Anda di halaman 1dari 19

SOP PRAKTIK KOLABORASI

SOP PENATALAKSANAAN PENANGANAN PREEKLAMSI DI


PUSKESMAS TAJURHALANG TAHUN 2021

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 5


Praktik Kolaborasi Interprofesional

Oleh:

NAMA : YAYU LESTARI


NPM : 19200200076

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

SOP Dengan Judul :

SOP PENATALAKSANAAN PENANGANAN PREEKLAMSI DI


PUSKESMAS TAJURHALANG TAHUN 2021

Oleh:
NAMA : Yayu Lestari
NPM : 19200200076

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal,....................2021

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

(Nama Dosen)
NIDN
LEMBAR PENGESAHAN
SOP dengan judul:

SOP PENATALAKSANAAN PENANGANAN PREEKLAMSI DI


PUSKESMAS TAJURHALANG TAHUN 2021

Oleh:
NAMA : Yayu Lestari
NPM : 19200200076

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim penguji


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Tanggal,............................2021

Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
NIDN NIDN

Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab Stase

(Nama Dosen)
NIDN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Presentasi SOP Praktik
Kolaborasi yang berjudul “SOP PENATALAKSANAAN PENANGANAN
PREEKLAMSI DI PUSKESMAS TAJURHALANG TAHUN 2021” Dalam
penyelesaian Laporan ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan dan masukan
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju

2. Dr.H.M.Hafizurracman, Mph, selaku Pembina Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia.

3. Dr.Astrid Novita, SKM, MKM selaku Ketua Kepala Departemen Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.(STIKIM)

4. Bpk Susaldi, S.ST.,M. Biomed selaku Wakil Ketua I Bid. Akademik & Inovasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.(STIKIM).

5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua II Bid. Sumber Daya &

Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.(STIKIM).

6. Ibu Nur Rizky Ramdhani, SKM., M.Epid selaku wakil ketua III Bid.

Kemahasiswaan & Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

(STIKIM).

7. Ibu Hidayani,Am Keb,SKM,MKM selaku Kepala Departmen Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.(STIKIM)

8. Ibu Ernita Prima Noviyani, , S.ST, M.Kes selaku penanggung jawab stase

9. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

ii
Program Profesi Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan

membimbing penulis selama mengikuti proses pendidikan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Presentasi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik, saran atau masukan dari semua pihak sangat

diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Bogor, Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
BAGIAN I SOP LAMA …....................................................................
BAGIAN II SOP BARU.......................................................................... 7
BAGIAN III PEMBAHASAN ............................................................... 8
BAGIAN IV KESIMPULAN SARAN .................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 11

iv
I. SOP LAMA

SOP PENATALAKSANAAN
PENANGANAN PRE-EKLAMSI
No.Dokumen :
440/SK/063PKM-TJH.2016
SOP No.Revisi: 0
Tanggal Terbit :11 April 2016
Halaman : 1/2

UPT Puskesmas
Tajurhalang Dr. Dini Sri Agustin
  NIP :
Pre-eklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan diatas 20
I. PENGERTIAN minggu yang ditandai dengan adanya difungsi plasenta dan respon
maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel
dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini adanya hypertensi dan
protein urea.
Pre-eklamsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan
memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini
bukan hanya karena pre-eklamsia berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah paska persalinan.

II. TUJUAN Pasien terlayani sesuai dengan kebutuhan

Sk Kepala Puskesmas no.440/SK/063PKM-TJH.2016 Tentang


III. KEBIJAKAN Pelayanan Klinis

IV. REFERENSI Buku Paduan Pelatihan PONED

V. PROSEDUR Alat dan Bahan:


 Obat oral : metildopa, nifedipine
 Infus set, abocat, cairan infus(RL), MgSO4 20%-40%, supit
10cc, poly catheter, urine bag, sarung tangan, kapas alkohol

Dilakukan :
1. Petugas melaksanakan anamnesa
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
3. Penatalaksanaan:

v
A. Tata laksana per-eklamsi ringan.
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal:
tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indek masa
tubuh, ukuran uterus, dan gerakan janin
2. Rawat jalan(ambulator)
 Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/ tidur
miring)
 Konsumsi susu, air, dan buah
 Obat anti hipertensi: indikasi utama pemberian
anti hipertensi pada kehamilan adalah untuk
keselamatan ibu dalam mencegah penyakit
cereborvaskular. Meskipun demikian,
penurunan tekanan darah dilakukan secara
bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam
1 jam. Hal ini untuk mencegah terjadinya
penurunan aliran darah utero plasenter.
Obat anti hipertensi yang dapat diberikan:
a. Metildopa, biasanya dimulai pada dosis
250-500mg per oral 2 atau 3 kali sehari,
dengan dosis maksimal 3 gram perhari, atau
b. Nifedipine 10 mg kapsul peroral di ulang
tiap 15-30 menit, dengan dosis maksimal
30mg
B. Tata laksana per-eklamsi berat. Pemberian MgSO4 dosis
awal dengan cara: ambil 4 gr MgSO4 (10 ml larutkan
MgSO4 40%) dan larutkan dalam 10 ml aquades. Berikan
secara perlahan IV selama 20 menit. Segera lanjutkan
dengan 15 ml MgSo4 40% 6 gr dalam RL selama 6 jam,
28 tetes per menit. Jika akses IV sulit berikan masing-
masing 5 gr MgSO4 (12,5 ml larutkan MgSo4 40%) IM
dibokong kiri dan kanan.
4. Kriteria rujukan
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda per-
eklamsia berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis obstetric dan ginekologi setelah
dilakukan tata laksana pada per-eklamsia berat

VI. DIAGRAM Pemeriksaan


Anamnesa dan Faktor resiko
pemeriksaan ibu penunjung (darah
Preeklampsia
dan janin dan urin)
vi
ALIR

Preeklampsia berat /
eklampsia Preeklampsia

Kegawatdaruratan: Tanda bahaya,


- Jalan napas terbuka perawatan
- Tindakan resusitasi dirumah
bila diperlukan
- Beri oksigen 4-6 L
Pemantauan janin
(ultrasonografi/kar
dio tokokgrafi)

Pemasangan infus
RL atau glukosa 5%
Awasi setiap
30 menit:   Beri obat
- Tanda-tanda antihipertensi bila
vital diperlukan
- Reflek patella MgSO4 : 4 gr
- Produksi larutan 40% Dalam
Urin 100 ml Waktu 5 Anjuran periksa
- DJJ menit kembali

6 gr larutan 40%
Dalam 500ml
Perujukan Selama 6 jam

1. KIA
VII. UNIT TERKAIT 2. PONED 
1. Status Pasien
VIII. DOKUMEN 2. Register PONED
TERKAIT

vii
II. REKOMENDASI SOP BARU

SOP PENATALAKSANAAN
PENANGANAN PRE-EKLAMSI
No.Dokumen :
No.Revisi:
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PROGRAM STUDI
PUSKESMAS PENDIDIKAN PROFESI
TAJURHALANG BIDAN DEPARTEMEN
  KEBIDANAN STIKIM

Preeklampsia merupakan suatu sindrom pada kehamilan yang


berbahaya bagi ibu dan janin yang ditandai dengan peningkatan
I. PENGERTIAN
tekanan darah > 140/90 mmHg disertai dengan protein urin (POGI,
2016)

SOP ini disusun sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk


II. TUJUAN
penanganan preeklamsi di Puskesmas Tajurhalang
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/247/2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) 
III. KEBIJAKAN
2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PUSAT KESEHATAN
IV. REFERENSI
MASYARAKAT 

V. PROSEDUR Alat dan Bahan:


 Obat oral : metildopa, nifedipine
 Infus set, abocat, cairan infus(RL), MgSO4 20%-40%, spuit
10cc, poly catheter, urine bag, sarung tangan, kapas alkohol
Dilakukan :
1. Memakai APD level 2 dan memakai masker
2. Anamnesa dan pemeriksaan ibu dan janin
3. Memperhatikan Faktor resiko Preeklampsia
4. Pemeriksaan penunjang (darah dan urin)

viii
Penatalaksaan Preeklamsi Ringan :
1. Menjelaskan pemahaman terhadap tanda bahaya dan deteksi dini
melalui edukasi yang diberikan
2. Menjelaskan tanda-tanda seseorang yang mengalami preeklamsi
seperti nyeri kepala, nyeri epigastrum, ganggauan penglihatan,
tangan kram dan kaki bengkak
3. Pasien hanya perlu melakukan rawat jalan
4. Pasien dianjurkan cukup istirahat
5. Pasien disarankan meminum air putuh 3lt/hari
6. Melakukan pemantauan tekanan darah, djj, gerakan janin, protein
urin rutin, dan USG.
7. Dapat dipertimbangkan pemberian antioksidan dan kalsium
8. Melalukan pemeriksaaan kehamilan secara ketat
9. Pemberian obat penurun darah tinggi : labetolol, nifedipin atau
metildopa jika diperlukan
10. Bila tekanan darah terkontrol pada umur 37 minggu dilakukan
terminasi kehamilan

Penatalaksanaan Preeklamsi Berat :


1. Bila Terjadi Kegawatdaruratan:
- Jalan napas terbuka
- Tindakan resusitasi bila diperlukan
- Beri oksigen 4-6
2. Pemantauan janin (ultrasonografi/kardio tokokgrafi)
3. Pemasangan infus RL atau glukosa 5%
4. Pemberian MgSO4 dosis awal : 4 gr larutan 40% Dalam 100
ml Waktu 5 menit
Awasi setiap 30 menit:
- Tanda-tanda vital
- Reflek patella
- Produksi Urin
- DJJ
5. Dosis ke dua : 6 gr larutan 40% Dalam 500 ml selama 6 jam.
Obat anti hipertensi yang dapat diberikan:
a. Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500mg per
oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimal 3 gram
perhari, atau
b. Nifedipine 10 mg kapsul peroral di ulang tiap 15-30 menit,
dengan dosis maksimal 30 mg
6. Melakukan Rujukan

ix
Anamnesa dan Pemeriksaan
Faktor resiko
pemeriksaan ibu penunjung (darah
Preeklampsia
dan janin dan urin)

Preeklampsia berat /
eklampsia Preeklampsia

Kegawatdaruratan: Tanda bahaya,


- Jalan napas terbuka perawatan
- Tindakan resusitasi dirumah
bila diperlukan
- Beri oksigen 4-6 L
Pemantauan janin
VI. DIAGRAM (ultrasonografi/kar
ALIR dio tokokgrafi)

Pemasangan infus
RL atau glukosa 5%
Awasi setiap
30 menit:   Beri obat
- Tanda-tanda antihipertensi bila
vital diperlukan
- Reflek patella MgSO4 : 4 gr
- Produksi larutan 40% Dalam
Urin 100 ml Waktu 5 Anjuran periksa
- DJJ menit kembali

6 gr larutan 40%
Dalam 500ml
Perujukan Selama 6 jam

1. KIA
VII. UNIT TERKAIT
2. PONED 
VIII. DOKUMEN 1. STATUS PASIEN
TERKAIT 2. REGISTER PONED 

x
III. PEMBAHASAN
1. Definisi Preeklamsia
Preeklampsia merupakan suatu sindrom pada kehamilan yang
berbahaya bagi ibu dan janin yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg disertai dengan protein urin (POGI, 2016).2
Pada ibu dapat terjadinya gangguan ginjal, hepar, edema paru dan
kejang/eklampsia. Pada janin dapat terjadi oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic
velocity (ARDV) (Tranquili, et al, 2014).2
Penyebab preeklampsia masih belum diketahui secara jelas, namun
terdapat faktor resiko menurut English, Kenny & McCarthy (2015),
Lisonkova & Joseph (2013) antara lain usia, riwayat gravida, riwayat
preeklampsia, kehamilan multiple, penyakit sebelumnya, dan obesitas.2
2. Patofisiologi preeclampsia
dibagi menjadi dua tahap, yatu perubahan perfusi plasenta dan sindrom
maternal.
1. Tahap pertama terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan. Pada
fase ini terjadi perkembangan abnormal remodelling dinding arteri
spiralis saat invasi trofoblas yang menyebabkan vasospasme
pembuluh darah. Terjadi penyempitan lumen arteri spiralis sampai
diameter 200 pm (normalnya 500 pm) dan perfusi plasenta 2-3 kali
lebih rendah. Vasospasme tersebut dapat merusak pembuluh darah
dan pengaktifan angiotensin II sehingga sel endotel berkontraksi.
Perubahan vaskuler ini disertai dengan hipoksia lokal jaringan
sekitarnya.
2. Tahap sindrom maternal merupakan tahap kedua atau disebut fase
sistemik. Aliran darah berkurang dari arteri uterina ke dalam plasenta
dangkal, menyebabkan iskemia plasenta pada awal trimester kedua.
Disfungsi endotel meningkatkan aktivasi trombosit akibat dari
kebocoran di celah sel endotel, meningkatkan produksi

xi
vasokonstriktor seperti tromboksan dan endotelin yang merangsang
pengeluaran renin dan pengaktifan sistem renin-aldosteron-angiotensin
sehingga menambah berat vasokonstriksi, retensi natrium, proteinuria
dan edema. Kerusakan endotel yang luas disertai dengan agregasi
trombosit memaksa endotel mengeluarkan endotelin, suatu zat
vasokonstriksi terkuat yang pernah ada (lebih kuat dari angiotensin II).2
Hal inilah yang berperan dalam gejala preeklampsia yang ditandai
dengan perubahan reaktivasi pembuluh darah, aktivasi sistem
pembekuan, hilangnya integritas pembuluh darah dan kerusakan
berbagai organ tubuh (Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Unpad,
2015). 2
Vasokonstriksi pada pembuluh darah serebral dapat timbul pusing
atau nyeri kepala akibat hipoksia, pada ginjal, terjadi vasospasme pada
glomerulus sehingga menurunkan laju filtrasi yang menyebabkan
berkurangnya produksi urin dan kegagalan penyerapan kembali protein
oleh tubulus sehingga terjadi proteinuria. Vasospasme pada retina
menyebabkan pandangan kabur. Vasokonstriksi yang terjadi apabila
tidak segera diperbaiki dapat menyebabkan kegagalan organ,
eklampsia, sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Count) hingga kematian.2
3. Penatalaksanaan Preeklampsia
Penatalaksanaan preeklampsia bertujuan mengurangi komplikasi
kehamilan, menghindari prematuritas dan memaksimalkan keselamatan
ibu dan bayi. Pencegahan preeklampsia dengan pemberian aspirin dosis
rendah sebelum gestasi 12 minggu hingga 36 minggu dan pemberian
suplemen kalsium (>1 g/hari) dapat menurunkan risiko preeklampsia
(WHO, 2011).2
Penatalaksanaan mengacu pada SOP penatalaksanaan preeklampsia di
Puskesmas yang dimulai dari :

xii
Persiapan yaitu peralatan yang dibutuhkan :
Alat dan Bahan:
1. Obat oral : metildopa, nifedipine
2. Infus set
3. Abocat
4. Cairan infus(RL)
5. MgSO4 20%-40%
6. Spuit 10cc
7. Poly catheter
8. Urine bag
9. Sarung tangan
10. Kapas alcohol
Dilakukan :
1) Memakai APD level 2 dan memakai masker.
2) Anamnesa dan pemeriksaan ibu dan janin
3) Memperhatikan Faktor resiko Preeklampsia
4) Pemeriksaan penunjang (darah dan urin)2

Penatalaksaan Preeklamsi Ringan :


1. Menjelaskan pemahaman terhadap tanda bahaya dan deteksi dini
melalui edukasi yang diberikan
2. Menjelaskan tanda-tanda seseorang yang mengalami preeklamsi
seperti nyeri kepala, nyeri epigastrum, ganggauan penglihatan,
tangan kram dan kaki bengkak
3. Pasien hanya perlu melakukan rawat jalan
4. Pasien dianjurkan cukup istirahat
5. Pasien disarankan meminum air putuh 3lt/hari
6. Melakukan pemantauan tekanan darah, djj, gerakan janin, protein
urin rutin, dan USG
7. Dapat dipertimbangkan pemberian antioksidan dan kalsium

xiii
8. Melalukan pemeriksaaan kehamilan secara ketat
9. Pemberian obat penurun darah tinggi : labetolol, nifedipin atau
metildopa jika diperlukan
10. Bila tekanan darah terkontrol pada umur 37 minggu dilakukan
terminasi kehamilan2

Penatalaksanaan Preeklamsi Berat :


1. Bila Terjadi Kegawatdaruratan:
a. Jalan napas terbuka
b. Tindakan resusitasi bila diperlukan
c. Beri oksigen 4-6
2. Pemantauan janin (ultrasonografi/kardio tokokgrafi)
3. Pemasangan infus RL atau glukosa 5%
4. Pemberian MgSO4 dosis awal : 4 gr larutan 40% Dalam 100 ml
Waktu 5 menit. Awasi setiap 30 menit:
a. Tanda-tanda vital
b. Reflek patella
c. Produksi Urin
d. DJJ
5. Dosis ke dua : 6 gr larutan 40% Dalam 500 ml Selama 6 jam
6. Melakukan Rujukan1

Perbandingan SOP Lama dan SOP Baru :


1. Perlu dilakukan pemantauan protein urin pada ibu hamil dengan
preeklamsi secara rutin karena hal ini menjadi acuan ditegakkan nya
diagnosa preeklamsi baik ringan maupun berat. Hal tersebut pun
ditetapkan menurut Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.25 Tahun 2015 Bab II Tentang pemeriksaan labolatorium untu ibu
hamil yang meliputi pemeriksaan urin.3
2. Perlu dilakukan pengkajian secara jelas terhadap faktor resiko
terjadinya preeklamsi riwayat gravida, riwayat preeklampsia, dan

xiv
riwayat eklamsi pada kehamilan sebelumnya agar petugas kesehatan
dapat mempersiapkan menejemen yang diberikan mengenai kasus
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori dari English, Kenny &
McCarthy (2015), Lisonkova & Joseph (2013) yang membahas
mengenai penyebab preeklampsia yang masih belum diketahui secara
jelas, namun terdapat faktor resiko diantara lain usia, riwayat gravida,
riwayat preeklampsia, kehamilan multiple, penyakit sebelumnya, dan
obesitas.2

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan suatu sindrom pada kehamilan yang
berbahaya bagi ibu dan janin yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg disertai dengan protein urin.
Setelah mengkaji kedua SOP diatas terdapat perbedaan mengenai :
a. Perlu dilakukan pemantauan protein urin pada ibu hamil dengan
preeklamsi secara rutin
b. Perlu dilakukan pengkajian secara jelas terhadap faktor resiko
terjadinya preeklamsi riwayat gravida, riwayat preeklampsia,
dan riwayat eklamsi pada kehamilan sebelumnya
2. Saran
a) Bagi lahan praktik
Diharapkan dapat terus meningkatkan manajemen asuhan
kebidanan kepada pasien dengan preeklamsi serta memberikan
edukasi sedini mungkin agar tidak terjadi eklamsi
b) Bagi profesi
Diharapkan dapat melakukan penanganan sesuai dengan SOP
yang berlaku pada kasus preeklamsi pada ibu hamil
c) Bagi masyarakat

xv
Diharapkan dapat menengenali faktor resiko preeklamsi,
mengenali tanda-tanda preeklamsio sehingga dapat
menuruinkan Angka Kematian Ibu akibar preeklamsi
V. DAFTAR PUSTAKA

1. Apriyana Ninike. Peran Magnesium Sulfat Dalam Penatalaksanaan


Preeklampsia. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Vol 3 No 1,
Februari 2021.

2. Cahyati M. Upaya Pencegahan Dan Cara Penanganan


Preeklampsia. Studi Literatur. Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. 2019. Hal. 8-17

3. Kementrian Kesehatan Ri. 2015. Penyelenggaraan Pemeriksaan


Laboratorium Untuk Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dan Jaringan Pelayanannya. Jakarta:
Kemenkes Ri. Diakses Pada Tanggal 26 Oktober 2021 Dari
Http://Hukor.Kemkes.Go.Id/Uploads/Produk_Hukum/Pmk_No._25
_Ttg_Laboratorium_Ibu_Hamil,_Bersalin,_Nifas_Di_Fasyankes_.
Pdf

4.

xvi
xvii

Anda mungkin juga menyukai