praktikum agar lebih ditingkatkan

kelengkapannya. Mengingat perkembangan alat laboratorium semakin

canggih dan berkembang.

3. Untuk Mahasiswa PKL

a. Mahasiswa dapat memahami dengan baik penanganan untuk

permasalahan-permasalahan yang timbul di Laboratorium sebagai

bekal dunia kerja.

b. Mahasiswa diharapkan mengenal lebih banyak dan mempelajari

pemeriksaan apa saja yang digunakan di Rumah Sakit agar dapat

menambah pengalaman dan wawasan dalam dunia kerja.

c. Mahasiswa diharapkan mengetahui prinsip kerja alat dari setiap

pemeriksaan agar dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan

dalam tahap analitik.


LAMPIRAN

Lampiran Gambar 3. Alat untuk pemeriksaan Hematologi

Lampiran gambar 4. Alat untuk pemeriksaan LED


Lampiran gambar 5. Alat untuk pemeriksaan Hemostasis

Lampiran gambar 6. Alat untuk pemeriksaan D-dimer.

Lampiran gambar 7. Alat untuk pemeriksaan Kimia Darah


Lampiran gambar 8. Alat untuk pemeriksaan Kimia Darah

Lampiran gambar 9. Alat untuk pemeriksaan Elektrolit darah.


Lampiran gambar 10. Alat untuk pemeriksaan Hba1c

Lampiran gambar 11. Alat untuk pemeriksaan CD4


Lampiran gambar 12. Alat untuk pemeriksaan Hormon dan Enzim.

Lampiran gambar 13. Alat untuk pemeriksaan Kultur Darah.

Lampiran gambar 14. Gambaran sel Lupus Eritromatosus


SKEMA PEMERIKSAAN
KULTUR BAKTERI

Sampel

Enrichment media O
Inkubasi 37 C 18- pus
24 Jam Sputum
LCS (Liquor Cerebro
darah
Spinalis)
Swab (Telinga, Hidung,
Tenggorok) DP Gram 1
Tanam Di Media
Ujung Kateter
Agar

Mac Conkay Agar BA (Blood


Agar)

O
Inkubasi 37 C 24 Jam

MCA Tumbuh MCA Tidak Tumbuh


BA Tumbuh BA Tumbuh

DP Gram 2

Gram (-) Gram (+)

Alat Vitex 2 Katalase


Compact

Staphylococcus (jika +) Streptococcus (jika -)

Baca Hasil
Alat Vitex 2
LIS Compact

Lampiran Gambar 15. Skema pemeriksaan Kultur Bakteri


SKEMA PEMERIKSAAN KULTUR DARAH

Sampel

Alat baktec

Inkubasi selama 5 hari

Jika positi(+) Jika negative(-)

Tanam Di Media
Agar

Mac Conkay BA (Blood


Agar Agar)

Inkubasi 37OC 24
Jam

 MCA Tumbuh  MCA Tidak Tumbuh


 BA Tumbuh  BA Tumbuh

DP Gram

Gram (-) Gram (+)

Alat Vitex 2 Katalase


Compact
Staphylococcus (jika +) Streptococcus (jika -)

Alat Vitex 2
Compact

Baca Hasil

LIS

Lampiran Gambar 16. Skema Pemeriksaan Kultur darah


SKEMA PEMERIKSAAN KULTUR JAMUR
SAMPEL

Darah, Feses, Urine, Pleura, Acites

Tanam di media Sabouraud Dextrose Agar


(SDA)

Inkubasi 37o C 7-10 jam

Baca hasil
(pengamatan koloni)

Tumbuh (+) Tidak Tumbuh (-)

Kapang Khamir

Tanam di media Chrom agar


untuk koloni tersangka candida

Objek Glass + LPCB Amati warna koloni


yang tumbuh

Periksa di Mikroskop 10x40

Identifikasi dengan kartu YST dan uji


sensitifitas dengan kartu AST-YS07

Hasil

Lampiran Gambar 17. Skema pemeriksaan kultur Jamur

Anda mungkin juga menyukai