Anda di halaman 1dari 10

Makalah OP C5

Strategi Dalam Perencanaan Konseling Pribadi Sosial :

Layanan Responsif

Dosen pengampu : Rofiqa Duri, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 10

Anggota :

Khairun Nadiya 190402010

Sasa Bila Risma 190402029

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGER- AR-RANIRY BANDA ACEH

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“Strategi dalam perencanaan konseling pribadi sosial : Layanan Responsif ‘’. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perencanaan konseling pribadi sosial yang di
tampu oleh bapak Rofiqa Duri, M.Pd.

Penulis Mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. saran yang konstruktif kami harapkan dari para pembaca guna untuk
meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Banda Aceh, 4 november 2022

Penulis

Kelompok 10
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…..…………………………………………………………………......................
Daftar isi ………………………………………………………………………………................
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................
Latar Belakang …………………………………………………………………….......................
Rumusan Masalah ……………………………………………………………….........................
Tujuan Pembelajaran …………………………………………………………….........................
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. Pengertian layanan responsive……………………………………………...............................
B. Tujuan layanan responsif…….……………………………………………...............................
C. Focus pelayanan pengembangan responsif …………………………………………...……..
E. Contoh Kasus Layanan Responsif..................................................................................................
E. Strategi layanan responsif………………………………..…......................................................
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………...............
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian layanan responsive

layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang


berkebutuhan dan bermasalah yang membutuhkan pertolongan segera. Selain itu, layanan
responsive yaitu layanan Yang berupaya untuk membantu peserta didik dalam memenuhi
kebutuhan yang dirasakan pada saat ini, atau para peserta didik yang dipandang
mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. 1 Layanan
responsif merupakan jawaban atau tanggapan yang membantu bagi siswa yang sedang
membutuhkan solusi yang relevan dengan segera, karena jika tidak dibantu akan
mengalami kesulitan dalam proses pencapaian tugas perkembanganya. 2 Konseling
individual, konsultasi dengan orang tua, guru, ahli tangan kasus, dan konsultasi adalah
berbagai ragam yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.

Menurut Sunardi “Layanan responsif adalah layanan bimbingan dan konseling


yang diberikan sebagai respon atas terjadinya suatu permasalahan yang dihadapi oleh
siswa, sifatnya khusus karena hanya diberikan kepada siswa tertentu yang memiliki
(kasus) dan lebih berorientasi kepada upaya penyembuhan atau kuratif. Pelayanan
responsif dikhususkan kepada siswa yang memiliki masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu maka akan dapat
menimbulkan nganguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan yang harus
dilalui pada setiap individu”.3

Layanan responsif sebagai proses bantuan untuk menghadapi masalah dan


memerlukan pertolongan dengan secepatnya, supaya peserta didik tidak mengalami
hambatan dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan.

1
Mamat Supriatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasi Kompetensi. (Jakarta:Rajawali Pers, 20133). h. 69.
2
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT. Refika Aditama. 2007) h.
33.
3
Ramli, Nur Hidayah, dkk, “Sumber Belajar Penunjang PLPG 2007 Mata Pelajaran /Paket Keahlian Bimbingan Dan
Konseling”, tesis, (PLPG:2017), h. 9
B. Tujuan Layanan Responsif

Tujuan pelayanan responsif yaitu membantu konseli agar dapat memenuhi


kebutuhan dan memecahkan masalah atau membantu konseli yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi
konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi.

Bantuan yang diberikan bersifat segera, dalam artian pertolongan itu diberikan
kepada peserta didik atau klien dalam waktu cepat karena dikhwatirkan dapat
menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ketingkat yang lebih serius. Dapat
disimpulkan bahwa tujuan layanan responsif adalah membantu peserta didik yang
mengalami masalah dalam pembelajaran baik pribadi, akademik atau karier sesegera
mungkin supaya masalah dan hambatan dapat segera diselesaikan.

Selain itu, Layanan responsif bertujuan untuk membantu konseling/siswa yang


sedang mengalami masalah tertentu yang menyangkut dengan perkembangan pribadi,
sosial, serta belajar, dan karier. Dan Bantuan yang diberikan bersifat segera, agar tidak
menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ke tingkat yang lebih serius. 4

C. Fokus Layanan Responsif

Fokus layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada konseling/siswa yang


secara nyata mengalami masalah yang mengganggu perkembangan diri dan secara
potensial menghadapi masalah tertentu namun tidak menyadari bahwa dirinya memiliki
masalah. Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli.
Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif.

Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang
pilihan karier dan program studi, sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras,
narkotika dan pergaulan bebas. Masalah lainnya yaitu yang berkaitan dengan berbagai hal
yang mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli,
karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas
perkembangan. Masalah konseli tidak mudah diketahui langsung tetapi dapat dipahami
melalui gejala perilaku yang ditampilkannya.

Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang kemungkinan dialami konseli yaitu:

4
Ibid h. 9
1. Merasa cemas tentang masa depan.
2. Merasa rendah diri
3. Berperilaku impulsive
4. Membolos (tidak masuk sekolah tanpa ijin/ keterangan lain).
5. Malas belajar.
6. Kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif.
7. Kurang dapat bergaul.
8. Malas beribadah.
9. Masalah pergaulan bebas/ free sex.
10. Masalah tawuran
11. Pengelolaan stres.
12. Masalah dalam keluarga.

D. Aspek-aspek bidang pribadi


1. Bidang pribadi
a. Ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa
b. Perolehan system nilai
c. Kemandirian emosional
d. Pengembangan keterampilan intelektual
e. Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif

2. Bidang social
a. Berperilaku social yang bertanggung jawab
b. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya

3. Bidang belajar
a. Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
b. Kurang memahami cara belajar yang efektif
c. Kurang memahami cara membagi waktu belajar yang efektif
d. Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar

4. Bidang karier
a. Kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan
dan minat
b. Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang dunia kerja
c. Masih bingung untuk memilih pekerjaan
d. Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah
e. Belum memilih pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah tamat tidak masuk
dunia kerja.
E. Contoh Kasus Pengentasan Dengan Layanan Responsif

Harga diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh individu dan lingkungan yang berkaitan
dengan dirinya sendiri, yang mencerminkan sikap penerimaan, penolakan dan menunjukkan seberapa
jauh individu tersebut memahami dirinya mampu, penting, berhasil, bermakna serta berharga. Harga diri
yang tinggi menjadi hal yang sangat penting bagi individu guna untuk bisa menerima, memahami kondisi
dirinya, memiliki pandangan positif bagi dirinya, sehingga dapat membantu perkembangan diri individu
yang lebih baik secara pribadi, sosial dan akademik, dan selanjutnya mampu merencanakan masa depan
yang lebih baik.

Individu yang memiliki penilaian positif terhadap dirinya akan memiliki harga diri tinggi, yakni
memiliki sikap percaya diri, terbuka dengan orang lain, berani mengemukakan pendapat, menerima
kelebihan/kekurangan dirinya dan mampu memahami dirinya, sedangkan individu yang memiliki
penilaian negatif akan memiliki harga diri rendah yakni memiliki sikap tertutup, tidak percaya diri, malu
dalam mengemukakan pendapat, tidak menerima keadaan dirinya, tidak mampu memahami dirinya, dan
cenderung terpengaruh oleh pembicaraan lingkungan tentang dirinya.

strategi layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan harga diri salah satu nya adalah
layanan responsive. Layanan Responsif sebagai proses bantuan untuk menghadapi masalah dan
memerlukan pertolongan dengan segera, supaya peserta didik tidak mengalami hambatan dalam
pencapian tugas-tugas perkembangan. Strategi layanan responsif adalah konsultasi guru bimbingan
konseling dengan wali kelas, dan guru mata pelajaran yang bertujuan untuk memonitoring dan memiliki
informasi mengenai perkembangan siswa di dalam kelas, prestasi belajar, kehadiran, dan mengetahui
masalah pribadi siswa, sehingga guru bimbingan konseling dapat lebih mudah dan cepat mengetahui
penyebab rendahnya harga diri siswa dan dapat meningkatkan harga diri siswa dengan baik.

F. Strategi layanan responsive

Adapun strategi pengentasan masalah dengan menggunakan layanan responsif


yaitu layanan konseling individual, kelompok, layanan ahli tangan kasus, layanan
kolaborasi antara guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas, layanan kolaborasi
antara guru bimbingan dan konseling dengan orang tua siswa, dan kolaborasi antara guru
bimbingan dan konseling dengan pihak lain, layanan konsultasi, layanan bimbingan
teman sebaya, layanan koferensi kasus, dan layanan kunjungan rumah. Guru bimbingan
dan konseling memegang peranan penting dalam pengetasan masalah siswa di sekolah.

Ada beberapa point penting dalam strategi pelaksanaan pelayanan responsive, yakni:

1. Konseling Individual dan Kelompok : Pelayanan ini ditujukan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Peserta didik dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan
alternatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.

2. Referal : Guru pembimbing dapat mereferal/rujukan/mengalihtangankan masalah peserta


didik bila di luar kewenangannya kepada pihak yang lebih berwenang, seperti psikiater,
dokter, dan kepolisian.

3. Kolaborasi dengan Guru / Wali Kelas : Melalui kegiatan ini Guru pembimbing dapat
memperoleh informasi tentang prestasi belajar, kehadiran dan pribadi peserta didik dari
guru mata pelajaran, melalui wawancara atau isian angket.

4. Kolaborasi dengan Orangtua : Kolaborasi dengan orangtua peserta didik penting


dilakukan agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya di sekolah/madrasah
tetapi berlanjut di rumah. Saling memberikan informasi, pengertian dan tukar pendapat
dalam upaya memecahkan masalah dan mengembangkan potensi peserta didik.

5. Konsultasi :  Perlu konsultasi dengan pimpinan sekolah/madrasah, staf, guru-guru,


karyawan dan komite sekolah untuk membangun kesamaan persepsi dalam menciptakan
lingkungan  sekolah/madrasah yang kondusif, memberikan pelayanan kepada peserta
didik dan meningkatkan kualitas program.

6. Bimbingan Teman Sebaya : Melalui kegiatan ini peserta didik diberikan latihan oleh guru
pembimbing untuk menjadi pembimbing/mentor/tutor/mediator bagi peserta didik lain
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non akademik.

7. Konferensi Kasus : Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan


peserta didik yang bersifat terbatas dan tertutup. Kegiatan ini dihadiri oleh pihak-pihak
yang dapat memberikan keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik itu.

8. Kunjungan Rumah : Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh


data/keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani dalam upaya
mengentaskan masalahnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Sunardi “Layanan responsif adalah layanan bimbingan dan konseling


yang diberikan sebagai respon atas terjadinya suatu permasalahan yang dihadapi oleh
siswa, sifatnya khusus karena hanya diberikan kepada siswa tertentu yang memiliki
(kasus) dan lebih berorientasi kepada upaya penyembuhan atau kuratif. Pelayanan
responsif dikhususkan kepada siswa yang memiliki masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu maka akan dapat
menimbulkan nganguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan yang harus
dilalui pada setiap individu”.

Tujuan pelayanan responsif yaitu membantu konseli agar dapat memenuhi


kebutuhan dan memecahkan masalah atau membantu konseli yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi
konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi.

Fokus layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada konseling/siswa yang


secara nyata mengalami masalah yang mengganggu perkembangan diri dan secara
potensial menghadapi masalah tertentu namun tidak menyadari bahwa dirinya memiliki
masalah. Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli.
Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif.

Adapun strategi pengentasan masalah dengan menggunakan layanan responsif


yaitu layanan konseling individual, kelompok, layanan ahli tangan kasus, layanan
kolaborasi antara guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas, layanan kolaborasi
antara guru bimbingan dan konseling dengan orang tua siswa, dan kolaborasi antara guru
bimbingan dan konseling dengan pihak lain, layanan konsultasi, layanan bimbingan
teman sebaya, layanan koferensi kasus, dan layanan kunjungan rumah. Guru bimbingan
dan konseling memegang peranan penting dalam pengetasan masalah siswa di sekolah
REFERENSI

Mamat Supriatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasi Kompetensi. (Jakarta:Rajawali Pers, 20133). h. 69.

Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT. Refika Aditama.
2007) h. 33.

Ramli, Nur Hidayah, dkk, “Sumber Belajar Penunjang PLPG 2007 Mata Pelajaran /Paket
Keahlian Bimbingan Dan Konseling”, tesis, (PLPG:2017), h. 9

Anda mungkin juga menyukai