Disusun Oleh:
Febiola Claudini Della Primmimedika
P1337430117003
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul
“Teknik Pemeriksaan Urethrografi pada Kasus Rupture Uretra di Instalasi Radiologi RSUD
Laporan ini dibuat untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Urethrografi pada
Kasus Rupture Uretra juga untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Teknik Radiografi
III.
Laporan ini terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
1. Bapak Warijan, SPd, A.Kep, Mkes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang,
2. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi,
3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, S.T, M.Si selaku ketua prodi D-III Teknik Radiologi,
4. dr.Restu Kurnia Tjahjani,M.Kes, selaku Direktur RSUD dr. Saiful Anwar Malang,
5. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis, serta
6. dr. Irma Darinafitri, Sp. Rad, selaku kepala Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful
Anwar Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis,
7. Ibu Ary Kurniawati, SST, M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Radiografi III.
2
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 8
4
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 34
A. Kesimpulan......................................................................................... 34
B. Saran................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 36
LAMPIRAN.............................................................................................................. 37
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Proyeksi Oblik kanan Uretrografi dan hasil radiograf oblik kanan .... 21
Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Toshiba RSUD dr. Saiful Anwar Malang................. 25
6
Gambar 3.13 Urethrografi Pelvis AP (polos).................................................... 29
7
BAB I
PENDAHULUAN
menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara retrograde,
dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra. Dalam anatomi, uretra
adalah saluran yang menghubungkan kandung kemih ke saluran kencing. Uretra berfungsi
sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada
pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air kencing.
Dari semua cedera yang terdapat dalam unit gawat darurat, 10% diantaranya
merupakan cedera sistem urogenitalia. Kebanyakan dari cedera tersebut terabaikan dan sulit
untuk mendiagnostik dan memerlukan keahlian diagnostik yang baik. Diagnosis awal sangat
perlu untuk mencegah komplikasi lanjut. Cedera uretra merupakan cedera yang jarang dan
paling sering terjadi pada laki-laki, biasanya bersamaan dengan terjadinya fraktur pelvis atau
“straddle injury”. Cedera uretra jarang terjadi pada wanita. Beberapa bagian dari uretra dapat
pada derajat cedera. Menurut anatomisnya, uretra dibedakan menjadi dua, uretra posterior
terdiri atas pars prostatika dan pars membranasea dan uretra anterior yang terdiri atas pars
bulbosa dan pars pendulosa. Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra
anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan perbedaan dalam
8
Dalam melaksanakan praktek penulis menjumpai pasien dengan keluhan nyeri pada
bagian saluran kencing, bahkan nyeri tersebut membuat pasien tidak bisa kencing. Gangguan
tersebut merupakan kumpulan gejala yang dinamakan Ruptur Uretra yang juga diartikan
sebagai salah satu kasus kegawatdaruratan urologi karena adanya trauma lain yang lebih
mengancam nyawa. Pemeriksaan radiologi pada saluran kencing memiliki peran penting
RSU dr. Saiful Anwar Malang yang juga menangani berbagai pemeriksaan radiologi foto
kontras. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan di instalasi ini adalah pemeriksaan
berbagai proyeksi menurut (Merrill’s, 2016) yaitu foto Pelvis AP dan Oblique. Bagaimana
pemeriksaan Urethrografi pada kasus Ruptur Uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful
Anwar Malang. Hal ini yang mendorong penulis tertarik mengambil topik ini dan ingin
9
1.3.1 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Urethrografi dengan kasus Rupture Uretra
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya mengenai teknik pemeriksaan Urethrografi pada kasus Rupture Uretra di Instalasi
Manfaat praktis yang dapat diambil dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
memberi saran dan kritik yang membangun radiografer dan mahasiswa agar bisa diterapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1 Anatomi dan Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli-buli melalui proses
miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra
anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra
dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,
serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga
pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot lurik
dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.
Pada saat miksi sfingter ini tetap terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan miksi
(Merrill’s, 2016).
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan
pembukaan vagina. Sedangkan, pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya,
wanita lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.
Panjang uretra laki-laki dewasa sekitar 18 cm, dengan perbandingan uretra posterior 3 cm dan
uretra anterior 15 cm, titik baginya berada antara 2 lokasi pada membran perineal (Merrill’s,
2016).
Uretra pada umumnya uretra pada laki-laki dapat dibedakan ke dalam 2 bagian yaitu :
A. Uretra posterior :
Uretra pars prostatika terhubung sampai ke prostat, mulai dari basis prostat sampai pada
apeks prostat. Panjangnya kira-kira 3cm dan mempunyai lumen yang lebih besar daripada di
bagian lainnya. Dalam keadaan kosong, dinding anterior bertemu dengan dinding posterior.
Dinding anterior dan dinding lateral membentuk lipatan longitudinal. Pada dinding posterior
di linea mediana terdapat crista urethralis, yang mengarah ke cranialis berhubungan dengan
uvula vesicae, dan ke arah caudal berlanjut pada pars membranasea. Pada crista urethralis
11
terdapat suatu tonjolan yang dinamakan collicus seminalis (verumontanum), berada pada
perbatasan segitiga bagian medial dan sepertiga bagian caudal uretra pars prostatika. Pada
puncak dari colliculus terdapat sebuah lubang, disebut utriculus prostaticus, yang
merupakan bagian dari suatu diverticulum yang menonjol sedikit ke dalam prostat(Merrill’s,
2016).
menuju ke bulbus penis dengan melewati diaphragma pelvis dan diaphragma urogenitale.
Merupakan bagian yang terpendek dan tersempit, serta kurang mampu berdilatasi. Ukuran
panjang 1 – 2 cm, terletak 2,5 cm di sebelah dorsal tepi caudal symphysis osseum pubis.
berdekatan pada kedua sisi uretra. Saluran keluar dari kelenjar tersebut berjalan melewati
B. Uretra anterior :
Korpus spongiosum merupakan jaringan serabut otot polos dan elastin yang kaya
akan vaskularisasi. Kapsul fibrosa yang dikenal sebagai tunika albuginea mengelilingi
12
ditutupi oleh dua lapisan berurutan. Lapisan ini antara lain fascia buck’s dan fascia
dartos, fascia buck’s merupakan lapisan paling tebal yang terdiri dari dua lapisan dan
masing-masing terdiri atas lamina interna dan eksterna. Dua lamina dari fascia buck’s
membelah diri untuk menutupi korpus spongiosum. Fascia dartos merupakan lapisan
perineum(Merrill’s, 2016).
Uretra pars spongiosa berada di dalam corpus spongiosum penis, berjalan di dalam
bulbus penis, corpus penis sampai pada glans penis. Bagian yang difiksasi dengan baik
dimulai dari permukaan inferior membrane perinealis, berjalan di dalam bulbus penis.
Bulbus penis menonjol kira-kira 1,5 cm di sebelah dorsal uretra. Dalam keadaan
kosong, dinding uretra menutup membentuk celah transversal dan pada glans penis
membentuk celah sagital. Lumen uretra pars spongiosa masing-masing di dalam bulbus
penis, disebut fosssa intrabulbaris, dan pada glans penis, dinamakan fossa navicularis
terdapat pada dinding uretra di dalam glans penis yang membuka kearah ostium uretra
eksternum, dan merupakan muara dari saluran glandula urethrales. Ostium uretra
eksternum terdapat pada ujung glans penis dan merupakan bagian yang paling
sempit(Merrill’s, 2016).
5. Lumen Uretra
13
Lumen uretra terletak di tengah bagian posterior korpus spongiosum melalui uretra
pars bulbosa, tetapi berpusat pada uretra pars pendulosa. Berdasarkan definisinya, uretra
pars bulbosa tidak hanya ditutupi oleh korpus spongiosum, tetapi juga oleh
hanya pada proksimal sampai penoskrotal junction, dimana uretra berlanjut ke distal
sebagai uretra pars pendulosa. Uretra pars pendulosa dekat dengan korpus korporal di
bagian dorsal. Di distal sebagian besar bagian dari uretra anterior adalah fossa
naviculare, yang dikelilingi oleh jaringan spongiosa dari glans penis(Merrill’s, 2016).
14
Menurut (Merrill’s, 2016) patologi pada uretra adalah Ruptur uretra. Ruptur uretra
sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena jatuh atau
kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu: Ruptur Uretra
Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah
suprapubik dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan.
Bila disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum.
Pasien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian
pasien yang telah didiagnosis fraktur pelvis. Akan tetapi, banyaknya darah pada
meatus uretra tidak berhubungan dengan beratnya cedera. Teraba buli-buli yang
cembung (distended), urin tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada
perineum atau ekimosis perineal merupakan tanda tambahan yang merujuk pada
gangguan uretra.
Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling
penting dari kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan
perivesical dan konversi dari incomplete laserasi menjadi complete laserasi. Cedera
uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstruksi karena edema dan
Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh tergantung fascia yang
rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis
dan septisemia, bila terjadi infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna
15
2. Ruptur Uretra Anterior
Pada rupture uretra anterior terdapat memar atau hematom pada penis dan
skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera
uretra. Bila terjadi rupture uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil
sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik. Pada
Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang
atau instrumentasi dan darah yang menetes dari uretra. Jika terjadi rupture uretra
beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas
pada fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun
jika fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles
sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu
retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra.
b. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien dianjurkan
16
urine yang menyebabkan densitas tinggi, kontras rendah menyebabkan
2001).
2) Persiapan Alat dan Bahan
(a) Pesawat sinar-x
(b) Kaset dan film 35 x 43cm beserta marker
(c) Media kontras Iohexol
(d) Gliserin
(e) Kateter
(f) Spuit
(g) Handscoon
(h) Kassa steril
(i) Bengkok atau mangkuk steril
(j) Kapas alkohol
c. Teknik Pemeriksaan Urethrografi
berikut :
eksposi selanjutnya.
17
(b) Posisi Objek :
(c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.
(i) Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran dari
tulang pelvis.
Gambar 2.2 Foto Polos Pelvis AP Gambar 2.3 Radiograf polos pelvis
AP
18
Setelah dilakukan foto pendahuluan (polos), langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras
uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero posterior), oblik kanan atau
kiri.
(c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.
19
(e) CR : Tegak lurus dengan kaset.
(i) Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis.
Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih dan uretra yang terisi media
Gambar 2.4 Proyeksi AP Urethrografi Gambar 2.5 Kandung kemih terisi kontras
Tujuan dari proyeksi pelvis oblik kanan atau kiri (urethrografi) adalah untuk
menilai bagian uretra dan kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.
20
(a) Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
(b) Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi
pubis
(d) Kaset : ukuran 35 x 43cm
(e) CR : Vertikal tegak lurus kaset.
(f) CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang
menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar
Gambar 2.6 Proyeksi Oblik kanan Uretrografi dan hasil radiograf oblik kanan
21
2.4.1. Proteksi bagi pasien
pengulangan foto
22
BAB III
Nama : Tn. DH
Umur : 63 Tahun
Alamat : Malang
No. RM : 114xxxxx
23
Pada tanggal 16 Oktober 2018, pasien mendatangi RSUD dr. Saiful Anwar
Malang untuk memeriksakan sakit yang dirasakan pada daerah alat kelaminnya.
Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan nyeri pada alat kelamin
selama 1 minggu belakangan dan tidak bisa buang air kecil, lalu keluar darah pada
melakukan foto rontgen uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Tipe : DR-3724 H
kV max : 150 kV
3. Computed Radiography
4. Printer
24
Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Toshiba RSUD dr. Saiful Anwar Malang
25
Gambar 3.3 Printer RSUD dr. Saiful Anwar Malang
26
Gambar 3.7 Kateter Gambar 3.8 Spuit 20cc
27
Gambar 3.11 Bengkok Gambar 3.12 Kapas Alkohol
Dalam hal ini diantaranya yakni sabuk, resleting celana, maupun benda – benda
logam lainnya.
tersebut.
Posisi Pasien
Posisi Objek :
28
b) Mengatur kedua kaki lurus dan kedua tangan disamping tubuh.
c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.
Pengaturan Sinar
29
3.3.4 Teknik Pemeriksaan Urethrografi Pelvis Oblik Kanan (polos)
Posisi Pasien :
Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan
simpisis pubis
Pengaturan Sinar :
- Kaset : ukuran 35 x 43cm
- CR : Vertikal tegak lurus kaset.
- CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang
menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar
Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran
30
Setelah dilakukan foto (polos), langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
pemasukan media kontras (Iohexol) yaitu dengan cara media kontras dimasukkan
dilapisi kanula dan mengolesi kanula dengan gliserin. Pengambilan foto dilakukan
Posisi Pasien :
- Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek :
- Daerah panggul diatur miring 35–400, kekanan/kekiri sesuai dengan
simpisis pubis
Pengaturan Sinar :
- Kaset : ukuran 35 x 43cm
- CR : Vertikal tegak lurus kaset.
- CP : Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang
menghubungkan kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar
- Pada foto polos tidak tampak gambaran batu radioopaq sepanjang traktus
- Tampak kontras mengisi pars penile dan pars bulbosa, dengan caliber urethra
- Tidak tampak kontras mengisi urethra pars membranacea, pars prostatica, dan
vesika urinaria
32
Kesimpulan :
Ruptur urethra pars bulbosa dengan clot retensi sesuai AAST grade IV
Malang menggunakan proyeksi pelvis AP dan Oblique untuk foto polos, lalu
proyeksi yaitu Pelvis Oblique untuk menampakkan gambaran media kontras yang
mengisi uretra. Akan tetapi pada pars penile dan pars bulbosa, media kontras
tersebut backflow akibat adanya trauma pada uretra. Sebelumnya telah dijelaskan
di dalam (Bontrager, 2001) bahwa ada tiga proyeksi pemeriksaan yaitu: foto polos
pelvis AP dan Oblik, selanjutnya dengan dimasukkan media krontras pasien difoto
proyeksi pelvis oblik saja. Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang
(polos), dan proyeksi pelvis oblik dengan media kontras karena untuk
setelah media kontra tersebut masuk di organ vital pasien. Dan juga untuk melihat
Urethrografi jarang dilakukan karena jarang ada pasien yang datang dengan trauma
33
BAB IV
4.1 Simpulan
Urethrografi Pada Kasus Rupture Uretra di Instalasi Radiologi RSUD dr. Saiful Anwar
Malang” diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk teknik pemeriksaan urethrografi
dengan kasus rupture uretra digunakan pemeriksaan proyeksi foto polos pelvis AP dan
Oblik, dan pelvis Oblik Urethrografi. Hal itu dikarenakan proyeksi tersebut dianggap
lebih bisa untuk menegakkan diagnosa dan mengevaluasi kasus trauma uretra ( rupture
maka untuk foto pelvis AP dan Oblik dengan pemasukkan media kontras akan
membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus berulang kali memasukkan media
Pada pemeriksaan urethrografi pada kasus rupture uretra ini, hasil radiograf sudah
dapat dievaluasi oleh dokter radiologi dan sudah mampu memberikan cukup informasi
yang dibutuhkan.
34
4.2 Saran
Pemeriksaan urethrografi pada kasus rupture uretra sebaiknya hanya
menggunakan 2 proyeksi untuk melihat persiapan pasien yaitu: pelvis AP dan Oblik,
dan satu foto dengan pemasukan media kontras untuk foto pelvis Oblik. Sebelum
gambar dan jika pasien masih bisa kencing sebaiknya dianjurkan untuk kencing
dahulu sebelum pemeriksaan agar media kontras tidak bercampur didalam uretra.
35
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth I., dan John P Lampignano, 2001. Textbook of Radiographic Positioning
Rollins, Bruice W. Log dan Barbara J Smith. 2016. Merrill’s Atlas of Radiographic
36
LAMPIRAN
37