LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan 1
DISUSUN OLEH:
SADDAM ARFIANSYAH
NPM : 22134050038
Kepala Ruangan
CI INSTALASI RADIOLOGI DOSENDosen Pendamping
PENDAMPING
NADIA SURAHMI,A.Md.RMIK,S.Pd.,M.Si
NIDN:1306099001
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan Hip
Joint dengan Kasus Fraktur di Klinik Bunda Thamrin “ ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan ( PKL ) 1 Semester Tiga, Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Banda Aceh, yang bertempat di Klinik Bunda Thamrin.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua penulis
2. Ibu Nadia Surahmi, A.Md. RMIK, S.Pd., M.Si selaku Ketua Prodi D-III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Banda Aceh
3. Ibu Yuni Maulida, A.Md.Rad selaku Clinical Instructure ( CI ) Praktek Kerja
Lapangan I di Klinik Bunda Thamrin
4. Seluruh Radiografer dan Staf Klinik Radiologi Bunda Thamrin
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
PENGESAHAN.....................................................................................................ii
PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................3
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................4
2.1 Anatomi Hip Joint atau Sendi Panggul..................................................4
2.2 Patologi Fraktur......................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Radiologi Fraktur..............................................................8
2.4 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Hip Joint..........................................9
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN............................................17
3.1 Identitas Pasien.....................................................................................17
3.2 Riwayat Pasien.....................................................................................17
3.3 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Hip Joint........................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
4.1. Kesimpulan.........................................................................................19
4.2. Sarn.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Hip Joint................................................................................4
Gambar 2.2 Jenis-jenis fraktur.................................................................................7
Gambar 2.3 Posisi pasien dan radiograf proyeksi AP Unilateral..........................10
Gambar 2.4 Posisi pasien dan radiograf proyeksi unilateral frog leg....................11
Gambar 2.5 Proyeksi axiolateral inferosuperior....................................................12
Gambar 2.6 Posisi pasien dan proyeksi modifikasi axiolateral..............................14
Gambar 2.7 Posisi pasien dan Radiograf proyeksi AP Bilateral...........................15
Gambar 2.8 Posisi pasien dan Radiograf proyeksi AP Bilateral Frog-Leg ..........16
Gambar 3.1 Gambar Radiografi Hip Joint.............................................................18
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Fraktur terbagi menurut bentuk putusnya (jaringan) tulang. Beberapa diantaranya
yaitu fraktur tertutup, fraktur terbuka, fraktur nondisplaced (oblique), dan fraktur
displace (oblique). Sedangkan terdapat beberapa klasifikasi dalam fraktur, yaitu
kompresi, terbuka, tertutup/simple, greenstick, transverse, spiral comminuted, dan
impacted (Long, 2016).
Menurut Bontrager, (2018) pemeriksaan radiografi hip joint yaitu
pemeriksaan radiografi untuk melihat kelainan pada proksimal femur dan hip. Pada
pemeriksaan radiografi hip joint untuk melihat kelainan proksimal femur dan hip
menggunakan proyeksi AP Unilateral Hip, dan proyeksi lateral yang terdapat
beberapa maca antara lain, proyeksi Unilateral Frog-Leg untuk kondisi non trauma
hip, Axiolateral Inferosuperior untuk melihat jika ada kemungkinan fraktur dan
dislokasi dalam situasi trauma hip ketika kaki yang sakit tidak dapat digerakan,
proyeksi Modifikasi Axiolateral untuk melihat sisi lateral jika ada fraktur pada
proksimal femur atau hip
Menurut Bontrager (2018), terdapat pula proyeksi tambahan untuk
menampakkan kedua Hip yaitu proyeksi AP Bilateral Hip dan Bilateral Frog-Leg
Menurut jurnal yang berjudul "Plain Radiography of the Hip: A Review of
Radiographic Techniques and Image Features", (Lim dan Park, 2015), menjelaskan
tentang pemeriksaan radiografi hip joint untuk mengetahui penyakit struktural hip
yang memadai dan andal secara umum. Pemeriksaan ini dilakukan proyeksi AP dan
lateral. Pada proyeksi AP mencakup gambar kedua sisi hip pada film yang sama
7
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi hip joint dengan indikasi
fraktur Collum Femur menurut kajian literatur
2 Untuk mengetahui efektivitas penggunaan proyeksi untuk pemeriksaan hip joint
dengan indikasi fraktur collum femur dan masing-masing literatur
8
BAB II
DASAR TEORI
Hip joint atau sendi panggul adalah sendi antara caput femoralis dengan
acetabullum. Permukaan sendinya ditutupi oleh synovial yang sangat kuat. Hip joint
diklasifikasikan sebagai tipe synovial, yang dicirikan oleh capsul fibrosa besar yang
berisi cairan synovial. Hip joint merupakan sendi yang dapat bergerak bebas atau
diarthrodial. Caput femur membentuk lebih dari setengah bola yang relatif dalam,
acetabullum berbentuk cangkir. Hip joint melekat kuat karena berfungsi untuk
menopang berat tubuh. Sekitar sendi capsul articular kuat dan padat, dengan bagian
paling tebal pada superior, karena sendi panggul berfungsi untuk menahan beban
(Bontrager, 2018). Anatomi hip joint atau sendi pinggul dapat dilihat seperti pada
gambar 2.1 berikut ini
Keterangan gambar:
1. Acetabullum
2. Ligamentum capitis femoris
3. Head femoris
4. Synovial fluid
5. Greater trochanter
6. Neck femoralis
Gambar 2.1 Anatomi Hip Joint (Long, 2016)
Sendi panggul adalah sendi synovial varietas sendi putar. Kepala femur ke
dalam acetabullum tulang koska. Acetabullum diperdalam kaitan labrum acetabular
yang mengelilinginya. Ligamen ini sebenernya sebuah pinggiran tulang rawan fibrus
yang memperdalam dan menambah kemampuan menerima permukaan yang dibentuk
acetabullum guna menerima kepala femur (Pearce, 2017).
9
Ligamen kapsuler sendi panggul adalah tebal dan kuat dan membatasi gerakan
sendi ke semua jaringan. Ligamennya juga diperkuat secara khusus oleh simpai-
simpai dari serabut di dalam beberapa bagian. Salah satu yang terpenting dari simpai-
simpai ini terletak di depan sendi ini yaitu ligamen liofemoral Ligamen ini membatasi
ekstensi pada sendi, maka dengan demikian membantu mempertahankan sikap tegak
tubuh jika berdiri (Pearce, 2017)
2.2. Patologi Fraktur
Fraktur adalah putusnya (jaringan) pada tulang. Fraktur terit gi menurut
bentuk putusnya (jaringan) tulang. Beberapa diantaranya yaitu fraktur tertutup,
fraktur terbuka, fraktur nondisplace, dan fraktur displace. Sedangkan terdapat
beberapa klasifikasi dalam fraktur, yaitu kompresi, terbuka, close/simple, greenstick,
transverse, spiral, comminuted, dan impacted (Long, 2016).
Menurut Corwin, (2009) fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang
Jenis fraktur yang mungkin terjadi sangat bervariasi dan bergantung pada
berbagai factor seperti besar/kuatnya trauma, trauma langsung/tidak langsung, um
penderita dan lokasi fraktur. Apabila fraktur terjadi pada atau dekat persendian,
mungkin terdapat fraktur pada tulang disertai dislokasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi
Menurut Wiarto, (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
a.Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada
bagian kuar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan
dengan bagian luar.
b. Fraktur terbuka
10
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka
pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga ikut
menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka membuat
tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena
terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas terjadi
patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi
Menurut Wiarto (2017), terdapat pula jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara
lain:
a. Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur ini, segmen- segmen tulang yang patah direposisi atau
direkduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen ini akan stabil dan
biasanya dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua
fragmen tulang.
c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap
tulang.
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis ini
biasanya sulit ditangani
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang yang berada diantara vertebra
f .Fraktur spiral
11
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstremitas. Fraktur ini menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak cepat sembuh dengan imobilisasi
Keterangan
1 Fraktur Transversal
2. Fraktur Linear
3. Fraktur Non-displaced (oblique)
4. . Fraktur displaced (oblique)
5. Fraktur Spiral 6 Fraktur Greenstick
7. Fraktur Comminuted
Dalam bukunya, Duckworth (2010) menyertakan pula jenis fraktur pada proksimal
femur, antara lain
a. Faktur Collum Femoris/Fractures of the Neck of Femur
Merupakan epidemi di negara maju dan kasus tertinggi kedua setelah
osteoporosis. Fraktur collum femoris terjadi karena imbas dari cidera parah.
Pada fraktur collum femur osteoporosis, fraktur bisa terjadi meski hanya
karena cidera ringan atau bahkan tanpa cidera sama sekali Hal ini karena bisa terjadi
karena kondisi tulang yang memang sudah rapuh. Usia penderita dan kondisi
medisnya mungkin perlu dinilai dan diobati terlebih dahulu sebelum perawatanbedah
dari fraktur dilakukan.
12
b. Fraktur intrakapsular
Fraktur jenis ini terjadi melalui collum fernoris tepat dibawah caput femoris.
Biasanya terjadi karena penderita jatuh dan penderita tidak mampu menanggung berat
tubuhnya. Dapat membuat kaki terotasi dari posisi sebenarnya.
Kelangsungan hidup penderita adalah pertimbangan pertama pada fraktur.
Hasil survey menunjukkan bahwa 30-40% penderita meninggal dalam 12 bulan pasca
fraktur. Mobilisasi dini penting dilakuka untuk menghindar komplikasi jangka
panjag, teridiri dari dua metode perawatan yaitu, reduksi fraktur dan fiksasi internal,
penggantianbola dari femur dengan prothesis
c. Fraktur intertrochanteric
Merupakan tipe fraktur ekstrakapsular dan terjadi diwilayah metaphyseal
diantara dua trochanter pada proksimal femur. Karena suplai darah ke area fraktur
cukup memadai, fraktur tersebut cenderunguntuk Bersatu kembali tanpa kesulitan.
Fiksasi internal fraktur intertrochanteric dengan sekrup hip dinamis (DHS) adalah
metode pengobatan pilihan. Alat tersebut berfungsi sebagai fiksasi untuk mendorong
penyatuan fraktur Setelah sembuh pemendekan lulang dapat saja terjadi
13
dan simetrisnya. Selain itu juga mempermudah pengukuran head femur jika ada
rencana penggantian dengan hemiarthoplasty.
14
c. Posisi objek
Tepatkan femoral neck dan sejajarkan dengan CR ke pertengahan meja
pemeriksaan atau kaset, fidak ada rotasi pada pelvis, rotasikan kaki yang
diperiksa 5° sampai 20
d. Pengaturan sinar
Central Ray (CR) tegak lurus menuju femoral neck
e. Factor teknis
FFD 102 cm, kaset ukuran 24cm x 30cm, grid
f. Kriteria radiograf
Tampak 1/3 proksimal femur bersamaan dengan acetabulum dan bagian-
bagian yang berdekatan dari pubis, ischium, dan illium Greater
trochanter, femoral head, dan neck tampak profil penuh.
15
c. Posisi objek
fleksikan knee dan hip yang sakit dengan telapak kaki sebagai
sandaran jika memungkinan Abduct femur 45° dari arah vertical untuk
bagian proksimal femur Tempatkan femoral neck yang sakit pada
pertengahan meja pemeriksaan atau kaset
d. Pengaturan sinar
CR vertical tegak lurus terhadap kaset.
e. Faktor teknis
FFD 102 cm, kaset ukuran 24cm x 30cm, grid
f. Kriteria radiograf
Tampak 1/3 proksimal femur pada posisi lateral yaitu acetabulum,
femoral head, dan femoral neck Posisi abduksi femur ditunjukkan
dengan tampak femoral neck yang superimposisi dengan
greater trochanter
Gambar 2.4 Posisi pasien dan radiograf proyeksi unilateral frog leg-
mediolateral : HIP dan Proksimal Femur (Bontrager, 2018)
16
b. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang dengan diberi bantal pada kepala. angkat pelvis 3-5 cm
jika memungkinkan dengan menempatkan penyangga dibawah pelvis.
c. Posisi objek
Angkat dan fleksikan kaki yang tidak sakit dengan posisi vertical dan diluar
bidang kolimasi untuk mendukung posisi ini. Tidak ada rotasi pada pelvis.
Gunakan lokasi hip untuk mengidentifikasi dan sejajarkan femoral neck.
Tempatkan kaset disamping dan diatas iliac crest dan femoral neck paralel
tegak lurus terhadap kaset. Rotasikan kaki yang sakit 15 sampai 20 kecuali
kontra indikasi oleh kemungkinan fraktur atau patologi lainnya:
d. Pengaturan sinar
CR tegak lurus menuju femoral neck atau kaset
e. Faktor teknis
FFD 102 cm, kaset ukuran 24cm x 30cm, grid
f. Kriteria radiograf
Tampak 1/3 proksimal femur dengan acetabulum dan tampak pubis, ischium,
ilium apabila terdapat alat ortopedi harus terlihat secara keseluruhan. Hanya
sebagian kecil, jika ada, tampak lesser trochanter pada kaki yang sakit.
Tampak bagian distal femoral neck yang superimposisi dengan
greater trochanter
17
4. Proyeksi modifikasi adolateral (Clements Nakayama Method) HIP dan Proksimal
Femur
a) Tujuan
Menampakkan sisi lateral hip joint dan proksimal femur untuk pasien trauma,
b) Posisi pasien
Tidur terlentang, posisikan sisi yang sakit dekat dengan tepi meja pemeriksaan
dengan kedua kaki lurus, beri bantal pada kepala dan tempatkan lengan
menyilang diatas dada.
c) posisi objek
Pertahankan kaki dalam kondisi netral (posisi anatomi).Letakkan kaset pada
bucky panjang yang menempatkan tepi bawah kaset sekitar 5 cm dibawah
permukaan meja pemeriksaan Miringkan kaset sekitar 15" dari vertical dan
sesuaikan kaset untuk mastikan bahwa permukaan kaset sejajar
dengan arah sinar
d) Pengaturan sinar
CR menyudut mediolateral sesuai kebutuhan sehingga tegak lurus dan CP
pada femoral neck. Kaset harus dimiringkan ke belakang 15' sampai
20° dari horizontal
e) Factor teknis
FFD 102 cm, kaset ukuran 24cm x 30cm, grid
f) Kriteria radiograf
Tampak posisi lateral oblik dari acetabulum, femoral head, neck, dan
trochanteric area. Tampak seluruhnya dari femoral head dan neck del an
hanya sedikit superimposisi dengan greater trochanter. Lesser trochanter
tampak pada bagian posterior menuju poros femur
18
Gambar 2.6 Posisi pasien dan proyeksi modifikasi axiolateral
(Clements Nakayama Method) : HIP dan Proksimal
Femur (Bontrager, 2018)
Menurut (Bontrager, 2018), terdapat pula proyeksi tambahan untuk menampakkan
kedua Hip Joint yaitu, sebagai berikut:
1. Proyeksi AP Bilateral Hip
a. Tujuan untuk melihat fraktur, dislokasi sendi, penyakit
degeneratif dan lesi tulang
b. Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan diletakkan di
depan dada agar tidak menutupi gambaran yang diinginkan.
c. Posisi Obyek
Mengatur MSP (Mid Sagital Plane) pemeriksaan dan pasien dalam
posisi true supine. Rotasi internal pada kaki 15-20 dan mengatur
collum femoris paralel dengan IR (Image Receptor) atau kaset.
Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle joint agar
posisi tidak berubah Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja
pemeriksaan sama untuk memastikan pelvis tidak rotasi
d. Pengaturan sinar
Sinar vertikal tegak lurus pada pertengahan kaset CP pada 2 inchi atau
5 cm inferior SIAS selevel dengan femoral head
e. Factor teknis
FFD 102 cm, IR (Image Receptor) 35 x 43 cm (14 x 17 inchi)
melintang, Grid.
19
f. Kritena Radiograf
Tampak anatomi dari sacrum, coccyx caput dan collum femoralis,
greater trochanter dan Lesser trochanter. Tampak 1/3 proksimal femur
karena untuk melihat hip. Tidak ada rotasi yang ditandai simetris pada
wings, ischial spine dan dua obturator foramen Ischial spine kanan dan
kin berukuran sama. Optimal eksposi yang memperlihatkan daerah L5
dan sacrum, margin caput femoralis dan acetabullum. Trabekuler dari
struktur femoralis dan pelvis tampak, menunjukkan tidak ada gerakan.
20
2). Proyeksi AP Bilateral Frog-Leg
a) Tujuan
untuk memperlihatkan trauma hip alau perkembangan dysplasis pada hip yang
diketahui sebagai dislokasi kongential hip
b) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan kedua tangan menyilang diatas dada
c) Posisi Obyek
MSP (Mid Sagital Plane) diatur tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
Dipastikan bahwa tidak ada rotasi pada pelvis. Jarak dari meja ke masing-
masing SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior) adalah sama Kedua knee
diflesikan 90 dan kedua plantar ditemukan, kedua femur abduksi 40-45
d) Pengaturan sinar
Sinar vertikal tegak lurus pada pertengahan kaset CP pada 2 inchi atau 5 cm
inferior SIAS selevel dengan femoral head
e) Factor teknis
FFD 102 cm, IR (Image Receptor) 35 x 43 cm (14 x 17 inchi) melintang, Grid
f) Kriteria Radiograf
Tampak caput dan collum fermonis, acetabullum, dan area trochanter
21
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. CSI
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 73 Tahun
No. Foto : 501712083
Dr. Pengirim : dr.Fera Maulida
Tanggal Pemeriksaan : 08 November 2023
Permintaan Pemeriksaan : Hip Joint
22
3.3.3. Teknik Pemeriksaan Radiografi hip joint
Proyeksi AP
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
Posisi Objek : - kaki ekstensi
- aturfemur pada posisi true AP (Pedis menghadap ke
atas)
- atur femur pada pertengahan kaset
- pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang
terpotong
Central point (CP) : pertengahan femur
Central Ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset
FFD : 100 cm
Kaset : 30x40cm dibagi dua
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan dari review jurnal ini dapat diambil kesimpulan
yaitu:
1. Prosedur pemeriksaan radiografi hip joint yang didapat dari studi literatur,
dilakukan tanpa persiapan khusus. Proyeksi yang yang digunakan yaitu
proyeksi AP dengan menampakkan kedua hip pada satu film yang sama dan
lateral. Selain menggunakan Proyeksi AP dan lateral dapat pula menggunakan
proyeksi Bristol Hip View
4.2. Saran
1. Sebaiknya pada pemeriksaan radiografi hip joint dan untuk menegakkan
klinis fraktur collum femur menggunakan proyeksi AP Bilateral Hip, karena
sudah mendapatkan gambaran kedua hip, dan cukup informatif dalam
pembacaan radiograf untuk menentukan kelainan. Dan proyeksi tambahannya,
yaitu menggunakan proyeksi lateral. Apabila proyeksi lateral tidak dapat
diperoleh karena kondisi pasien tidak memungkinkan, maka dapat
menggunakan proyeksi yang dirasa nyaman untuk pasien yaitu dapat
menggunakan proyeksi Axiolateral modifikasi (Clements Nakayama Method)
atau dapat pula menggunakan proyeksi Bristol Hip View.
2. Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan perlu menggunakan gonads
shield atau ovarium shield untuk proteksi radiasi pasien
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN KERJA
(PKL2) SEMESTER TIGA DI KLINIK BUNDA THAMRIN BANDA ACEH
CI INSTITUSI