PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
ANITAWATI SIBURIAN
NPM : 1919002295
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
ANITAWATI SIBURIAN
NPM. 1919002295
Pembimbing
Menyetujui, Menyutujui
Prodi Kebidanan Program Sarjana STIKes Mitra Husada Medan
Ka. Prodi, Ketua,
i
ii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Posisi
Meneran Dengan Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin di BPM Anitawati Siburian
Tahun 2020.
Proposal Skripsi ini ditulis untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di STIKes Mitra Husada Medan.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan
dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimaksih kepada:
1. Bapak Drs. Imran Saputra Surbakti, MM, selaku Ketua Pengurus
Yayasan STIKes Mitra Husada Medan yang telah memberikan dukungan
dan memfasilitasi sarana dan prasarana selama masa pendidikan.
2. Ibu Siti Nurmawan Sinaga, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Mitra
Husada Medan yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan
motivasi dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi iniIbu Febriana
Sari, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
STIKes Mitra Husada Medan yang telah banyak memberikan arahan,
bimbingan dan motivasi dalam melaksankan dan menyelesaikan proposal
skripsi ini.
3. Ibu Febriana Sari, SST, M.Keb, selaku Ketua Pogram Studi Sarjana
Kebidanan STIKes Mitra Husada Medan yang telah banyak memberikan
arahan, bimbingan dan motivasi dalam melaksanakan dan menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Marlina Simbolon, SST.,MKM selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam melaksanakan dan menyelesaikan
skripsi ini.
5. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan banyak dukungan dan doa
dalam penyusunan proposal skripsi ini.
ii
iii
Anitawati Siburian
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
iv
v
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30
v
BAB 1
PENDAHULUAN
seorang ibu hamil dan suatu fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir (Agustina, 2017). Tujuan dari proses persalinan
adalah menjaga kelangsungan hidup dan mendorong kelahiran yang aman bagi
ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan
(Yulizawati, 2019).
dalam persalinan, tetapi melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi
persalinan adalah kondisi dimana ibu dan janinnya terancam yang disebabkan
oleh gangguan langsung saat persalinan serta menjadi salah satu penyebab
terjadinya kematian ibu bersalin maupun janinnya. Penyebab kematian pada ibu
2020).
oleh trauma persalinan (Uswatun, 2020). Etiologi ruptur perineum adalah kepala
1
2
sebelumnya terdapat banyak jaringan parut pada perineum dan persalinan dengan
distosia bahu (Handriyanti, 2020). Ruptur lebih sering terjadi pada primipara dan
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
(Choirunissa, 2019).
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan
mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Seiring dengan semakin tingginya bidan yang
tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. Di Amerika 26 juta ibu bersalin
Di Asia ruptur perineum juga masalah yang cukup banyak dalam masyarakat,
50% dari kejadian ruptur perineum di dunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin
postpartum sebanyak 8%. Di Jawa Timur ruptur perineum yang dialam ibu
bersalin dengan perdarahan sebanyak 7%, infeksi luka jahitan sebanyak 5%.
3
pada golongan umur 25-30 tahun, yaitu 24%, sedangkan pada ibu bersalin usia
32– 39 tahun sebesar 62% (Campion, 2019). Hasil studi dari Pusat Penelitian dan
2018- 2019 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan, bahwa satu dari lima
ibu bersalin yang mengalami luka robekan perineum akan meninggal dunia
(Sarmala, 2019).
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran,
pimpinan persalinan dan berat badan bayi baru lahir. Posisi meneran ada beberapa
macam antara lain posisi merangkak/tidur miring, posisi jongkok atau berdiri,
dengan posisi telentang resiko terjadinya rupture perineum lebih besar (Qoniatur,
2020).
yang salah satunya disebabkan oleh ruptur perineum. Ruptur perineum merupakan
perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat keahiran bayi baik menggunakan alat
maupun tidak.
4
persalinan pada bulan April sampai bulan Mei 2020 yang seluruhnya merupakan
rupture perineum, ibu yang mengalami rupture perineum saat melahirkan posisi
orang lainnya yang tidak mengalami ruptur perineum meneran dengan posisi
setengah duduk. Namun demikian belum dapat dipastikan apakah posisi meneran
meneran lainnya.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi
a. Bagi Pasien
rupture perineum
b. Bagi Penulis
perineum
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses
ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (APN,
keluarnya janin, plasenta dan membrane dari dalam Rahim melalui jalan lahir.
Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi
uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Persalinan adalah
proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membrane dari dalam uterus (rahim)
melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi pada
sendiri
7
cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi
proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi
memenuhi, meliputi ekstraksi vakum dan forsep untuk bayi yang masih
hidup dan embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal. (2) persalinan
yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari
2. Passageway (Jalan Lahir); Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
adalah his, kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
fisiologi persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012)
mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak
yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak
9
pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi
kehidupan ibu.
yaitu:
a. KALA I (Pembukaan)
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
10
pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase,
yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
diperkirakan
bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm,.
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian
b) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah
12
ringan secara crede pada fundus uteri (Manuaba, 2010). Ada 2 metode untuk
pelepasan plasenta :
plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah. Metode yang lebih umum
terjadi, plasenta terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke vagina
plasenta tidak terlihat, dan bekuan darah berada dalam kantong yang
schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak
darah yang hilang sangat banyak karena hanya ada sedikit serta oblik
atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan daerah di atas
simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali dalam vagina berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara
atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri.
Bila terasa ada getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti
plasenta telah lepas dari dinding uterus. (3) Perasat Klein; Wanita
tersebut disuruh mengejan dan tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. (4) Perasat Crede;
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas
postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat crede sukar atau tidak dapat
dikerjakan.
d. KALA IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Tingkat
berikut:
b. Pollakisuria; Kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul. Keadaan
c. False labor; 3 atau 4 minggu sebelum persalinan. Calon ibu diganggu oleh
menunjukan bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak
merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu akan mendapati
tanda seperti diare, obstipasi mual dan muntah karena efek penurunan
a. Primipara; adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan bayi aterm
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable
d. Nulipara; adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
2015). Sedangkan perineum adalah lantai pelvis dan struktur yang berhubungan
yang menempati pintu bawah panggul; bagian ini dibatasi disebelah anterior oleh
perineum.
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik
secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan terjadi
perineum dapat dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui
Perineum terdiri atas diafragma urogenital dan bagian bawah dari genitalia
dan system reproduksi. Sedangkan regio anal terdiri atas anus dan musculus
berbentuk belah ketupat bila dilihat dari bawah, dan dapat dibagi menjadi regio
urogenital dan regio anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositas
ischii secara horizontal Perineum bila dilihat dari bawah dengan tungkai abduksi
berbentuk berlian dan di anterior dibatasi oleh symphisis pubis, posterior oleh
ujung os. coccygis, dan lateral oleh tuber ischiadicum (Faiz & Moffat, 2014).
Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-
rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya ditentukan oleh organ-organ genitalia
interna saja seperti uterus dan vagina, tetapi bagian seperti otot-otot, jaringan-
jaringan ikat dan ligamenligamen juga mempengaruhi jalan lahir. Otot-otot yang
menahan dasar panggul dibagian luar adalah musculus sphincter ani externus,
17
transversus superfisialis. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling
kuat, disebut diafragma pelvis, terutama musculus levator ani yang berfungsi
menahan dasar panggul. Letak musculus levator ani ini sedemikian rupa dan
dalam trigonum ini terdapat uretra, vagina dan rektum (Wiknjosastro, 2013).
a. Tingkat I : Ruptur hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
c. Tingkat III : Ruptur mengenai seluruh perineum dan otot springter ani
Menurut Sagala (2020) Keluarnya bayi melalui jalan lahir sebagian besar
dengan pendarahan yang hebat ibu akan mengalami kondisi tidak berdaya, lemah,
persalinan kala II, posisi persisten oksiput posterior, ras Asia dan penggunaan
a. Paritas; adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang
pernah dilahirkan hidup maupun mati bila berat badan tidak diketahui maka
terjadi pada semua persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang pada
b. Berat lahir bayi; Semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan
risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir
memiliki berat lebih dari 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar
berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi
dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi
dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.
Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu
besar, faktor genetik, dan pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal
yang tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan
tidak teratur, bahkan dapat meluas sampai sphincter ani dan rektum.
kekuatan mengejan
janin. Juga menyebabkan robekan perineum yang luas sampai tingkat 3. Hal
2.2.6 Umur ibu <20 tahun dan >35 tahun; Berdasarkan penelitian responden yang
perineum adalah responden yang berumur resiko tinggi. Pada umur <20
belum bekerja secara optimal, sehingga sering terjadi persalinan lama atau
macet yang memerlukan tindakan. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada
ibu yang belum pernah melahirkan pada kelompok umur ibu dibawah 20
20
tahun dan pada kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi
perineum, dan membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan
otot.
ani.
c. Derajat 3
rektum sehingga lumen rektum. Pada derajat ini, robekan di daerah uretra
mengenai kulit, otot dan melebar sampai sphincter ani dan mukosa
rektum.
robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur.
Hal ini akan menghambat penyembuhan sesudah luka dijahit. Oleh karena
itu, dan juga untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi
pada perineum saat kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan
Injury). Studi menyatakan bahwa dokter dan bidan pada umumnya tidak
bisa menempatkan sudut yang aman dan benar, oleh sebab itu lah dalam
penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada manfaat yang signifikan dari
2018).
OASI. Meskipun demikian kadang tak terlihat manfaat ibu yang menjalani
Serikat. Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah vertikal dari
dan 4.
fourchette posterior pada satu sisi. Insisi semacam ini akan mencegah
kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini
perdarahan yang banyak. Selain itu jaringan parut yang terjadi dapat
2.3.1 Defenisi
Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin
dapat berganti posisi secara teratur selama persalinan kala II, karena hal ini sering
23
kali mempercepat kemajuan persalinan dan ibu mungkin merasa dapat meneran
secara efektif pada posisi tertentu yang dianggap nyaman bagi ibu. Tujuan posisi
kontraksi
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih
mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan
dagu ke dada.
distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba
menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
5. Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan
batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan
2. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan
tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki
yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini
bagi ibu bersalin adalah; 1) mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan; 2) lama
berikut
25
Posisi Rasionalisasi
Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung
yang sakit Membantu bayi melakukan rotasi
Peregangan minimal pada perineum.
Jongkok atau berdiri Membantu penurunan kepala bayi
Memperbesar ukuran panggul, menambah
28% ruang outletnya Memperbesar
dorongan untuk meneran (bisa memberi
konstribusi pada laserasi perineum
Posisi duduk atau setengah Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
duduk kelahiran kepala bayi dan mengamati atau
mendukung perineum.
Berbaring miring kekiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih
Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi
Membantu mencegah terjadinya laserasi.
nyaman.
BAB 3
METODE PENELITIAN
pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan
pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk menlihat
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur/ Skala
Operasional Ukur Ukur Kategori Ukur
1 Posisi Ibu hamil Kuesioner observasi 0= Dipilih Nominal
Semi tidur langsung 1=Tidak
Fowler terlentang dengan dipilih
dengan bantal check
mengganjal list
punggung
27
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Bidan
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Bidan Praktek Mandiri Anita Siburian
bulan Juni – Juli Tahun 2020. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.
menggunakan total sampling yaitu mengambil semua populasi yang ada dijadikan
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari individu yang diteliti. Data
primer disini adalah data yang didapat dari ibu yang sedang melahirkan
(BPM) dengan lembar observasi (check list) mengenai ruptur perineum dan posisi
langsung dengan check list untuk menilai posisi meneran ibu saat kala II serta
ruptur perineum pada ibu bersalin di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Anitawati
Siburian
lebih mudah dibaca dan di interprestasikan. Analisa data yang digunakan adalah
a. Editing
b. Koding
bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat analisa
c. Entry Data
program komputer
a. Analisa Univariat
persentase tiap variabel yang akan diteliti, Data kategorik dideskripsikan dengan
b. Analisa Bivariat
kemaknaan α =0,05. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan apabila p
Kemenkes RI. (2019). Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI. Diambil dari http://www.kemkes.go.id/download
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
Lieskusumastuti, A. D., & Suwinah, S. (2017). Hubungan Posisi Meneran Pada
Ibu Bersalin Normal Dengan Ruptur Perineum Di Bpm Tri Eri Boyolali
Periode Januari–April Tahun 2012. Jurnal Kebidanan Indonesia: Journal
Of Indonesia Midwifery, 4(2).
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:EGC
Marmi. (2016). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Prawitasari, E., Yugistyowati, A., & Sari, D. K. (2015). Penyebab Terjadinya
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3(2), 77-81.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Empat. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2011. h. 140-5; 158; 177-9; 183-5; 213;
282-7.
Rohani. Et Al. (2016). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, D., & Agustin, L. (2020). Faktor Penyulit Persalinan Pada Persalinan
Dengan Seksiosesarea Di Kediri. Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan (E-Journal), 11(1), 8-8.
Sagala, K. I. (2020). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum
Di Klinik Pratama Patumbak 2019.
Sarmala, L., & Utami, I. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Spontan Di Rsud Panembahan
Senopati Bantul.
Sulistyawati, A., Nugraheny, E. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta, Salemba Medika
Thakar, R., Sultan, A. H., Raynor, M. D., McCormick, C., & Keighley, M. R.
(2020). Care of the perineum, repair and female genital mutilation. Myles'
Textbook for Midwives E-Book, 420.
32
Untari, S., & Sehmawati, S. (2020). Hubungan Paritas Dan Cara Meneran Yang
Benar Dengan Kelancaran Persalinan Kala Ii. The Shine Cahaya Dunia
Kebidanan, 5(1).
Uswatun, H. (2020). Pengaruh Pemberian Posisi Berbaring Miring Terhadap
Derajat Kejadian Ruptur Prenium di BPM Sukaryawati, Amd. Keb Di
Desa Sendang Agung Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Lamongan).
Yanti. (2011). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Yulizawati.,Aldina.,Lusiana., & Feni. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan. Sidoarjo: Indomedia
Qoni’atur, R. O. H. M. A. H. (2020). Hubungan Teknik Meneran Dengan
Kejadian Ruptur Perineum Spontan Ibu Bersalin Normal Multigravida Di
Rsud Dr. Soegiri Lamongan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Lamongan).
Wiknjosastro, H. (2013). Ilmu Kandungan Edisi Keempat. Jakarta: PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
33
Lampiran 1
2. Pendidikan :
SD Diploma
SMP/sederajat S1
SMA/sederajat S2
3. Paritas :
Primipara
Multipara
Grandemultipara
BBLN
BBLR
Lampiran 2
Tanggal : ………………..
A. POSISI MENERAN
Petunjuk pengisian : Berilah tanda chek (√ ) pada kolom jawaban yang telah
disediakan.
B. ROBEKAN PERINEUM
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda chek (√ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4