Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIK STASE

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.E DENGAN


PERAWATAN PAYUDARA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMASRAWAT INAP SIULAK GEDANG
TAHUN 2022

Di susun oleh :

NELYANTI
213001080072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

TAHUN 2021-2022

196
LAPORAN PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP

STASE ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.EDENGAN


PERAWATAN PAYUDARA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAT INAP SIULAK GEDANG
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Jambi, 2022

Disetujui :
CI Akademik

( Bdn. ERA ZORA S.S.T, M.Kes)


NIDN: 1010300321428

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP

STASE ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.E DENGAN


PERAWATAN PAYUDARA
DIWILAYAHKERJAPUSKESMASRAWAT INAP SIULAK
GEDANG
TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :

NELYANTI
213001080072

Disetujui,
CI Akademik

(Bdn. ERA ZORA S.S.T, M.Kes)


NIDN:1010300321428

Mengetahui,
Ka.Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

( Bdn. Devi Arista, S.Keb. M.Kes )


NIK. 10103007 15008

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Nifas pada Ny.E

dengan perawatan payudara di wilayah kerja puskesmas rawat inap siulak

gedang” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini

adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah stase asuhan kebidanan nifas oleh Bu

Bdn. Era zora S.S.T,M.Kes. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang asuhan kebidanan Nifas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Bdn. Era zora S.S.T,M.Kes. yang

telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami

menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah

ini.

Kerinci, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 6
B. Tujuan.................................................................................9

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian........................................................................... 10
B. Etuologi.............................................................................. 16
C. Menifestasi Klinik.............................................................. 17
D. Patofisiologi.......................................................................19
E. Pemeriksaan........................................................................ 19
F. Penatalaksanaan.................................................................. 20

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kasus Terkait..................................................................... 23
B. Pengkajian......................................................................... 30
C. Analisa Data...................................................................... 32
D. Diagnosa Kebidanan......................................................... 33
E. Intervensi........................................................................... 33
F. Implementasi..................................................................... 33
G. Evaluasi............................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................43
B. Saran.................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu
negara ditentukan dan diukur dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) (Manuaba, 2010). AKI dan AKB di Indonesia
tergolong masih cukup tinggi, AKI tercatat mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tercatat 32 kematian per 1.000 kelahiran
hidup (SDKI, 2012).
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pemberian ASI
eksklusif pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional
yang mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu
penyebab ibu memutuskan memberikan susu formula pada bayinya.
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)
menegaskan bahwa bayi yang menggunakan susu formula memiliki
kemungkinan meninggal 2 dunia pada bulan pertama kelahirannya dan
kemungkinan bayi yang diberi susu formula adalah 25 kali lebih tinggi
angka kematiannya daripada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif,
oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu
nifas (Ummah, 2014).
Upaya pengeluaran ASI ada dua hal yang mempengaruhi yaitu
produksi dan pengeluaran.Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon
prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin.
Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui
isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi,
dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang,
rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga
dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI cepat keluar, pijat ini
dinamakan pijat oksitosin (Wulandari dkk, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2011)
tentang efektifitas kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap
1
produksi ASI menunjukkan bahwa kombinasi keduanya efektif dapat
meningkatkan produksi ASI.
Sedangkan penelitian Astuti dan Suryani (2010), mengatakan
bahwa terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
postpartum. Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam
Gemolong Sragen pada tanggal 27 Oktober 2015, diperoleh data jumlah
ibu nifas dari bulan Oktober 2014- Oktober 2015 sebanyak 1.272 orang
yang terdiri dari 494 orang (39%) ibu nifas fisiologi dan 778 orang (61%)
ibu nifas patologi. 3 Penyebab nifas patologi antara lain ASI tidak lancar
berjumlah 102 orang (13,1%), anemia berjumlah 82 orang (10,5%), puting
susu lecet berjumlah 79 orang (10,2%), retensio plasenta berjumlah 76
orang (9,8%), bendungan ASI berjumlah 75 orang (9,6%), preeklamsia
ringan berjumlah 70 orang (9%), preeklamsai berat berjumlah 67 orang
(8,6%), hipertensi berjumlah 63 orang (8,1%), atonia uteri berjumlah 59
orang (7,6%), infeksi luka perinium berjumlah 55 orang (7,1%), dan
mastitis berjumlah 50 orang (6,4%). Dari data di atas ibu nifas yang
mengalami ASI tidak lancar ada 102 orang (13,1%).
Pada Masa Nifas terdapat salah satu peristiwa penting meliputi
proses laktasi yang berkenaan dengan pemberian ASI. Kelancaran ASI
bagi ibu nifas sangatlah penting karena hisapan bayi pada payudara akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin
membantu involusi uterus, mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan dan berperan dalam proses pengeluaran ASI (Andina, 2018).
Faktor penyebab terjadinya ASI yang tidak lancar yaitu karena
makanan ibu, isapan bayi, frekuensi penyusuan, faktor psikologis,
perawatan payudara (Rudi, 2014). Saat bayi sudah lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2 – 3 hari, maka
dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary
lactogenic hormone (prolactin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh
estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hipofisis.

2
Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI tidak
lancar pada ibu nifas yaitu, pertama dengan caramengkonsumsi
sayursayuran dan buah–buahan yang dapat meningkatkan volume ASI.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara berkesinambungan terhadap Asuhan
Kebidanan nifas dengan perawatan payudara pada Ny.E di wilayah kerja
puskesmas rawat inap siulak gedang tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data Subjektif dalam memberikan
asuhan kebidanan nifas dengan perawatan payudara
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif dalam memberikan
asuhan kebidana nifas dengan perawatan payudara
c. Mampu melakukan Analisa dalam memberikan asuhan kebidanan
nifas dengan perawatan payudara.
d. Mampu melakuan tindakan yang akan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan nifas dengan perawatan payudara

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
a. Masa nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa
nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Saleha, 2009).
Sedangkan menurut Nugroho dkk (2014), masa nifas adalah masa
dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan.
2. Tahapan masa nifas Menurut Marmi (2014), tahapan masa nifas dibagi
dalam tiga periode yaitu:
1) Puerperium Dini Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ reproduksi selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.
3) Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila selama hamil
atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
3. Perubahan-perubahan pada masa nifas Menurut Astutik (2014),
perubahan-perubahan pada masa nifas antara lain:
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2) Lochea
Lochea adalah cairan/ sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea antara lain:
a. Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa ketuban, sel-sel selaput desidua
(desidua, yakni selaput lendir rahim dalam rahim dalam keadaan
4
hamil), vernik kaseosa (yakni kulit bayi, zat seperti salep terdiri
atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti
kulit janin), lanugo (yakni, bulu halus pada anak yang baru lahir)
dan mekoneum (yakni, isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas
getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman),
selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar
pada hari ke -3 sampai ke -7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7- 14 pasca persalinan.
d. Lochea alba Cairan putih, setelah 2 minggu masa nifas. Selain
lochea di atas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:
 Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Locheastasis Lochea tidak lancar keluarnya.
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan, serviks akan menutup.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan
tidak hamil. Setelah 3 minggu ruggae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
5) Payudara
Perubahan pada payudara meliputi penurunan kadar progesteron
secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan,
kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari

5
kedua dan ketiga setelah persalinan, dan payudara menjadi besar dan
keras sebagai tanda mulainya produksi ASI.
4. Kunjungan masa nifas Menurut Sulistyawati (2009), Pada masa nifas
diperlukan paling sedikit empat kali kunjungan pada masa nifas .
a. Kunjungan I: 6-8 jam setelah persalinan Kunjungan pertama
setelah persalinan dilakukan untuk mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu
dengan bayi yang baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi, dan jika petugas kesehatan menolong
persalinan, petugas harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
selama 2 jam 14 pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayinya dalam keadaan stabil.
b. Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan Kunjungan kedua atau
pada 6 hari setelah persalinan dilakukan untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau,
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit, dan memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan Kunjungan ketiga
atau 2 minggu setelah persalinan sama seperti kunjungan II
d. Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan Kunjungan keempat
atau 6 minggu setelah persalinan dilakukan untuk menanyakan
pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ibu atau bayi alami dan
memberikan konseling KB secara dini.
6
e. Komplikasi Masa Nifas Menurut Astutik (2014), komplikasi
masa nifas terdiri dari:
1) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah kelahiran bayi.
2) Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas adalah infeksi melalui traktus genetalia setelah
persalinan.Kenaikan suhu tubuh yang terjadi dalam masa
nifas dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan
sebab-sebab ekstra genital.
3) Pre Eklamsia dan Eklamsia
Pre Eklamsia pada masa nifas biasanya merupakan akibat
timbulnya pre eklamsia pada saat hamil ataupun bersalin,
sehingga masa nifas memerlukan observasi yang ketat
terhadap timbulnya gejala ulangan pre eklamsia.Dikatakan
eklamsia bila sudah terjadi kejang.
4) Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan
limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri
untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan over distensi dari
saluran sistem laktasi.
5) Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai
atau tidak disertai infeksi.
6) Tromboflebitis
Tromboflebitis postpartum lebih umum terjadi pada wanita
penderita varikositis atau yang mungkin secara genetik yang
rentan terhadap relaksasi dinding vena dan statis vena.
7) Depresi Post Partum
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu
mengalami stres setelah persalinan karena persalinan

7
merupakan perjuangan hidup seorang wanita terutama pada
ibu primipara.
f. Asuhan Pada Masa Nifas
1) Personal Hygiene
 Jaga kebersihan seluruh tubuh
 Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih   dahulu,
dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali selesai
buang air kecil atau besar.
 Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
 Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari
menyentuh luka.
2) Istirahat
a. Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan.
c. Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
d. Kurang istirahat akan mempengaruhi ASI ibu. 
3) Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali
menyusui).

8
d. Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
4) Inisiasi Meyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi
menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan
kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk
kita.Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan
waktu sekitar satu hingga dua jam.
b. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian ASI
ASI merupakan adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu (Nugroho dkk, 2014).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa
apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air
matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak diberikan
(Saleha, 2009).
2. Manfaat ASI Menurut Nugroho dkk (2014), manfaat pemberian ASI
antara lain:
1) Manfaat bagi bayi
a) Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi. ASI mengandung
lemak, karbohidrat, protein, garam, dan mineral serta vitamin.
b) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan. Sewaktu
menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan
memberikan manfaat untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interkasi
tersebut akan menimbulkan rasa aman dan kasih sayang.
c) Menyebabkan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapat ASI
akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
obesitas.
d) Mengurangi kejadian karies dentis Insiden karies dentis pada bayi
yang mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat
9
ASI, karena menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.
e) Mengurangi kejadian maloklusi. Penyebab maloklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
f) Mengandung zat protektif, terdapat protektif berupa laktobasilus
bifidus (penghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen),
laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4 (faktor pertahanan),
antibodi, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan alergi.
2) Manfaat bagi ibu
a) Aspek kesehatan ibu Isapan bayi akan merangsang
terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofise. Oksitosin akan
membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan postpartum mengurangi prevalensi anemia zat
besi.Selain itu mengurangi angka karsinoma mammae.
b) Aspek keluarga berencana Merupakan KB alami, sehingga
dapat menjarangkan kehamilan.
c) Aspek psikologis Ibu akan merasa bangga dan diperlukan
oleh bayinya karena dapat menyusui.
3. Manfaat bagi keluarga
a) Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi
jarang sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat.
b) Aspek psikologis Kelahiran jarang sehingga kebahagiaan
keluarga bertambah dan mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
c) Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis sehingga dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja serta tidak merepotkan
orang lain.
4.Manfaat bagi negara

10
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak Adanya
faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan kematian
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan
bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,
seperti diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan
bagian bawah.
b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Adanya rawat gabung
maka akan memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi,
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial
serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula ASI dapat
dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui, diperkirakan akan menghemat devisa sebesar Rp
8,6 milyar untuk membeli susu formula.
d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
c. Tanda Bayi Cukup ASI Menurut Saputra dan Lockhart
(2014), bayi dinilai cukup pemberian ASI bila tercapai
keadaan bila bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam
dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi menyusu
lebih sering setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari, bayi
20 tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan
tidur cukup, bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik,
cukup aktif dan bayi bertambah berat badannya rata-rata 500
gram per bulan.
d. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI Menurut
Ambarwati dan Wulandari (2009), faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI yaitu:
1) Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan
cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi

11
produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat
bekerja sempurna tanpa makanan yang cukup.
2) Ketenangan jiwa dan fikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
3) Penggunaan alat kontrasepsi Pada ibu yang menyusui bayinya
penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhartikan karena
pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi
produksi ASI. 21
4) Perawatan payudara Dengan merangsang buah dada akan
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon
progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon
oksitosin.
5) Anatomis buah dada Bila jumlah lobus dalam buah dada
berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian
produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang
menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan
berkurang.
6) Fisiologi Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama
prolaktin ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan
dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
7) Faktor istirahat Bila kurang istirahat akan mengalami
kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian
pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
8) Faktor isapan anak Bila ibu jarang menyusui anak dengan
segera dan berlangsung sebentar maka hisapan anak
berkurang, dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
9) Faktor obat-obatan Diperkirakan obat-obatan yang
mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan
12
oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI. Apabila hormonhormon ini terganggu
dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan
pengeluaran ASI.
e. ASI tidak lancar Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan
hipofise akan mengatur prolaktin dan oksitosin dalam darah.
Hormon- hormon ini sangat membantu untuk pengeluaran
permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan
pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu
tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya
proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh
bayi misalnya bila kekuatan isapan bayi yang kurang,
frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu
menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise
berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk
mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu
pertama kelahiran (Nugroho dkk, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut Suherni dkk (2008), penyebab bendungan ASI adalah
1) Terjadinya asal sekresi ASI
2) Pemakaian BH yang terlalu ketat
3) Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui
4) Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan.
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadinya bendungan
Asi adalah dapat terjadi karena sumbatan pada saluran Asi, karena tidak
dikosongkan seluruhnya. (Sujiyatini, 2009).
Menurut (Varney, 2008) terjadi akibat hambatan aliran air susu
karena tekanan internal atau eksternal misalnya pembesaran vena,
13
pemakaian BH yang ketat, dan pemakaian baju yang ketat. Bendungan air
susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding)
kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Sarwono, 2009).
Bendungan payudara dapat terjadi karena adanya peningkatan
aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri
untuk laktasi.(Prawirohardjo, 2006).
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam
payudara, serta merangsang produksi colostrum. Produksi ASI tidak
berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon
estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya
kadar prolaktin dan produksi ASI.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui
duktus ke sinus lactiferous.Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh
kelenjar hypofisis posterior.Oksitosin memasuki darah dan menyababkan
kontraksi sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli
melalui duktus lactiferous, tempat ASI akan disimpan.
Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke
mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau
“pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan
hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau
sekedar memikirkan tentang bayinya (Sulistyawati, 2009)
.
C. PATOFISIOLOGI

Pembengkakan payudara atau bendungan ASI terjadi karena ASI


tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sitem

14
duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.Payudara bengkak
ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis
pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya
tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering
terasa penuh, tegang, serta nyeri.Kemudian diikuti oleh penurunan
produksi ASI (Saleha, 2009).
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel khusus. Proses ini
disebut “reflek prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI
tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini, laktasi reflek ini tidak dipengaruhi
oleh keadaan emosi ibu. Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan
emosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila
merasakan nyeri. Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen
dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi,
dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air Asuhan Kebidanan pada..., Furri Purna Candri,
Kebidanan DIII UMP, 2013 susu, tetapi untuk mengeluarkannya
dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas
apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air
susu (Wiknjosastro, 2005).
Kepenuhan fisiologis menurut Mochtar (2000) adalah sejak hari
ketiga sampai hari keempat setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.Hal ini bersifat fisiologis dan
dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
15
penuh tersebut pulih dengan cepat.Namun dapat berkembang menjadi
bendungan.Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat.
Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.Tanda dan gejala
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi
ASI dengan bendungan ASI :
1) Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras, dan tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dan kadang-kadang
menetes keluar secara spontan. Asuhan Kebidanan pada..., Furri Purna
Candri, Kebidanan DIII UMP, 2013
2) Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak keluar bila diperiksa atau dihisap. Tanda dan gejala menurut
(manuaba 2010 )
a) Rasa berat pada payudara
b) Payudara terasa panas
c) Badan terasa panas sampai meningkat
d) Payudara bengkak
e) Puting susu kencang
f) Payudara terasa nyeri
g) ASI tidak keluar Tanda dan gejala menurut (Saiffudin, 2008)
1) Pembengkakan payudara bilateral
2) Payudara terasa panas
3) Kadang terasa nyeri
4) Tidak terdapat tanda kemerahan Tanda dan gejala menurut (Saleha,
2009)
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui
oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan
sulit diisap oleh bayi. Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu
merasa demam, dan payudara terasa nyeri.oleh karena itu, sebelum disusukan

16
kepada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahlu agar
payudara lebih lunak sehingga bayi lebih mudah menyusu.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada bendungan payudara biasanya tidak
diperlukan, dan diagnosis dapat ditegakkan dari gambaran klinis saja.
Pemeriksaan kultur bakteri dapat dilakukan atas indikasi, misalnya
mastitis berulang atau hospital-acquired mastitis.

E. PENATALAKSANAAN
1. Bila ibu tidak menyusui
a. Perawatan Payudara
Menurut Walyani dan Purwoastuti 2015.Perawatan payudara
adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
 Tujuan Perawatan Payudara
Memelihara hygiene payudara, melenturkan dan menguatkan
puting susu. payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup
untuk kebutuhan bayi, dengan perawatan payudara yang baik ibu
tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah
sehingga kurang menarik, dengan perawatan payudara yang baik
puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi dan
melancarkan aliran ASI.
 Waktu Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan pertama kali pada hari kedua
setelah melahirkan dan dilakukan minimal dua kali sehari.
 Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 harisesudah bayi lahir, hal tersebut dilakukan 2 kali
sehari.
Persiapan alat:

17
 Baby oil secukupnya.
 Kapas secukupnya.
 Washlap 2 buah.
 Handuk bersih 2 buah.
 2 baskom berisi air (hangat dan dingin).
 BH yang bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari
bahan katun.
Persiapan Ibu:
 Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk.
 Baju ibu bagian depan dibuka.
 Pasang handuk.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. EDENGAN
PERAWATAN PAYUDARA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAT INAP SIULAK GEDANG

Tempat : Di Puskesmas Rawat Inap Siulak Gedang


Praktek/Ruang
NomorMR :-

MasukRS/klinik./Tgl :30 Agustus 2022

Pembimbinglahan/CI : Bdn. Era zora, S.ST,M.Kes

Pengkajiantanggal : 30 Agustus 2022. Jam 10.10 WIB Oleh NELYANTI

Sumberdata : Wawancara Langsung

I. PENGKAJIAN DATA

A.DataSubyektif
1.Identitas Pasien Suami
Nama :Efla Yulianti Yopa

Umur :26Tahun 28 Tahun

Agama :Islam Islam

Pendidikan :SMA SMA

Pekerjaan :IRT WIRASWASTA

19
Suku/Bangsa :Melayu / Indonesia Melayu / Indonesia

Alamat :Siulak Gedang Siulak Gedang

2.RiwayatKesehatanKeluhanUtama:
Ibu mengatakan payudaranya terasa keras dan terasa sakit..

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu Mengatakan ini persalinan pertama pada Tanggal 26 Juli 2022
jam 09.30 wib. Jenis kelamin Laki-laki, berat badan 3200 gr dan
ditolong oleh bidan di ruang VK puskesmas.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menurun.

5. Riwayat Haid
 Menarche : 12 tahun
 Teratur/Tidak : Teratur
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 5-6 hari
 Konsistensi : Encer
 Keluhan : Tidak Ada
 Warna : Merah Kehitaman
 Bau : Amis
 Haid Terakhir tgl : 20 Oktober 2021

6. Riwayat Perkawinan
 Kawin 1 Kali
 Umur kawin pertama : 21 Umur Suami : 23
20
 Umur Kawin Kedua :- Umur Suami :-
 Umur Perkawinan Dengan suami sekarang : 1 tahun

7. Riwayat Obstetri
Ibu Mengatakan inimerupakan persalinan pertama G1 P1 A0 H1
melahirkan tanggal 30 Agustus 2022, dengan jenis kelamin lakilaki,
berat badan lahir 3200 gram, dan ditolong oleh bidan di puskesmas.
- Riwayat Kehamilan yang Lalu

PemeriksaanKehamilan T
Berapa Kali Oleh T.T e
r
1.
1
INI
1.

2. Riwayat Persalinan yang lalu

Jenis Anak P
L/P H/M BB/PB
e
n
Kelahiran Volume o

1. INI

3. Riwayat Nifas yang Lalu


- Riwayat Kehamilan Sekarang

PemeriksaanKehamilan S

21
Tahun Keluhan Berapa Oleh T.T

No
2022 TM 1: Mual 3x TM I Bidan TT I Caten
Muntah
3x TM II Bidan TT 2 UK 8
TM II : Tdk Ada minggu
4x TM III Bidan
TM III : Sakit TT 3 UK
Pinggang 28 minggu

- Riwayat Persalinan Sekarang


Persalinanmulai tanggal 26 Juli 2022 Jam : 9.30 wib
JenispersalinanSpontan presentasi Kepala janin Hidup Tunggal
Selaputketuban pecah spontan/dipecahjam : di pecahkan jam 9.00
wib
Tanggal 26 Juli 2022 di Ruang VK Puskesmas
Kelahiranplacenta : Jam 9.45 wib
Kelengkapanplacenta : Lengkap
Ukuran placenta

- Diameter : 22 cm Kelainan Tidak Ada


- Tebal : 2,5 cm
- Berat : 470 gram
- Panjangtalipusat : 50 cm
- Inersiotalipusat : Sentralis

Keadaanperineum :Ruptur/ episiotomi : Tidak Ada Ruptur

Lamanya Persalinan :

 Kala I : 7 jam
 Kala II : 20 Menit
 Kala III : 15 Menit
 Jumlah : 7 jam 35 menit

22
Volume Darah Yang Keluar :

 Kala I : 20 cc
 Kala II : 100 cc
 Kala III : 50 cc
 Kala IV : 100 cc
 Jumlah : 270 cc

Keadaan Janin : Hidup Tunggal

Lahir Langsung menangis kuat/merintih : Langsung menangis

APGAR Skore 1 Menit : Teratur 5 Menit : Teratur

Jenis Kelamin : Laki-laki

Berat Badan/Panjang Badan : 3200 gram / 49 cm

Lingkar Kepala : 35 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Lengan Atas : 11 cm

Kelainan : Tidak Ada

No. Metode/ Tgl/Bln/ Tempat Keluhan Penangg Tgl/Bln/Th


Cara Th Pelayanan ulangan Berhenti/Alasan

8. Riwayat Keluarga Berencana

1. Pola Kebiasaan
a. Aspek Fisik Biologis
1) Pola Nutrisi
Frekuensi : 3 x sehari
Komponen Makanan : Nasi, Sayur,, Lauk Pauk
Makanan Selingan : Biskuit,,Buah-buahan
Makanan Pantang : Tidak Ada
Alergi Makanan : Tidak Ada
23
Volume Minum/Hari : 6-7 gelas / hari
Jenis Minuman S : Air Putih
2) Pola Eliminasi
Buang Air Besar : 1x/hari
Buang Air Kecil : 5-6 x/hari

3) Pola Aktivitas dan Istirahat


Aktivitas sehari-hari : Mencuci, bermain dengan anak
Lamanya Beraktivitas : 1-3 jam
Keluhan selama beraktivitas : Lelah,,Capek
Penanggulangan : Di bantu oleh keluarga
Tidur malam dari jam : 9 sampai jam 5 pagi
Keluhan : Tidak Ada
Tidur Siang : 1-2 jam

4) Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Menggosok Gigi : 2 x sehari
Mencuci Rambut : 3 x seminggu
Memotong Kuku : 1 x seminggu
Mengganti pakaian luar/dalam : 2 x sehari
Membersihkan Genetalia : 2 x sehari

b. Aspek Mental, Intelektual Sosial, Spiritual


Konsep Diri : Baik
Intelektual : Baik
Hubungan Interpersonal : Baik
Mekanisme Koping : Baik
Support Sistem : Baik
c. Data Psikososial
Penghasilankeluargaperbulan :Rp. 2 juta
Responpasienterhadapkelahirananaksekarang : Senang
24
Responkeluargaterhadapkelahirananaksekarang : Bahagia
Rencanapengasuhananak : Tidak ada
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Tanda Vital - Tensi : 110//80 mmhg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 38,5
- Pernafasan : 20x/menit

Kepala - Bentuk : Normal

- Bentuk : Bersih, Warna rambut hitam

Muka - Mata : Sklera Putih, Conjungtiva merah


muda

- Hidung : Bersih, Tidak ada polip

- Mulut/gigi : Bersih,, Gigi tidak ada caries

- Telinga : Bersih,, Simetris Tidak ada secret

Leher : Tidak Ada pembesaran kalenjer tiroid

Dada - Bentuk : Simetris

Abdomen - Bekas Operasi : Tidak ada

- TFU : Pertengahan Pusat


Sympisiss

- Kontraksi : Keras

Ekstermitas Atas : Tidak ada oedem


25
Ekstermitas Bawah : Tidak ada oedem

Genitalia - Luka : Ada Bekas Jahitan

- Oedema : Tidak

- Jahitan : Derajat I

- Lochea : Warna : Merah Kehitaman


: Volume : 10 ml
: Bau : Amis

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : HB 11,1 gr//dl

b. Lain-lain : Golongan Darah O

II. INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA


a. Diagnosa Kebidanan : Ny.E umur 26 tahun post partum hari
ke 4 dengan ASI tidak lancar
Data Dasar :

DS : Ibu mengatakan habis melahirkan tanggal 26 Juli 2022 jam


09.30 wibJenis kelamin bayi Laki-laki, Berat Badan 3200 gr di
tolong oleh bidan.

DO : Pada pemeriksaan Fisik didapatkan TFU pertengahan pusat dgn


simpisis.

b. Masalah : Ibu mengatakan ASI nya belum keluar.


c. Kebutuhan :
 Memberikan support mental pada ibu

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


Bendungan ASI
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/ KONSULTASI / RUJUKAN

26
Kompres hangat

V. RENCANA TINDAKAN
1. Informasikan Kepada ibu tentang kondisinya
2. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang
bergizi

3. Anjurkan ibu untuk memakai BH yang menyangga payudara

4. Ajarkan ibu teknik posisi menyusui yang baik dan benar

5. Ajarkan ibu tentang perawatan payudara

VI. IMPLEMENTASI
1. Mengimformasikans kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu
mengalami bendungan ASI
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang
bergizi
3. Menganjurkankan ibu untuk memakai BH yang menopang payudara
4. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar
5. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara

VII. EVALUASI
1. Dengan menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya maka ibuakan
mengerti sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakandan
anjuran petugas kesehatan.
2. Dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi akan
dapat memperbanyak dan memperlancar ASI misalnya daun katubbayam
dan lain lain.
3. Dengan menganjurkan ibu untuk memakai BH yang menopang payudara
agar payudara tidak basah bila bayi siap menyusu.
4. Menganjarkan ibu Teknik Menyusui yang baik dan benar
 Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang.
 Memasukkan semua areolla mammae kedalam mulut bayi.
27
 Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring sesuai
kenyamanan dengansantai dan dapat menggunakan
sandaran(bantal) pada punggung.
 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang
dibawah payudara.
 Berikan asi pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam
atau dengan cara on demand.
 Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti
pada payudara yangsatunya.
 Setelah selesai menyusui oleskan asi kepayudara, biarkan kering
sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk
mencegah lecet pada putting.
 Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan
udara dari lambungbayi agar bayi tidak kembung dan muntah.
5. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara
 Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut
keatas lalu kesamping
 kemudian urut kebawah hingga tangan menyanggah payudara
kemudian sentakkan kebawah payudara secara perlahan.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal kearah putting.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan pada ibu Nifas pada Ny.E
dengan bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Siulak Gedang
Kabupaten Kerinci pada tanggal 30 Agustus 2022 jam 10.10 wib. Disini penulis
akan membahassecara teoritis dengan pelaksanaannya.Pada bab ini membahas
mengenai di mulai dari Pengkajian data, interpretasi data,
mengidentifikasimasalah potensial, identifikasitindakan segera/konsultasi/rujukan,
rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.

I. Pengkajian Data
Pada pengkajian data yang penulis peroleh pada ibu nifas Ny.E
IbuMengatakan ini persalinan pertama pada Tanggal 26 juli 2022 jam 09.30
wib. Jenis kelamin Laki-laki, berat badan 3200 gr dan ditolong oleh bidan di
ruang VK puskesmas.Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, merah,
nyeri, panas dan terasakeras sejak sesudah melahirkan.ibu mengatakan suhu
badannyaterasa panas yaitu 38’5 c dan ibu mengatakan bayi nya malas
menyusu. ibu tidak pernah mengalami keguguran. Ibu tidak ada riwayat
penyakit menular, ataupun menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik,
kesadarancomposmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
38’,5 C,penapasan 22x/menit.
Berdasarkan pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada pola
istirahat pada partisipan 1 Istirahat siang ½ - 1 jam, istirahat malam 7-8 jam,
pola istirahat partisipan 2 Istirahat siang ½ jam, istirahat malam 4-5 jam
sering terbangun pada malam hari diakibatkan anak rewel karna asupan ASI
nya kurang dikarnakan produksi ASI ibu tidak lancar. Hal ini sesuai dengan
teori yang diungkapkan oleh Mansyur & Dahlan (2014), bahwa jika ibu

29
kurang istirahat akan mengurangi jumlah Asi yang diproduksi oleh ibu,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada palpasi payudara, hasil dari
pemeriksaan menunjukkan bahwa partisipan 1 produksi ASI yang
dikeluarkan sedikit, dan pada partisipan 2 produksi ASI yang dikeluarkan
sedikit, ada lepuhan putih pada puting. Hasil yang didapat bahwa
pemeriksaan palpasi payudara pada ibu nifas yang mengalami ASI tidak
lancar terdapat pengeluaran ASI sedikit, dan ada lepuhan putih pada puting.
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan
gejala yangtimbul pada kasus bendungan ASI.Hal ini membuktikan bahwa
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

II. Interpretasi Data / Diagnosa


Hasil pengkajian data yang diperoleh diagnosa Ny.E Post Partum
Hari ke 4dengan masalah Bendungan ASI. Pada pemeriksaanfisik
ditemukan TFU pertengahan pusat dengan simpisis. Ibu mengeluh
payudaranya terasa bengkak,merah danterasa keras ibu mengatakan ASI
nya belum keluar.
Berdasarkan interpretasi data dasar diagnosa pada pasienP1A0 4
hari pasca persallinan, keadaan ibu baik dengan ASI tidak lancar, keadaan
ibu baik dengan ASI tidak lancar dan ada lepuhan putih pada puting.
Penyebab terjadinya produksi ASI tidak lancar yaitu Karena Ibu
tidak menyusui bayinya secara teratur, dan kurang melakukan perawatan
payudara, hal tersebut yang menyebabkan produksi ASI ibu tidak lancar
Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Yanti, 2017).

30
Sedangkan Tanda dan gejala yang dialami pada ibu dengan bendungan
ASI adalah payudara bengkak, keras,nyeri bila ditekan, warnanya
kemerahan, suhu tubuh sampai 38◦C (Rukiyah, Yulianti 2012).
Berdasarkan teori Maryunani, Setelah proses persalinan berakhir
terjadiproses involusi uteri yang ditandai dengan penurunan tinggi fundus
uteri yang terjadiberangsur-angsur, uterus ibu yang baru melahirkan masih
membesar, jika diraba dariluar tinggi fundus uteri kira – kira 1 jari bawah
pusat. Pada hari kedua biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi
(Maryunani, 2009).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan payudara ibu tampak
merah,bengkak, keras, panas dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi.
Berdasarkan teorimenurut Rukiyah dan Yulianti, tanda dan gejala yang
muncul pada ibu denganbendungan ASI adalah payudara bengkak, keras,
nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38’C (Rukiyah,
Yulianti 2012:).
Demam yang dialami oleh ibu merupakan gejala yang berasal dari
gejalabendungan ASI saja karena pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
(head to toe) tidakditemukan suatu masalah lain yang dapat menimbulkan
demam pada ibu.Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak
ada perbedaan dengantinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus.
III. Identifikasi Masalah Potensial
Berdasarkan data-data yang ada telah ditemukan masalah potensial yaitu
terjadinya Mastitis pada ibu.
IV. Identifikasi Tindakan Segera / Konsultasi / Rujukan
Dengan ditemukan masalah hal yang sebenarnya dianjurkan pada
ibu yang belum/tidak menyusui karena kondisi yang belum
memungkinkan untuk menyusui yaitu menyangga payudara ibu,
melakukan kompres hangat pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakitdan dipijat atau memakaiBH yang menopang
payudara, ajarkan ibu untuk melakukancara menyusui yang benar,

31
melakukan kompres hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah
menyusui.
Menurut hasil penelitian Liva Maita, 2016. Hasilnya menunjukkan
bahwa pada ibu-ibu pasca melahirkan di hari pertama yang mengalami
bendungan ASI dan ASI nya belum keluar dengan lancar mengalami
peningkatan produksi ASI dan bendungan ASI teratasi setelah dilakukan
pijat oksitosin dan pada hari berikutnya ASI bertambah lancar, hal ini
jugamembuat tubuh ibu rileks, lebih nyaman, dan kelelahan setelah
melahirkan juga berkurang.

V. Intervensi
Rencana asuhan pada ibu nifas Ny.E telah dilakukan sesuai
dengan teori. Yaitu Pemberian konseling tentang kondisi ibu yang
mengalami mastitis, kebutuhan nutrisi selama masa nifas, pemijatan untuk
mengurangi nyeri, dan menganjurkan makan makanan bergizi juga
sayuran hijau, teknik pijat oksitosin, dan mengajarkan ibu cara memerah
ASI dengan tangan untuk mengosongkan payudararencana tindakan
seperti hari sebelumnya, serta ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar,
Menurut hasil penelitian jurnal internasional Denis Cl, dkk, 2014.
Hasilnya adalah bahwa teknik menyusui yang benar sangat berpengaruh
pada proses pemberian ASI karena ada banyak manfaat yang dirasakan
oleh ibu jika ibu menyusui dalam posisi yang benar di antaranya adalah
ibu merasa rileks, nyaman saat menyusui, bayi akan mendapatkan ASI
yang optimal sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi pun baik.
Dan yang sangat penting saat menyusui dalam posisi yang benar akan
mencegah terjadinya puting susu lecet dan jika puting susu tidak lecet
maka proses menyusui akan lancar dan tidak akan terjadi bendungan ASI.

VI. Implementasi

32
Pelaksanaan asuhan kebidanan nifas pada Ny.E pada tanggal 30
Agustus 2022 telah diterapkan yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan,
konseling tentang kondisi ibu yang mengalami bendungan ASI,
KIE kebutuhan nutrisi dan perawatan bayi sehari-hari selama masa
nifas, pijatan payudara untuk mengurangi nyeri, dan tindakan mandiri
selama 3 hari yaitu pijat oksitosin, perawatan payudara dan mengajarkan
ibu cara memerah ASI dengan tangan untuk mengosongkan payudara,
Namun dalam hal pelaksanaannya terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek yaitu dalam melakukan asuhan ibudiberikan paracetamol 500 mg
karena ibu demam dan suhunya 38’c namun dalam melakukan breast care,
pijat oksitosin dan cara menyusui yang benar telah dilakukan sesuai
perencanaan, berdasarkan teori dan kerjasama.
Perawatan payudara sebaiknya dilakukan 2 kali sehari sebelum
mandi dilakukan pada pagi dan sore hari selama 30 menit akan membantu
kelancaran pengeluaran ASI dan jika dilakukan secara teratur akan
memudahkan bayi dalam mengkonsumsi ASI. Sehingga proses perawatan
payudara secara langsung memberikan efek terhadap kelancaran produksi
ASI.
Menurut hasil penelitian jurnal internasional Mangesi L, dkk,
2016. Hasilnya adalah bahwa telah dilakukan beberapa asuhan dalam
mengatasi masalah pada ibu yang mengalami bendungan ASI pada hari
pertama dan kedua pasca melahirkan selama 3 hari diantaranya dengan
asuhan Akupuntur, perawatan medis, daun kubis dan perawatan payudara.
Hasilnya menunjukkan bahwa dengan perawatan payudara secara teratur
bendungan ASI teratasi paling cepat dibandingkan asuhan yang lainnya
dan ibu juga merasa nyeri berkurang dan ASI mulai lancar.

VII. Evaluasi
Evaluasi ini dimulai dari pengkajian sampai dengan implementsai,
dilaksanakan setiap saat sehingga jika terjadi komplikasi dapat segera
diatasi, masalah juga dapat diatasi dengan baik. Pada tahap pertama

33
penulis melakukan tindakan kepada pasien dengan payudara bengkak dan
melakukan pengkajianmeliputi pengkajian yang lengkap. Payudara
bengkak teratasi pada hari ke-2 pemberian asuhan, tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek
Penegakan diagnosa payudara bengkak dengan tanda dan gejala,
melakukan penatalakasanaan sesuai dengan rencana dan kebutuhan.
Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. E dilakukan pada tanggal 30 JULI
2022 pelaksanaan asuhan sesuai dengan rencana dan kebutuhan.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena evaluasi
dilakukan setelah 4 hari. Penatalaksanaan bendungan ASI sudah dilakukan
sesuai teori dan sudah teratasi, karena setelah melakukan perawatan
payudara, pijat oksitosin dan mengajarkan posisi menyusui yang benar,
payudara ibu sudah tidak bengkak , ibu sudah tahu dan paham tentang
teknik menyusui yang benar dan keadaan Ny.E baik, dengan tekanan darah
110/70 mmHg, suhu 36,5◦C, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, dan ibu
sudah dapat menyusui bayinya dengan baik.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang dilakukan dengan 7 langkah varney
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian data dasar yaitu data subjektif dan data objektif , dari hasil
pengkajian pada Ny.EIbu mengatakan habis melahirkan tanggal 26
JULI 2022 jam 09.30 wib Jenis kelamin bayi Laki-laki, Berat Badan
3100 gr di tolong oleh bidan. Pada pemeriksaan Fisik didapatkan TFU
pertengahan pusat dengan simpisis.ibu mengeluh payudaranya terasa
penuh, bengkak, nyeri pada payudara saat ditekan. Berhubungan
dengan keluhan yang ibu rasakan mengakibatkan rasa cemas ibu
terhadap bayinya.
2. Pada asuhan kebidanan ini dapat diinterpretasikan diagnosa kebidanan
sesuai pengkajian yaitu Ny.E P1A0 umur 21 tahun postpartum hari
ke-4 dengan bendungan ASI. Serta timbulnya masalah ibu merasa
cemas dengan keadaannya saat ini serta khawatir pada bayinya.
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi jika keluhan tidak teratasi yaitu
terjadinya mastitis. Namun penulis menetapkan diagnosa potensial
35
karena dalam hasil pengkajian sampai dengan penatalaksanaan ibu
dalam keadaaan batas normal dan masalah dapat teratasi.
4. Intervensiyang dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan segera
yang harus diambil adalah menganjurkan pada ibu nifas untuk
menyangga payudara ibu, melakukan kompres hangat pada payudara
untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit dan dipijat atau
memakai BH yang menopang payudara, ajarkan ibu untuk melakukan
cara menyusui yang benar, melakukan kompres hangat sebelum
menyusui dan kompres dingin setelah menyusui sehingga bendungan
asi pada ibu dapat teratasi.
5. Implementasi pada langkah ini, Ny. E, rencana asuhan yang diberikan
secara menyeluruh sesuai dengan keluhan dan keadaan ibu yaitu
dilakukan tindakan seperti pengosongan payudara, perawatan
payudara, pijat oksitosin, cara menyusui yang benar, konseling
kebutuhan nutrisi masanifas dan memberikan dorongan moril pada ibu
yang merasa cemas dengan keadaannya.
6. Pada penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny.Esudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitudilakukan pengosongan
payudara, perawatan payudara, pijat oksitosin, teknik menyusui yang
benar serta konseling-konseling yang membantu ibu tetap optimis
untuk kesehatan payudaranya.
7. Pada evaluasi, hasil evaluasi yang didapatkan dari Ny. E adalah
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, ibu sudah dapat
melakukan breast care sendiri, suami sudah bisa membantu ibu
melakukan pijat oksitosin, sudah menyusui bayinya dalam posisi yang
benar, nyeri dan bendungan ASI sudah mulai berkurang, ASI keluar
lancar, ibu merasa lebih nyaman, ibu bersedia untuk menyusui bayinya
sesering mungkin dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

B. Saran
1. Bagi Ibu Nifas

36
Diharapkan pada ibu menyusui untuk memberikan ASI secara
eksklusif, menyusui dalam posisi yang benar, dan melakukan
breast care maupun pijat oksitosin secara teratur untuk
meningkatkan dan melancarkan produksi ASI serta mencegah
terjadinya bendungan ASI.
2. Bagi Institusi Pelayanan Puskesmas
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik dan diharapkan bidan
dapat memberikan / melaksanakan sesuai standar asuhan kebidanan
khususnya ibu yang mengalami bendungan ASI.
3. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Adiwangsa Jambi
Diharapkan asuhan kebidanan nifas dapat sesuai dengan standar
yang diberikan pada ibu nifas dan diharapkan Laporan kasus ini
sebagai bahan masukan, sebagai tambahan bahan wacana dan
referensi, agar dapat mempertahankan mutu pembelajaran di
akademik maupun perpustakaan khususnya mengenai ibu nifas
dengan bendungan ASI.

37
JurnalKeperawatanSoedirman(TheSoedirmanJournalofNursing),Volumef0,No.3,November20f5

MENGATASIMASALAHPENGELUARANASIIBUPOSTPARTUMDENGAN
PEMIJATANOKSITOSIN

NoviaTriTresnaniPutri,Sumiyati

Prodi D III Kebidanan PurwokertoPoltekkesKemenkesSemarang


Email: 007sumiyati@gmaiI.com

ABSTRACT
Theproblemofproductionandexcretionofbreastmilkonthefirstdaysafterbirthdueto lackof
stimulationof the prolactin and oxytocinhormones, become an obstacle for early
breastfeeding.Therefore, intensiveefforts areneeded tohelpproduction andexcretion of breast
milk, by oxytocinmassage.This research to identifythe effect of oxytocin massage
onbreastmilkexcretionamongpost-partummothers.Apre-experimentaldesignwithone shoot
case study was conducted. The samplingmethod was accidentalsampling.Twelve postpartum
mothers were randomly selected into foursample groups. Data was analyzed
usingregressionandAnovastatisticalanalysis.The resultshowed the age ofmothersis 25-30
years old (75%), the senior high school graduate (41.7%), primiparaand multipara
(50%).According to the analysis result using regression and Anova statistic, was got
thatthecountedp0.000sotherewasaneffectofoxytocinmassageonbreastmilk excretion
significantly.The conclusion ofthis research there is aneffect of oxytocin

38
massageonbreastmilk excretionsignificantly.Thelongertodooxytocin massageon post-
partummother,so faster time to breast milkexcretion.

Keywords:breastfeed,breastmilk,excretion,oxytocinmassage

ABSTRAK
Masalah produksi dan pengeluaranASI pada hari-haripertama setelah melahirkankarena kurangnya
rangsanganhormon prolaktindan oksitosin, menjadi kendaladalam pemberian
ASIsecaradini.Dibutuhkanusahaintensifuntukmembantuproduksidanpengeluaran
ASI,salahsatunyadenganpijatoksitosin.Tujuanpenelitianiniuntukmengetahuipengaruh
pijatoksitosinterhadappengeluaranASIpadaibupostpartum.Metodepenelitianini menggunakan
desain pre eksperimentaldengan rancangan one shoot case study. Metode pengambilansampeldengan
accidentalsampling. Sampelberjumlah 12 orangibu post partum yangdibagi dalam4 kelompoksecara
acak. Analisisstatistikyangdigunakanpada penelitian ini adalah analisis Regresi dan Anova. Hasil
penelitianmenunjukkanumur rata- rataibu 20-35 tahun (75%), latarbelakangpendidikanSMA
(41,7%),primipara(50%) dan
0
multipara(50 /).BerdasarkanhasilanalisisujistatistikRegresidanAnovadidapatkan
bahwanilaip0,000(p<0,05)adapengaruhpijatoksitosinterhadappengeluaranASI secara bermakna.
Kesimpulan terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI padaibu post
partumsecarabermakna. Semakin lamadilakukan pijatoksitosinpadaibu postpartum,maka
semakincepat waktu pengeluaranASI.

Katakunci:ASI,pjatoksitosin,pengeluaran,menyusui

39
PENDAHULUAN kurangnya pelayanan konseling laktasi
Indikatorderajatkesehatanmasyarakat dandukungan daripetugas kesehatan,
tercermindalam kondisi angka kematian baik faktorsosialbudaya,kondisiyangkurang
ibu maupun anak. Salah satu tujuan memadaibagiparaibuyangbekerja,dan
Millenium Development Goals (MDGs), gencarnya pemasaran susu formula
tujuankeempat adalah mengurangi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
angkakematiananakdengancakupan 2012).
yangdiharapkanpadatahun2015yaitu
23/1.000kelahiranhidup(Bappenas, Usaha untuk merangsang hormon
2010). Angka Kematian Bayi (AKB) prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
ProvinsiJawaTengahsudahmelampaui melahirkan selain dengan memeras ASI,
target Millenium Development Goals dapatjugadilakukandenganmelakukan
(MDGs) tetapi mengalami peningkatan perawatanpayudara,inisiasimenyusu dini
dariTahun2011sebesar11,50/1.000 (IMD), lama dan frekuensi menyusui
kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi secaraondemand,sertapijatoksitosin
11,85/1.000 kelahiran hidup (Bahiyatun,2009,DepkesRI,2007,
(DinasKesehatanProvinsiJawaTengah,
2012) Rukiyah,2011).
Salah satu upayauntukmenurunkan Pijat oksitosin merupakansalahsatu solusi
angkakematianbayimelaluiprogramair susu ibu untukmengatasi ketidaklancaran
(ASI) eksklusif. ASI eksklusif dapat produksiASI.Pijatoksitosininidilakukan untuk
menurunkan risikokematian akibatinfeksi merangsang reflekletdown.Pijat
saluran nafas dandiare, karena oksitosindilakukandengancaramemijat
ASIterbuktimemilikibakteri yang padadaerahpunggungsepanjangkedua
menguntungkandan zat-zat yang sisitulangbelakangsehinggadiharapkan dengan
dibutuhkanolehbayiuntuk membentuk pemijatanini ibu akan merasa
mikroflora usus yang pentinguntuksistemdaya rileksdankelelahansetelahmelahirkan
tahan tubuh bayi.Inisiasi Menyusu Dini(IMD) akanhilang.Jikaibumerasanyaman, santai,
akan sangat membantudalam kelangsungan dan tidak kelelahan dapat membantu
pemberianairsusuibueksklusif(Wiji, 2013). merangsang pengeluaran hormonoksitosin
Pijat oksitosindapat dilakukan sebelum
Menurutdata yangdirilisoleh Dinas memerah ASI
KesehatanProvinsi Jawa Tengah pada tahun dilakukanolehibu(Perinesia,2007,Wiji,
2012 tentangASI Eksklusif menunjukkan 2013,Mardiyaningsih et a/.,2011).
bahwa pemberian ASI Eksklusif di
kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun Penelitianinimengidentifikasiwaktu
2012 mengalami penurunandari tahun 2011 pemijatanoksitosinyang efektif untuk
sebesar 45,36% menjadi25,6% pada tahun pengeluaranASI,menganalisapengaruh
2012.Beberapa hal yang menghambat pijatoksitosinterhadappengeluaranASI pada ibu
pemberian ASI Eksklusif adalah rendahnya post partum di Ruang Flamboyan RSUD Prof.
pengetahuan ibu dan keluarga lainnya Dr. Margono Soekarjo PurwokertoTahun 2014.
mengenaimanfaatASI
dancaramenyusuiyangbenar,
METODEPENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah pre
experimental dengan rancangan
penelitianoneshootcasestudy.One
40
shoot case study yaiturancangan Instrumen dalam penelitian ini dengan
penelitianyangterdapatsatukelompok diberi lembar observasi dan checklist.Observasi
treatment (perlakuan) dan selanjutnya di atau pengamatan adalah teknik
observasi hasilnya (treatment)adalah pengumpulandata yang dilakukan secara
sebagai variabel independen dan hasilnya langsung oleh peneliti kepada
sebagai variabeldependen(Ramlan,2013). obyekpenelitiandengancaramelihat atau
Populasi dalam penelitian ini adalah mengawasi secara terus menerus sampai
semuaibu nifas di Ruang Flamboyan RSUD batas waktu yang ditentukan
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (Ramlan,2013).Lembar observasi atau
bulan MaretTahun2014.Sampeldalam pengamatan dalampenelitianiniberupa
penelitianini adalah ibu nifasyang dirawatdi
RuangFlamboyan RSUD Prof. Dr. Margono pengumpulan data yang berisi tentang
Soekarjo Purwokerto pada periode penilaian produksi dan pengeluaran ASI.
penelitian (bulan Maret 2014) sebanyak 12 Analisis univariat dalam penelitianini
responden. adalah karakteristik responden yang
Adapun kriteria inklusi dalam meliputi usia, tingkat pendidikan, dan
penelitian ini adalah: ibu nifas hari paritas. Analisis bivariat yang digunakan
pertama yang ASI nya belum keluar, dalampenelitianiniadalahdengan
bersedia menjadi responden, bentuk mengunakan berdasarkan tujuanuntuk
putingibunormal,ibutidakmengalami mendapatkan pengaruh pijat oksitosin
komplikasi pasca bersalin, ibutidak terhadappengeluaranASI pada ibu
sedang mengkonsumsi obat-obatan postpartummaka
yangmemperlancarpengeluaranASI, analisisinidilakukanpengujianstatistikdenga
ibudanbayidirawatdalamsatu ruangan nuji regresidananova.JikaP<0,05maka
(rawat gabung), bayi cukup bulan, dan bayi ada perbedaan pengaruh secara
dengan berat badan lahir bermakna,jikaP>0,05tidakada perbedaan
normal,bayilahirdengantidakadacacat pengaruhsecarabermakna.
fisikdanrefleks hisapbayibaik,bayi UjiRegresidanAnovadilakukandengan
tidakdiberikansusuformula.Kriteria bantuan program SPSS.
eksklusipadapenelitian iniadalahbayi yang HASILDANPEMBAHASAN
dilahirkan meninggal, ibu mengalami
demam tinggi, payudara mengalami Hasil penelitian menunjukkan
kelainan mastitis, Ca mammae, gangguan karakteristik umur ibu post partum
integritas kulit sebagianbesarantarausia20-35tahun
dibagianpayudara.Pengambilansampel
Tabel1.WaktuPemijatandanRerata
WaktuASIKeluarASI(n=12)
padapenelitianinidilakukandengan
metodeaccidentalsampling. Pemijatan n Rerata*

Pijatoksitosininidilakukandengan4
durasiwaktu,yaitu2menit,5menit,10 menit,
dan 15 menit.Masing-masing durasi 2menit 4 22,25
waktu dilakukan dua kali
pemijatanpadapagidansorehari. 5menit 3 16,67

41
10menit 2 14,00 Keseluruhan 12 16,42
hei:“}reratawaktukeluarasidalamjam
15menit 3 10,00

sebanyak 75%, sebagian besar penelitian lain oleh Purnama (2013),


berpendidikanSMAsebanyak41,7%, menyatakan bahwa ibu yang
sedangkanparitas ibupost partum antara memproduksi ASI lebih banyak berada
primigravida danmultigravidasanna yaitu pada rentan usia 20-35 tahun.
sebanyak 50 /. Analisis bivariat bertujuan
o

untuk mendapatkan pengaruh pijat oksitosin Berdasarkanpenelitian diperoleh hasil


terhadap pengeluaran ASI pada ibu post waktu sam) pengeluaran ASI setelah
partum. dilakukan pijat oksitosin. Secara
keseluruhan rerata jamkeluanya ASI pada
Hasil penelitian menunjukkan seluruh kelompokadalah 16.42 jam (Tabel 1).
sebagian besarIbupost partum yang
dilakukanpijatoksitosin yaituberumur 20- Berdasarkan hasil analisis regresi
35tahunsebanyak9orang(750/). Usia (tabel2)diatas didapatkannilai psebesar 0,000.
merupakan salah satu faktor yang Dengan demikian nilai p lebih kecil dari
mempengaruhi produksi dan pengeluaran 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada
ASI pada ibu-ibu yang usianya kurang pengaruh secara bermakna terhadap
dari 35 tahun lebih pengeluaran ASI pada responden yang
banyakmemproduksiASIdibandingkan mendapat perlakuan pijat oksitosin.
dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua, Berdasarkan Tabel 3 diatas
tetapiibu-ibu yangsangat muda(kurang dari didapatkan nilai p sebesar 0,000. Dengan
20 tahun) produksi ASI nya juga kurang demikian nilai p lebih kecil
banyak karena dilihat dari tingkat dari0,05sehinggadapatdisimpulkan
kematurannya. Ibu yang menghasilkan bahwa ada pengaruh secara bermakna
cukup ASI pada penelitian Pudjiaji(2005) terhadap pengeluaran ASI pada
yaitu ibu-ibu yangberumur 19-23 tahun responden yang mendapat perlakuan pijat
dibandingkan dengan ibu-ibu yang oksitosin.
usianyalebihdari35tahun.Hasil

Tabel2.HasilAnalisisRegresiantaraPemijatanKeluarnyaASI(n=12)

Model Sumof df Meansquare F


square
Regressıon 256,272 1 256,271 60,094 0,00
Residual 42,645 10 4,265
Total 298,917 11

Tabel3.HasilAnalisisRegresiPemijatanOksitosindanWaktuKeluarnyaASI

Model Sumof df Meansquare F Sıq


square
Regression 271,5 3 90,5 26,407 0,000
Residual 27,417 8 3,427
42
Total 298,917 11
Berdasarkan hasil analisis regresi pijatandidaerahtulangbelakanginijuga
maupunanovaternyataadapengaruh akanmerileksasiketegangandan
secarabermaknaterhadappengeluaran ASI
pada responden yang mendapat
perlakuanpijatoksitosin.Penelitianini sesuai
dengan hasil penelitian Ummah (2014)
menyatakan pijat oksitosin
berpengaruhsecarasignifikanterhadap
pengeluaranASIp=0,000.
Penelitian ini sesuai dengan teori
bahwahormonoksitosinyangberasal
darikelenjarhipofisisposteriorberperan
dalam mengeluarkan ASI. Oksitosin
dihasilkan bila ujung saraf sekitar
payudara dirangsang oleh hisapan,
oksitosinmasukkedalamdarahmenuju
payudara. Kejadian ini disebut refleks
pengeluaran ASI atau milk ejection(Let-
downreflex).Refleksoksitosinlebihrumit
dibanding refleks prolaktin. Pikiran,
perasaan dansensasiibuakansangat
mempengaruhi refleks oksitosin
(SiswosudarmoandEmilia, 2008,Eglash et
at., 2008).

Hormon oksitosin menyebabkan


kontraksiselmioepitel,sepertipadaotot
polosyang
melapisiduktuspayudara.Oksitosin
memeras susu keluar dari alveoli
payudara berlaktasi kedalam
duktusbesaratausinuskemudiankeluar dari
puttingsusu. Bayi yangmenghisap
payudara merangsang reseptor raba,
nuclei dirangsang sehingga oksitosin
dilepaskan dan susu dikeluarkan ke
dalamsinusyangsiapmengalirkemulut
bayi(Ganong,1995).
Melaluipijatanataurangsanganpada
tulangbelakang,neurotransmitterakan
merangsangmedullaoblongatalangsung mengirim
pesan ke hypothalamusdi
hypofiseposterioruntuk mengeluarkan oksitosin
sehinggamenyebabkanbuah
dadamengeluarkanairsusunya.Dengan

43
Tabel4.HasilanalisisPostHockelompok kelompokpijatoksitosin 15menit waktu
pijatoksitosin ASIkeluaradalah<12jamyaitu10jam.

Pemija Pemijata Mean p


Dari data tersebut menunjukkan
tan n difference bahwa semakin lama pijat oksitosin
dilakukan semakin cepat pengeluaran
2menit Smenit 5,583 ,004 ASI pada ibu postpartum.Semakinlama
pijat oksitosin dilakukan pada daerah
10menit 8,250 ,001 punggung sepanjang kedua sisi tulang
15menit 12,250 ,000 belakang semakin ibu akan
merasarileksdankelelahansetela

Smenit 2menit -5,583 ,004


10menit 2,667 ,153
15menit 6,667 ,002
10 2menit -8,250 ,002
menit Smenit -2,667 ,153
15menit 4,000 ,045

15 2menit -12,250 ,000


menit Smenit -6,667 ,002
10menit -4,000 ,045

menghilangkanstress dan dengan begitu


hormon oksitosoin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu,
dibantu dengan isapan bayipadaputing
susupadasaatsegerasetelahbayilahir
dengankeadaanbayinormal(Guyton&H
all, 2007).

Tabel 1Juga menunjukkan bahwa


kelompokpijatoksitosin2menitwaktu
ASIkeluar adalah 12-24jamyaitulebih
dari22jam,kelompok pijatoksitosin5
menitwaktu ASIkeluar adalah 12-24 jam
yaitulebihdari16jam,kelompokpijat
oksitosin 10 menit waktu ASI keluar
adalah 12-24 jam yaitu 14 jam,
44
melahirkan akan hilang. Ibu yangmerasa nyaman, santai, dan tidak kelelahan dapat membantu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Wiji, 2013). Menurut Depkes RI (2007), manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamananpadaibu sehingga merangsang pelepasan hormone
oksitosin.Ibu yangbingung atau pikiran kacau,takutdancemas dapatmenghambat refleksletdown.
Pijat oksitosin bermanfaat untuk meningkatkangerakanASI ke payudara,
menambahpengisianASIkepayudara, danmemperlancarpengeluaranASI.
MenurutNugroho(2011),produksidan pengeluaran ASI dimulai pada tahap laktogenesis li,
penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesisII dimulaisekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasanyapara ibubarumerasakanpayudarapenuh sekitar 50-73 jam (2-3
hari) setelah melahirkan.
Berdasarkan tabel 4.diatas dapat disimpulkan bahwa pada kelompok
pemijatan2menitdengan5menitnilai p 0,004, kelompok pemijatan 2 menit dengan 10menit
nilaip0,001,kelompok pemijatan 2 menit dengan 15 menit nilaip0,000. Dengan demikian
perbedaan waktu kelompok pijat oksitosin berbeda secara bermakna karenap<0,05.
Kelompokpemijatan5menitdengan2 menit nilai p 0,004 dan pada
kelompokpemijatan5menitdengan15 menitnilai p 0,002, terdapat perbedaansecara bermakna.
Kelompok pemijatan5menitdengan10menittidak terdapat perbedaan secara bermakna
karenanilaip>0,05yaitu0,153.
Kelompokpemijatan10menitdengan 2menitnilai p0,002
danpadakelompokpemijatan10menitdengan15menit nilaip0,45terdapat perbedaansecara
bermakna. Kelompok pemijatan10 menitdengan5menittidakterdapat perbedaansecara
bermakna karena nilai p>0,05yaitu0,153.
Kelompok pemijatan 15 menit dengan2menitnilaip0,000,
kelompokpemijatan15 menitdengan 5 menit nilai p 0,002, kelompokpemijatan 15 menitdengan10
menitnilaip 0,045. Dengan demikian perbedaan waktu kelompokpijat oksitosin berbedasecara
bermaknakarenap<0,05.
Menurut penelitian Endah and Masdinarsah (2011),waktu pengeluaran
kolostrumpadakelompokperlakuanrata- rata5,8 jam sedangkanpadakelompok kontrol 5,89 jam. Pijat
oksitosin berpengaruhterhadapjumlahproduksi kolostrumdenganpvalue0,009,danpijat oksitosin tidak
berpengaruh terhadap lamawaktupengeluarankolostrumibu post parfum denganp value 0,939.
PenelitianUmmah (2014),menyebutkan rata-rata pengeluaranASI pada ibu pasca salin
normalyangdiberikan pijat oksitosin lebih cepat 6,21 jam setelah bayi lahir.
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadappengeluaranASIpadaibupost
partumsecara bermakna sesuai dengan hasilanalisisregresi dananovayaitu
nilaip=0,000(plebihkecildari0,05). Semakinlamadilakukanpijatoksitosin pada ibu
post partum, maka semakin cepatwaktupengeluaranASI.Terdapat perbedaan
bermakna pada masing- masingkelompokpijatoksitosinyang
dilakukanselama2menitdengan5
menit,10menit,15menitdan15menit
dengan2menit,5menit,10menitsesuai
dengananalisisposthoctestyaitunilaipkurangdari0,05.

45
Untuk membantu kelancaran pengeluaran ASI diharapkan ibu post partum
melaksanakan pijat oksitosin selama15menitminimal 2kalisehari. Untuk merangsang
pengeluaran ASI bagi ibu post partum yang mengalami gangguan pengeluaran ASI
diharapkan bidan maupun perawatdapat memberikan treatmentpijat oksitosin
minimal2kalisehariselama15menit.

KEPUSTAKAAN
Bahiyatun.(2009).Asuhankebidanannifasnormal.Jakarta:EGC.
Bappenas. (2010).PetaJalan percepatanpencapaiantujuan pembangunan millennium di
Indonesia. Jakarta:Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /BadanPerencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
DepkesRI.(2007).Panduanmanajemen laktasi: Diit gizimasyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil kesehatan


kabupaten/kota:DinasKesehatan ProvinsiJawaTengah.
Eglash,A.,Montgomery,A.&Wood,J.(2008).Breastfeeding.Disease-a-Month,54(6):343-411.

Endah, S.N.&Masdinarsah,I.(2011). Pengaruhpijatoksitosinterhadap


pengeluarankolostrumpadaibupost partum diruang kebidanan Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Kartika.

Ganong,W.F.
(1995).Reviewofmedicalphysiology:Fisiologikedokteran.Jakarta:PenerbitBukuKedokteranEGC.

Guyton&Hall. (2007).Bukuajar fisiologi kedokteran(edisi11).Jakarta:EGC


Mardiyaningsih,E., Setyowati,S.,&Sabri, L.(2011).Efektifitaskombinasi teknik
marmetdanpijatoksitosin terhadap produksiASIibupost seksio diRumah Sakit Wilayah
Jawa Tengah.Jurnal Keperawatan Soedirman,6(1), 31-38. Diambil dari
http://jks.likes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/321.
Nugroho,T.,(2011).ASIdantumorpayudara.Yogyakarta:NuhaMedika

Perinesia.(2007).Manajemenlaktasi.Jakarta:Perinesia.

Pudjiadi.(2005).Ilmu gizi klinis pada anak (edisi 4). Jakarta:FK UI Purnama, R.R.W.(2013).
Efektifitasantarapijatoksitosindanbreastcare terhadap produksi ASIpadaibupost
partumdengansec//ocaesareadi RSUD Banyumas.Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman
RamIan,D.(2013).Panduanpraktis penulisanpenelitianeksplanatif. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.

Rukiyah,A.(2011).Asuhan kebidanan III (nifas).Jakarta:CV.TransInfoMedia.


Siswosudarmo,R.&Emilia,0.(2008).
Obstetrifisio/og/.Yogyakarta: PustakaCendekia.

46
Ummah,F.(2014).Pijatoksitosin untuk mempercepatpengeluaranASIpada ibu pasca salin
normaldiDusun SonoDesaKetanen Kecamatan Panceng Gresik.Jurnal Surya, 02
(XVIII)
Wiji,R.N.(2013).ASIdan panduan ibu menyusui.Yogyakarta:NuhaMedika.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Purwoastuti, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : EGC.


Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogyakarta : Mitra Cendikia.
Dennis Cl Dkk, 2014. International Journal : Interventions For Treating Painful
Nipples Among Breastfeeding Women (Refiew). ISSN 1465-1858
Depkes RI. (2007). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI
Mangesi L Dkk, 2016. International Journal : Treatments For Breast
Engorgement During Lactation (Review)
Manuaba, IAC (SpOG). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
KB.Jakarta :EGC, 2010.
Meilirianta Dkk, 2014. Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran Air
Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Post Partum Di Rumah Bersalin Wargi Lestari
Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2014 Dikota
Bandung Jurnal Kesehatan Rajawali “Midwifery Journal” Vol 4, No 7,
ISSN 2085- 7764
Nuraini Rahmawati Dkk, 2012. Stimulasi Refleks Oksitosin Terhadap Kejadian
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2015. Jawa Tengah: 2015
Ratna Murniati Dkk, 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan
ASI Dengan Praktik Pencegahan Bendungan ASI (Breast Care) Di RB
Nur Hikmah Kwaron Gubug Jurnal Unimus. Universitas Muhammadiyah
Semarang
Sarwono, 2010. Perawatan Payudara.Yogyakarta : Nuha Medika
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :EGC

48
DOKUMENTASI

49
LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : NELYANTI
NIM : 213001080072
Ruangan :-
Stase : NIFAS
CI Akademik : Bdn Era Zora,S.ST.M.Kes

No Hari/Tanggal Follow TTD


UpPembimbing CI Akademik

11.
.

Diketahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715007

50
Lampiran 8

LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK2021-2022

Nama : Nelyanti
NIM : 213001080072
Ruangan :
Stase : NIFAS
TTD
CI
No Hari/Tanggal Follow Up
Akademik
Pembimbing

CI Akademik : Bdn Era Zora,S.ST.M.Kes

Diketahui,

Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Devi Arista,SST.,Bdn.,M.Kes
NIK.1010300715007

51

Anda mungkin juga menyukai