Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH KOMPRES JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN

SEKALA NYERI SENDI PADA LANSIA YANG MENDERITA GOUT

ARTHRITIS DI UPTD PUSKESMAS SEPUTIH RAMAN

TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kepeawatan
UniversitasAisyah Pringsewu Lampung

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian:

PENGARUH KOMPRES JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN

SEKALA NYERI SENDI PADA LANSIA YANG MENDERITA GOUT

ARTHRITIS DI UPTD PUSKESMAS SEPUTIH RAMAN TAHUN 2021

Nama : MELDY AJI SAPUTRA


NPM : 200101076P

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing 2 untuk seminar proposal

Pringsewu, Oktober 2021


Pembimbing

Feri Agustriyani, S.Kep.,Ners., M.Kep


NIDN: 0218028804
Mengetahui,
Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan
UniversitasAisyahPringsewu Lampung

Ikhwan Amirudin, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN: 0218028804

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, dan
KaruniaNya, sehingga penyusunan proposal yang berjudul PENGARUH KOMPRES
JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN SEKALA NYERI SENDI PADA
LANSIA YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DI UPTD PUSKESMAS
SEPUTIH RAMAN TAHUN 2021, dapat saya selesaikan. Penyelesaian proposal ini
juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan
penulis menghaturkan rasa terima kasih kepadabapak/ibu yang terhormat :
1. Sukarni,S.SiT.,M.Kes selaku ketua Yayasan Aisyah Lampung
2. Wisnu Probo Wijayanto,S.Kep.,Ners.,MAN selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu.
3. Wiwi Febriani, S.Gz.,M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Aisyah Pringsewu
4. Ikhwan Amirudin, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu
5. Feri Agustriyani, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
banyak membantu penyelesaian penulisan proposal ini.
6. KUPT Puskesmas Seputih Raman telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian sehingga dapat membuat proposal ini.
7. Teman-teman seperjuangan keperawatan yang telah membantu jalannya pre
survey
8. Kedua Orang Tua saya yang menjadi penyemangat saya dalam menyusun
proposal ini
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang

telahdiberikan dan semoga proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan

penelitian. Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan

untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna

perbaikan selanjutnya. Semoga Allah SWT senantia samelindung ikita semua. Amin.

Pringsewu,Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR……………………………………………... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI………………………... ii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………... iii
KATA PENGANTAR………………………………………………......... iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... viii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
1. Tujuan Umum.......................................................................... 5
2. Tujuan Khusus......................................................................... 5
5
D. Manfaat Penelitian........................................................................
6
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis........................................................................... 7
B. PenelitianTerkait……………………………….......................... 29
C. Kerangka Teori............................................................................. 30
D. KerangkaKonsep………………………………......................... 32
E. Hipotesis................................................................................. 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................. 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 34
C. Rancangan Penelitian................................................................... 34
D. Subjek Penelitian.......................................................................... 35
36
E. Variabel Penelitian.......................................................................
36
F. Definisi Oprasional variabel......................................................... 36
G. Pengumpulan Data........................................................................ 37
H. Pengolahan Data........................................................................... 38
I. Analisis Data.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

1. Kerangka Teori……………………………………………………... 30
2. Kerangka Konsep………………………………………..………….. 32

v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel…………………………………….. 36


3.2 Kisi Kisi Kuesoner Pengetahuan…………………………………… . 36

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat IzinPre Survey

Lampiran 2. Surat BalasanPre Survey

Lampiran 3. Infomed Consent

Lampiran 4. SOP perlakuan

Lampiran 5. Lembar Observasi

Lampiran 6. Kartu Bimbingan

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout artritis atau yang dikenal dengan istilah asam urat merupakan

peradangan persendian yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat

dalam tubuh (hiperurisemia), sehingga terakumulasinya endapan kristal

monosodium urat yang terkumpul di dalam persendian, hal ini terjadi karena

tubuh mengalami gangguan metabolisme purin (Padila, 2013). Gangguan

metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan

sebagai peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl

(Wurangian, dkk. 2014).

Berdasarkan data menurut World Health Organization (WHO) pada tahun

2016, Dalam stadi penelitian di USA prevalensi penyakit asam urat sebanyak

13,6% per 100.000 penduduk dan meningkat menjadi 21% per 100.000. Dalam

studi kedua, di Inggris prevalensi asam urat sebanyak 1,4%, dengan kategori

7% pada pria dansekitar 6,6% pada wanita, selanjutnya stadi yang dilakukan di

Scotlandia sebesar 10% kejadian asam urat, di New Zealand sebanyak 27,1%

penderita asam urat dan di Eropa sebanyak 9,4% yang mengalami asam urat

(WHO, 2016).

Di kawasan Asia penyakit asam urat diderita oleh 1,3 juta orang, baik pria

maupun wanita serta 67,2% di alami oleh lanjut usia. Di Asia Tenggara

prevalensi kejadian asam urat sebanyak 17,1% (WHO, 2016).Prevalensi

penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun

di Indonesia sebesar 7,30% atau sebanyak 713.783 kasus.

1
2

Di Provinsi Lampung sendiri sebanyak 7,61% atau sebanyak 22.171 kasus

(Riskesdas, 2018). Data kunjungan pasien di wilayah kerja UPTD Pukesmas

Seputih Raman selama tahun 2021 per Agustus sebanyak 1.200 pasien. Dari

1.200 pasien 30 % atau 360 adalah pasien lanjut usia, 5 besar penyakit/kasus

yang ditemukan pada pasien lanjut usia adalah Hipertensi, Asam Urat, Asam

Lambung (Maag), Masalah Gigi dan Mulut dan Typoid. Serta 50 lansia

terdata di Puskesmas Seputih Raman dengan keluhan asam urat (Data

Puskesmas Seputih Raman, 2021).

Tanda dan gejala paling utama pada penyakit gout arthritis salah satunya

nyeri pada bagian kaki. Pasien gout arthritis akan mengalami serangan yang

berulang dan dapat disertai tofus. Dampak gout arthritis bagi lansia antara lain

kesulitan tidur khususnya di malam hari, sulit untuk beraktivitas dikarenakan

sendi nyeri, bengkak, , bahkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik,

dikarenakan penimbunan zat purin yang mencetuskan kristal-kristal pada

ginjal. (Basit dan Hartanti, 2018).

Penatalaksanaan Arthritis bisa dilakukan secara dua macam cara, ada

pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi. Pada pengobatan

farmakologi biasanya menggunakan obat-obatan sesuai dengan resep

dokter,sedangkan pada pengobatan non farmakologi bisa menggunakan

tanaman obat-obatan yang diracik sendiri dan juga menggunakan terapi.

Salah satu terapi yang banyak di pakai adalah terapi kompres menggunakan

air hangat, terapi kompres menggunakan air hangat, serta kompres

menggunakan jahe. (Haryono, 2017).


3

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu pada tahun 2018 dengan tema

pengaruh kompres jahe dalam menurunkan skala nyeri sendi pada lansia

dengan gout artrithis di dapatkan hasil bahwa adanya pengaruh terhadap

penurunan skala nyeri sendi pada lansia dengan gout artrithis dengan

dilakukan terapi kompres jahe selama 2 kali tindakan dengan jarak 2 minggu.

Dari data pre survey yang saya lakukan di daerah Seputih Raman pada

bulan Oktoberr 2021 di dapatkan hasil bahwa dari 10 penderita gout artrithis 7

diantaranya mengeluh nyeri pada daerah sendi dengan skala nyeri 6.

Berdasarkan penjelasan diatas, kejadian asam urat yang terjadi pada lansia

masih tinggi. Dengan terus bertambahnya kasus asam urat pada lansia , maka

akan meningkatkan simptom yang bisa menghambat aktivitas juga

kenyamanan pasien misalnya adanya rasa nyeri sendi, bersamaan dengan itu

sebagian penderita asam urat terutama lansia masih belum mengenal tentang

terapi non farmakologi untuk mencegah nyeri tersebut. Dari penjelasan diatas,

peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian dengan judul “PENGARUH

KOMPRES JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN SEKALA NYERI

SENDI PADA LANSIA YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DI

UPTD PUSKESMAS SEPUTIH RAMAN TAHUN 2021.”


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah

disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

ada Pengaruh kompres jahe merah dalam perubahan sekala nyeri sendi

pada lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman Tahun

2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompres jahe dalam

perubahan skala nyeri sendi pada lansia di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Seputih Raman Tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata- rata skala nyeri sendi pada lansia sebelum

diberikan kompres jahe dalam perubahan skala nyeri sendi pada

lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman Tahun

2021.

b. Untuk mengetahui rata- rata skala nyeri sendi pada lansia setelah

diberikan kompres jahe dalam perubahan skala nyeri sendi pada

lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman Tahun

2021.

c. Untuk mengetahui pengaruh dilakukan kompres jahe dalam

perubahan skala nyeri sendi pada lansia di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Seputih Raman Tahun 2021.


5

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Responden

Memberikan informasi tentang asam urat dan penegahannya

menggunakan kompres kaki menggunakan jahe merah dalam

menurunkan skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout

arthritis.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan untuk intervensi atau penyuluhan serta agar

membangun kerja sama lintas sektoral guna membagikan informasi

kompres kaki menggunakan kompres jahe merah dalam perubahan

skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout arthritis.

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Dapat Memberikan nilai sumber kepustakaan di Universitas Aisyah

Pringsewu sebagai wacana kepustakaan baru mengenai kompres jahe

dalam perubahan skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout

arthritis

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya

tentang kompres jahe dalam perubahan skala nyeri sendi pada lansia

yang menderita gout arthritis dengan menambah variabel lain dan

dengan menggunakan metodelogi penelitian yang berbeda dan jumlah

sampel yang lebih banyak.


6

e. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif, dengan desain

penelitian quasi experiment design dan pendekatan one group without

control. Objek penelitiannya adalah kompres jahe terhadap perubahan

skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout arthritis dan

subyek penelitiannya adalah lanjut usia penderita asam urat yang

berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman. Tempat

penelitiannya adalah di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Seputih

Raman, adapun waktu pelaksanaannya akan dilakukan pada bulan

Desember 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Lanjut Usia

a. Pengertian

lanjut usia adalah kelompok manusai berusia 60 tahun keatas.

Kemudian dalam Notoatmodjo (2011) dijelaskan bahwa usia lanjut

adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

peribahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade.

Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau

tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

dan merupakan tahap peekembangan normal yang akan dialami oleh

setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut (Lubis, 2013).

Badan kesehatan dunia menetapkan 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan

seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi

berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan

terintegrasi. World Health Organization (WHO) menggolongkan

lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59

tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, Lanjut usia tua (old) 75 -

90 tahun dan Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (WHO,

2011).

7
8

b. Ciri-Ciri Masa Lanjut Usia

a) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan

oleh faktor fisik dan psikologis.

b) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap

periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang

menganggapnya sebagai hukuman.

c) Ada stereotip - stereotip mengenai usia lanjut, yang

menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.

d) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat

menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena

energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang

masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang

dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.

e) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial

yang negatif tentang usia lanjut.

f) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi

dengan kelompok yang lebih muda.

g) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri

yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.

h) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala

cara untuk memperlambat penuaan.


9

c. Batasan Umur Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

keatas (Effendi, 2009). Sedangkan menurut organisasi kesehatan Dunia

(WHO) lanjut usia meliputi :

a) Usia pertengahan (middle age) adalah orang yang berusia 45-59

tahun.

b) Usia Lanjut elderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun.

c) Usia lanjut tua (old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun.

Usia sangat tua (very old) adalah orang yang berusia > 90 tahun

d. Perubahan Fisik Lansia

Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia

akibat proses menua adalah sebagai berikut (Nugroho, 2008) :

a) Perubahan fisik dan fungsi

Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan

fungsi sel, sistem syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan,

sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem

pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem endokrin,

dll.

b) Perubahan mental

Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit bila memiliki sesuatu.

Sikap yang semakin umum ditemukan pada lansia adalah

mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin

mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa.


10

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia

diantaranya: Perubahan anatomi, Perubahan fisiologi, Kesehatan

umum, Tingkat pendidikan, Keturunan, Lingkungan, Perubahan

mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga

Intelegensi Quotion (IQ).

c) Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan

identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia

yang mengalami kehilangan antara lain kehilangan fungsional.

Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan

mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi,

pengertian, pemahaman, dll. Sehingga dapat mengakibatkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi lambat.

Sementara fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan gerak. Kehilangan yang berkaitan dengan

pekerjaan. Perubahan dapat diawali dengan masa pensiun.

Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia menikmati

hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebagai

kehilangan penghasilan, jabatan, peran, kegiatan, dll.

Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya

fungsi indera, gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan

fungsional pada lansia.Tindakan untuk mengurangi fungsional

pada lansia sebaiknya di cegah dengan selalu mengajak mereka


11

melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,

agar tidak merasa dipisahkan.

e. Tahapan Penuaan

Pada Lansia terjadi beberapa proses penuaan yang terjadi yaitu

salah satunya Menopause, berikut beberapa tahapan masa

menopause yang terjadi pada lansia menurut (Manuaba, 2009) yaitu :

a) Pre Menopause

Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola

menstruasi, terjadi perubahan psikologi dan kejiwaan terjadi

perubahan fisik. Berlangsung 4-5 tahun pada usia 48-55 tahun.

b) Fase Menopause

Terhentinya menstruasi. Perubahan psikologi dan fisik semakin

menonjol, berlangsung sekitar 4-5 tahun pada usia 56-60 tahun.

c) Pasca Menopause

Terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap

perubahan psikologi dan fisik, keluhan semakin berkurang.

Beberapa Penyakit yang menyerang lansia (Kemenkes RI, 2015) :

Penyakit persendian dan tulang (rheumati, gout, osteoporosis,

osteortitis), penyakit kardiovakuler (hipertensi, anemia,

kolesterolemia, cardiac attack, stoke), peyakit pencernaan (gastritis,

ulcul papticum), penyakit urogenital (ISK, Gagal ginjal, prostat),

penyakit metabolic/endokrin (diabetes mellitus, obestitas),penyakit

keganasan (carcinoma/kanker) dan penyakit lainnya.


12

f. Solusi Permasalahan Masa Lanjut Usia

Berkaitan dengan masalah dialami oleh orang yang berusia lanjut

solusi yang dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan

untuk mengatasi masalah yang ada (Depkes, RI, 2010). Kemudian

dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut (Sumedi, 2016) :

a) Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik)

1) Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya

tahan lansia akan memerlukan obat tergantung dari penyakit

yang diderita.

2) Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,

misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung

serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur

dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

3) Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur.

4) Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya.

5) Istirahat, tidur yang cukup.

6) Minum suplemen gizi yang diperlukan.

7) Memeriksa kesehatan secara teratur.

a) Berhubungan dengan masalah intelektual. Sulit untuk mengingat

atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup sehat,

yaitu dengan cara:

1) Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda.

2) Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.

3) Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.


13

4) Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.

5) Segera obati depresi Anda.

6) Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang

dikonsumsi.

7) Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan

dengan daya ingat.

8) Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah

kemampuan otak

9) Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan

memfokuskan pikiran.

10) Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.

b) Berhubungan dengan Emosi :

1) Lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menyerahkan diri kita

sepenuhnya kepada Nya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan

pikiran menjadi tenang.

2) Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak

kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak

semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu

berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit

jantung dan lain-lain.

3) Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki

mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak

lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu

memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki


14

kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk

mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk

melemaskan otak kita dari kelelahan.

4) Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas

selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus

mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.

5) Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang

baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat

bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat

sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan

teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang

selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin

lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang

dicintai dan disayangi.

c) Berhubungan dengan Spiritual :

1) Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri

kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa

dan pikiran menjadi tenang.

2) Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih

banyak beribadah.

3) Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara

teratur.
15

2. Asam Urat (gout arthritis)

a. Pengertiangout arthritis

Asam Urat (gout arthritis) adalah sekelompok penyakit yang

terjadi akibat deposit kristal monosodium urat di jaringan. Deposit

ini berasal dari cairan ekstra seluler yang sudah mengalami

supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat

(Sudoyo, 2009).

Penyakit gout arthritis adalah penyakit akibat gangguan

metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan

serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan

dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada

tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.

Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-

40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita.

Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian

metatarsofalangeal kaki (Muttaqin, 2008).

b. Nilai Kadar gout arthritis

a) Pria dewasa batas paling rendah adalah 2 mg/dL dan paling tinggi

adalah 7,5 mg/dL.

b) Wanita dewasa batas paling rendah adalah 2 mg/dL dan batas

paling tinggi adalah 6,5 mg/dL.

c) Pria lansia (>50tahun) batas paling rendah adalah 2 mg/dL dan

batas paling tinggi adalah 8,5 mg/dL.


16

d) Wanita lansia (>50tahun) batas paling rendah 2 mg/dL dan batas

paling tinggi adalah 8 mg/dL (WHO, 2014).

c. Klasifikasi gout arthritis

Menurut Muttaqin (2008) klasifikasi asam urat (gout arthritis)

dibagi menjadi dua yaitu:

a) Asam Urat Primer

Asam Urat primer dipengaruhi oleh faktor genetik.Terdapat

produksi / sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui

penyebabnya.

b) Asam Urat Sekunder

Asam Urat sekunder dapat disebabkan oleh dua hal yaitu

Produksi asam urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang

berkurang.

d. Ciri-ciri gout arthritis

Berdasarkan Subkomite The American Rheumatism Association

(2010) yang menetapkan kriteria diagnostik untuk asam urat

adalah:

a) Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

b) Thopus terbukti mengandung kristl urat berdasarkan pemeriksaan

kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

c) Lebih dari sekali mengalami serangan artthritis akut

d) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari

e) Oligorthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari

f) Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.


17

g) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit

atau membengkak.

h) Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal

pertama

i) Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)

j) Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di

kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi

k) Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5

mg/dL)

l) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)

m) Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.

Ketika terjadi serangan asam urat akut, penderita diberikan

terapi untuk mengurangi peradangannya. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan obat analgesik/NSAID, kortikosteroid, tirah

baring, atau dengan pemberian kolkisin. Setelah serangan akut

berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam urat

dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan

kolkisin atau obat yang memacu pembuangan asam urat lewat

ginjal (misal probenesid) atau obat yang menghambat

pembentukan asam urat (misal allopurinol).


18

e. Etiologigout arthritis

Penyebab utama terjadinya asam urat adalah karena adanya

deposit/ penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan

asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam

urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan

ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain

yang mendukung (Noviyanti, 2015), seperti:

a) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam

urat, atau keduanya.

b) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan

asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

c) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam

urat sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,

aseta zolamid dan etambutol.

d) Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang

tinggi adalah jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya

sapi, kambing dan kerbau.


19

f. Manifestasi Klinis gout arthritis

Tanda dan gejala yang khas pada penderita asam urat (gout

arthritis) adalah (Ika Puspitasari, 2010) :

a) Nyeri pada satu atau beberapa sendi di malam hari, makin lama

makin memburuk.

b) Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan,

kencang, licin dan hangat.

c) Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita

terjadi peningkatan denyut jantung.

d) Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar massa seperti

kapur.

e) Kadar asam urat dalam darah tinggi.

g. Faktor Resiko gout arthritis

Menurut Noviyanti (2015), adapun faktor resiko adam urat adalah:

1. Usia dan jenis kelamin.

Meski belum diketahui mengapa, namun asam urat lebih banyak

dialami oleh laki-laki ketimbang perempuan. Sementara, orang

yang lanjut usia juga lebih rentan terserang penyakit ini dari pada

orang dewasa muda.

2. Riwayat kesehatan keluarga.

Jika Anda memiliki salah satu anggota keluarga yang memiliki

asam urat, maka Anda juga berpeluang lebih besar untuk

mengalami hal yang sama. Walau ini bukan penyebab asam urat
20

yang utama, tetapi dengan mengetahui riwayat kesehatan

keluarga, Anda bisa lebih waspada dengan penyakit ini.

3. Berat badan yang berlebihan.

Memiliki berat badan yang melebihi normal, dapat meningkatkan

risiko terserang penyakit ini. Orang yang memiliki indeks massa

tubuh yang lebih dari 25 kg/m 2 maka harus lebih waspada untuk

terkena encok.

4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

5. Riwayat kesehatan

Memiliki gangguan kesehatan tertentu sebelumnya dapat

meningkatkan peluang terkena asam urat. Gangguan kesehatan

yang bisa meningkatkan risiko asam urat seperti: diabetes,

gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung, arterosklerosis,

pembuluh darah tersumbat, penyakit infeksi, tekanan darah tinggi

6. Menerapkan pola hidup yang tidak sehat. Mengonsumsi makanan

yang mengandung banyak purin, seperti daging dan seafood akan

membuat gejala asam urat muncul. Selain itu, minum alkohol

dalam jumlah yang berlebihan bisa menjadi penyebab asam urat

melonjak.

7. Dehidrasi

Bila Anda mengalami kekurangan cairan, maka tubuh Anda akan

sulit mengeluarkan zat asam tersebut melalui urin. Hal ini yang

menjadi salah satu penyebab asam urat menumpuk di dalam

tubuh.
21

h. Patofisiologi gout arthritis

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan

yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat

yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang

berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga

mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.

Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon

inflamasi (Noviyanti, 2015).

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh

lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk

garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di

jaringan konektif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi.

Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil

melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi

juga menyebabkan inflamasi (Noviyanti, 2015).

Pada penyakit asam urat akut tidak ada gejala-gejala yang

timbul. Serum urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala.

Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena

adanya penumpukan asam urat pada ginjal. Serangan akut pertama

biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi

hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang

menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah.

Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama

terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi


22

pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan.

Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan

interval yang tidak teratur (Noviyanti, 2015).

Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala

selama serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan

kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama.

Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali

menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai

dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai

dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar

pada kartilago, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi

terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga,

tendon achiles dan organ internal seperti ginjal.Kulit luar mengalami

ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari

kristal asam urat (Noviyanti, 2015).

i. Pengobatan & Pencegahan

Dalam Noviyanti (2015), pengobatan dan pencegahan asam urat

adalah sebagai berikut:

1. Pengobatan

1) Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) untuk

mengobati serangan asam urat mendadak dan parah.

Contoh obat asam urat jenis ini yaitu ibuprofen,

naproxen, diclofenac, dan etoricoxib.


23

2) Steroid dapat digunakan sebagai obat asam urat

alternatif selain NSAID. Obat jenis ini tersedia dalam

bentuk oral maupun suntikan yang bisa langsung

dimasukkan ke persendian. Contohnya, yaitu prednison

dan methylprednisone.

3) Colchicine membantu mengurangi risiko kekambuhan.

Dokter akan meresepkan obat asam urat ini, bila

NSAID tidak cocok untuk Anda.

4) Obat yang mengontrol tingkat asam urat dalam darah

seperti allopurinol, probenesid, dan febuxostat.

2. Pencegahan

Tidak hanya butuh minum obat asam urat dengan teratur

saja, tapi Anda juga harus mematuhi berbagai pantangan.

Pantangan asam urat penting dilakukan untuk mencegah

kekambuhan di kemudian hari.

1) Pantang makanan yang tinggi purin

Purin sebenarnya bisa ditemukan di berbagai makanan.

Tapi dalam pantangan asam urat, Anda hanya harus

menghindari makanan dengan tinggi purin seperti jeroan,

kaldu daging, sosis, bebek, dan berbagai jenis seafood.

Sementara, makanan yang harus dibatasi yaitu: Daging

dan ayam yang hanya boleh 50 gram per hari, Kacang

hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah yang boleh

dikonsumsi sebanyak 25 gram dalam satu hari. Beberapa


24

macam sayuran contohnya, bayam, kangkung, buncis,

kembang kol, daun serta biji melinjo yang masing-

masing hanya boleh dimakan sebanyak 100 gram per

hari.

2) Mengatur pola makan dengan baik

Pencegahan asam urat lain yang harus diperhatikan

adalah mengelola dan mengatur pola makan dengan baik.

Tak hanya melakukan diet rendah purin saja, namun,

sebaiknya anda juga menghindari makanan yang

mengandung lemak dan gula yang tinggi. Selain buruk

bagi kesehatan, makanan ini membuat timbangan berat

badan Anda mudah melonjak.

3) Minum air yang cukup

Jarang minum air adalah pantangan asam urat

selanjutnya. Anda harus menjaga tubuh agar tetap

terhidrasi dengan baik dengan minum air yang cukup.

Usahakan untuk lebih banyak minum air putih,

ketimbang air yang memiliki rasa manis.

4) Melakukan olahraga

Berdiam diri saja di rumah atau bermalas-malasan di

dalam kamar adalah salah satu pantangan asam urat yang

harus Anda patuhi, jika tidak ingin encok kambuh.

Berolahraga rutin dapat membuat Anda menjaga berat

badan tetap ideal. Semakin bertambah berat badan Anda


25

akibat malas bergerak, maka semakin sering serangan

encok yang dapat Anda alami di kemudian hari.

5) Gerakan Ringan untuk mengatasinya asam urat:

Angkat tungkai yang terkena serangan encok untuk

mengurangi pembengkakan. Berikan kompres es pada

sendi yang meradang selama sekitar 20 menit. Ulangi

sesering yang diperlukan tapi pastikan suhu bagian yang

dikompres telah kembali normal sebelum mengulanginya

lagi. Jika anda memiliki pertanyaan, silakan

berkonsultasi dengan dokter anda untuk lebih memahami

solusi terbaik untuk Anda.

Menurut Dewi, dkk (2020) penatalaksanaan Arthritis

bisa dilakukan secara farmakologis dan non-

farmakologis. Pada saat ini, penderita banyak yang

meminimalkan penggunaan obat- obatan untuk

mengurangi nyeri, karena obat-obatan yang dikonsumsi

tersebut dapat menyebabkan ketergantungan, memiliki

kontraindikasi serta menimbulkan efek samping. Terapi

non-farmakologis dapat dilakukan dengan berbagai cara

yaitu:

1) Edukasi terkait manajemen nyeri secara mandiri bagi

penderita Arthritis,

2) Relaksasi, meningkatkan intake cairan (air putih)


26

3) Penggunaan pelindung sendi, kompres panas/dingin,

kompres hangat,

4) Diet dengan cara mengatur pola hidup dan asupan

makanan,

5) Menjaga ideal tubuh,

6) Latihan/berolahraga dan operasi

j. Penilaian Skala Nyeri gout arthritis

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik

ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan

yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya.Skor untuk skala nyeri

menggunakan ketentuan dari brunner dan suddart (2013) sebagai

berikut :

a) Skor 1 dengan skala 0: tidak nyeri

b) Skor 2 dengan skala 1-3 : nyeri ringan

c) Skor 3 dengan 4-6 : nyeri sedang

d) Skor 4 dengan 7-9 : nyeri berat

e) Skor 5 dengan skala 10 : nyeri hebat

Keterangan :

a) 0 = Tidak nyeri

b) 1- 3 = Nyeri ringan secara obyektif responden dapat

berkomunikasi dengan baik


27

c) 4- 6 = Nyeri sedang secara obyektif responden mendesis,

menyerngai dapat menunjukkan lokasi nyeri.

d) 7-9 = Nyeri berat secara obyektif responden tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri

e) 10 = Nyeri hebat secara obyektif rsponden kadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih bisa merespon tindakan.

3. Kompres Kaki Dengan Kandungan Jahe merah

a. Pengertian

Kompres jahe adalah salah satu tindakan yang dilakukan dengan

memberikan cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah

terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat dengan cara

menyentuhkan kebagian yang nyeri. Kompres merupakan metode

relaksasi dengan pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada

bagian tubuh yang memerlukan dengan tujuan untuk memperlancar

sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri (Dewi, dkk.

2020).

b. Manfaat Kompres Jahe

Hidroterapi kompres jahe dapat meningkatkan kelenturan jaringan

otot ikat, kelenturan pada sturktur otot, mengurangi rasa nyeri, dan

memberikan pengaruh pada sistem pembuluh darah (Arthiani, 2016).


28

Air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh seperti mengurangi

beban sendi-sendi penopang berat badan. Terapi kompres air hangat

memiliki berbagai efek, pertama pada pembuluh darah dimana

hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Kedua, faktor

pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan ligament

yang mempengaruhi sendi tubuh (Basit dan Hartanti, 2018).

Panas merupakan pengobatan tradisional untuk meredakan rasa

sakit dan nyeri, dan masyarakat sering kali menyamakan panas dengan

kenyamanan dan pereda nyeri. Panas menyebabkan vasodilatasi dan

meningkatkan aliran darah ke area yang infeksi, membawa oksigen, zat

nutrisi, antibody, dan leukosit. Pemberian terapi panas dapat

meningkatkan proses penyembuhan jaringan lunak dan dapat

meningkatkan supurasi. Kompres panas akan meningkatkan aliran

darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk

inflamasi, seperti bradikinin, histamin dan prostaglandin yang

menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang

menutup gerbang sehingga transmisi nyeri ke medulla spinalis dan ke

otak dihambat. Hal tersebut disebabkan karena setelah 30 menit

pemberian terapi panas pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke

hipotalamus melalui sumsum tulang belakang (Basit dan Hartanti,

2018).
29

c. Cara pemberian Kompres Jahe

Kompres jahe dilakukan dengan cara mengkompres ekstremitas

dengan cara dibalurkan bagian yang nyeri dengan parutan jahe,dan

dilakukan selama 3 hari berurut-urut (Arthiani, 2016).

d. Penelitian Terkait

1. Penelitian ini serupa yang dilakukan oleh Samsudin (2016)

diperoleh bahwa terdapat perbedaan nyeri pada pasien gout

arthtritis sebelum diberikan kompres hangat memakai parutan

jahe merah dan sesudah diberikan kompres hangat memakai

parutan jahe merah. Nilai p value yang diperoleh melalui uji

Wilcoxon Signed Rank Test adalah (p value = 0,000) dimana p

value < á (0,05), maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang disignifikan pemberian kompres hangat

memakai parutan jahe merah (Zingiber officinale roscoe var

rubrum)terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout

arthritis di Desa Tateli Dua, Kecamatan Mandolang, Kabupaten

Minahasa.

2. Hasil penelitian Dina (2015) menemukan bahwa ada pengaruh

sebelum dan sesudah pemberian kompres air kompresan jahe

terhadap penurunan skala nyeri pada lansia penderita gout

arthritis. Nilai P value yang diperoleh melalui uji Wilcoxon

Signed Rank Test adalah p value = 0,000 nilai p < 0,01, maka

dapat disimpulkan bahwa Hο ditolak atau ada pengaruh kompres


30

air kompresan jahe terhadap penurunan skala nyeri pada lansia

gout arthritis di wilayah kerja Puskesmas Cengkalsewu.

3. Hasil penelitian Wuranguan (2012) diperoleh bahwa terdapat

perbedaan nyeri pada pasien gout arthritis sebelum diberikan

kompres hangat dengan sesudah diberikan kompres hangat. Nilai

p <á (0,05), maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat

terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gout arthritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado.

e. Efektifitas kompres jahe merah pada penderita gout artrithis

Di dalam penelitian Radhika tahun 2020 dengan judul penelitian

Kompres Jahe merah dapat Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien

Gout Artritis menjelaskan bahwa kompres menggunakan jahe akan

ada perubahan pada skala nyeri setelah dilakukan 1 hingga 3 kali

tindakan kompres.

B. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dan tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variable yang akan diteliti yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoadmodjo, 2014).

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


31

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Lansia Gout

Tanda Gejala Gout:


a) Nyeri pada sendi.
b) bengkak, kulit kemerahan, kencang, licin dan
hangat.
c) Demam, menggigil, tidak enak badan
d) Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar
massa
e) Kadar asam urat dalam darah tinggi (>7 mg/dL)

Klasifikasi Gout:
1. Primer Komplikasi Gout:
2. Sekunder 1. Tofi terbentuk di jari,
tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga,
tendon achiles dan organ
internal seperti ginjal.
2. Kulit luar mengalami
Penanganan:
ulcerasi dan
1. Pengobatan (Farmakologi)
3. Mengeluarkan
2. Pencegahan
pengapuranyang terdiri
a) Pantang makanan yang tinggi purin
dari kristal asam urat
b) Mengatur pola makan dengan baik
(Noviyanti, 2015)
c) Minum air yang cukup
d) Melakukan olahraga
e) Gerakan Ringan untuk mengatasinya asam
urat:
f) Edukasi terkait manajemen nyeri secara
mandiri bagi penderita Arthritis,
g) Relaksasi, meningkatkan intake cairan (air
putih)
h) Penggunaan pelindung sendi, kompres
i) Kompres jahe Skala Nyeri Gout
j) Operasi gout arthritis

Dewi, 2020, Lubis, 2013, Basit dan Hartanti, 2018.


32

C. Kerangka Konsep

Kerangka adalah merupakan abstraksi yang berbentuk oleh generlisasi

dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka

konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat

diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel,

jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau

bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2014). Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Kompres jahe Skala nyeri sendi gout arthritis

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Dari pendapat diatas dapat dipahami hipotesis merupakan suatu kesimpulan

sementara yang disusun berdasarkan data – data yang didapat dari pra riset,

dan harus diuji kembali kebenarannya melalui suatu penelitian, hipotesa dalam

penelitian ini adalah :


33

1. Ha = Ada pengaruh kompres kaki menggunakan jahe merah dalam

perubahann skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout arthritis di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman.

2. H0 = Tidak ada pengaruh kompres kaki menggunakan jahe merah dalam

perubahan skala nyeri sendi pada lansia yang menderita gout arthritis di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Seputih Raman.


34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu merupakan metode-metode

untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel. Variabel-variabel ini diukur biasanya dengan instrument-instrument

penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur-prosedur statistik(Notoatmodjo, 2014).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Seputih

Raman. Adapun waktu pelaksanaannya akan dilaksanakan pada bulan

Desember 2021

C. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah rancangan one group

pretest & posttest without control yang mana peneliti menguji perubahan-

perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2014).

Tabel 3.1
One Group Pretest Posttest without control

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Intervensi
01 X 02
35

Keterangan :

01 : skala nyeri sebelum pada kelompok intervensi

02 : skala nyeri sesudah pada kelompok intervensi

X : Terapi kompres kaki menggunakan jahe merah

(Notoatmodjo, 2014)

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi

adalah semua lansia yang mengalami gout arthritis sebanyak 50 lansia.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau mewakili populasi yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah semua

lansia yang mengalami gout arthritis sebanyak 50 lansia.

N
N :(1+(N e²))

50
:(1+(50 X 0,05²))

50
: 1+(0,125)

: 50
1,125

: 4,44

: 44
36

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

e: Derajat penyimpangan terhadap populasi yang di inginkan

3. Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

tekhnik purposive sampling. Berdasarkan Sugiyono (2017) purposive

sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel data berdasarkan

dengan pertimbangan dan kriteria tertentu.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojdo, 2014). Variabel dalam penelitian ini

adalah:

1) Variabel Bebas (Independent) : Kompres jahe merah

2) Variabel Terikat (Dependent) :Skala Nyeri sendi gout arthritis

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan,

(Notoatmodjo, 2014). Definisi opersional bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrument ataualat ukur:


37

Tabel 3.1

DefinisiOperasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur

Kompres Mengkompres SOP Ceklis - -

jahe ekstremitas

menggunakan jahe

merah yang sudah di

sediakan

Skala Nyeri Rasa tidak nyaman Numeric Mengisi Skala nyeri 0-10 Interval

Goat yang dialami Ketika Rating Scale Numeric

Arthritis asam urat (Goat Rating Scale

Arthritis) kambuh

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian menggunakan instrumen penelitian.

Instrument penelitian adalah alat - alat yang akan digunakan dalam mengukur

hasil dari variabel. Dalam penelitian ini penulis mengunakan numeric rating

scale dalam mengukur nyeri kemudian perlakuan yang diberikan kepada

responden dengan mengkompres ekstermitas dengan jahe merah selama 3 hari

berturut-turut.
38

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Langkah Persiapan

1) Mengurus surat izin pra survey ke BAAK Universitas Aisyah

Pringsewu dengan menyerahkan judul proposal yang sudah

disetujui pembimbing.

2) Mengurus surat izin pra survey ke Kes Bang Pol dengan

membawa surat izin pra survey dari Universitas Aisyah

Pringsewu.

3) Mengurus surat izin pra survey ke Dinas Kesehatan dengan

membawa surat izin pra survey dari Kes Bang Pol dan Universitas

Aisyah Pringsewu.

4) Mengurus surat izin pra survey ke Puskesmas Seputih Raman

dengan membawa surat izin pra survey dari Kes Bang Pol, Dinas

Kesehatan, dan Universitas Aisyah Pringsewu.

5) Penelitian meminta izin kepada kepala Puskesmas Seputih

Raman.

6) Peneliti melakukan pra survey di Puskesmas Seputih Raman.

7) Konsultasi penyusunan proposal dengan pembimbing mulai dari

pendahuluan sampai dengan metode penelitian.

8) Mengajukan proposal penelitian melalui seminar.

9) Perbaikan usulan proposal penelitian.

10) Mengurus surat izin penelitian ke BAAK Universitas Aisyah

Pringsewu dengan menyerahkan judul skripsi yang sudah disetujui

pembimbing.
39

11) Mengurus surat izin penelitian ke Kes Bang Pol dengan

membawa surat izin penelitian dari Universitas Aisyah Pringsewu.

12) Mengurus surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan dengan

membawa surat izin penelitian dari Kes Bang Pol dan Universitas

Aisyah Pringsewu.

13) Mengurus surat izin penelitian ke Puskesmas Seputih Raman

dengan membawa surat izin pra survey dari Kes Bang Pol, Dinas

Kesehatan, dan Universitas Aisyah Pringsewu.

14) Meminta izin ke kepala Puskesmas Seputih Raman untuk

melakukan penelitian di Puskesmas Seputih Raman.

2. Langkah Pengumpulan Data

a. Peneliti datang ke UPTD Puskesmas Seputih Raman.

b. Peneliti menentukan sasaran atau populasi yaitu pasien dengan

hipertensi di UPTD Puskesmas Seputih Raman.

c. Pemilihan sampel menggunaan rumus slovin dengan kriteria inklusi.

d. Sampel yang sesuai kemudian diberikan penjelasan & jadwal

mengenai tindakan yang akan di lakukan.

1) Pre test

a. Peneliti mengukur skala nyeri sendi.

2) Intervensi

a) Menjelaskan intervensi terapi kompres jahe merah.

b) Intervensi diberikan sebanyak 3 kali secara berturut-turut.


40

3) Post test

a) Dilakukan setelah sampel dilakukan intervensi ke 3

b) Kaji skala nyeri menggunakan kuesioner

c) Analisa data dengan uji Independent Sample t test serta Paired

Sample t test tingkat kemaknaan (α = 0.05)

d) Menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

e) Penyajian data.

H. Pengolahan Data

Menurut Siregar (2015) Setelah data dikumpulkan, data kemudian diolah

dengan tahap – tahap sebagai berikut:

1. Editing

Proses pengecekan atau pemeriksaan data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah

masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan editing

adalah untuk mengkoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang

terdapat pada catatan lapangan.

2. Coding

Adalah proses penempatan data kedalam bentuk tabel yang telah diberi

kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang dibuat sebaiknya

mampu meringkas agar mudah dalam proses analisis data.


41

3. Processing

Adalah memproses data agar dapat dianalisis, dimana pemrosesan data

dilakukan dengan mengolah data secara komputerisasi

4. Cleaning

Yaitu kegiatan mengecek data yang sudah dimasukkan, apakah ada

kesalahan atau tidak.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Untuk mengetahui distribusi frekuensi atau besarnya proposi

menurut variabel yang diteliti dan juga berguna untuk mengetahui

gambaran dari variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2014).

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah anlisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2014). Analisa

bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah paired t-test atau

uji t berpasangan. Dengan menggunakan Confident inteval (CI) 95 % dan

Alpha (α) 0,05 sehingga bila p value < 0,05 Ho ditolak. Artinya secara

statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua variabel dan bila

p value> 0,05 maka Ho diterima, artinya secara statistik tidak ada

pengaruh yang signifikan antara kedua variabel (Notoatmodjo, 2014) Di

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis bivariat untuk

membandingkan distribusi silang antar 2 variabel yang bersangkutan yaitu

antara terapi kompres jahe merah dengan skala nyeri pada pasien gout

artrithis.
42

Daftar Pustaka

Aida, (2013). Perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin


terhadap skala nyeri pada klien gout di wilayah kerja puskesmas
Batang III Kabupaten Batang.

Depkes. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Depkes RI;2013.

Dewi, K. (2020). Diet Mengatasi Dan Mencegah Asam Urat 2014, 5, 69–
78.

Hesti, S. D., & Cahyo, S. (2013). Jahe (Pertama). Jakarta: Niaga Swadaya.

Izza, S. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat Dan


Pemberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada
Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran.

Johnstone, A. (2009). GOUT Farmakologi Serangan akut Penanganan


menggunakan obat.

Kundre, A. R. R. S. R., & Onibala, F. (2016). Pengaruh Pemberian


Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zingiber Officinale
Roscoe Var Rubrum) Terhadap Penurunan Skala Nyeri
PadaPenderitaGout Artritis Di Desa Tateli Dua Kecamatan
Mandolang Kabupeten Minahasa Anna. EJournal Keperawatan, 4(1),
1–7.

Nengsi, S. W., Bahar, B., Salam, A., Ilmu, S., Fakultas, G., Masyarakat,
K., & Hasanuddin, U. (2014). Gambaran Asupan Purin, Penyakit
Arthritis Gout, Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Kecamatan
Tamalanrea Description of the Intake Purin, Arthritis Gout, Quality of
life Elderly in Tamalanrea, 1–9.

Noor, H. (n.d.). Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal 2013 (Pertama).

jakarta: Medika Selemba.

Purnamasari, S. D. I., & Listyarini, A. D. (2015). Kompres Air Kompresan


Jahe Dapat Menurunkan Nyeri Pada Lansia Dengan Asam Urat di
Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Cendekia
Utama, 1(4), 19.

Putri, S. Q. D., Rahmayanti, D., Diani, N. Pengaruh Pemberian Kompres


Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw
Budi Sejahtera Kalimantan Selatan. 2017; 5 (2).
43

Qobita, S., Putri, D., Qobita, S., Putri, D., Rahmayanti, D., Diani, N., …
Lambung, U. (2013). Intensitas Nyeri Gout Arthritis Pada Lansia DIi
Pstw, 90–95.

Rahayu, Keperawatan, P. S., Kedokteran, F., & Tanjungpura, U. (2018).


Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Merah ( Zingiber Officinale Var
Rubrum Rhizoma ) Terhadap Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang Kota Pontianak.

Rusnoto (2015). Pemberian kompres hangat memakai jahe untuk


meringankan skala nyeri pada pasien asam urat di Desa
Kedungwungu Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Stikes
Muhammadiyah Kudus. Jawa Tengah. JIKK volume 6 No 1 Januari
2015 2939.

Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk Begalung. Padang.


STIKesAlifah.

Widyanto, F. W., Sakit, R., & Blitar, A. (2009). Artritis


gout dan perkembangannya

Wowor, F. J. (2014). Arthritis Gout Dan Perkembngannya 2014,


10(2).

Yanita, S. I. N., & Nur, S. (2017). Berdamai dengan ASAM URAT

(Pertama).jakarta: Bumi Medika.


44

Daftar Bimbingan Skripsi

Nama : MELDY AJI SAPUTRA

Nim : 200101076P

Judul Skripsi : PENGARUH KOMPRES JAHE MERAH TERHADAP

PERUBAHAN SEKALA NYERI SENDI PADA LANSIA

YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DI UPTD

PUSKESMAS SEPUTIH RAMAN TAHUN 2021

Pembimbing : Feri Agustriyani, S.Kep.,Ners., M.Kep

No Catatan Paraf

Anda mungkin juga menyukai