“ PUSKESMAS”
OLEH KELOMPOK 4 :
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ Puskesmas”l ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Komunitas.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
tentang:
1
1. Untuk mengetahui pengertian Puskesmas
2. Untuk mengetahui saja program dasar puskesmas
3. Untuk mengetahui kasus terbanyak di puskesmas
4. Untuk mengetahui bagaimana system alur rujukan puskesmas
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan keluarga miskin
6. Untuk mengetahui bagaimana system pencatatan di puskesmas
7. Untuk mengetahui pengertian PHN
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai Puskesmas.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksanaan
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja
tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan
namun tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, Pusat kesehatan masyarakat atau yang selanjutnya disebut puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
3
dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan
informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan
pemberdayaan masyarakat untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya.
b) Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c) Sasaran
1) Pelaksanaan posyandu dan pembinaan kader
2) Penyuluhan kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
a) Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun
biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya
kesehatan lingkungan sangat penting.
b) Tujuan
1) Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas
lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan mutu lingkungan yag dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
4
Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain
yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman yang berlaku.
Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan
dan tempat-tempat umum.
c) Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi:
1) Penyehatan air
2) Penyehatan makanan dan minuman
3) Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4) Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5) Penyehatan pemukiman
6) Pengawasan sanitasi tempat umum
7) Pengamanan polusi industri
8) Pengamanan pestisida
9) Klinik sanitasi
5
Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular adalah suatu kegiatan
pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan/kematian
dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secar sistematik,
terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi
hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan:
Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For
Action).
Penularan penyakit menular dapat melalui beberapa cara antara lain :
Penularan secara kontak, Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan
minuman yang tercemar, Penularan melalui vektor, dan Penularan melalui
suntikan, transfusi, tindik dan tato.
b) Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat,
yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui
kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
c) Program Pemberantasan Penyakit Menular
1) Program imunisasi
2) Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
3) Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
4) Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
5) Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
6) Program rabies
7) Program Surveilans
8) Pemberantasan P2B2 demam berdarah
6
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam
mengatur biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan
serta aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.
2) Tujuan Khusus
Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan
kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan,
tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang tidak
dikehendaki
Pelayanan infertilitas
Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia
lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi
c) Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
di indonesia berdasarkan rekomendasi strategi regional WHO untuk negara-
negara Asia Tenggara, maka kegiatan pelayanan reproduksi adalah:
1) Kesehatan Ibu Dan Anak
2) Kesehatan Anak Usia Sekolah
3) Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit
Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS)
4) Keluarga Berencana
5) Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)
d) Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari :
1) Angka kematian bayi
7
2) Angka kematian ibu
3) Prosentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan tinggi yang normal
4) Prosentase ibu hamil dengan anemia
5) Prosentase balita dengan berat badan dan tinggi sesuai umur
8
Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP)
Dan Kurang Energi Kronis (KEK)
Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4) Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)
d) Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
1) Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2) Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3) Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4) Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5) Pekerja penghasilan rendah.
9
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri,
trutama melalui peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
Meningkatkan kesehatan ‘pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang
dilayani oleh Puskesmas
Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan
partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk :
- Mengurangi penderitaan karena sakit
- Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
- Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
3) Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak
membedakan strata sosial.
b) Pelayanan Kedaruratan Medik
1) Pengertian
Pelayanan kedaruratan medik adalah pelayanan medik terdepan yang
merupakan penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik
berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental
psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang terjadi mendadak, yang
tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di mulai dari tempat
kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk menyelamatkan kehidupan.
2) Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang
ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan
penderitaaan dari pengguna pelayanan.
c) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
10
memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat
pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak
masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau
petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif
dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu
pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya
maupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya
sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu
tidak sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya:
sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang
dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis
yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada
puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada
apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat
mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke
Puskesmas Peudada, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red)
mengaku telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu
dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan
penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut
masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika
keluarga mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk
atau penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif
dibanding upaya promotif. Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif dalam BP,
puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat
melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien
dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada
supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis.
Tenaga perawat seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena
mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan
masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan
11
anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan
masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah
kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit
akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah
Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas
eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas
kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur
program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana
dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada
Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak
hanya hal-hal yang telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan
yang muncul di lingkup puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat
hanya sampai jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas
yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum
terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan
yang berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas.
12
kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna
dan berdaya guna
3. Jenis Rujukan
Sistem rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a) Rujukan Medik, meliputi:
1) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
2) Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan.
b) Rujukan Kesehatan.
Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi
bantuan:
1) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa
atau berjangkitnya penyakit menular
2) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
3) Penyidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obtatan atas terjadinya keracunan masal
4) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam
5) Sarana dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan
air bersih bagi masyarakat umum
6) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan (Effendy, 2012).
4. Jalur Rujukan
Rujukan medik:
a) Intern antara petugas puskesmas
b) Antara Puskesmas pembantu dengan Puskesmas
c) Antara masyarakat dengan Puskesmas
d) Antara Puskesmas yang satu dengan Puskesmas yang lain
e) Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.
5. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan
Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan:
13
a) Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari
Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan lain dari masyarakat
b) Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk
tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis
c) Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan dengan
media telepon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d) Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan
medik maupun rujukan kesehatan
e) Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan
rujukan
14
7. Prosedur Rujukan Layanan Kesehatan Primer
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun
kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
e) Mencantumkan terapi sementara
15
f) Mencantumkan tindakan yang telah diberikan
g) Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk
h) Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk
i) Menggunakan ambulance transport
j) Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan
k) Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum mengirim
pasien
l) Pasien dirujuk 1x24 jam sejak diagnosa ditegakkan
Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan pre Eklamsi berat,
DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir kasus-kasus rujukan dengan kasus
tertentu):
1) Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain, maka pasien
memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang
tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan
kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis,
adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu dirujuk jika pasien tidak
memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklamsia Berat.
2) Rujukan dengan kasus DBD: sebelum dirujuk pada fasilitas lain, pasien harus
memenuhi kriteria untuk dirujuk, seperti tidak adanya perbaikan kondisi setelah
pemberian terapi cairan 15 ml/kgBB/Jam serta ditemukan adanya tanda-tanda
shock seperti Nadi yang tetap tinggi, TD mulai menurun, dan produksi urin
berkurang, atau faskes tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan darah serial
berulang setiap 6 jam atau melakukan pengawasan ketat pada pasien. Pantau ketat
kondisi pasien, monitoring tanda vitasl, rujukan tidak perlu jika pengawasan baik.
Segera rujuk jika ditemukan tanda-tanda syok perdarahan, nadi meningkat, TD
menurun, urin berkurang, kejang , penkes, hemel,segera stabilisasi dan merujuk
agar tidak sampai pada fase irreversible
3) Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan
lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti adanya
kerusakan target organ atau komplikasi dari diabetes seperti KAD, nefropati,
neuropati, retinopati,cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin
dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa komplikasi dapat dirujuk
apabila setelah pemberian 2 obat dan diet sehat pasien tidak mengalami perbaikan
selama 2-3 bulan.
16
4) Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain,
maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti pasien memiliki hipertensi non
esensial atau pasien tidak mencapai target tekanan darah setelah 2-3 bulan
pengobatan. Rujukan diberikan apabila target tidak tercapai setelah pemberian
obat selama 2-3 bulan atau pasien memiliki hipertensi non esensia.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat
yaitu pihak yang merujuk, dalam hal ini Puskesmas dan pihak yang menerima rujukan
yaitu Rumah sakit, dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur Operasional Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS
a. Prosedur Klinis:
1) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
2) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5) Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans, agar petugas dan
kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat
kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas
pelayanan kesehatan setempat.
6) Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter
Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah sakit
rujukan yang memiliki kompetensi tersebut
b. Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
2) Membuat rekam medis pasien.
3) Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan
rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan
sebagai arsip.
17
5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6) Menyiapkan sarana transportasi
7) Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana
komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
8) Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan
yang dituju.
9) Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk membuat laporan
18
2) Surat balasan rujukan dapat melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan
untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang
dituju, dianjurkan menghubungi melalui sarana komunikasi yang
memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan sebagainya.
3) Bagi Rumah Sakit , wajib mengisi laporan Triwulan
19
d) Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
e) Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam
ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien/surat rujukan
b). Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya
20
Prosedur Klinis
1) Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya sesuai
dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek :
sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain
dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa
sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
3) Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang
diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara
pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
Prosedur Administratif
1) Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang
diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengirim.
2) Apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut
dikembalikan.
3) Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah
ditentukan masing-masing instansinya.
4) Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
5) Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format
standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.
c). Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan spesimen dan
Penunjang diagnostik lainnya.
Prosedur Klinis:
1) Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan
spesimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan
sesuai dengan mutu standar dan lengkap
2) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan.
3) Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar
dan keraguan diantara beberapa spesimen.
Prosedur Administratif:
21
1) Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
2) Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masingmasing
instansi.
3) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan
sampai kepada yang berhak untuk membacanya.
4) Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim,
dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan
konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.
22
dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak
pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang
bersangkutan.
23
yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan
demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas. Menurut Yusran (2008)
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep
wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan
informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi,
guna mendukung manajemen kesehatan (Tiara, 2011).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber
pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik
faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke
pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau (1989) data
yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenaranya. Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua
puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang
termasuk dalam wilayah kerja puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup: Data
umum dan demografi wilayah kerja puskesmas, Data ketenagaan puskesmas, dan Data
sarana yang dimiliki puskesmas (Syaer, 2011).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:
a) Pencatatan, Pelaporan, dan pengolahan
b) Analisis
c) Pemanfaatan
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke
dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas
menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk
arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan kemasing-masing
pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten,
setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan
seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai
berikut :
a) Bulanan
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obat-obat.
24
b) Tribulan
Laporan tribulan mencakup kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi.
c) Tahunan
Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu.
25
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti
Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan
Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.
26
dan pendidikan ( Duffy, Vehvilainen - Julkunen, Huber, & Varjoranta 1998, Spoth,
Kavanagh, & Dishion, 2002).
Public Health Nursing merupakan istilah lama, tetapi dalam bukunya Community
Health Nursing Practice (1981), Freman tidak lagi menggunakan istilah Public tetapi
menggantinya dengan istilah Community. Perubahan istilah tersebut disebabkan
karena, Public Health Nursing mengandung pengertian yang sangat luas, tidak
terbatas, misalnya masyarakat indonesia, masyarakat jepang dan sebagainya. Tidak
jelas batasnya, sulit untuk mengukur sasarannya dalam pembinaan perawatan
kesehatan masyarakat, sehingga terjadilah perubahan istilah menjadi Community
Health Nursing.
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
mempromosikan dan melestarikan kesehatan penduduk Tidak terbatas pada kelompok
umur tertentu diagnosis, dan terus, tidak episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan,
pendidikan kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat (ANA di Stanhope dan Lancaster,
1999).
Dalam perawatan kesehatan masyarakat (Community Health Nursing),
Community (masyarakat) merupakan sasaran yang dibina atau yang mendapatkan
pelayanan kesehatan dan keperawatan, Health (Kesehatan) adalah tujuan yang ingin
dicapai, dan Nursing (keperawatan) adalah pelayanan yang diberikan, dan inilah inti
dari perawatan kesehatan masyarakat. Cakupan masyarakat dalam CHN adalah
terbatas, artinya masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian
(interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya masyarakat suku terasing,
masyarakat sekolah, masyarakat pekerja, masyarakat petani, dan dalam bidang
kesehatan kita kenal dengan kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, ibu
nifas, kelompok bayi, kelompok anak balita, kelompok usia lanjut, dan lain lain.
Dengan demikian dalam pembinaannya akan lebih mudah, karena telah diketahui
karakteristik dari tiap-tiap kelompok tersebut.
2. Sejarah CHN
Early Home care Nursing (Before mid-1800s)
District Nursing (Mid-1800s to 1900)
27
Visiting nurse William Rathbone (Inggris)
Public Health Nursing (1900 to 1970)
Robert Koch’s TB program
Community Health Nursing (1970 to the present)
28
Klien dapat berpindah kearah yang berbeda sepanjang rentang pada waktu
yang berbeda
Fungsi utama CHN membantu klien mencapai tingkat sehat yang tinggi
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, di antaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Di
sini peran Puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat
menjadi sangat penting. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2012).
3.2 Saran
Dalam upaya mendukung pembangunan kesehatan Indonesia, Puskesmas sebagai
pelayanan kesehatan tingkat pertama memerlukan peran aktif serta dukungan masyarakat
dalam melaksanakan program pokok Puskesmas. Sehingga pelayanan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dapat terlaksana seoptimal mungkin kedepannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/ Menkes/
Sk/Ii/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Esehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto.
31