Anda di halaman 1dari 98

PROSEDUR PEMERIKSAAN SIALOGRAFI DENGAN KASUS

SIALOLITIASIS DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK


RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Diajukan oleh :

MARINA ARIF RINJANI


P1337430315009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
MOTTO

“Kamu berkuasa atas waktumu,


akan jadi apa kamu itu kuasa gerakmu”

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat serta kebesaran-
Nya, yang senantiasa memberikan kesehatan dan atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) dengan baik.

Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ibu Kartiyah dan Bapak Arief Sutarso,
terima kasih atas kasih sayang, doa, support, motiasi, jerih payah dan materi
yang diberikan selama ini. Untuk adikku Kanzul Arsy Ariwatan dan Ghifari Afiq
Alfarizi yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan selama ini.
Terima kasih untuk keceriaan dan kebahagiaan yang diberikan. Serta untuk
semua keluargaku yang tak bisa aku sebutkan satu-persatu Semoga sehat selalu
dan diberikan umur panjang. Amien

Ibu Rini Indrati, S. Si, M.Kes selaku dosen pembimbing, terima kasih atas
bimbingannya dan kesabarannya dalam membimbing saya selama ini sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Seluruh radiografer RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, khususnya Bapak Juremi
Dipl. Rad yang selalu membantu membimbing saat pengambilan data, Mas
Wakhid Tyas yang telah membantu mengurus surat izin pengambilan data.
Terimakasih atas kepedulian yang luar biasa..

Penyemangat “Terglabas Glebes” Rizqi, Siti, Tiwi, Aji yang selalu memberi
semangat, saran dan keceriaannya.

Teman-teman sebimbingan Siti, Kemal, Kinan, serta teman-teman angkatan 8


TRR Purwokerto. Sukses selalu untuk kita semua, Aamiin.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Sialografi dengan Kasus Sialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Karya Tulis Ilmiah ini ditulis untuk memenuhi mata kuliah tugas akhir pada

Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bimbingan serta bantuan

dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan dengan baik.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Warijan S.Pd, A.Kep., M.Kes., Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang.

2. Ibu Rini Indrati, S,Si, M.Kes, Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang dan

sebagai pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Dartini S.KM, M.Kes, Ketua Program Studi DIII Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi Purwokerto Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Semarang.

4. dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K)., M. Kes., MMRS, Direktur RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung.

5. dr. Irma Hasan, Sp.Rad(K)., M.Kes, Kepala Instalasi Radiodiagnostik RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung.

vii
6. Bapak Juremi Dipl. Rad, sebagai pembimbing lapangan penelitian.

7. Seluruh Radiografer dan segenap Staff Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung.

8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Purwokerto Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

9. Teman-teman Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto

angkatan 08 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tak lepas dari kekurangan

karena kesempurnaan hanya milik-Nya, peneliti mengharapkan kritik dan saran

kepada pembaca.

Purwokerto, Agustus 2018

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Halaman Pengesahan .................................................................................... ii

Halaman Persetujuan .................................................................................... iii

Pernyataan Keaslian Penelitian.................................................................... iv

Motto ................................................................................................................ v

Halaman Persembahan ................................................................................. vi

Kata Pengantar ............................................................................................... vii

Daftar Isi .......................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................ xi

Daftar Lampiran.............................................................................................. xii

Intisari .............................................................................................................. xiii

Abstract ........................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan teori............................................................................... 6
1. Anatomi Kelenjar Ludah......................................................... 6
2. Fisiologi Kelenjar Ludah......................................................... 8
3. Patologi Sialolitiasis ............................................................... 10
4. Pemeriksaan Sialografi .......................................................... 11
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................... 25
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 25
C. Subyek Penelitian ....................................................................... 25
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ............................... 26
E. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 27
F. Alur Penelitian ............................................................................. 29

ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................. 30
1. Paparan Kasus ....................................................................... 30
2. Prosedur Pemeriksaan Sialografi Di Instalasi Radiodiagnostik
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ........................................ 31
3. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto
pendahuluan dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus
sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. ................................................................... 38
4. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi
mandibula Eisler pada foto post pemasukan media kontras
dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di
Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. ................................................................................ 39
5. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post
evakuasi media kontras dalam pemeriksaan sialografi
dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. .................................................. 40
B. Pembahasan ............................................................................... 41
1. Prosedur Pemeriksaan Sialografi Di Instalasi Radiodiagnostik
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ........................................ 41
2. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto
pendahuluan dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus
sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. ................................................................... 45
3. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi
mandibula Eisler pada foto post pemasukan media kontras
dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di
Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. ................................................................................ 46
4. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post
evakuasi media kontras dalam pemeriksaan sialografi dengan
kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. ................................................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.................................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................... 50

Daftar Pustaka
Instrumen Penelitian
Tabel Kategorisasi dan Koding terbuka
Pedoman Observasi
Pedoman Wawancara
Lembar Permintaan Pemeriksaan
Hasil Ekspertisi Radiolog
Ijin Pengambilan Data
Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1. Rongga mulut bagian anterior ........................................................... 6


Gambar 2-2. Permukaan lidah anterior bagian bawah dan lantai mulut ................ 6
Gambar 2-3. Kelenjar ludah tampak lateral ............................................................ 8
Gambar 2-4. Posisi tubuh pasien telentang pada pemeriksaan sialografi ............. 17
Gambar 2-5. Posisi tubuh pasien tengkurap pada pemeriksaan sialografi ............ 17
Gambar 2-6. Foto pendahuluan sialografi proyeksi tangensial .............................. 19
Gambar 2-7. Radiograf sialografi proyeksi tangensial post pemasukan media
kontras ................................................................................................ 19
Gambar 2-8. Posisi pasien semiprone proyeksi lateral submandibula .................. 21
Gambar 2-9. Radiograf proyeksi lateral parotis ...................................................... 22
Gambar 2-10. Radiograf proyeksi lateral submandibula .......................................... 22
Gambar 4-1. Pesawat sinar-X flouroskopi .............................................................. 32
Gambar 4-2. Alat dan Bahan pemeriksaan sialografi ............................................. 33
Gambar 4-3. Radiograf proyeksi mandibula AP Plain ............................................ 34
Gambar 4-4. Radiograf proyeksi mandibula AP post pemasukan media
kontras ................................................................................................ 35
Gambar 4-5. Radiograf proyeksi mandibula Eisler post pemasukan media
kontras ................................................................................................ 36
Gambar 4-6. Radiograf proyeksi mandibula AP post evakuasi media
kontras ................................................................................................ 37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi


Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Dokter Spesialis Radiologi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Radiografer
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Dokter Pengirim
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Pasien
Lampiran 6 Transkrip Observasi
Lampiran 7 Kategorisasi Dokter Spesialis Radiologi
Lampiran 8 Kategorisasi Radiografer
Lampiran 9 Kategorisasi Dokter Pengirim
Lampiran 10 Kategorisasi Pasien
Lampiran 11 Koding Terbuka
Lampiran 12 Lembar Permintaan Pemeriksaan
Lampiran 13 Hasil Ekspertisi Radiolog
Lampiran 14 Ijin Pengambilan Data
Lampiran 15 Surat Kesediaan Pemimbing Lapangan
Lampiran 16 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden R1
Lampiran 17 Surat Keterangan telah Telakukan Wawancara Mendalam 1
Lampiran 18 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden R2
Lampiran 19 Surat Keterangan telah Telakukan Wawancara Mendalam 2
Lampiran 20 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden R3
Lampiran 21 Surat Keterangan telah Telakukan Wawancara Mendalam 3
Lampiran 22 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden R4
Lampiran 23 Surat Keterangan telah Telakukan Wawancara Mendalam 4
Lampiran 24 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden R5
Lampiran 25 Surat Keterangan telah Telakukan Wawancara Mendalam 5

xii
PROSEDUR PEMERIKSAAN SIALOGRAFI DENGAN KASUS SIALOLITIASIS
DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Marina Arif Rinjani1) Rini Indrati2)

INTISARI

Pemeriksaan sialografi adalah pemeriksaan radiologi kelenjar ludah dan


salurannya dengan menggunakan media kontras. Menurut Long dkk. (2016),
proyeksi yang digunakan yaitu proyeksi tangensial dan lateral. Pemeriksaan
sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung menggunakan proyeksi mandibula AP dan mandibula Eisler.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prosedur pemeriksaan sialografi, alasan
menggunakan proyeksi mandibula AP foto pendahuluan dan foto post evakuasi
media kontras dan proyeksi mandibula AP dan mandibula Eisler foto post
evakuasi media kontras.
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subyek
penelitian meliputi 5 responden (1 radiolog, 2 radiografer, 1 dokter pengirim, 1
pasien). Metode pengambilan data dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan interaktif
model.
Hasil penelitian prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis
di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung meliputi foto plain
dengan proyeksi mandibula AP, pemasukan media kontras, foto post pemasukan
media kontras dengan proyeksi mandibula AP dan mandibula Eisler, foto post
evakuasi media kontras dengan proyeksi mandibula AP. Alasan digunakannya
proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan yaitu proyeksi standar mandibula,
sebagai foto persiapan, melihat batu, menentukan faktor eksposi foto
selanjutnya, untuk melihat anatomi duktus kelenjar saliva sebelum pemasukan
media kontras,. Alasan digunakannya proyeksi mandibula AP dan proyeksi
mandibula Eisler yaitu proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler jika
dikombinasikan dapat mendeskripsikan dengan baik ketiga kelenjar ludah dan
dapat menghindari super posisi ramus mandibula. Proyeksi mandibula AP pada
foto post evakuasi media kontras untuk melihat kondisi saluran ludah dan
membandingkan dengan foto pendahuluan

Kata kunci: Sialografi, Sialolitiasis, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Keterangan:
1)
Mahasiswa Prodi Dlll Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto
Poltekkes Kemenkes Semarang
2)
Dosen Pembimbing

xiii
SIALOGRAPHY EXAMINATION PROCEDURE OF SIALOLITHIASIS CASE AT
RADIODIAGNOSTIC INSTALLATION OF DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
HOSPITAL

Marina Arif Rinjani1) Rini Indrati2)

ABSTRACT

Sialography examination is a radiology examination of salivary gland and


its ducts using contrast media. According to Long (2016), the projections used
are tangential and lateral projections. Sialography examination of sialolithiasis
case at Radiodiagnostic Service of Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital used AP
mandible and Eisler mandible projections. The purpose of this research is to
know the sialography examination procedure and the reason of using AP
mandible projection in plain photo and post photo of contrast media evacuation
and using AP and Eisler mandibles projections in post photo of contrast media
evacuation.
This research is a qualitative research that uses case study approach.
The subjects of the study included 5 respondens ( 1 radiologist, 2 radiographers,
1 sending physician, 1 patient). Data collected by observation, interview, and
documentation. The data obtained were analyzed using an interactive model.
The research result of sialography examination of sialolithiasis case at
Radiodiagnostic Installation of Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital includes
plain radiograph using AP mandible projection, contrast media injection, post
photo of contrast media injection using AP and Eisler mandibles projections, and
photo post of contrast media evacuation using AP mandible projection. The
reason of choosing AP mandible projection for taking plain radiograph is
mandibular standard projection, as a preparation photo, see the stone, determine
the exposure factor for the next photo, see the duct anatomy of salivary gland
before importing the contrast media. The reason of using AP and Eisler
mandibles projections is that the combination of these two projections can
describe the three salivary glands well and can avoid the mandible superposition.
The use of AP mandibular projection in post photo of contrast media evacuation
is to see the condition of salivary duct and then compare it with the plain photo

Keywords: sialography, sialolithiasis, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Keterangan:
1)
Student of Radiotherapy and Radiodiagnostic Engineering Diploma III,
Purwokerto of Poltekkes Kemenkes Semarang
2)
Lecturer

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar ludah merupakan salah satu sistem pencernaan yang

terletak di mulut. Kelenjar-kelenjar ludah mensekresi ludah ke dalam

rongga mulut. Ludah adalah suatu cairan basa dan jernih, di dalamnya

terdapat air, lendir, garam, dan enzim ptialin. Enzim ptialin mengubah

amilum menjadi maltosa. Ludah membasahi makanan dan

melembutkannya agar mudah ditelan (Dwisang, 2014).

Ludah diproduksi oleh tiga pasang kelenjar ludah mayor yaitu

parotid, submandibula, dan sublingual beserta kelenjar minor yang

tersebar dibawah epitelium oral. Tiap kelenjar terhadap total kontribusi

sebanyak 30% dari kelenjar parotid, 60% dari kelenjar submandibula, 5%

dari sublingual dan 5% dari kelenjar minor (Kasuma, 2015).

Salah satu penyakit pada kelenjar ludah adalah terdapatnya batu

pada kelenjar ludah atau biasa disebut dengan sialolitiasis. Angka

kejadian sialolitiasis pada kelenjar submandibula lebih besar

dibandingkan dengan kelenjar ludah lainnya yaitu sekitar 80%, 20%

terjadi pada kelenjar parotis, dan 1% terjadi pada kelenjar sublingual

(Tamin dan Duhita, 2011).

Sialolithiasis dapat dinilai dengan melakukan pemeriksaan

sialografi. Menurut Long dkk. (2016), pemeriksaan sialografi adalah

pemeriksaan radiografi dari kelenjar ludah dan saluran air ludah dengan

1
2

penyuntikan media kontras, biasanya menggunakan media kontras yang

larut dalam air yaitu Iodin.

Menurut Long dkk. (2016), pemeriksaan sialografi dilakukan dengan

menggunakan dua macam proyeksi, yaitu proyeksi tangensial dan lateral.

Untuk menilai kelenjar parotis menggunakan proyeksi tangensial dan

lateral, sedangkan untuk menilai kelenjar submandibula menggunakan

proyeksi lateral.

Berdasarkan observasi awal oleh peneliti, pemeriksaan sialografi

dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung menggunakan proyeksi mandibula AP (AnteroPosterior)

dan proyeksi mandibula Eisler. Proyeksi mandibula AP digunakan pada

foto pendahuluan dan foto post evakuasi media kontras, sedangkan pada

foto post pemasukan media kontras menggunakan proyeksi mandibula

AP dan proyeksi mandibula Eisler.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih dalam tentang pemeriksaan siaografi dengan menuangkannya

dalam karya tulis ilmiah yang berjudul “PROSEDUR PEMERIKSAAN

SIALOGRAFI DENGAN KASUS SIALOLITIASIS DI INSTALASI

RADIODIAGNOSTIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung?

2. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan ?


3

3. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

menggunakan proyeksi mandibula AP dan mandibula Eisler pada foto

post pemasukan media kontras?

4. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi media

kontras?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus

sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung.

2. Untuk mengetahui alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada

foto pendahuluan dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus

sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung.

3. Untuk mengetahui alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan

proyeksi mandibula Eisler pada foto post pemasukan media kontras

dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

4. Untuk mengetahui alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada

foto post evakuasi media kontras dalam pemeriksaan sialografi

dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung.


4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tentang prosedur pemeriksaan sialografi dengan

kasus sialolitasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung dapat menambah kepustakaan, wawasan ilmu

pengetahuan, dan pertimbangan referensi bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

Penelitian tetang prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus

sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dapat menjadi masukan dalam meningkatkan pelayanan

Rumah Sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis dengan penelitian ini yang pernah dilakukan oleh

peneliti lain yaitu:

1. Isnoviasih, Susi Tri (2009), dengan judul “Sialography Examination

with Salivary Ductal Obstruction at Instalation of dr. Saiful Anwar

General Hospital Malang”. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan kasus dan lokasi tertera. Penelitian ini membahas

prosedur pemeriksaan sialografi pada pasien dengan kasus tertera,

alasan penggunaan asam sitrat sebagai stimulan terhadap saluran

saliva, alasan dilakukan proyeksi AP Oblique pada foto post

pemasukan media kontras, serta alasan tidak dilakukan foto post

evakuasi media kontras Perbedaanya terletak pada kasus yang

diteliti, rumusan masalah penelitian, prosedur pemeriksaan, serta

waktu dan tempat penelitian.


5

2. Sejati, Latief Muhammad Tulus (2013), dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Sialografi dengan Diagnosa Tumor Kelenjar Parotis Kiri

di Instalasi Radiologi RSU Pusat dr. Sarjito Yogyakarta”. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dengan kasus dan lokasi tertera.

Penelitian ini membahas prosedur pemeriksaan sialografi pada pasien

dengan kasus tertera, alasan dilakukan proyeksi cranium AP pada

foto pendahuluan dan foto post pemasukan media kontras, proyeksi

cranium LPO pada foto post pemasukan media kontras, serta alasan

tidak dilakukan foto post evakuasi media kontras. Perbedaanya

terletak pada kasus yang diteliti, rumusan masalah penelitian, serta

waktu dan tempat penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi Kelenjar Ludah

Makanan pada awalnya memasuki rongga mulut. Batas rongga

mulut adalah langit-langit mulut pada bagian atas, pipi, pada bagian

lateral kanan dan kiri, dan dasar mulut pada bagian bawah. Di dalam

rongga mulut terdapat gigi, lidah dan muara saluran kelenjar ludah

(Scalon, 2006).

4
Keterangan:
1 1. Posterior arch
5 2. Anterior arch
2 6 3. Amandel
4. Palatum keras
3 5. Uvula
6. Palatum lunak
7. Apex
7

Gambar 2-1. Rongga mulut bagian anterior


(Long dkk., 2016)

Keterangan:
3 1. Sublingual face
2. Lubang saluran
submanibula
3. Lidah
1 4. Frenulum lidah
5. Lipatan sublingual
4

2
5

Gambar 2-2. Permukaan lidah anterior bagian bawah


dan lantai mulut (Long dkk., 2016)

6
7

Kelenjar ludah merupakan salah satu sistem pencernaan yang

terletak di mulut. Kelenjar-kelenjar ludah mensekresi ludah ke dalam

rongga mulut. Ludah dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar ludah yang

mengalirkan cairannya ke dalam mulut. Ludah adalah suatu cairan

basa dan jernih yang di dalamnya terdapat air, lendir, garam, dan

enzim ptialin. Enzim ptialin mengubah amilum menjadi maltosa.

Ludah membasahi makanan dan melembutkan makanan agar mudah

ditelan (Dwisang, 2014).

Menurut Kasuma (2015), ada tiga pasang kelenjar ludah mayor

yaitu:

a. Kelenjar Parotis

Ludah dari kelenjar parotis berhubungan dengan rongga

mulut melalui duktus yang berukuran panjang 7-5 cm. Duktus

kelenjar parotis disebut duktus stensen yang bermuara di daerah

setinggi molar dua atas. Kelenjar parotis memiliki peran dominan

dalam merespon stimulus yang kuat seperti asam sitrat. Pada saat

mengunyah, laju aliran ludah dari kelenjar parotis dua kali lebih

besar dibandingkan laju aliran yang berasal dari kelenjar

submandibula.

b. Kelenjar Submandibula

Kelenjar submandibula terletak di segitiga submandibula

yang terdiri dari bagian anterior dan posterior M. Digastricus dan

tepi inferior mandibula. Beratnya sekitar 50% berat kelenjar parotis

dengan berat sekitar 7 gram sampai 15 gram. Duktus kelenjar


8

submandibula bermuara di duktus warthon yang terletak di dasar

mulut pada kedua sisi frenulum lingualis.

c. Kelenjar Sublingual

Kelenjar sublingual adalah dua kelenjar kecil yang terdapat

di bagian depan lantai mulut di belakang dagu. Beberapa saluran

kecil membuka ke dalam lantai mulut, di bawah lidah (Dwisang,

2014).

Keterangan:
1. Saluran parotis
2. Saluran sublingual
3. Saluran submandibula
4. Kelenjar sublingual
5. Kelenjar parotid
6. Kelenjar submandibula
1 5
2

3
4 6

Gambar 2-3. Kelenjar ludah tampak lateral


(Long dkk., 2016)

Selain kelenjar ludah mayor (parotis, submandibula, dan

sublingual). Terdapat kelenjar ludah minor yang paling banyak

ditemukan di bibir, lidah, mukosa pipi dan palatum (Kasuma, 2015).

2. Fisiologi Kelenjar Ludah

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang menyekresi larutan

mukus ke dalam mulut, membasahi dan melumasi partikel makanan

sebelum ditelan (Syaifuddin, 2012)


9

a. Fungsi Ludah

Menurut Syaifuddin (2012), fungsi ludah dikelompokan

menjadi dua yaitu:

1) Fungsi mekanis: mencampur ludah dengan makanan agar

menjadi lunak atau setengah cair yang disebut bolus agar

mudah ditelan dan mendinginkan makanan.

2) Fungsi kimiawi: melarutkan makanan yang kering untuk dapat

dirasakan. Misalnya, butiran gula/garam dalam mulut akan

larut oleh ludah. Disamping itu saliva juga memantau gigi-gigi

yang menjadi busuk dengan cara mengubah suasana asam

yang ditimbulkan bakteri pembusuk menjadi suasana alkali.

b. Macam Sekresi Ludah

Menurut Guyton (2007), ludah mengandung dua macam

sekresi protein utama, yaitu:

1) Sekresi serosa

Sekresi serosa mengandung ptialin, yang merupakan

enzim untuk mencerna karbohidrat. Kelenjar parotis hampir

seluruhnya menyekresi tipe serosa.

2) Sekresi Mukus

Sekresi mukus bertujuan untuk melumasi dan melindungi

permukaan. Kelenjar yang terdapat pada mukosa pipi hanya

menyekresi mukus, sedangkan kelenjar submandibula dan

sublingual menyekresi mukus dan serosa.


10

3. Patologi Sialolitiasis

a. Pengertian Sialolitiasis

Salah satu penyakit pada kelenjar ludah adalah terdapatnya

batu pada kelenjar ludah atau sialolitiasis. Angka kejadian

sialolitiasis pada kelenjar submandibula lebih besar dibandingkan

dengan kelenjar ludah lainnya, yaitu sekitar 80%, 20% terjadi pada

kelenjar parotis, dan 1% terjadi pada kelenjar sublingual (Tamin

dan Duhita, 2011).

b. Etiologi Sialolitiasis

Sialolitiasis ini umumnya berasal dari adanya deposit

kalsium dan memberikan rasa tidak nyaman pada penderita.

Sialolitiasis kebanyakan terjadi pada orang dewasa, yaitu

insidennya pada laki-laki lebih sering dari pada perempuan. Rasa

sakit biasanya timbul ketika ada makanan yang sangat

merangsang sekresi ludah (S. Hassan, 2009).

Menurutt S. Hasan (2009), diagnosis sialolitiasis mudah

dilakukan bila terletak di bagian distal rongga mulut dari duktus.

Sialolitiasis bisa ditemukan pada duktus mandibula di dasar mulut,

bisa dilihat atau diraba, ataupun difoto secara radiografis.

Sialolitiasis ini bisa juga terbentuk pada kelenjar ludah minor.

Bentuk batu sangat bervariasi baik dari segi ukuran, bentuk, dan

kemampuannya hanyut ke dalam lumen atau menempel pada

dinding duktus. Rasa sakit timbul akibat adanya trauma pada

duktus dan makanan yang merangsang sekresi ludah.


11

Kemungkinan lain yang bisa terjadi akibat obstruksi saluran ini

bisa mengarah ke infeksi, rasa sakit, dan luka pada kelenjar.

Menurut Tamin dan Duhita (2011), salah satu penyakit

sistemik yang bisa menyebabkan terbentuknya batu adalah

penyakit gout, dengan batu yang terbentuk mengandung asam

urat. Duktus pada kelenjar submandibula lebih mudah mengalami

pembentukan batu. Duktus kelenjar submandibula ukurannya

lebih panjang, dan alirannya tidak tergantung arah gravitasi.

Sialolitiasis pada kelenjar submandiula biasanya terjadi di dalam

duktus, sedangkan sialolitiasis pada kelenjar parotis lebih sering

terbentuk di hilum atau di dalam parenkim.

Gejala yang dirasakan pasien biasanya terdapat bengkak

yang hilang timbul disertai dengan rasa nyeri, serta teraba batu

pada kelenjar. Penyakit ini melibatkan kelenjar eksokrin, tetapi

bisa juga berhubungan dengan penyakit autoimun seperti

rematoid artritis. Gejala yang ada meliputi rasa terbakar pada

mulut, rasa terdapat pasir pada mata, mulut kering akibat produksi

kelenjar ludah yang berkurang, pembengkakan pada kelenjar

saliva. Pembengkakan bisa terjadi secara intermiten ataupun

permanen (Tamin dan Duhita, 2011).

4. Pemeriksaan Sialografi

a. Pengertian Sialografi

Sialografi adalah pemeriksaan radiologi kelenjar-kelenjar

ludah dan saluran-salurannya dengan menggunakan media


12

kontras. Media kontras yang digunakkan biasanya sejenis Iodin

yang dapat larut dalam air (Long dkk., 2016).

b. Tujuan Sialografi

Tujuan pemeriksaan sialografi adalah untuk menampakkan

kondisi peradangan lesi dan tumor, memastikan panjangnya fistul,

serta untuk menentukan letak diventrikel, striktur dan kalkulus.

Karena kelenjar-kelenjar ludah terbagi dan masing-masing bagian

letaknya terpisah-pisah, hanya satu kelenjar saja yang dapat

dilakukan pemeriksaan sialografi pada satu waktu pemeriksaan

(Long dkk., 2016).

c. Media Kontras

1) Pengertian Media Kontras

Media kontras yang diperlukan untuk keperluan

radiografi adalah suatu bahan yang sangat radiopak atau

radiolusen apabila berinteraksi dengan sinar-X, sehingga

dapat membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya

(Rasad, 2009).

2) Jenis Media Kontras

Jenis media kontras yang digunakan dalam pemeriksaan

sialografi adalah media kontras (positif) Iodin. Duktus dan

parenkim dapat tergambar secara optimal. Jumlah media

kontras yang dimasukan untuk tiap saluran ludah bervariasi,

tergantung anatomi yang akan dilihat. (Bontrager, 2010).


13

3) Pemasukan Media Kontras

Kebanyakan dokter menyuntikkan media kontras dengan

tekanan manual, yaitu dengan spuit yang menempel pada

cannula atau kateter. Beberapa dokter lainnya menganjurkan

memasukan media kontras dengan tekanan hidrostatik yaitu

memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan media kontras.

Metode terakhir yaitu media kontras iodin dimasukan kedalam

wadah media kontras yang diletakkan di tiang penyangga dan

dipasang pada jarak 28 inci (70 cm) di atas mulut pasien.

Dokter memasukan media kontras di bawah panduan

fluoroscopy dan mendapatkan gambaran yang diinginkan

(Long dkk., 2016).

d. Indikasi dan Kontra Indikasi Sialografi

1) Indikasi Sialografi

Menurut Long dkk. (2016), indikasi pada pemeriksaan

sialografi diantaranya:

a) Kalkulus, yaitu konsentrasi garam mineral yang sering

disebut batu

b) Fistul, yaitu saluran abnormal antara dua organ dalam atau

antara organ dan permukaan tubuh

c) Benda asing

d) Penyumbatan pada saluran air ludah

e) Stenosis, yaitu penyempitan atau kontraksi pada saluran

f) Tumor, yaitu partumbuhan jaringan baru karena poliferasi

sel tidak terkendali.


14

2) Kontra Indikasi Sialografi

Menurut Bontrager (2010), kontra indikasi pada

pemeriksaan sialografi yaitu:

a) Peradangan parah atau infeksi pada saluran dan kelenjar

ludah

b) Alergi media kontras.

e. Persiapan Pemeriksaan Sialografi

1) Persiapan Pasien

Pemeriksaan sialografi tidak memerlukan persiapan

khusus terhadap pasien. Pasien diinstruksikan untuk melepas

gigi palsu dan semua barang yang mengganggu gambaran

seperti perhiasan, dilepas dari daerah kepala atau leher.

Penjelasan kepada pasien sebelum pemeriksaan dan

menandatangani inform consent (Bontrager, 2010).

Sekitar dua sampai tiga menit sebelum pemeriksaan

sialografi dilaksanakan, pasien diberikan rangsangan agar

saluran utama kelenjar ludah terbuka, sehingga saluran

terlihat dan dapat dipasang kanula atau kateter dengan

meminta pasien untuk mengulum sepotong lemon (Long dkk.,

2016).

2) Persiapan Alat dan Bahan

Menurut Bontrager (2010), persiapan alat dan bahan

pada pemeriksaan sialografi diantaranya:

a) Pesawat sinar-X floroskopi

b) Spuit
15

c) Kapas steril

d) Kasa steril

e) Tiang penyangga

f) Perekat

g) Kanula tumpul

h) Sarung tangan steril

i) Anastesi

j) Media kontras

k) Lemon

l) Lampu pemeriksaan

f. Prosedur Pemeriksaan Sialografi

Menurut Long dkk. (2016), prosedur pemeriksaan sialografi

melibatkan langkah-langkah berikut:

1) Dilakukan foto pendahuluan untuk mendeteksi kondisi yang

bisa ditampakkan tanpa penggunaan media kontras dan

menentukan faktor eksposi yang optimum.

2) Dua sampai tiga menit sebelum pemeriksaan sialografi

dilaksanakan, pasien diberikan rangsangan agar saluran

utama kelenjar ludah terbuka, dengan meminta pasien untuk

mengulum sepotong lemon.

3) Pemasukan media kontras dilakukan melalui saluran utama.

Media kontras akan mengalir memasuki saluran-saluran

intraglandular, sehingga berperan untuk menampakan

sekeliling glandular parenkim, termasuk sistem salurannya.

4) Dilakukan foto post pemasukan media kontras.


16

5) Setelah pemeriksaan selesai, pasien kembali diminta untuk

mengulum potongan lemon agar kelenjar ludah terangsang

untuk mengeluarkan media kontras dengan cepat.

6) Dilakukan foto sekitar 10 menit setelah pemeriksaan sialografi

selesai (post evakuasi) untuk memastikan bersihnya kelenjar

ludah dari media kontras, jika dibutuhkan.

g. Proyeksi Pemeriksaan Sialografi

Long dkk. (2016), menjelaskan bahwa dalam pemeriksaan

sialografi untuk menilai kelenjar parotis menggunakan proyeksi

tangensial dan lateral, sedangkan untuk menilai kelenjar

submandibula menggunakan proyeksi lateral.

1) Proyeksi Tangensial

a) Image Receptor: 8 × 10 inci (18 × 24cm) memanjang

b) Posisi Pasien: Pasien diatur tengkurap atau telentang

c) Posisi Objek

(1) Tubuh Telentang

Kepala dirotasikan ke sisi yang diperiksa sehingga

wilayah parotis tegak lurus dengan image receptor.

Parotis berada pada pertengahan image receptor.

Kepala diposisikan agar ramus mandibula sejajar

dengan sumbu longitudinal image receptor.


17

Gambar 2-4. Posisi tubuh pasien telentang pada


pemeriksaan sialografi (Long dkk., 2016).
(2) Tubuh Tengkurap

Kepala dirotasikan hingga daerah parotis yang

akan diperiksa tegak lurus dengan image receptor.

Daerah parotis berada pada pertengahan image

receptor. Dagu sebagai tumpuan kepala, kepala

diposisikan fleksi hingga ramus mandibula sejajar

dengan sumbu longitudinal image receptor. Jika saluran

stensen tidak tampak, dahi dan hidung diposisikan

sebagai tumpuan kepala pasien.

Gambar 2-5. Posisi tubuh pasien tengkurap pada


pemeriksaan sialografi (Long dkk., 2016)

d) Gonad diberikan Perlindungan dengan Gonad Shield


18

e) Pernapasan

Untuk menampakkan kalkuli, yaitu dengan cara

pasien menggembungkan pipi sebesar mungkin. Jika tidak

bisa dilakukan, pasien cukup menahan napas saat

dilakukan eksposi saja.

f) Sinar Pusat

Sinar pusat tegak lurus terhadap bidang image

receptor, mengarah sepanjang permukaan ramus

mandibula.

g) Struktur yang Ditampakkan

Radiograf proyeksi tangensial menampakkan daerah

kelenjar parotis dan salurannya. Bagian tersebut tampak

dengan jelas berada diluar sisi tubuh ketika media kontras

digunakan.

h) Kriteria Evaluasi

Gambaran yang ditampakkan pada proyeksi

tangensial:

(1) Densitas jaringan lunak

(2) Sebagian besar bagian kelenjar parotis di sisi lateral

(dan terbebas dari) ramus mandibula

(3) Mastoid bertumpukan dengan bagian paling atas

kelenjar parotis
19

3
4

Gambar 2-6. Foto pendahuluan sialografi proyeksi tangensial.


Kiri tanpa menggembungkan pipi. Kanan dengan
menggembungkan pipi. (Long dkk., 2016)

Keterangan:
1. Orbita
2. Arkus zigoma
3. Ramus mandibula
4. Area kelenjar parotis

Gambar 2-7. Radiograf sialografi proyeksi tangensial post


pemasukan media kontras. Kiri tanpa menggembungkan pipi.
Kanan dengan menggembungkan pipi (Long dkk., 2016)

Keterangan:
1. Processus mastoideus
2. Kelenjar parotis
3. Ramus mandibula.
20

2) Proyeksi Lateral (Posisi Kanan maupun Kiri)

a) Image Receptor: 8 × 10 inci (18 × 24 cm) memanjang

b) Posisi Pasien: pasien diposisikan semiprone atau duduk

tegak.

c) Posisi Objek

(1) Kelenjar Parotis

Sisi yang sakit berada dekat dengan image

receptor. Leher pasien diekstensikan sehingga terlihat

space antara daerah vertebrae cervical dan ramus

mandibula. Titik 1 inci (2,5 cm) superior angulus

mandibula berada pada pertengahan image receptor.

Kepala diatur sehingga midsagittal plane terrotasi tepat

15 derajat menuju image receptor dari posisi true

lateral.

(2) Kelenjar Submandibula

Angulus mandibula berada pada pertengahan

image receptor. Kepala pasien diatur hingga dalam

posisi true lateral. Jika tenggorokan pasien tidak terlalu

sensitif, disarankan untuk meletakkan jari telunjuk

pasien pada pangkal lidah dan ditekan.


21

Gambar 2-8. Posisi pasien semiprone pada


proyeksi lateral submandibula
(Long dkk. 2016)

d) Gonad Diberikan Perlindungan dengan Gonad Shield

e) Pernapasan: tahan napas saat expose

f) Sinar Pusat

Sinar pusat tegak lurus dengan pertengahan image

receptor pada 2,5 cm superior anglus mandibula, untuk

menilai kelenjar parotis. Tegak lurus dengan pertengahan

image receptor pada inferior margin angulus mandibula,

untuk menilai kelenjar submandibula.

g) Struktur yang Ditampakkan

Radiograf proyeksi lateral menampakkan struktur

tulang dan setiap kalsifikasi atau pembengkakan pada

daerah kelenjar parotis dan submandibula. Kelenjar-

kelenjar dan saluran-salurannya nampak dengan baik

ketika media kontras digunakan.

h) Kriteria Evaluasi

Gambaran yang ditampakkan pada proyeksi

tangensial:
22

(1) Ramus mandibula terbebas dari tumpukkan dengan

vertebra cervical untuk gambaran terbaik dari kelenjar

parotis yang berlapis dengan ramus

(2) Bertumpuknya ramus mandibula dan angulus

menandakan tidak ada penyudutan tabung sinar-X

dan rotasi kepala pada penilaian kelenjar

submandibula

(3) Pada proyeksi true lateral, kelenjar parotis berada


dalam posisi oblique.

Gambar 2-9. Radiograf proyeksi lateral parotis.


Tanda panah menunjukakan opasifikasi saluran
parotis kanan (Long dkk., 2016)

Gambar 2-10. Radiograf proyeksi lateral


submandibula (Frank dkk. 2003)
23

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang

pemeriksaan sialografi, peneliti memiliki beberapa pertanyaan yang ingin

peneliti ajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana persiapan pasien sebelum pemeriksaan sialografi dengan

kasus soialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung?

2. Apa saja persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan sialografi

dengan kasus soialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung?

3. Apa saja proyeksi pemeriksaan sialografi dengan kasus soialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung?

4. Bagaimana teknik pemeriksaan sialografi dengan kasus soialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung?

5. Mengapa menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto

pendahuluan?

6. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi mandibula AP

pada foto pendahuluan media kontras?

7. Mengapa menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi

mandibula Eisler pada foto post pemasukan media kontras?

8. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi mandibula AP

dan proyeksi mandibula Eisler pada foto post pemasukan media

kontras?

9. Mengapa menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post

evakuasi media kontras?


24

10. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi mandibula AP

pada foto post evakuasi media kontras?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

yaitu jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam rangka pembuatan karya tulis

ilmiah ini mulai dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan

Mei tahun 2018.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian sekaligus pengumpulan data untuk melengkapi

penyusunan karya tulis ilmiah ini dilakukan di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah 5 responden dengan rincian sebagai

berikut:

1. Pasien

Responden pasien 1 orang adalah pasien yang menderita

sialolitiasis dan menjalani pemeriksaan sialografi di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

25
26

2. Radiografer

Responden radiografer 2 orang adalah radiografer senior

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang

sudah bekerja minimal 5 tahun dan melakukan pemeriksaan

sialografi.

3. Dokter Spesialis Radiologi

Responden dokter spesialis radiologi 1 orang adalah dokter

spesialis radiologi Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung yang menangani pemeriksaan sialografi.

4. Dokter Pengirim

Responden dokter pengirim 1 orang adalah dokter yang merujuk

responden pasien.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Peneliti secara langsung mengamati dan membantu jalannya

prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

berdasarkan pedoman observasi.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dan

informasi yang tidak peneliti dapatkan pada saat melakukan

observasi. Peneliti melakukan wawancara dengan pasien,

radiografer, dokter pengirim dan dokter spesialis radiologi


27

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

berdasarkan pedoman wawancara.

c. Dokumentasi

Peneliti mengambil data-data penelitian yang mendukung

untuk dijadikan bahan penyusunan karya tulis ilmiah ini,

diantaranya lembar permintaan foto rontgen, lembar inform

consent, lembar expertise, radiograf, rekam medis pasien dan

sebagainnya.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini meliputi:

a. Pedoman observasi

b. Pedoman wawancara

c. Alat perekam suara

d. Alat perekam gambar

e. Alat pencatat

E. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan interaktif model

menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009) dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara

mendalam dengan responden serta dokumentasi dikumpulkan dalam

bentuk transkrip.
28

2. Reduksi Data

Data yang terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, dengan

menyederhanakan data sehingga mendapatkan data penting yang

benar-benar dibutuhkan. Data hasil reduksi selanjutnya dikategorikan.

3. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk kuotasi (kutipan) untuk

mendeskripsikan hasil penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Peneliti kemudian mengkaji data yang telah terkumpul dengan

membandingkannya terhadap teori yang ada, sehingga dapat

digunakan sebagai bahasan masalah. Bahasan inilah yang mendasari

terbentuknya kesimpulan dan saran.


29

F. Alur Penelitian

Prosedur Pemeriksaan Sialografi dengan Kasus Sialolitiasis di


Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pemeriksaan Sialografi secara teori Pemeriksaan Sialografi dengan


kasus sialolitiasis di lapangan

Rumusan masalah:
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung?
2. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi
mandibula AP pada foto pendahuluan?
3. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi
mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler pada foto post pemasukan media
kontras?
4. Mengapa pada pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi
mandibula AP pada foto post evakuasi media kontras?

Pengumpulan data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan dan saran


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Paparan Kasus

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. JJ

Sex/Umur : Perempuan/ 51 Tahun

Alamat : Bandung

Tanggal Periksa : Senin, 2 April 2018

No. RM : 100xxxx

No. Foto : 21xxx

No. Reg : 1802xxxx

Ruang/Poli : Bedah Mulut

Doktrer Pengirim : drg. W

Kasus : Sialolitiasis

Pemeriksaan : Sialografi

b. Riwayat Penyakit Pasien

Ibu JJ sudah mengalami sakit dibulan Januari 2016, ibu JJ

mengalami sakit seperti bisul di daerah leher. Pada bulan Januari

2018 ibu JJ memeriksaan diri ke RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dan dilakukan operasi.

“Setahun sekali bengkak kaya abses sakit.. Dari awal


januari 2016, ini foto operasi awal 2018 (sambil
menunjukan foto di HP ibu JJ)…”

30
31

c. Administrasi Pasien

Pasien membawa surat permintaan sialografi dari poli bedah

mulut, kemudian mendaftar di loket pendaftaran di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, petugas

radiologi menjadwalkan pemeriksaan. Pasien datang kembali

sesuai jadwal yang ditentukan oleh petugas radiologi.

2. Prosedur Pemeriksaan Sialografi di Instalasi Radiodiagnostik RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung

a. Persiapan Pasien

Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien melepas kerudung

karena dapat mengganggu gambaran radiograf. Petugas

menanyakan tentang riwayat alergi terhadap media kontras,

menjelaskan kemungkinan resiko pemakaian media kontras dalam

pemeriksaan, menjelaskan secara singkat tentang pemeriksaan

kemudian pasien menandatangani lembar inform concent.

b. Persiapan Alat

Persiapan alat pada pemeriksaan sialografi yaitu:

1) Pesawat Sinar-X Flouroskopi

Merk : Siemens

Type : Luminos

Kapasitas Maks : 125 kV/500 mA


32

Gambar 4-1. Pesawat sinar-X flouroskopi Instalasi


Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2) Kaset ukuran 24x30 cm

3) Computed Radiography

4) Lampu Pemeriksaan

5) Kassa Steril

6) Bengkok

7) Wingneedle No. 27 (jarum ditumpulkan menggunakan amplas)

8) Tongue spatel

9) Spuit 10 ml dan 3 ml

10) Sarung tangan

c. Persiapan Bahan

Persiapan bahan yang untuk pemeriksaan sialografi yaitu:

1) Jeruk Lemon

2) Air mineral

3) Media Kontras Iodin Water soluble

4) Obat Anti Alergi


33

Gambar 4-2. Alat dan Bahan pemeriksaan sialografi

d. Teknik Pemeriksaan

1) Foto Pendahuluan (Proyeksi mandibula AP)

a) Posisi Pasien

Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu

pasien rileks dan kedua tangan di samping tubuh.

b) Posisi objek

Obyek diatur sehingga Mid Sagittal Plane kepala dan

IOML (Intra Orbitomeatal Line) pasien tegak lurus dengan

bidang permukaan meja pemeriksaan

c) Kaset ukuran 24x30 cm melintang di dalam bucky table

d) Arah sinar vertikal tegak lurus bidang permukaan kaset

e) Titik bidik pada MSP kepala, pada acantion

f) FFD : 100 cm

g) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran kaset


34

Gambar 4-3. Radiograf proyeksi mandibula


AP Plain
2) Pemasukan Media Kontras

Radiolog mencari muara saluran kelenjar dengan cara

menyemprotkan cairan jeruk yang telah diperas dan

dimasukan ke dalam spuit 3 ml. Pasien masih dengan posisi

tidur telentang, kepala pasien diposisikan ekstensi dengan

mulut terbuka, selanjutnya radiolog memasukan wingneedle

dengan jarum yang tumpul ke dalam muara saluran yang telah

membuka dengan memanfaatkan cahaya lampu pemeriksaan,

setelah dipastikan wingneedle masuk ke dalam saluran,

wingneedle dipasang spuit 10 ml berisi media kontras. Media

kontras dimasukan secara manual oleh radiolog dengan

dipantau oleh flouroskopi.

3) Foto Post Pemasukan Media Kontras

a) Proyeksi mandibula AP Post Pemasukan Media Kontras

(1) Posisi Pasien

Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu

pasien rileks dan kedua tangan di samping tubuh.


35

(2) Posisi objek

Obyek diatur sehingga Mid Sagittal Plane kepala dan

IOML (Intra Orbitomeatal Line) pasien tegak lurus

dengan bidang permukaan meja pemeriksaan

(3) Kaset ukuran 24x30 cm melintang di dalam bucky table

(4) Arah sinar vertikal tegak lurus bidang permukaan

image receptor

(5) Titik bidik pada MSP kepala, di pertengahan antara

kedua bibir

(6) FFD : 100 cm

(7) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran kaset

Gambar 4-4. Radiograf proyeksi mandibula


AP post pemasukan media kontras

b) Proyeksi Mandibula Eisler Post Pemasukan Media Kontras

(1) Posisi Pasien

Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu

rileks dan kedua tangan di samping tubuh.

(2) Posisi objek

Kepala diposisikan lateral ke arah yang sakit, leher

menyesuaikan
36

(3) Kaset ukuran 24x30 cm diletakkan melintang di dalam

bucky table

(4) Arah sinar disudutkan 18 derajat cranial

(5) Titik bidik menembus angulus mandibula yang jauh

dari kaset

(6) FFD : 100 cm

(7) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran IP

Gambar 4-5. Radiograf proyeksi mandibula Eisler


post pemasukan media kontras

4) Foto Post Evakuasi Media Kontras (Proyeksi AP)

Foto post pemasukan media kontras, pasien diminta

untuk berkumur dengan perasan jeruk lemon agar kelenjar

ludah membuka, setelah media kontras keluar, dilanjutkan

foto post evakuasi media kontras.

a) Posisi Pasien

Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu

pasien rileks dan kedua tangan di samping tubuh.


37

b) Posisi objek

Obyek diatur sehingga Mid Sagittal Plane kepala dan

IOML (Intra Orbitomeatal Line) pasien tegak lurus

dengan bidang permukaan meja pemeriksaan

c) Kaset ukuran 24x30 cm melintang di dalam bucky table

d) Arah sinar vertikal tegak lurus bidang permukaan kaset

e) Titik bidik pada MSP kepala, di acantion

f) FFD : 100 cm

g) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran kaset

Gambar 4-6. Radiograf proyeksi mandibula AP


post evakuasi media kontras

e. Hasil Bacaan Radiograf

1) Pada plain foto tampak bayangan opak di daerah

mandibula kanan, pada level 4-5

2) Pada sialografi tampak kontras mengisi ductus

submandibula kanan sampai ke daerah dengan gambaran

bayangan opak dan tidak dapat mengisi sistem acinar

3) Pada post evakuasi tidak tampak sisa kontras

4) Kesan: menyokong sialolitiasis submandibula kanan.


38

3. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan

dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Foto pendahuluan dilakukan dengan proyeksi mandibula AP

dengan alasan proyeksi AP adalah proyeksi standar mandibula,

sebagai foto persiapan, melihat gambaran batu, untuk menentukan

faktor eksposi foto selanjutnya serta melihat anatomi sebelum

pemasukan media kontras. Hal ini sesuai dengan pernyataan

responden sebagai berikut:

“Posisi mandibula AP adalah posisi standar pada awal


pemeriksaan sialografi yang sangat membantu untuk melihat
posisi batu atau kelainan sebelum pemasukan media kontras”
(R1)

“Pertama ya planning, planning untuk foto persiapan, nahh


satu itu.. keduanya dia untuk lihat apakah pasien ada
gambaran batu, ketiganya untuk menentukan faktor eksposi
selanjunya… iyah untuk melihat anatomi sebelum pemasukan
media kontras keseluruhan dari duktus kelenjar saliva...” (R2)

Kelebihan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan

adalah dapat dijadikan foto perbandingan dengan foto pemasukan

media kontras dan evakuasi media kontras. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut:

“nantinya akan dibandingkan dengan foto pemasukan media

kontras dan evakuasi media kontras” (R1)

Kekurangan posisi AP pada foto pendahuluan adalah super

posisi kelenjar ludah dan tulang mandibula. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut:

“ada, super posisi kelenjar ludah dan tulang mandibula” (R1)


39

4. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula

Eisler pada foto post pemasukan media kontras dalam pemeriksaan

sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung karena kedua posisi tersebut adalah

posisi terbaik untuk mendeskripsikan ketiga kelenjar ludah, proyeksi

AP untuk melihat daerah anterior dan proyeksi Eisler untuk melihat

daerah lateral, serta untuk menghindari ramus mandibula dari super

posisi. Hal ini sejalan dengan pernyataan responden sebagai berikut :

“Intinya dua posisi itu posisi terbaik untuk mendeskripsikan


kelenjar terlihat dengan baik, karena kalau hanya satu posisi
ditakutkannya ramus mandibula super posisi, jadi ga
kelihatan.” (R1)

“Pertama proyeksi AP itu untuk lihat dari ee.. daerah


anteriornya, kalo seandainya eisler itu di daerah lateral yaitu
eee.. supaya tidak overlap dengan ramus mandibula,
dilakukanlah eisler…” (R2)

Proyeksi mandibula AP post pemasukan media kontras

mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah untuk me-explore duktus. Hal

ini sesuai dengan pernyataan responden berikut ini:

“…kalo proyeksi mandibula AP kan kita posisi-in posisinya

gampang gitu meng-explore duktusnya gitu..” (R1)

Kekurangan dari proyeksi mandibula AP post pemasukan media

kontras yaitu kelenjar ludah dan tulang mandibula superposisi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan responden berikut ini:

“..kekurangannya kelenjar ludah dan tulang mandibula

superposisi…” (R1)
40

Kelebihan proyeksi mandibula Eisler yaitu lebih mudah untuk

melihat saluran parotis dan submandibula. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden berikut ini:

“dari sisi lateral Eisler saluran untuk parotis dan submandibula

lebih mudah dilihat” (R1)

Kekurangannya yaitu lebih sulit untuk memasukan abocat. Hal

ini sesuai dengan pernyataan responden berikut ini:

“kesulitannya kalo Eisler mandibula kita sulit memasukan

abocatnya..” (R1)

5. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi

media kontras dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Pada foto post evakuasi media kontras menggunakan proyeksi

mandibula AP dengan alasan untuk melihat media kontras tertahan

atau tidak dan membandingkannya dengan foto pendahuluan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan responden berikut ini:

“Post evakuasi kontras itu bener- bener untuk melihat apakah


kontras itu kan kalo misalnya ada sialolitiasis berarti ada
pembengkakan jadi post evakuasipun kontras masih tertahan
di dalam ngga bisa keluar, sementara kita bisa bandingkan
sama yang sebelum dimasukan kontras dia ngga ada apa-apa
gitu ngga kelihatan apa-apa, mungkin kalo bengkak bisa
kelihatan seperti bayangan opak seperti massa” (R1)

“untuk post PE-nya itu juga sama untuk mengetahui apakah


kontras itu udah keluar atau masih dalam kelenjar
tersebut”(R2)

Kelebihan foto post evakuasi media kontras yaitu untuk melihat

tertahan atau tidaknya aliran media kontras dan membandingkannya


41

dengan foto pendahuluan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

responden berikut ini:

“Untuk post evakuasi kita bisa gunakan untuk membandingkan

dengan foto pendahuluan ” (R1)

Kekurangan foto post evakuasi media kontras adalah super

posisi kelenjar ludah dan tulang mandibula. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut:

“ada, super posisi kelenjar ludah dan tulang mandibula” (R1)

B. Pembahasan

1. Prosedur Pemeriksaan Sialografi dengan Kasus Sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

a. Administrasi Pasien

Pasien membawa surat permintaan sialografi dari poli bedah

mulut, kemudian mendaftar di loket pendaftaran di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, petugas

radiologi menjadwalkan pemeriksaan. Pasien datang kembali

sesuai jadwal yang ditentukan oleh petugas radiologi.

b. Persiapan Pasien

Menurut peneliti, persiapan pasien dalam pemeriksaan

sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sudah sesuai dengan

persiapan pasien pemeriksaan sialografi yang tercantum dalam

Bontrager (2010) yaitu pasien melepas semua benda yang

mengganggu gambaran, penjelasan singkat tentang pemeriksaan


42

kepada pasien sebelum pemeriksaan dan menandatangani inform

consent.

c. Persiapan Alat dan Bahan

Menurut Bontrager (2010) persiapan alat dan bahan dalam

pemeriksaan sialograf yaitu pesawat sinar-X, spuit, kasa steril,

kanula tumpul, sarung tangan steril, anastesi, media kontras water

solueble, lemon, lampu pemeriksaan.

Persiapan alat dan bahan dalam pemeriksaan sialografi

dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung yaitu pesawat sinar-X, spuit, kasa steril,

wing needle yang ditumpulkan menggunakan amplas tanpa

dilakukan sterilisasi alat terlebih dahulu, sarung tangan steril,

anastesi, media kontras water solueble, lemon, lampu

pemeriksaan.

Menerut peneliti, persiapan alat dan bahan dalam

pemeriksaan sialografi sudah hampir sesuai dengan persiapan

alat dan bahan pemeriksaan sialografi yang tercantum dalam

Bontrager (2010) yaitu pesawat sinar-X, spuit, kasa steril, sarung

tangan steril, anastesi, media kontras water solueble, lemon,

lampu pemeriksaan, akan tetapi di Instalasi Radiodiagnostik

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan jarum

wingneedle yang ditumpulkan menggunakan amplas tanpa

dilakukan sterilisasi terlebih dahulu, sehingga ditakutkan akan

berdampak negatif bagi pasien.


43

d. Teknik Pemeriksaan

Menurut Long dkk. (2016), menggunakan proyeksi

tangensial dan lateral, proyeksi tangensial dapat menampakan

kelenjar parotis dan salurannya tampak jelas saat menggunakan

media kontras, densitas jaringan lunak, sebagian besar kelenjar

parotis di sisi lateral terbebas dari ramus mandibula, mastoid

bertumpukan dengan bagian paling atas kelenjar parotis. Proyeksi

lateral dapat menampakan struktur tulang, saluran kelenjar parotis

dan submandibula tampak dengan jelas saat media kontras

digunakan.

Proyeksi pada pemeriksaan sialografi di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan

proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler. Proyeksi

mandibula AP dapat menampakan daerah saluran kelenjar,

struktur tulang mandibula super posisi, menampakan corpus

vertebra sevikal, tampak batu di daerah duktus submandibula

kanan, tampak media kontras di saluran submandibula. Kriteria

yang ditampakan dari proyeksi mandibula Eisler yaitu tampak

struktur mandibula, ramus mandibula kanan dan kiri tidak super

posisi, tampak aliran media kontras dari anterior ke posterior,

tampak kontras mengisi duktus submandibula kanan sampai ke

daerah dengan gambaran opak.

Menurut peneliti, proyeksi mandibula AP dan proyeksi

mandibula Eisler jika dikombinasikan dapat mendeskripsikan

dengan baik ketiga kelenjar ludah. proyeksi mandibula AP dapat


44

menampakan semua saluran kelenjar sedangkan proyeksi

tangensial hanya dapat menampakan satu kelenjar. Kolimasi

untuk proyeksi tangensial menurut literatur hanya sebatas kelenjar

parotis. Proyeksi mandibula AP di Instalasi Radiodiagnostik RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan kolimasi seluas kaset

yaitu 24x30 cm, karena menggunakan flouroskopi, luas

penyinaran akan otomatis membuka sesuai ukuran kaset yang

digunakan. Banyak area yang seharusnya bisa dihindarkan dari

paparan radiasi namun justru terpapar. Semakin luas lapangan

kolimasi terbuka, semakin besar radiasi yang mengenai pasien,

radiasi hambur yang mengenai petugaspun semakin besar..

e. Pemasukan media kontras

Menurut peneliti, pemasukan media kontras dalam

pemeriksaan sialografi di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung sudah sesuai dengan Long dkk. (2016),

yaitu dua sampai tiga menit sebelum pemeriksaan sialografi

dilaksanakan pasien diberikan rangsangan agar saluran utama

kelenjar ludah terbuka dengan cara menyemprotkan cairan jeruk

yang telah diperas dan dimasukan ke dalam spuit 3 ml.

Pemasukan media kontras dilakukan melalui saluran utama yang

membuka, radiolog memastikan wingneedle masuk ke dalam

saluran, wingneedle dipasang spuit 10 ml berisi media kontras.

Media kontras dimasukan secara manual oleh radiolog dengan

dipantau oleh flouroskopi.


45

f. Post evakuasi media kontras

Tindakan post evakuasi media kontras dalam pemeriksaan

sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sudah sesuai dengan Long

dkk. (2016), yaitu kelenjar ludah dirangsang untuk mengeluarkan

media kontras, dilakukan foto sekitar 10 menit untuk memastikan

bersihnya kelenjar ludah dari media kontras setelah itu dilakukan

foto post evakuasi media kontras.

2. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan

dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Menurut Long dkk. (2016), proyeksi yang digunakan yaitu

proyeksi tangensial dan proyeksi lateral, sedangkan di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan

proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan dengan alasan

proyeksi mandibula AP pendahuluan adalah proyeksi standar

mandibula, sebagai foto persiapan, melihat gambaran batu, untuk

menentukan faktor eksposi foto selanjutnya serta untuk melihat

anatomi keseluruhan dari duktus kelenjar saliva sebelum pemasukan

media kontras.

Kelebihan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan

adalah dapat dijadikan foto perbandingan dengan foto pemasukan

media kontras dan evakuasi media kontras, sedangkan kekurangan

adalah super posisi kelenjar ludah dan tulang mandibula.


46

Menurut peneliti, proyeksi mandibula AP memiliki kesamaan

dengan proyeksi tangensial yaitu sama- sama bertujuan untuk melihat

daerah kelenjar ludah dari sisi anterior. Informasi anatomi dan

patologi pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis yang

didapatkan dari proyeksi mandibula AP sudah cukup baik, proyeksi

tangensial menampakan densitas jaringan lunak, kelenjar parotis, dan

mastoid yang bertumpukan pada bagian paling atas parotis dapat

mencangkup anatomi kelenjar ludah, namun karena adanya

superposisi antara saluran kelenjar ludah dan tulang mandibula maka

diperlukan proyeksi lain seperti proyeksi mandibula Eisler sehingga

informasi yang tidak didapatkan dari sisi anterior seperti saluran yang

berkelok- kelok dapat didapatkan dari sisi lateral.

3. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula

Eisler pada foto post pemasukan media kontras dalam pemeriksaan

silografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung

Menurut Long dkk. (2016), proyeksi yang digunakan yaitu

proyeksi tangensial dan proyeksi lateral, proyeksi tangensial dapat

menampakan kelenjar parotis dan salurannya tampak jelas saat

menggunakan media kontras, densitas jaringan lunak, sebagian besar

kelenjar parotis di sisi lateral terbebas dari ramus mandibula, mastoid

bertumpukan dengan bagian paling atas kelenjar parotis. Proyeksi

lateral dapat menampakan struktur tulang, saluran kelenjar parotis

dan submandibula tampak dengan jelas saat media kontras

digunakan.
47

Di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler

digunakan pada foto post pemasukan media kontras dalam

pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Proyeksi

mandibula AP menyajikan gambaran anatomi kelenjar ludah dari

sudut anterior sedangkan proyeksi mandibula Eisler menyajikan

gambaran anatomi kelenjar ludah dari sudut lateral tanpa adanya

super posisi ramus mandibula. Kombinasi kedua proyeksi ini akan

memudahkan radiolog dalam membaca hasil radiograf.

Kelebihan proyeksi mandibula AP adalah lebih mudah untuk me-

explore duktus pada saat pemasukan media kontras. Kekurangannya

yaitu super posisi, oleh karena itu kedua proyeksi tersebut harus

dikombinasikan untuk menghindari super posisi. Kelebihan proyeksi

mandibula Eisler yaitu untuk kelenjar parotis dan mandibula lebih

mudah dilihat. Kekurangannya yaitu lebih sulit untuk memasukan

abocat pada saat pemasukan media kontras.

Menurut peneliti, proyeksi mandibula AP dan proyeksi

mandibula Eisler jika dikombinasikan dapat mendeskripsikan dengan

baik ketiga kelenjar ludah. Proyeksi mandibula Eisler akan

menampakan anatomi dan patologi lebih baik dari posisi true lateral,

karena ramus mandibula yang terlempar dan dapat menghindari

adanya super posisi ramus mandibula sehingga aliran media kontras

di saluran yang berkelok-kelok dapat ditampakan dengan baik.


48

4. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi

media kontras dalam pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis

di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Menurut Long dkk. (2016), proyeksi yang digunakan yaitu proyeksi

tangensial dan proyeksi lateral, sedangkan di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan

proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi media kontras dalam

pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi

Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan alasan

proyeksi mandibula AP post evakuasi media kontras yaitu dapat

melihat kondisi saluran kelenjar dan membandingkannya dengan foto

pendahuluan.

Kelebihan proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi media

kontras yaitu untuk melihat tertahan atau tidaknya aliran media

kontras dan membandingkannya dengan foto pendahuluan,

sedangkan kekurangannya adalah super posisi kelenjar ludah dan

tulang mandibula.

Menurut peneliti, proyeksi mandibula AP pada foto post evakuasi

media kontras sudah cukup baik karena sudah dapat menampakan

fungsi eksresi dari saluran kelenjar ludah jika dibandingkan dengan

proyeksi AP mandibula pada pendahuluan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur Pemeriksaan Sialografi dengan Kasus Sialolitiasis di

Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung meliputi

pasien diminta untuk semua barang yang mengganggu gambaran

radiograf, penjelasan kepada pasien sebelum pemeriksaan dan

menandatangani inform consent, teknik pemeriksaan meliputi foto

plain dengan proyeksi mandibula AP, foto pemasukan media kontras

dengan proyeksi mandibula AP dan mandibula Eisler, serta foto post

evakuasi media kontras dengan proyeksi mandibula AP.

2. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan

adalah proyeksi standar mandibula, sebagai foto persiapan, melihat

gambaran batu, menentukan faktor eksposi yang tepat serta melihat

anatomi duktus kelenjar saliva sebelum pemasukan media kontras.

3. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula

Eisler pada foto post pemasukan media kontras adalah proyeksi

mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler jika dikombinasikan

dapat mendeskripsikan dengan baik ketiga kelenjar ludah dan dapat

menghindari super posisi ramus mandibula sehingga memudahkan

radiolog dalam membaca hasil radiograf.

4. Alasan menggunakan proyeksi mandibula AP post evakuasi media

kontras yaitu melihat tertahan atau tidaknya aliran media kontras dan

membandingkannya dengan foto pendahuluan.

49
50

B. Saran

1. Luas lapangan penyinaran yang digunakan sebaiknya disesuaikan

dengan objek yaitu menggunakan kaset 18 x 24 cm.

2. Penggunaan jarum wingneedle yang di tumpulkan menggunakan

amplas sebaiknya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu agar tidak

menimbulkan dampak negatif bagi pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Philip W., dan Eugene D. Frank. 2003. Merrills of Atlas Radiographic
Positions and Radiologic Procedures. Volume 2. Edisi 10. Missouri:
Elsevier Mosby.

Bontrager, Kenneth L., dan John P. Lampignano. 2010. Text Book of


Radiographic Positioning and Related Anatomy. Edisi 7. St Louis:
Elsevier Mosby.

Dwisang, Evi Lumina. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Bidan.
Tangerang Selatan: BinarupaAksara.

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.

Kasuma, Nila. 2015. Fisiologi dan Patofisiologi Saliva. Cetakan 1. Padang:


Andalas University Press.

Long, Bruce W., Jeanean Hall Rollins, dan Barbara J. Smith. 2016. Merril’s Atlas
of Radiographic Positioning and Procedures. Volume 2.Edisi 12.
Missouri: Elsevier Mosby.

Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit


Universitas Indonesia.

S., Hatta Hasan. 2009. Penanganan Sialolitiasis. Makassar: Dentofasial. Vol. 8,


No. 1:35-39.

Scalon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan & Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

S., Tamin dan Duhita Yassi. 2011. Penyakit Kelenjar Saliva dan Peran
Sialoendoskopi untuk Diagnostik danTerapi. Jakarta: ORLI. Vol. 41,
No. 2:95-104.

51
INSTRUMEN PENELITIAN TUGAS AKHIR
PROSEDUR PEMERIKSAAN SIALOGRAFI DENGAN KASUS SIALOLITIASIS
DI INSTALASI RADIODIGNOSTIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :


1. Pedoman Observasi
Peneiti melakukan pengamatan secara langsung prosedur
pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis yang dilaksanakan di
Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Pedoman Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang responden, yaitu
seorang Dokter Spesialis Radiologi yang menangani pemeriksaan sialografi
dengan kasus sialolitiasis, seorang Dokter pengirim yang mengirim
pemeriksaan sialografi dan 2 Radiografer yang menangani pemeriksaan
sialografi, seorang pasien dengan kasus sialolitiasis yang memeriksaan diri
di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Selanjutnya
hasil wawancara dituangkan dalam bentuk transkip wawancara yang
dikategorisasikan.
3. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan dalam pengumpulan data pada prosedur
pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah buku tulis dan pulpen, untuk
mencacat dan melengkapi yang diperlukan.
4. Alat Perekam Suara
Alat Perekam Suara digunakan peneliti untuk mendokumentasikan
percakapan sebagai alat untuk merekam semua wawancara yang dilakukan
kepada responden tentang pemeriksaan sialografi dengan kasus sialolitiasis
di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
5. Alat Perekam Gambar
Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan alat dan bahan
yang digunakan pada pemeriksaan, dan hasil radiograf sialografi dengan
kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung yang mana hasil dari foto tersebut akan digunakan untuk
penyususnan pada Karya Tulis Ilmiah.

52
Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

Hari/Tanggal :
Senin, 02 April 2018
Waktu :
09:00 WIB
Observer :
Marina Arif Rinjani
Tempat :
Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan
sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Format Pedoman Observasi :
1. Administrasi pasien
2. Persiapan pemeriksaan:
a. Persiapan pasien
b. Persiapan alat dan bahan
3. Teknik pemeriksaan
a. Pemasukan media kontras
b. Proyeksi yang digunakan
1) Posisi pasien
2) Posisi objek
3) Pengaturan arah sinar dan titik bidik
c. Pengolahan film
4. Hasil Radiograf
5. Hasil Expertise Radiolog
Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI (R1)

Hari/Tanggal : Jumat, 06 April 2018


Waktu : 15:45 WIB
Tempat : Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam
Instrumen Wawancara : Alat Perekam (HP) dan alat tulis
Responden : Dokter Spesialis Radiologi
Pewawancara : Marina Arif Rinjani
Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan
sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah pasien dengan kasus sialolitiasis harus dilakukan pemeriksaan
sialografi?
2. Apa alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan
dan post evakuasi media kontras?
3. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan proyeksi mandibula AP pada
foto pendahuluan dan foto post evakuasi media kontras?
4. Apa alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula
Eisler pada foto post pemasukan media kontras?
5. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan proyeksi mandibula AP dan
proyeksi mandibula Eisler pada foto post pemasukan media kontras?
6. Informasi seperti apa yang menunjukan bahwa radiograf yang diperoleh
sudah dapat menegakan diagnosa?
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN RADIOGRAFER (R2 DAN R3)

Hari/Tanggal : Selasa, 03 April 2018


Waktu : 14:12 WIB
Tempat : Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam
Instrumen Wawancara : Alat Perekam (HP) dan alat tulis
Responden : Radiografer
Pewawancara : Marina Arif Rinjani
Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan
sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Daftar Pertanyaan :
1. Apa alasan menggunakan proyeksi mandibula AP pada foto pendahuluan
dan foto post evakuasi media kontras?
2. Apa alasan menggunakan proyeksi mandibula AP dan proyeksi mandibula
Eisler pada foto post pemasukan media kontras?
3. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan agar
menghasilkan radiograf yang informatif?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat pemeriksaan sialografi?
Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN DOKTER PENGIRIM (R4)

Hari/Tanggal : Rabu, 04 April 2018


Waktu : 13:46 WIB
Tempat : Poli Bedah Mulut RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam
Instrumen Wawancara : Alat Perekam (HP) dan alat tulis
Responden : Dokter Pengirim
Pewawancara : Marina Arif Rinjani
Tujuan : Untuk mengetahui peran dan fungsi
pemeriksaan sialografi terhadap penegakkan
diagnosa sialolitiasis.
Daftar Pertanyaan :
1. Pemeriksaan apa saja yang menunjang penegakkan diagnosa sialolitiasis?
2. Informasi apa saja yang diharapkan dari pemeriksaan sialografi dengan
kasus sialolitiasis?
3. Bagaimana tanggapan dokter pengirim terhadap radiograf pemeriksaan
sialografi yang disajikan?
4. Apakah ada kekurangan terhadap radiograf pemeriksaan sialografi yang
disajikan?
5. Apa saran dokter pengirim terhadap radiograf yang disajikan?
Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PASIEN (R5)

Hari/Tanggal : Senin, 02 April 2018


Waktu : 10:15 WIB
Tempat : Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam
Instrumen Wawancara : Alat Perekam (HP) dan alat tulis
Responden : Dokter Pengirim
Pewawancara : Marina Arif Rinjani
Tujuan : Untuk mengetahui riwayat penyakit pasien.
Daftar Pertanyaan :
1. Keluhan apa saja yang dirasakan mengenai penyakit yang bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama keluhan yang bapak/ibu rasakan?
3. Sejak kapan bapak/ibu memeriksakan diri ke dokter?
4. Upaya pemeriksaan apa saja yang bapak/ibu pernah jalani?
Lampiran 6

TRANSKRIP OBSERVASI TIDAK TERSTRUKTUR


PROSEDUR PEMERIKSAAN SIALOGRAFI DENGAN KASUS SIALOLITIASIS
DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Hari/Tanggal : Senin, 02 April 2018


Waktu : 09:00 WIB
Observer : Marina Arif Rinjani
Tempat : Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan
sialografi dengan kasus sialolitiasis di Instalasi
Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Isi Observasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis mendapatkan hasil
observasi sebagai berikut :
1. Administrasi pasien
Pasien membawa surat permintaan sialografi dari poli bedah mulut,
kemudian mendaftar di loket pendaftaran di Instalasi Radiodiagnostik RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, petugas radiologi menjadwalkan pemeriksaan.
Pasien datang kembali tanggal 2 April 2018 sesuai jadwal yang ditentukan
oleh petugas radiologi.
2. Persiapan pemeriksaan:
a. Persiapan pasien
Sebelum pemeriksaan dilakukan, petugas menginformasikan agar
melepas benda-benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf
serta menanyakan tentang riwayat alergi terhadap media kontras dan
dijelaskan kemungkinan resiko pemakaian media kontras dalam
pemeriksaan kelenjar ludah untuk kemudian pasien diminta
menandatangani lembar inform concent.
b. Persiapan alat
1) Pesawat sinar-X flouroskopi
2) Kaset ukuran 24x30cm
3) Lampu Pemeriksaan
4) Kassa Steril
5) Bengkok
6) Wingnidle No. 27 (jarum ditumpulkan menggunakan amplas)
7) Tongue spatel
8) Spuit 10ml dan 3ml
9) Sarung tangan
c. Persiapan Bahan
1) Jeruk Lemon
2) Air mineral
3) Media Kontras Iodin Water soluble
4) Obat Anti Alergi
3. Teknik pemeriksaan
a. Pemasukan media kontras
Pemasukan media kontras pada pemeriksaan sialografi dengan
kasus sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin
Lampiran 6

Bandung menggunakan metode manual oleh radiolog. Pemasukan


media kontras dilakukan setelah foto pendahuluan.
Sebelum dilakukan pemasukan media kontras, radiolog akan
mencari muara saluran kelenjar dengan cara menyemprotkan cairan
jeruk yang telah diperas dan dimasukan ke dalam spuit 3 ml. Pasien
masih dengan posisi tidur telentang. Kepala pasien diposisikan ekstensi
dengan mulut terbuka, selanjutnya radiolog memasukan wingnidle
dengan jarum yang tumpul ke dalam muara saluran yang telah
membuka dengan memanfaatkan cahaya lampu pemeriksaan. Setelah
dipastikan wingnidle masuk ke dalam saluran, wingnidle dipasang spuit
10 ml berisi media kontras. Media kontras dimasukan oleh radiolog
dengan dipantau oleh flouroskopi.
b. Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan sialografi yaitu proyeksi
mandibula AP dan proyeksi mandibula Eisler. Proyeksi mandibula AP
digunakan pada foto pendahuluan, foto post pemasukan media kontras
dan foto post evakuasi media kontras. Proyeksi mandibula Eisler
digunakan pada foto post pemasukan media kontras
1) Proyeksi mandibula AP
a) Posisi Pasien
Pasien diatur telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu pasien
rileks dan kedua tangan di samping tubuh.
b) Posisi objek
MSP (Mid Sagittal Plane) kepala dan IOML (Intra Orbitomeatal
Line) pasien tegak lurus dengan bidang permukaan meja
pemeriksaan
c) Kaset ukuran 24x30 cm membujur di dalam bucky table
d) Arah sinar vertikal tegak lurus bidang permukaan kaset
e) Titik bidik pada MSP kepala, di pertengahan antara kedua bibir
f) FFD : 100 cm
g) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran kaset

Radiograf proyeksi mandibula AP Plain


Lampiran 6

Radiograf proyeksi mandibula AP post pemasukan media


kontras

Radiograf proyeksi mandibula AP post evakuasi media


kontras

2) Proyeksi mandibula Eisler


a) Posisi Pasien
Pasien telentang di atas meja pemeriksaan. Bahu rileks dan
kedua tangan di samping tubuh.
b) Posisi objek
Kepala di posisikan lateral ke arah yang sakit, leher
menyesuaikan
c) Kaset ukuran 24x30 cm diletakkan membujur di dalam bucky table
d) Arah sinar disudutkan 18 derajat cranial
e) Titik bidik menembus angulus mandibula
f) FFD : 100cm
g) Kolimasi otomatis membuka sesuai ukuran IP
Lampiran 6

Radiograf proyeksi mandibula Eisler post pemasukan media


kontras

c. Pengolahan film
Pengolahan film menggunakan CR
4. Hasil Expertise Radiolog
a. Pada plain foto tampak bayangan opak di daerah mandibula kanan,
pada level 4-5 servikal
b. Pada sialografi tampak kontras mengisi ductus submandibula kanan
sampai ke daerah dengan gambaran bayangan opak dan tidak dapat
mengisi system acinar
c. Pada post evakuasi tidak tampak sisa kontras
d. Kesan: menyokong sialolitiasis submandibula kanan
Lampiran 7

Tabel Kategorisasi Prosedur Pemeriksaan sialografi dengan Kasus


Sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
(R1/Dokter Spesialis Radiologi)

KATA/ KALIMAT KUNCI KATEGORI


“..Ya tergantung kalo misalkan klinisi Pemeiksaan sialografi untuk kasus
itukan biasanya suka coba coba sialolitiasis
dikasih obat dulu sembuh hilang
yaudah berarti kan ga perlu, tapi kalo
misalkan ternyata eee sudah diobatin
masih belum bisa juga, penyebab
belum ketemu berarti harus dilakukan,
gitu, jadi jawabanya tergantung ya?
Tergantung klinis.” (R1)

“Posisi mandibula AP adalah posisi Alasan menggunakan proyeksi


standar pada awal pemeriksaan mandibula AP pada foto
sialografi yang sangat membantu untuk pendahuluan
melihat posisi batu atau kelainan
sebelum pemasukan media kontras”
(R1)

“nantinya akan dibandingkan dengan Kelebihan dan kekurangan


foto pemasukan media kontras dan penggunaan proyeksi mandibula AP
evakuasi media kontras ” (R1) pada foto pendahuluan
“ada, super posisi kelenjar ludah dan
tulang mandibula” (R1)

“Intinya dua posisi itu posisi terbaik Alasan menggunakan proyeksi


untuk mendeskripsikan kelenjar terlihat mandibula AP dan proyeksi
dengan baik, karena kalo hanya satu mandibula Eisler pada foto post
posisi ditakutkannya ramus mandibula pemasukan media kontras
saling super posisi, jadi ga kelihatan.”
(R1)

“…kalo proyeksi mandibula AP kan Kelebihan dan kekurangan


kita posisi-in posisinya gampang gitu penggunaan proyeksi mandibula AP
meng-explore duktusnya gitu..” (R1) dan proyeksi mandibula Eisler pada
“..kekurangannya kelenjar ludah dan foto post pemasukan media kontras
tulang mandibula superposisi…” (R1)

“dari sisi lateral Eisler saluran untuk


parotis dan mandibula lebih mudah
dilihat” (R1)
“kesulitannya kalo Eisler mandibula
kita sulit memasukan abocatnya..”
(R1)

“Post evakuasi kontras itu bener- Alasan menggunakan proyeksi


bener untuk melihat apakah kontras mandibula AP pada foto post
Lampiran 7

itu kan kalo misalnya ada sialolitiasis evakuasi media kontras


berarti ada pembengkakan jadi post
evakuasipun kontras masih tertahan di
dalam ngga bisa keluar, sementara
kita bisa bandingkan sama yang
sebelum dimasukan kontras dia ngga
ada apa-apa gitu ngga kelihatan apa-
apa, mungkin kalo bengkak bisa
kelihatan seperti bayangan opak
seperti massa” (R1)

“Untuk post evakuasi kita bisa gunakan Kelebihan dan kekurangan


untuk membandingkan dengan foto penggunaan proyeksi mandibula AP
pendahuluan ” (R1) pada foto post evakuasi media
“ada, super posisi kelenjar ludah kontras
dan tulang mandibula” (R1)

“emmm tidak super posisi trus Informasi yang menunjukan bahwa


saluran kelihatan dengan baik trus radiograf yang diperoleh sudah
eee intinya yang ditanyakan oleh dapat menegakan diagnosa
klinisi sudah bisa kita jawab itu
udah bagus.” (R1)
Lampiran 8

Tabel Kategorisasi Prosedur Pemeriksaan sialografi dengan Kasus


Sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
(R2 dan R3 / Radiografer)

KATA/ KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Pertama ya planning, planning untuk Alasan menggunakan proyeksi
foto persiapan, nahh satu itu.. mandibula AP pada foto
keduanya dia untuk lihat apakah pendahuluan
pasien ada gambaran batu, ketiganya
untuk menentukan faktor eksposi
selanjunya… iyah untuk melihat
anatomi sebelum pemasukan media
kontras keseluruhan dari duktus
kelenjar saliva...” (R2)

“Pertama proyeksi AP itu untuk lihat Alasan menggunakan proyeksi


dari ee.. daerah anteriornya, kalo mandibula AP dan proyeksi
seandainya eisler itu di daerah lateral mandibula Eisler pada foto post
yaitu eee.. supaya tidak overlap pemasukan media kontras
dengan ramus mandibula, dilakukanlah
eisler…” (R2)

“untuk post PE-nya itu juga sama untuk Alasan menggunakan proyeksi
mengetahui apakah kontras itu udah mandibula AP pada foto post
keluar atau masih dalam kelenjar evakuasi media kontras
tersebut….” (R2)

“eee..yang pertama menyangkut Hal-hal yang perlu diperhatikan pada


asesoris pasien itu di eee anting kalung saat pemeriksaan agar
yah itu eee gigi palsu, soalnya gigi menghasilkan radiograf yang
palsu itu juga harus ditinggalkan, informatif
keduanya kita pastikan faktor eksposi
itu mendukung untuk foto mandibula
yahh.. terus ketiganya kalo misalnya
jarak FFD dan objek itu juga harus
tepat, sedangkan untuk ketajaman
untuk ee kontras itu memang harus
dilakukan dengan grid yah pake grid
atau lisolm atau bucky, sebab kalau
misalkan dia fotonya langsung kaset
obyek langsung foto itu ada hamburan
makannya kurang bagus, itu untuk
menghasilkan lihat hasil yang bagus.”
(R2)
“..satu, saat pemeriksaan, sebelum
pemeriksaan dimulai, kita pastikan, jika
perempuan lepaskan ini apasih anting
yah karena, kalung itu mengganggu
eee.. radiografi karena menimbulkan
artefak, kedua pastikan saat eee
Lampiran 8

pengambilan eee.. proyeksi pasien


tidak bergerak eee.. udah gitu ajah”
(R3)
“Kendalanya, satu, pasien itu sangat- Kendala yang dialami pada saat
sangat tidak nyaman sangat tidak pemeriksaan sialografi
nyaman dan pasien itu sering merasa
kecapean karena disaat masukan ee..
jarum needle itu tidak sekaligus jadi
tidak sekaligus dapat, tapi dicari dicari
dicari dan dicari sampai ketemu, itu
membutuhkan waktu, kalau sialografi
biasanya bisa sampai satu dua jam
kadang-kadang itupun tidak ketemu,
itulah pasien pasti merasa cape yah
keduanya itu tadi tidak nyaman itu pasti
pasien merasa cape, ketiganya
kendalanya memang untuk fiksasi
daripada jarum needle itu kadang agak
susah karena pasien begitu apah
jarumnya itukan masuknya sedikit
sekali, jadi ngga masuk sampai dalem
gitu, paling juga ada berapa setengah
sentian lah yah, setengah senti masuk,
nah fiksasinya itu hanya di ee.. tahan
oleh mulut pasien itu sendiri, yahh
maksudnya seandainya pasiennya…
kadang-kadang kontras itu mleber ke
mulut terasa pahit, nah begitu merasa
pahit tuh langsung dilepasin, jarumnya
lepas, dimasukin lagi, nah itu
kendalanya yang sering muncul yahh.”
(R2)
“Tidak tahan open mouth terlalu lama
jadi kita harus sering komunikasi
mengingatkan kepada pasien itu
supaya eee.. apayah.. mengingatkan
pasien supaya tidak gerak.” (R3)
Lampiran 9

Tabel Kategorisasi Peran Pemeriksaan sialografi dengan Kasus Sialolitiasis


di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (R4/ Dokter
Pengirim)

KATA/ KALIMAT KUNCI KATEGORI


“ooohh…sialolitiasis itu ditegakan Pemeriksaan yang menunjang
tentunya dari pertama kali dari penegakkan diagnosa sialolitiasis
anamnesis, dari anamnesis itu
sebetulnya 80% eee.. udah bisa tegak..
yahh 80%..80% anamnesis, Cuma
pada kasus-kasus tertentuseperti misal
batunya kecil itu tidak tidak terraba
sehingga diperlukan panoramic dulu
awalnya. Seringkali batu dengan
diameter ukuran yang tidak multiple
yahh batu yang tidak multiple hanya
satu misalkan yang ukuranya kurang
dari… kurang dari.. 3ml lah yaa kurang
dari 3 ml itu biasanya jarang bisa
teraba secara klinis. Jadi otomatis
harus diperiksa panotramic dulu, nah
kalo 3 ml juga umumnya dari
panoramic jarang kelihatan sehingga
diperlukanlah modalitas yang lebih
lanjut untuk memastikan gitu kan?
Yaitu dengan sialografi.” (R4)

“itu kan adanya sumbatan, adanya Informasi yang diharapkan dari


batu, hanya batu” (R4) pemeriksaan sialografi dengan
kasus sialolitiasis
“yahh.. cukuplah. Cukup untuk Tanggapan dokter pengirim
sialografi disini cukup menegakan terhadap radiograf pemeriksaan
diagnostik apalagi dengan kontras yah, sialografi yang disajikan
kalo polos sih susah yah jadi harus
dengan kontras” (R4)

“untuk sialografi pada kasus-kasus Kekurangan terhadap radiograf


dengan sialolitiasis di kelenjar parotis pemeriksaan sialografi yang
itu sangat sulit, sulitnya itu cari kelenjar disajikan
duktus stensennya yang susah, jadi
duktusnya, jangankan, untuk
masukinnya itu juga sulit gitu loh. jadi
sering kali mengalami kegagalan” (R4)

” Jadi sarannya ya apa yah.. ya emang Saran dokter pengirim terhadap


sulit untuk parotis itu apakah skill-nya radiograf yang disajikan
mesti ditambah saya juga gatau
mungkin yah mungkin pengetahuan
anatominya aja mungkin parotis
khususnya karena memang sulit. (R4)
Lampiran 9
Lampiran 10

Tabel Kategorisasi Riwayat Penyakit Pasien pada Pemeriksaan sialografi


dengan Kasus Sialolitiasis di Instalasi Radiodiagnostik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung (R5/Pasien)

KATA/ KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Setaun sekali bengkak kaya abses Keluhan yang dirasakan mengenai
sakit, kalau udah itu dua tiga kali penyakit pasien
pecah… Hari hari gini biasa gapapa,
cuma kalau masuk angin jadi sakit gigi
teh, kalo di giniin (sambil
mencontohkan mengunyah makanan).”
(R5)

“Dari awal 16 januari 16 2016..” (R5) Lama keluhan yang dirasakan


pasien
“Dari awal 16 januari 16 2016... Pertama memeriksakan diri kedokter
awalnya sakit, segede gini sakit (sambil
menunjukan satu ruas jari jempol) terus
dibawa kedokter praktek sorenya,
paginya harus dibawa kerumah sakit,
rumah sakit yang dekat gitu yah, di
daerah jonggol, paginya dioperasi”
(R5)

“Dirontgen (sambil menunjuk ruang Upaya pemeriksaan yang pasien


periksa sialografi) dioperasi, yang pernah jalani
sekarang aja dioperasi dioperasi
ternyata yang ada kaya batu benda itu
teh pas dioperasi teh ngga ada,
makanya sekarang harus disuntik PA,
di PA hasilnya ga ada, sekarang harus
disini, gatau disini gimana…”(R5)
Lampiran 11
KODING TERBUKA
PROSEDUR PEMERIKSAAN SIALOGRAFI DENGAN KASUS SIALOLITIASIS
DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK RDUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

KODE TERBUKA KATEGORI KODE KATEGORI KODING UTAMA

- Melepas benda yang mengganggu


gambaran radiograf Pasien
- Pasien mengisi inform consent

- Pesawat sinar-X Floroskopi


- Kaset ukuran 24x30 cm
- Lampu pemeriksaan
- Kassa steril
- Tisu
Alat Persiapan
- Bengkok
- Wingnidle No. 27
- Tongue spatel
- Spuit 10ml dan 3ml
- Sarung tangan

- Lemon
- Media kontras Iodin water soluable Bahan
- Obat anti alergi

- Proyeksi mandibula AP pada foto Prosedur


pendahuluan Pemeriksaan
- Pemasukan media kontras Sialografi
- Proyeksi mandibula AP dan dengan Kasus
mandibula Eisler pada foto post Pemeriksaan
pemasukan media kontras sialografi Sialolitiasis di
- Proyeksi mandibula AP pada foto post Instalasi
evakuasi media kontras Radiodiagnostik
RSUP Dr.
Hasan Sadikin
- Proyeksi standar mandibula
Bandung
- Sebagai foto persiapan
- Untuk menentukan faktor eksposi
foto selanjutnya Alasan menggunakan
- Untuk melihat anatomi keseluruhan proyeksi mandibula AP
dari duktus kelenjar saliva sebelum pada foto pendahuluan
pemasukan media kontras

Proyeksi mandibula AP dan proyeksi Alasan menggunakan


mandibula Eisler jika dikombinasikan proyeksi mandibula AP
dapat mendeskripsikan dengan baik dan proyeksi
ketiga kelenjar ludah dan dapat mandibula Eisler pada
menghindari super posisi ramus foto post pemasukan
mandibula media kontras

- Untuk melihat kondisi saluran ludah Alasan menggunakan


yang terisi media kontras (tertahan proyeksi mandibula AP
atau tidak) pada foto post
- Membandingkan dengan foto evakuasi media kontras
pendahuluan.
Lampiran 12

LEMBAR PERMINTAAN PEMERIKSAAN


Lampiran 13

LEMBAR EKSPERTISI RADIOLOG

Anda mungkin juga menyukai