Anda di halaman 1dari 27

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS

DENGAN PROYEKSI AP DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT


PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI BANDA ACEH

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan Praktikum Kerja


Lapangan I di Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh

Disusun Oleh :
TEGUH ARYA PUTRA
NIM : 18134050038

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


YAYASAN SIHAT BEURATA
BANDA ACEH
2020
PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan
untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan I Progam studi Diploma III
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Yayasan Sihat Beurata Banda
Aceh.
Nama : TEGUH ARYA PUTRA
NPM : 18134050038
Judul Laporan :“PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN
RADIOGRAFI PELVIS DENGAN PROYEKSI AP DI
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI BANDA ACEH”
Instalasi Radiologi :RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI

Mengetahui, Banda Aceh, 11 Februari 2020


K.A RUANGAN RADIOLOGI PEMBIMBING PKL

………………………………… ………………………………
NIP. NIT

i
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai laporan pada Praktik
Kerja lapangan I yang dilaksanakan di Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati
Banda Aceh dengan judul “PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN
RADIOGRAFI PELVIS AP DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI BANDA ACEH”.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis.
2. Ibu Nadia Surahmi, M.Si selaku Kaprodi D3 Akademik Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh.
3. Direktur Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnasi yang telah memberikan
lahan praktikum untuk kegiattan Praktek Kerja Lapangan Satu (1)
4. Bapak Dedi Fahrizal, Amd.Rad selaku Kepala Ruangan serta seluruh
jajaran Radiografer selaku Clinical Instructure (CI) Radiologi Rumah
Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh.
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuattan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang

ii
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis
juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassallammualikum Wr. Wb.

Banda Aceh, Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
PENGESAHAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHUHUAN......................................................................................v
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................2
1.4 Metode Pengumpulan Data....................................................................2
1.5 Mamfaat Penulisan.................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................5
2.1 Anatomi..................................................................................................5
2.2 Patologi Frakture....................................................................................8
2.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. Pelvis............................................9
2.4. Proteksi Radiasi...................................................................................11
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN............................................13
3.1 Identitas Pasien.....................................................................................13
3.2 Riwayat Pasien ....................................................................................14
3.3 Prosedur Pemmeriksaan.......................................................................14
3.4 Teknik Pemeriksaan.............................................................................15
3.5 Hasil Bacaan Radiograf........................................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
4.1 Kesimpulan..........................................................................................19
4.2 Saran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Pelvis.......................................................................................1

Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral...............2

Gambar 3. Aspek lateral hip kanan.........................................................................3

Gambar 4. Aspek posterior hip kanan.....................................................................3

Gambar 5. Jenis jenis fracture................................................................................9

Gambar 6 dan 7. Posisi Pasien dengan proyeksi Pelvis AP................................10

Gambar 8. Radioraf Pelvis AP pria......................................................................11

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP Wanita...............................................................11

Gambar 10. Surat Pengantar................................................................................13

Gambar 11. Posisi pasien dengan pemeriksaan pelvis AP...................................15

Gambar 12. Hasil Radiograf.................................................................................16

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semangkin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan,
transportasi juga mengalami perkembangan yang pesat, kurangnya kesadaran
dari pengguna jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan
tingkat kecelakaan lalu lintas semnagkin meningkat. Dan kemudian setelah
mengalami kejadian benturran yang sangat keras dari sebuah kecelakaan
tersebut memungkinkan terjadinya sebuah insiden pataah nya tulang atau
biasanya disebut dengan fraktur pada area area yang terkena benturan, salah
satunya biasa pada bagian paha atau os. Femur dan bagian Pinggul atau
Pelvis.
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit.
Pemeriksaan radiologi berguna untuk membantu dokter melihat kondisi
bagian dalam tubuh. Pemeriksaan radiologi dijalankan untuk mengetahui
kondisi bagian dalam tubuh pasien, dan untuk menentukan penyebab penyakit
yang diderita oleh pasien. Dokter juga bisa mengetahui bagaimana respon
tubuh pasien terhadap metode pengobatan yang sedang dijalani, serta
memeriksa apakah ada penyakit lain pada pasien. Pemeriksaan foto Rontgen
dilakukan untuk menampilkan bagian tubuh pasien dalam gambar 2 dimensi
dengan menggunakan mesin yang mengeluarkan radiasi sinar-X.
Pelvis atau yang disebut juga panggul adalah bagian tubuh dengan bentuk
menyerupai baskom (basin) dengan tepi yang melebar pada kedua sisi. pada
panggul manusia, panggul dibentuk oleh dua buah tulang pelvis yang
bergabung ke arah posterior pada sakrum dan ke arah anterior pada simfisis
pubis. Daerah baskom pada panggul akan memuat isi abdomen bagian bawah.
Bagian yang menyerupai baskom ini akan lebih lebar pada wanita daripada
pria, hal ini disebabkan fungsi dari daerah yang melebar ini untuk melahirkan
bayi. Tulang panggul manusia memiliki tiga bagian yang menyatu, yaitu

1
ilium, iskium (untuk duduk), dan pubis (pada bagian depan). Ketiga bagian
tersebut akan bersatu pada asetabulum, yaitu daerah yang menyerupai soket
dari sendi panggul.
Pada pemeriksaan Pelvis biasa nya dikarenakan adanya sebuah kelainan
pada disekitaran anatomi pelvis tersebut, baik di akibatkan oleh kelainan
genetik maupun kelainan yang disebapkan oleh kecelakaan yang biasanya
mengakibatkan fracture hingga trauma pada daerah sekitaran daerah pelvis
itu. Biasanya ketika pemeriksaan berlangsung, daerah sebagian dari tulang
paha atau Os. Femur itu tampak pada sebuah kriteria yang mana disebut
dengan tulang terbesar pada bagian tubuh manusia
Berdasarkan pengamatan penulis ketika sedang menjalankan Praktik
Kerja Lapangan di Instalasi radiologi Rumah Sakit Pertamedika Ummi
Rosnati Banda Aceh, Teknik Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
fracture ini adalah Pelvis dengan proyeksi Anterio Postorior. Proyeksi ini
dikarenakan pasien awalnya mengeluh nyeri pada pangkal pinggul.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat


dirumuskan data sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana Teknik pemeriksaan Pelvis dengan proyeksi Anterior
Postorior di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pertamedika Ummi
Rosnati Banda Aceh.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pelvis AP pada kasus
fracture pada caput femur.
1.3.2 Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi fracture pada caput
femur.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:

2
1.4.1. Metode Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak
serta mengolah bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini
yaitu mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan media internet
yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan untuk
mendukung pembahasan masalah.
1.4.2. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
observasi secara langsung mengenai teknik pemeriksaan radiografi
pelvis dengan kasus fracture pada caput femur di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati.
1.4.3. Metode Dokumentasi
Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari
dokumen-dokumen antara lain dari hasil radiograf, rekam medik dan
hasil pembacaan radiograf.
1.5. Mamfaat Penulisan
Mamfaat dari penulisan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan untuk manambah wawasan bagi penulisa dan bagi
para pembaca pada umumnya mengenai patologi Fracture pada caput femur
serta tata laksana pemeriksaan radiografi pelvis AP.

3
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca untuk memahami laporan pada kasus ini.
Penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan
data, mamfaat penulisan, Metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : Dasar Teori Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan
teknik pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi
yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan
laporan kasus ini.
BAB III :Profil Kasus Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang
dan Pembahasan mengalami Fracture, prosedur pemeriksaan, hasil
pembacaan radiograf serta pembahasannya
BAB IV : Penutup Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-
bab sebelumnya serta saran dari penulis.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Anatomi.
2.1.1. Pelvis.

Gambar 1 : Anatomi Pelvis


Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan
sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari
os. ilium, ischium, dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga
stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan
membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum
yang pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris. Pelvis
membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica urinaria.
Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis, melebar
keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan tersebut
dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi dengan sacrum
(sacro-iliac joint).

5
Gambar 2: Pelvis Kanan (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral

Ischium terbentuk dari bagian terbawah pelvis. Terdiri dari korpus


yang ikut membentuk acetabulum, ramus superior dan ramus inferior .
Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari corpus,
ramus superior dan ramus inferior.
2.1.2. Hip Joint
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak.
Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior.
Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk mobilitas,
hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh berat badan.
Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan keatas
melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas extremitas inferior lainnya.
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi dengan
acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal)
triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os. ilium, ischium,
dan pubis.

6
Gambar 3. Aspek lateral hip kanan

Gambar 4. Aspek posterior hip kanan

2.1.3. Proximal Femur


Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput, kollum,
trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan halus untuk
membentuk persendian dengan tulang Coccyx di asetabulum. Trokanter
mayor merupakan tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral
dari korpus femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil dan

7
terletak medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus femur
(Bontrager, 2001).
2.2. Patologi Fraktur

Fracture adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fracture disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih
sering mengalami fracture daripada laki-laki yang berhubungan dengan
meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone
pada monopouse.
Diskripsi fractur ada dua, yaitu :
A. Fracture tertutup
Fracture tertutup adalah fraktur dmana kulit tidak ditembus oleh
prakmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan.
B. Fracture terbuka
Frcture terbuka adalah fraktur dmana kulit dari extremitas yang
terlibat telah tertembus.
Jenis jenis fraktur :
1. Frackture oblik adalah frature yang garis patahnya membentuk
sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
2. Frackture komunitif adalah bila fracture lebih dari 2 fragmen.
3. Fracture Spiral adalah fracture dimana setidaknya satu bagian tulang
telah dipelitir.
4. Fracture tranversal merupakan yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu Panjang tulang.

8
Gambar 5 : jenis jenis fracture

2.3. Teknik Pemeriksaan Radiografi os. Pelvis

2.3.1. Persipaan alat dan bahan


Alat alat dan bahan yang diperssiapkan dalam pemeriksaan Os.
Pelvis :
1. Pesawat sinar-x.
2. Kaset ukuran 35x35 cm.
3. Merker R dan L.
4. Alat piksasi yang dipelukan
5. Processing film.
6. Viewing box
2.3.2. Persiappan pasien
Tidak memerlukan persiapan kusus, hanya melepas  atau
menyingkirkan benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf.
2.3.2.1. Proyeksi pemeriksaan
1. Proyeksi Anterior Postorior.
a) Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki yang
di extensi dengan Pelvis pada posisi true AP

9
Gambar 6 dan 7 : Posisi Pasien dengan proyeksi Pelvis AP
b). Posisi objek
1). kaki extensi
2). Atur pelvis pada posisi True AP (pedis meghadap ke atas)
3). Atur pelvis pada pertengahan kaset
4). Kaki dibuka sekitar 20-24 cm, kemudian ujung kaki disatukan
5). Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c.) Central Point :
Pertengahhan antara SIAS dan Sisbisis Pibis
d). Central Ray :
Vertikal tegak lurus kaset
e). FFD : 100 cm
f). Kaset : 35x35 cm
g). Kriteria radiograf :
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
3) Lesser trochanter berada pada medial border femur
4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi
5) Greater trochanter terlihat
6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf
8) Columna verebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis

10
Gambar 8 : Radioraf Pelvis AP pria

Gambar 9 : Radiograf Pelvis AP Wanita

2.4. Proteksi radiasi


2.4.1. Proteksi bagi pasien
1. Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan
dokter
2. Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
3. Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto
4. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
5. Waktu penyinaran sesingkat mungkin
6. Pasien menggunakan Lead Apron
7. Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya

11
2.4.2. Proteksi bagi petugas
1. Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
2. Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi
3. Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama
bertugas
2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum
1. Pintu pemeriksaan tertutup rapat
2. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
3. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan
4. Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron

12
BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien


Nama :Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 58 tahun
Alamat : Long Bata
No RM : 4188*
No. Foto : R.
Dr. Pengirim : dr. Rusydi,Sp.B
Tanggal Pemeriksaan : 13 January 2020
Permintaan Pemeriksaan : PELVIS AP
Diagnose : Nyeri pangkal Pinggul

Gambar 10: Surat Pengantar

13
3.2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 13 januari 2020, pasien mendatangi Rumah Sakit
Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh Untuk memeriksakan kelainan yang
dirasakan pada daerah pangkal pahanya. Pasien kemudian datang
memeriksakan nya ke dokter dengan keluhan sakit tersebut, kemudian dokter
mendiagnosa telah terjadi kekakuan pada daerah pinggul atau Hip joint dan
kemudian menyarankan untuk Photo rontgen Pelvis di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh. Pasien kemudian
datang ke Instalasi Radiologi dengan membawa pengantar dari dokter yang
selanjutnya akan dilakukannya pemerikssaan PELVIS AP yang sesuai dengan
pengantar tersebut.
3.3. Prosedur Pemeriksaan
3.3.1. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-x siap pakai
2. Film dan kaset radiografi dengan ukuran 30x40 cm
3. Timbal
4. Marker R
5. Plester
6. Gunting
7. Pulpen
3.3.2. Persiapan Khusus
Pada dasarnnya pemeriksaan pelvis AP ini tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan untuk menganti pakeyan
dengan pakeyan yang telah disediakan khusus untuk pasien. Tujuan nya
adalah untuk menghindari dari pernak pernik pakeyan seperti kancing,
resleting, koin dalam kantung celana atau apapun itu yang bersifat logam
dan dapat menganggu citra dari sebuah radiograf dan demi menggindari
sebuah pengulangan photo yang dilakukan oleh radiographer tersebut.
Selain di atas, petugas juga wajib memberitahukan mengenai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan terhaddap pasien atau keluarga yang

14
berada dalam ruangan tersebut agar mengindari sebuah perihal salah
paham terhdap mereka.

3.4. Teknik Pemeriksaan


3.4.1. Pelvis AP
(a.) Posisi Pasien
Pasien Supine (terlentang) di atas meja pemeriksaan,
dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas dada demi
kenyamanan pasien dan agar tidak menganggu hasil radiograf
yang dihasilkan.

Gambar 11 : posisi pasien dengan pemeriksaan pelvis AP


(b.)Posisi Objek
(1.)Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pasien pada
pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true
supine.
(2.)Kedua kaki dirotasikan internal
(3.)Megatur kedua SIAS agar simetris dan berjarak sama ke
meja pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis
tidak rotasi.
(c.) Pengaturan Sinar dan Exposi
(1.)Arah sinar/central ray :vertical tegak lurus
pertengahan kaset dan IR.

15
(2.)Titik bidik/central point : Pertengahan antara SIAS
dan symphysis pubis
(3.)Fokus Film Distense(FFD) : 100cm.
(4.)Ukuran kaset dan film : 30x40cm (Pakai Grid)
(5.)Exposi : saat pasien
tidak bergerak
(6.)kV : 70
(7.)mA : 200
(8.)S : 0,16

(d.) Kriteria Radiograf


(1.) Tampak tulang pelvis beserta kedua Hip Joint
(2.) Pelvis tidak mengalami rotasi
(3.) Kedua tulang Iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
(4.) `Proximal femur,greater thochanter tampak dalam
radiograf

Gambar 12 : Hasil Radiograf

16
3.5. Hasil Pembacaan Radiograf

Dari hasil bacaan oleh dr. I yang merupakan Salah Satu Radiolog di
Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati menyatakan bahwasannya :

a. Fracture fragmented
b. Collom os. Femur sinistra dengan aulsi
c. Kedudukan buruk

Gambar 13 : Surat hasil bacaan Dokter Sp.Rad

3.6 Pembahasan Kasus

17
Fraktur adalah kerusakan atau patah tulang yang disebabkan oleh
adanya trauma ataupun tenaga fisik. Pada kondisi normal, tulang mampu
menahan tekanan. Namun jika terjadi penekanan ataupun benturan yang
lebih besar dan melebihi kemampuan tulang untuk bertahan, maka akan
terjadi frakture (Garner, 2008; Price & Wilson, 2006). Untuk melihat ada
atau tidaknya fracture maka diperlukan sebuah tindakan radiodiagnostik
sebagai pemeriksaan penunjang.

Di Insatalasi Radiologi Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati


Banda Aceh, pemeriksaan Pelvis dengan kasus fracture pada caput femur
ini sendiri menggunkan proyeksi Anterior Postorior (AP) pelvis sesuai
dengan permintaan dan diagnose dari dokter pengirim.

Dengan proyeksi ini akan terlihat bagian dari caput femur di bagian
sinistra yang mengalami fracture yang dialami oleh pasien yang berinisial
Tn.A yang mana beliau mengeluh tentang kesakitan atau nyeri pada bagian
pinggangnya yang mengharuskannya berjalan menggunakan bantuan
tongkat.

18
BAB IV
PENUTUP

2.5. Kesimpulan

Pemeriksaan radiografi pada pelvis dengan kasus fracture pada caput femur
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati menggunakan
teknik pemeriksaaan Pelvis dengan proyeksi anterior posterior sehingga kedua
dari sendi panggul atau Hip Joint dapat terlihat dan dapat dibandingkan.

Dengan proyeksi AP ini, akan terlihat jelas celah sendi panggul tampak AP
yang membuka, tampak juga tulang tulang pembentuk Hip Joint yang mana dapat
di bandingkan antara kedua bagian Hip Joint.

2.6. Saran

Pada pemeriksaan Pelvis AP dengan kasus fracture pada caput femur


sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan Hip Joint dengan Proyeksi anterior
posterior dan lateral agar lebih memfokuskan klinis yang dialami oleh pasien
tersebut. Tetapi karena pasien menegeluh Sakit pada Pinggang, maka tidak terlalu
masalah jikalau dilakukannya pemeiksaan PELVIS AP karna kriteria gambaran
juga mencakup pada kedua Hip Joint yang mana dapat dilihat fracture pada
bagain caput femur.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and


Related
Anatomy, Fifth Edition. St. Louis Missori : The CV Mosby Company.
Better Health (2015). X-Ray Examinations Levy, J. NIH (2015). MedlinePlus.

Imaging and Radiology.

Cambridge Communication Limited. 1999. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Cleveland Clinic (2017). Nuclear Medicine Imaging: Test Details

Ma, B. NIH (2016). MedlinePlus. X-Ray.

Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis


proses-proses penyakit. Jakarta : Penerbit EG
2

Anda mungkin juga menyukai