Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI III

TEKNIK PEMERIKSAAN URETHROGRAFI PADA KASUS RUPTURE URETRA


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Guna Memenuhi Laporan Praktikum III

Disusun Oleh:
Febiola Claudini Della Primmimedika
P1337430117003

Dosen Mata Kuliah:


Ary Kurniawati, SST, M.Si

PROGRAM STUDI D-III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul

“Teknik Pemeriksaan Urethrografi pada Kasus Rupture Uretra di Instalasi Radiologi RSUD

dr. Saiful Anwar Malang”.

Laporan ini dibuat untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Urethrografi pada

Kasus Rupture Uretra juga untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Teknik Radiografi

III.

Laporan ini terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Warijan, SPd, A.Kep, Mkes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang,

2. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi,

3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, S.T, M.Si selaku ketua prodi D-III Teknik Radiologi,

4. dr.Restu Kurnia Tjahjani,M.Kes, selaku Direktur RSUD dr. Saiful Anwar Malang,

5. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis, serta

bantuan moril dan materiil.

6. dr. Irma Darinafitri, Sp. Rad, selaku kepala Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful

Anwar Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis,

7. Ibu Ary Kurniawati, SST, M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Radiografi III.

2
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis

berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat.

Semarang, November 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 8

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 8

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 9

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 10

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 11

2.1 Anatomi dan Fisiologi Urethrografi.................................................. 11

2.2 Patologi Urethrografi......................................................................... 15

2.3 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Urethrografi................................. 16

2.4 Proteksi Radiasi.................................................................................. 21

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN................................................. 23

3.1 Identitas Pasien................................................................................... 23

3.2 Riwayat Pasien................................................................................... 23

3.3 Prosedur Pemeriksaan......................................................................... 24

3.4 Pembahasan Kasus............................................................................. 33

4
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 34

A. Kesimpulan......................................................................................... 34

B. Saran................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 36

LAMPIRAN.............................................................................................................. 37

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Uretra pada Pria dan Wanita................................................... 14

Gambar 2.2 Foto Polos Pelvis AP............................................................................. 18

Gambar 2.3 Radiograf polos pelvis AP..................................................................... 18

Gambar 2.4 Proyeksi AP Urethrografi .................................................................. 20

Gambar 2.5 Kandung kemih terisi kontras............................................................. 20

Gambar 2.6 Proyeksi Oblik kanan Uretrografi dan hasil radiograf oblik kanan .... 21

Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Toshiba RSUD dr. Saiful Anwar Malang................. 25

Gambar 3.2 Computed Radiography RSUD dr. Saiful Anwar Malang.................. 25

Gambar 3.3 Printer RSUD dr. Saiful Anwar Malang.............................................. 26

Gambar 3.4 Imaging Plate RSUD dr. Saiful Anwar Malang.................................. 26

Gambar 3.5 Iohexol Injection ................................................................................ 26

Gambar 3.6 Gliserin............................................................................................... 26

Gambar 3.7 Kateter........................................................................................ ............27

Gambar 3.8 Spuit 20cc............................................................................................ 27

Gambar 3.9 Handscoon......................................................................................... 27

Gambar 3.10 Kassa Steril.................................................................................... 27

Gambar 3.11 Bengkok ........................................................................................ 27

Gambar 3.12 Kapas Alkohol.............................................................................. 27

6
Gambar 3.13 Urethrografi Pelvis AP (polos).................................................... 29

Gambar 3.14 Urethrografi Pelvis Oblik Kanan (Polos)..................................... 30

Gambar 3.15 Urethrografi Oblik Kanan (Pemasukkan Media Kontras)............. 32

Gambar 3.16 Hasil Bacaan Dokter Radiologi.......................................................... 37

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan Urethrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan

menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara retrograde,

dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra. Dalam anatomi, uretra

adalah saluran yang menghubungkan kandung kemih ke saluran kencing. Uretra berfungsi

sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada

pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air kencing.

Dari semua cedera yang terdapat dalam unit gawat darurat, 10% diantaranya

merupakan cedera sistem urogenitalia. Kebanyakan dari cedera tersebut terabaikan dan sulit

untuk mendiagnostik dan memerlukan keahlian diagnostik yang baik. Diagnosis awal sangat

perlu untuk mencegah komplikasi lanjut. Cedera uretra merupakan cedera yang jarang dan

paling sering terjadi pada laki-laki, biasanya bersamaan dengan terjadinya fraktur pelvis atau

“straddle injury”. Cedera uretra jarang terjadi pada wanita. Beberapa bagian dari uretra dapat

mengalami laserasi, terpotong, atau memar. Penatalaksaannya bermacam-macam tergantung

pada derajat cedera. Menurut anatomisnya, uretra dibedakan menjadi dua, uretra posterior

terdiri atas pars prostatika dan pars membranasea dan uretra anterior yang terdiri atas pars

bulbosa dan pars pendulosa. Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra

anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan perbedaan dalam

hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan serta prognosisnya.

8
Dalam melaksanakan praktek penulis menjumpai pasien dengan keluhan nyeri pada

bagian saluran kencing, bahkan nyeri tersebut membuat pasien tidak bisa kencing. Gangguan

tersebut merupakan kumpulan gejala yang dinamakan Ruptur Uretra yang juga diartikan

sebagai salah satu kasus kegawatdaruratan urologi karena adanya trauma lain yang lebih

mengancam nyawa. Pemeriksaan radiologi pada saluran kencing memiliki peran penting

dalam mendiagnosis kelainan pada uretra.

Dalam kesempatan praktek, penulis mendapat tempat praktek di Instalasi Radiologi

RSU dr. Saiful Anwar Malang yang juga menangani berbagai pemeriksaan radiologi foto

kontras. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan di instalasi ini adalah pemeriksaan

Urethrografi khususnya untuk penegakkan diagnose Ruptur Uretra dengan menggunakan

berbagai proyeksi menurut (Merrill’s, 2016) yaitu foto Pelvis AP dan Oblique. Bagaimana

pemeriksaan Urethrografi pada kasus Ruptur Uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful

Anwar Malang. Hal ini yang mendorong penulis tertarik mengambil topik ini dan ingin

membahas lebih dalam mengenai teknik pemeriksaannya. Dengan demikian penulis

mengangkat Laporan Praktikum berjudul “Teknik Pemeriksaan Urethrografi pada Kasus

Rupture Uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana pemeriksaan Urethrografi dengan kasus Rupture Uretra di Instalasi

Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagi berikut:

9
1.3.1 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Urethrografi dengan kasus Rupture Uretra

di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya mengenai teknik pemeriksaan Urethrografi pada kasus Rupture Uretra di Instalasi

Radiologi RSU dr. Saiful Anwar Malang

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk

memberi saran dan kritik yang membangun radiografer dan mahasiswa agar bisa diterapkan

sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas radiograf secara optimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

10
2.1 Anatomi dan Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli-buli melalui proses

miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra

anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra

dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,

serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.

Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga

pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot lurik

dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.

Pada saat miksi sfingter ini tetap terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan miksi

(Merrill’s, 2016).
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan

pembukaan vagina. Sedangkan, pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya,

wanita lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.

Panjang uretra laki-laki dewasa sekitar 18 cm, dengan perbandingan uretra posterior 3 cm dan

uretra anterior 15 cm, titik baginya berada antara 2 lokasi pada membran perineal (Merrill’s,

2016).

Uretra pada umumnya uretra pada laki-laki dapat dibedakan ke dalam 2 bagian yaitu :

A. Uretra posterior :

1. Uretra pars prostatika

Uretra pars prostatika terhubung sampai ke prostat, mulai dari basis prostat sampai pada

apeks prostat. Panjangnya kira-kira 3cm dan mempunyai lumen yang lebih besar daripada di

bagian lainnya. Dalam keadaan kosong, dinding anterior bertemu dengan dinding posterior.

Dinding anterior dan dinding lateral membentuk lipatan longitudinal. Pada dinding posterior

di linea mediana terdapat crista urethralis, yang mengarah ke cranialis berhubungan dengan

uvula vesicae, dan ke arah caudal berlanjut pada pars membranasea. Pada crista urethralis

11
terdapat suatu tonjolan yang dinamakan collicus seminalis (verumontanum), berada pada

perbatasan segitiga bagian medial dan sepertiga bagian caudal uretra pars prostatika. Pada

puncak dari colliculus terdapat sebuah lubang, disebut utriculus prostaticus, yang

merupakan bagian dari suatu diverticulum yang menonjol sedikit ke dalam prostat(Merrill’s,

2016).

2. Uretra pars membranasea

Uretra pars membranasea mengarah ke caudo-ventral, mulai dari apeks prostat

menuju ke bulbus penis dengan melewati diaphragma pelvis dan diaphragma urogenitale.

Merupakan bagian yang terpendek dan tersempit, serta kurang mampu berdilatasi. Ukuran

panjang 1 – 2 cm, terletak 2,5 cm di sebelah dorsal tepi caudal symphysis osseum pubis.

Dikelilingi oleh sphincter urethrae membranasea pada diaphragma urogenitale. Tepat di

caudalis diaphragma urogenitale, dinding dorsal urethra berjalan sedikit di caudalis

diaphragma. Ketika memasuki bulbus penis urethra membelok ke anterior membentuk

sudut lancip. Glandula bulbourethralis terletak di sebelah cranial membrana perinealis,

berdekatan pada kedua sisi uretra. Saluran keluar dari kelenjar tersebut berjalan melewati

membrana perinealis, bermuara pada pangkal uretra pars spongiosa(Merrill’s, 2016).

B. Uretra anterior :

3. Uretra pars bulbosa

Uretra pars bulbosa bermula di proksimal setinggi aspek inferior dari

diafragma urogenitalia, yang menembus dan berjalan melalui korpus spongiosum.

Korpus spongiosum merupakan jaringan serabut otot polos dan elastin yang kaya

akan vaskularisasi. Kapsul fibrosa yang dikenal sebagai tunika albuginea mengelilingi

korpus spongiosum. Korpus spongiosum dan korpus kavernosum bersama-sama

12
ditutupi oleh dua lapisan berurutan. Lapisan ini antara lain fascia buck’s dan fascia

dartos, fascia buck’s merupakan lapisan paling tebal yang terdiri dari dua lapisan dan

masing-masing terdiri atas lamina interna dan eksterna. Dua lamina dari fascia buck’s

membelah diri untuk menutupi korpus spongiosum. Fascia dartos merupakan lapisan

jaringan ikat longgar subdermal yang berhubungan dengan fascia colles di

perineum(Merrill’s, 2016).

4. Uretra pars spongiosa

Uretra pars spongiosa berada di dalam corpus spongiosum penis, berjalan di dalam

bulbus penis, corpus penis sampai pada glans penis. Bagian yang difiksasi dengan baik

dimulai dari permukaan inferior membrane perinealis, berjalan di dalam bulbus penis.

Bulbus penis menonjol kira-kira 1,5 cm di sebelah dorsal uretra. Dalam keadaan

kosong, dinding uretra menutup membentuk celah transversal dan pada glans penis

membentuk celah sagital. Lumen uretra pars spongiosa masing-masing di dalam bulbus

penis, disebut fosssa intrabulbaris, dan pada glans penis, dinamakan fossa navicularis

urethrae. Lacunae urethrales ( = lacuna morgagni ) adalah cekungan-cekungan yang

terdapat pada dinding uretra di dalam glans penis yang membuka kearah ostium uretra

eksternum, dan merupakan muara dari saluran glandula urethrales. Ostium uretra

eksternum terdapat pada ujung glans penis dan merupakan bagian yang paling

sempit(Merrill’s, 2016).

5. Lumen Uretra

13
Lumen uretra terletak di tengah bagian posterior korpus spongiosum melalui uretra

pars bulbosa, tetapi berpusat pada uretra pars pendulosa. Berdasarkan definisinya, uretra

pars bulbosa tidak hanya ditutupi oleh korpus spongiosum, tetapi juga oleh

penggabungan garis tengah dari otot ischiokavernosus. Otot bulbospongiosum berakhir

hanya pada proksimal sampai penoskrotal junction, dimana uretra berlanjut ke distal

sebagai uretra pars pendulosa. Uretra pars pendulosa dekat dengan korpus korporal di

bagian dorsal. Di distal sebagian besar bagian dari uretra anterior adalah fossa

naviculare, yang dikelilingi oleh jaringan spongiosa dari glans penis(Merrill’s, 2016).

Gambar 2.1 Anatomi Uretra pada Pria dan Wanita

2.1 Patologi Uretra

14
Menurut (Merrill’s, 2016) patologi pada uretra adalah Ruptur uretra. Ruptur uretra

sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena jatuh atau

kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu: Ruptur Uretra

Posterior dan Anterior.

1. Ruptur Uretra Posterior

Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah

suprapubik dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan.

Bila disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum.

Pasien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian

bawah.Kemungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada

pasien yang telah didiagnosis fraktur pelvis. Akan tetapi, banyaknya darah pada

meatus uretra tidak berhubungan dengan beratnya cedera. Teraba buli-buli yang

cembung (distended), urin tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada

perineum atau ekimosis perineal merupakan tanda tambahan yang merujuk pada

gangguan uretra.

Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling

penting dari kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan

pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan infeksi pada periprostatik dan

perivesical dan konversi dari incomplete laserasi menjadi complete laserasi. Cedera

uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstruksi karena edema dan

bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam.

Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh tergantung fascia yang

rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis

dan septisemia, bila terjadi infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna

mengindikasikan pentingnya uretrografi untuk menegakkan diagnosis.

15
2. Ruptur Uretra Anterior

Pada rupture uretra anterior terdapat memar atau hematom pada penis dan

skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera

uretra. Bila terjadi rupture uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil

sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik. Pada

perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang penuh.

Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang

atau instrumentasi dan darah yang menetes dari uretra. Jika terjadi rupture uretra

beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas

pada fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun

jika fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles

sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu

robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly

hematoma atau hematoma kupu-kupu.

2.2 Prosedur Pemeriksaan Urethrografi


a. Pengertian
Pemeriksaan Urethrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan

menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara

retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra.

b. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien dianjurkan

kencing sebelum pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak bercampur dengan

16
urine yang menyebabkan densitas tinggi, kontras rendah menyebabkan

gambaran lusent sehingga kandung kemih tidak dapat dinilai (Bontrager,

2001).
2) Persiapan Alat dan Bahan
(a) Pesawat sinar-x
(b) Kaset dan film 35 x 43cm beserta marker
(c) Media kontras Iohexol
(d) Gliserin
(e) Kateter
(f) Spuit
(g) Handscoon
(h) Kassa steril
(i) Bengkok atau mangkuk steril
(j) Kapas alkohol
c. Teknik Pemeriksaan Urethrografi

Menurut Bontrager, (2001) teknik pemeriksaan uretrografi adalah sebagai

berikut :

1. Foto Pendahuluan Pelvis AP (Polos)

Dilakukan sebelum media kontras dimasukkan dengan tujuan untuk

mengetahui persiapan pasien, mengetahui struktur keseluruhan organ sebelum

dimasukkan media kontras, mengetahui ketepatan posisi dan menentukan faktor

eksposi selanjutnya.

(a) Posisi Pasien :

- Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan

17
(b) Posisi Objek :

- Mengatur MSP tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan

- Mengatur kedua kaki lurus dan kedua tangan disamping tubuh.

(c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.

(d) Kaset : ukuran kaset 35x43cm

(e) CR :Tegak lurus dengan kaset.

(f) CP : Titik bidik 5 cm diatas symphisis pubis.

(g) SID : 100 cm.

(h) Faktor Eksposi: 62 kV, 200 mA, 0,15s

(i) Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran dari

tulang pelvis.

Gambar 2.2 Foto Polos Pelvis AP Gambar 2.3 Radiograf polos pelvis

AP

18
Setelah dilakukan foto pendahuluan (polos), langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras

dimasukkan ke kandung kemih dengan menggunakan kateter yang telah terpasang

melalui uretra kemudian media kontras dimasukkan perlahan dengan spuit.

Pengambilan foto dilakukan pada saat bersamaan media kontras dimasukkan ke

uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero posterior), oblik kanan atau

kiri.

2. Proyeksi Pelvis AP (Urethrografi)

Tujuan dari proyeksi Pelvis AP (Urethrografi) adalah untuk melihat kandung

kemih dan seluruh bagian uretra dari pandangan anterior.

(a) Posisi Pasien :

- Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan

(b) Posisi Objek :

- Mengatur MSP tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan

- Mengatur kedua kaki lurus dan kedua tangan disamping tubuh.

(c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.

(d) Kaset : ukuran kaset 35x43cm

19
(e) CR : Tegak lurus dengan kaset.

(f) CP : Titik bidik 5 cm diatas symphisis pubis.

(g) SID : 100 cm.

(h) Faktor Eksposi: 62 kV, 200 mA, 0,15s

(i) Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis.

Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih dan uretra yang terisi media

kontras dengan kandung kemih tidak superposisi dengan symphisis pubis.

Gambar 2.4 Proyeksi AP Urethrografi Gambar 2.5 Kandung kemih terisi kontras

3. Proyeksi Pelvis Oblik kanan atau kiri (Urethrografi)

Tujuan dari proyeksi pelvis oblik kanan atau kiri (urethrografi) adalah untuk

menilai bagian uretra dan kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.

20
(a) Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
(b) Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi

oblik yang dimaksud.


- Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di tempatkan

menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan.


(c) Batas atas kaset pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah simpisis

pubis
(d) Kaset : ukuran 35 x 43cm
(e) CR : Vertikal tegak lurus kaset.
(f) CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang

menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar

dengan border symphisis pubis.


(g) SID : 100 cm.

(h) Faktor Eksposi : 63 kV, 200mA, 0,16s

Gambar 2.6 Proyeksi Oblik kanan Uretrografi dan hasil radiograf oblik kanan

2.3 Proteksi Radiasi

21
2.4.1. Proteksi bagi pasien

 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter

 Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan

 Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari

pengulangan foto

 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan

 Waktu penyinaran sesingkat mungkin

 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya

2.4.2. Proteksi bagi petugas

 Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas

 Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi

 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas

2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum

 Pintu pemeriksaan tertutup rapat

 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum

 Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan

 Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya pemeriksaan,

orang tersebut harus menggunakan apron

22
BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. DH

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 63 Tahun

Alamat : Malang

No. RM : 114xxxxx

No. Foto : 23393

Dr. Pengirim : dr. Krishna

Tanggal Pemeriksaan : 16 Oktober 2018

Permintaan Pemeriksaan : Urethrografi

Diagnosa : STEMI + susp rupture uretra

3.2 Riwayat Pasien

23
Pada tanggal 16 Oktober 2018, pasien mendatangi RSUD dr. Saiful Anwar

Malang untuk memeriksakan sakit yang dirasakan pada daerah alat kelaminnya.

Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan nyeri pada alat kelamin

selama 1 minggu belakangan dan tidak bisa buang air kecil, lalu keluar darah pada

daerah kelaminnya, kemudian dokter mendiagnosa adanya ruptur uretra dan

melakukan foto rontgen uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

Pasien datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat permintaan pemeriksaan

radiologi dari dokter. Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen uretrografi.

3.3 Prosedur Pemeriksaan

3.3.1 Persiapan Alat

1. Pesawat Sinar-X siap pakai

Merk : Toshiba BLR-1000A

Tipe : DR-3724 H

No. Seri : 12k114

kV max : 150 kV

Max input power : 100 va

Min filtration : 1-2mm Aleq

2. Imaging Plate ukuran 35 x 43 cm

3. Computed Radiography

4. Printer

5. Media kontras Iohexol


6. Gliserin
7. Kateter
8. Spuit 20cc
9. Handscoon
10. Kassa steril
11. Bengkok atau mangkuk steril
12. Kapas alkohol

24
Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Toshiba RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Gambar 3.2 Computed Radiography RSUD dr. Saiful Anwar Malang

25
Gambar 3.3 Printer RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Gambar 3.4 Imaging Plate RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Gambar 3.5 Iohexol Injection Gambar 3.6 Gliserin

26
Gambar 3.7 Kateter Gambar 3.8 Spuit 20cc

Gambar 3.9 Handscoon Gambar 3.10 Kassa Steril

27
Gambar 3.11 Bengkok Gambar 3.12 Kapas Alkohol

3.3.2 Persiapan Pasien

Pada dasarnya pemeriksaan ini tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya

saja pasien dianjurkan melepaskan benda-benda logam yang berada di sekitar

daerah panggul agar tidak menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf.

Dalam hal ini diantaranya yakni sabuk, resleting celana, maupun benda – benda

logam lainnya.

Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prosedur

pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan dari pasien

tersebut.

3.3.3 Teknik Pemeriksaan Urethrografi Pelvis AP (polos)

 Posisi Pasien

Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan

 Posisi Objek :

a) Mengatur MSP tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan

28
b) Mengatur kedua kaki lurus dan kedua tangan disamping tubuh.

c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.

 Pengaturan Sinar

a) CR : Tegak lurus dengan kaset.

b) CP : Titik bidik 5 cm diatas symphisis pubis.

c) SID : 100 cm.

d) Ukuran Kaset : 35 x 43cm

e) Faktor Eksposi : 62 kV, 200 mA, 0,15s

 Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan

gambaran dari tulang pelvis.

Gambar 3.13 Urethrografi Pelvis AP (polos)

29
3.3.4 Teknik Pemeriksaan Urethrografi Pelvis Oblik Kanan (polos)

 Posisi Pasien :
Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
 Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan

posisi oblik yang dimaksud.


- Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di tempatkan

menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan.


- Batas atas kaset pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah

simpisis pubis
 Pengaturan Sinar :
- Kaset : ukuran 35 x 43cm
- CR : Vertikal tegak lurus kaset.
- CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang

menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar

dengan border symphisis pubis.


- SID : 100 cm.

- Faktor Eksposi : 63 kV, 200mA, 0,16s

 Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran

dari tulang pelvis.

Gambar 3.14 Urethrografi Pelvis Oblik Kanan (Polos)

30
Setelah dilakukan foto (polos), langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

pemasukan media kontras (Iohexol) yaitu dengan cara media kontras dimasukkan

ke kandung kemih secara perlahan dengan menggunakan spuit yang ujungnya

dilapisi kanula dan mengolesi kanula dengan gliserin. Pengambilan foto dilakukan

pada saat bersamaan media kontras dimasukkan ke uretra.

3.3.5 Teknik Pemeriksaan Urethrografi Pelvis Oblik Kanan (Urethrografi)

 Posisi Pasien :
- Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
 Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan

posisi oblik yang dimaksud.


- Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di tempatkan

menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan.


- Batas atas kaset pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah

simpisis pubis
 Pengaturan Sinar :
- Kaset : ukuran 35 x 43cm
- CR : Vertikal tegak lurus kaset.
- CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang

menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar

dengan border symphisis pubis.


- SID : 100 cm.

- Faktor Eksposi : 65 kV, 200mA, 0,17s


31
 Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih dan uretra yang terisi

media kontras, dan gambaran dari tulang pelvis.

Gambar 3.15 Urethrografi Oblik Kanan (Pemasukkan Media Kontras)

3.3.6 Hasil Baca Radiograf

- Pada foto polos tidak tampak gambaran batu radioopaq sepanjang traktus

urinarius yang tervisualisasi

- Kontras water soluble diencerkan 1:1 sebanyak 15cc dimasukkan ke orifisium

urethra eksternum menggunakan metal canule, kontras dimasukkan 15cc

kemudian backflow. Pasien diexpose

- Tampak kontras mengisi pars penile dan pars bulbosa, dengan caliber urethra

pars penile normal, dinding reguler

- Tampak ekstravasasi kontras pada urethra pars bulbosa. Dengan lusensi

bentuk rounded pada pars bulbosa

- Tidak tampak kontras mengisi urethra pars membranacea, pars prostatica, dan

vesika urinaria

32
Kesimpulan :
Ruptur urethra pars bulbosa dengan clot retensi sesuai AAST grade IV

3.4 Pembahasan Kasus

Pemeriksaan Urethrografi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar

Malang menggunakan proyeksi pelvis AP dan Oblique untuk foto polos, lalu

kemudian foto dengan memasukkan media kontras hanya menggunakan satu

proyeksi yaitu Pelvis Oblique untuk menampakkan gambaran media kontras yang

mengisi uretra. Akan tetapi pada pars penile dan pars bulbosa, media kontras

tersebut backflow akibat adanya trauma pada uretra. Sebelumnya telah dijelaskan

di dalam (Bontrager, 2001) bahwa ada tiga proyeksi pemeriksaan yaitu: foto polos

pelvis AP dan Oblik, selanjutnya dengan dimasukkan media krontras pasien difoto

proyeksi pelvis oblik saja. Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang

untuk pemeriksaan Uretrografi hanya menggunakan proyeksi Pelvis AP dan oblik

(polos), dan proyeksi pelvis oblik dengan media kontras karena untuk

menggambarkan persiapan pasien sebelum media kontras tersebut masuk dan

setelah media kontra tersebut masuk di organ vital pasien. Dan juga untuk melihat

seberapa dalam media kontras tersebut masuk didalam uretra. Pemeriksaan

Urethrografi jarang dilakukan karena jarang ada pasien yang datang dengan trauma

uretra ke Instalasi Radiologi RS dr. Saiful Anwar.

33
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Dari pembahasan laporan praktikum dengan judul “Teknik Pemeriksaan

Urethrografi Pada Kasus Rupture Uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar

Malang” diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk teknik pemeriksaan urethrografi

dengan kasus rupture uretra digunakan pemeriksaan proyeksi foto polos pelvis AP dan

Oblik, dan pelvis Oblik Urethrografi. Hal itu dikarenakan proyeksi tersebut dianggap

lebih bisa untuk menegakkan diagnosa dan mengevaluasi kasus trauma uretra ( rupture

uretra) pada pasien.

Apabila menggunakan tiga metode menurut ketentuan di dalam (Bontrager, 2001)

maka untuk foto pelvis AP dan Oblik dengan pemasukkan media kontras akan

membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus berulang kali memasukkan media

kontras yang backflow kedalam uretra pasien.

Pada pemeriksaan urethrografi pada kasus rupture uretra ini, hasil radiograf sudah

dapat dievaluasi oleh dokter radiologi dan sudah mampu memberikan cukup informasi

yang dibutuhkan.

34
4.2 Saran
Pemeriksaan urethrografi pada kasus rupture uretra sebaiknya hanya

menggunakan 2 proyeksi untuk melihat persiapan pasien yaitu: pelvis AP dan Oblik,

dan satu foto dengan pemasukan media kontras untuk foto pelvis Oblik. Sebelum

pemeriksaan seharusnya melepas benda logam yang menimbulkan artefak pada

gambar dan jika pasien masih bisa kencing sebaiknya dianjurkan untuk kencing

dahulu sebelum pemeriksaan agar media kontras tidak bercampur didalam uretra.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth I., dan John P Lampignano, 2001. Textbook of Radiographic Positioning

and Related Anatomy, Edisi kedelapan. St. Louise : Mosby.

Rollins, Bruice W. Log dan Barbara J Smith. 2016. Merrill’s Atlas of Radiographic

Positioning and Procedures. Thirteenth Edition Vol. II. Mosby Elsevier.

36
LAMPIRAN

Gambar 3.16 Hasil Bacaan Dokter Radiologi

37

Anda mungkin juga menyukai