Anda di halaman 1dari 66

1

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGUKURAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI


MENGGUNAKAN UJI LATIH JANTUNG BEBAN
DENGAN KRITERIA SOKOLOW-LYON
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

Kajian Kepustakaan

Diajukan sebagai syarat dalam meraih Ahli Madya Kesehatan (A.Md. Kes)
Pada program studi Diploma Tiga (DIII) Teknik Kardiovaskuler,
Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Mega rezky

IRMAYANTI SAFARUDIN

173145408007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2020
2

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGUKURAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI


MENGGUNAKAN UJI LATIH JANTUNG BEBAN
DENGAN KRITERIA SOKOLOW-LYON
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

Kajian Kepustakaan

IRMAYANTI SAFARUDIN

173145408007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
3

KARYA TULIS ILMIAH

Gambaran Pengukuran Hipertrofi Ventrikel Kiri Menggunakan Uji Latih


Jantung Beban Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertensi

OVERVIEW OF THE MEASUREMENT OF LEFT VENTRICULAR


HYPERTROPHY USING THE LOAD CARDIAC TRAINING TEST IN
PATIENT WITH A DIAGNOSIS OF HYPERTENSION

IRMAYANTI SAFARUDIN
173145408007

Dibimbing oleh

dr. Citra Apriyanti,MARS

Pembimbing I

Hasnawati,SKM.,M.Kes

Pembimbing II

Penguji

dr.Muhammad Asrul Apris, Sp.JP(K).,M. Kes

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
4

HALAMAN PERSETUJUAN

Penelitian ini berjudul “GAMBARAN PENGUKURAN HIPERTROFI


VENTRIKEL KIRI MENGGUNAKAN UJI LATIH JANTUNG BEBAN
DENGAN KRITERIA SOKOLOW-LYON PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA HIPERTENSI” yang disusun oleh Irmayanti Safarudin dengan
NIM: 173145408007, telah dilakukan pembimbingan dengan seksama oleh
pembimbing I dan pembimbing II. Olehnya itu, memandang bahwa Proposal
tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh
Ujian Proposal.
PENGUJI

1. dr. Muhammad Asrul, SP.JP(K)., M. Kes ( )

PEMBIMBING

2. dr. Citra Apriyanti,MARS ( )

3. Hasnawati. SKM.M.Kes ( )

KETUA PRODI

1. dr. Muhammad Asrul, SP.JP(K)., M. Kes ( )

Makassar, 02 September 2020

Diketahui oleh:
Dekan,

Prof. Dr. Dra. Hj. Asnah Marzuki, M. Si., Apt


NUPN. 8879223419
5

HALAMAN PERSETUJUAN

Penelitian ini berjudul “GAMBARAN PENILAIAN HIPERTROFI

VENTRIKEL KIRI MENGGUNAKAN UJI LATIH JANTUNG BEBAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI” yang disusun oleh

Irmayanti Safarudin dengan NIM: 173145408007, telah dilakukan pembimbingan

dengan seksama oleh pembimbing I dan pembimbing II. Olehnya itu, memandang

bahwa Proposal tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui

untuk menempuh Ujian Proposal.

PENGUJI

4. dr. Muhammad Asrul, SP.JP(K)., M. Kes ( )

PEMBIMBING

5. dr. Citra Apriyanti,MARS ( )

6. Hasnawati. SKM.M.Kes ( )

KETUA PRODI

2. dr. Muhammad Asrul, SP.JP(K)., M. Kes ( )

Makassar, 02 September 2020

Diketahui oleh:
Dekan,

Prof. Dr. Dra. Hj. Asnah Marzuki, M. Si., Apt


NIP. 195612311987031022
6

HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari ini jumat tanggal 19 Februari 2021, bertempat di Ruang Prodi DIII
Teknik Kardiovaskuler, Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Mega rezky,
telah dilaksanakan Ujian Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Teknik
Kardiovaskuler terhadap mahasiswa atas nama:

Nama : Irmayanti Safarudin


NIM : 17 3145 408 001
Program Studi : Teknik Kardiovaskuler
Jenjang : Diploma III
Judul KTI/Skripsi : Gambaran Penilaian Hipertrofi Ventrikel Kiri Pada Uji
Latih jantung Beban Dengan Kriteria Sokolow-Lyon
Pada Pasien Dengan DiagnosaHipertensi .

Yang telah diuji oleh Tim Penguji KTI, sebagai berikut:

Tim Penguji Tanda Tangan

1. dr.Muhammad Asrul Apris, Sp.JP(K).,M.Kes ( )

Tim Pembimbing

1. dr. Citra Apriyanti,MARS ( )

2.Hasnawati,SKM.,M.Kes ( )

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi,

Prof.Dr.Dra.Hj.Asnah Marzuki, M.Si.,Apt dr.Muh.Asrul Apris, Sp.JP(K),M.Kes


NUPN. 8879223419 NIDN. 0929048502
7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang merupakan salah
satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi D-III
Teknik Kardiovaskuler Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Mega Rezky
Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari
segi penyusunan maupun dari pandangan pengetahuan, oleh karena itu penulis
mengharap adanya saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari
semua demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Selama proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini banyak kesulitan
dan hambatan yang penulis hadapi, namun atas bantuan bimbingan dan kerja
sama dari semua pihak yang terlibat di dalamnya sehingga hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Untuk itu perkenankanlah penulis
dengan segala hormat gddan kerendahan hati mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada dr. Citra Apriyanti,MARS selaku
pembimbing I dan Hasnawati. SKM.,Msi Selaku Pembimbing II dengan penuh
kesabaran, dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada penulis.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:


1. Bapak Dr. H. Alimuddin. SH.,MH.,MKn. Selaku Pembina YPI Mega Rezky
Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. selaku Ketua YPI Mega Rezky.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya ,Sp.PD.,Sp.JP(K). selaku Rektor
Universitas Mega Rezky.
4. Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Teknologi
8

Kesehatan.
5. Bapak dr.Muhammad Asrul, Apris Sp,JP(K).,M.kes selaku Ketua Program
Studi D-III Teknik Kardiovaskuler.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Mega Rezky yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan
selama ini.
7. Terkhusus penulis ucapkan kepada ayahanda Safarudin Tomia dan Ibunda
Wa Ode Nur Asia serta kakak tercinta Sulistia Ningsi S.Kep.,Ns dan Iwan
Setiawan S.Pdi dan Sarfan Dani Tomia Dan Briptu Rajab Womal dan
Brikpol Abd Wahab AnhariSarti selaku yang telah memberi dukungan dalam
pembuatan karya tulis ilmiah serta seluruh keluarga besar penulis atas segala
perhatian, pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa
selama ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Kardiovaskuler
Fakultas Teknologi Kesehatan angkatan 2017 dan yang tak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan dukungan selama perkuliahan sampai menyelesaikan
pendidikan.
Semoga semua bantuan dari semua pihak mendapatkan pahala yang
sebesar-besarnya dari Allah SWT, dan hasil proposal ini dapat menjadi bacaan
yang bermanfaat. Amin
Makassar, 02 September 2020

Penulis
9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi lebih di kenal dengan tekanan darah tinggi yang merupakan

pembunuh secara perlahan karena pada sebagian kasus yang sering terjadi

tidak menunjukan gejala apa pun pada penderitanya. Hipertensi juga

merupakan penyakit yang dapat menyebabkan berkurangnya harapan

hidup seseorang melalui peningkatan morbiditas dan mortalitas, karena

penyakit hipertensi ini juga merupakan faktor utama terjadinya penyakit

kardiovaskuler (Desmond et al, 2000).

World Health Organization (WHO) Hipertensi adalah suatu kondisi

dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah

sistolik 140 mmhg atau tekanan darah diastolik 90 mmhg) yang menetap.

Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding

arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.

Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO,

2013).

American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia

diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya.
10

Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berdasarkan riset kesehatan dasar

(Riskedas) Departemen kesehatan tahun 2013 mencapai sekitar 25,8%.

Kementrian kesehatan (2013) juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun

2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran

pada umur 18 tahun sebesar 25,8%, sedangkan data penderita hipertensi di

Jakarta diketahui sebanyak 20,0% (Kemenkes, 2013).

Hypertensive heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk

menyebutkan penyakit jantung hipertensi secara keseluruhan, mulai dari

Hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung

kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara

langsung maupun tidak langsung (Braverman and Braverman, 2009).

Hipertofi ventrikel kiri adalah pembesaran jaringan otot ventrikel yang

terjadi dengan orang orang yang tekanan darahnya tidak terkontrol.

Hipertrofi biasanya disebabkan oleh beberapa jenis tekanan kronis atau

beban volume pada otot jantung. Dalam kasus langka, pembesaran jantung

bisa terjadi akibat kelainan genetik. Hipertofi ventrikel kiri terjadi pada 15-

20% penderita hipertensi dan resikonya meningkat dua kali lipat.

Hipertrofi ventrikel kiri dapat didiagnosa dengan pemeriksaan penunjang

diagnostik non invasif salah satunya ialah dengan cara Uji Latih Jantung

(treadmil), (Braverman, 2009).

Uji Latih Jantung (ULJB) merupakan diagnostik non invasif dengan cara

memberikan stres fisiologis atau stres yang dapat menyebabkan gangguan


11

pada struktur fungsi organ tubuh yaitu gangguan pada fungsi jaringan

organ atau sistemik, struktur tubuh sehingga menimbulkan fungsi tubuh

tidak normal.

Uji Latih Jantung Beban (ULJB) menyebabkan abnormalitas

kardiovaskuler yang tidak di temukan pada saat istirahat. Sehingga

menghasilkan gambar EKG yang bervariasi mulai dari gangguan irama,

gangguan hantaran dan gelombang EKG yang dapat menjadikan kelainan

pada jantung itu sendiri. Hipertrofi Ventrikel Kiri dapat menghasilkan

gambaran EKG yang khas, terutama pada kompleks QRS dan segmen ST.

Kompleks QRS mewakili depolarisasi ventrikel sedangkan segmen ST

mewakili repolarisasi ventrikel. Dengan adanya Hipertrofi Vientrikel Kiri,

maka akan berpengaruh terhadap aktivitas listrik pada ventrikel kiri,

sehingga akan terlihat perubahan pada kompleks QRS dan segmen ST

(Goldberger et al, 2012). Untuk itu dapat dilakukan penilaian pada

hipertrofi ventrikel kiri pada EKG biasanya dilakukan menggunakan

metode Sokolow lyon dan Cornell.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan

masalah pada karya tulis ilmiah ialah " Gambaran pengukuran hipertrofi

ventrikel kiri pada pemeriksaan Uji Latih Jantung Beban dengan kriteria

sokolw-lyon dengan dignosa hipertensi"


12

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana Gambaran penilaian hipertrofi

ventrikel kiri pada pemeriksaan uji latih jantung beban (treadmil) dengan

dignosa hipertensi.

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sedikit

maupun lebih mengenai Gambaran Penilaian Hipertrofi Ventrikel

Kiri Menggunakan Uji Latih Jantung Pada Pasien Dengan Diagnosa

Hipertensi, sehingga dapat memperoleh informasi dan memperkaya

ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya Teknik

Kardiovaskuler yang bisa menjadi salah satu acuan dan bahan

bacaan bagi peneliti berikutnya.

2. Manfaat teoritis

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

Mahasiswa Teknik Kardiovaskuler Universitas Megarezky

Makassar sebagai referensi atau bahan bacaan untuk


13

pembelajaran agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan

bagi si pembaca, sehingga dapat membantu dalam pembuatan

laporan maupun tugas akhir.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat

berkesan dan juga berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan

ilmu pengetahuan kesehatan yang dimiliki. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi peneliti

selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai,

Gambaran Penilaian Hipertrofi Ventrikel Kiri Menggunakan Uji

Latih Jantung Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertensi

c. Bagi Lahan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang melakukan

praktek di RS Bhayangkara Makassar sebagai referensi untuk

pembelajaran serta dasar untuk melakukan laporan tugas akhir.


14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Uraian Umum Tentang Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK)

1. Defenisi Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK)

Hipertofi ventrikel kiri (HVK) adalah suatu keadaan dimana otot

didaerah ventrikel kiri jantung menebal (hipertrofi). Di bidang sports

medicine dikenal suatu keadaan yang disebut Athlete’s heart yang

mengacu pada peningkatan ringan massa jantung, lebih khusus pada

perubahan khusus bentuk / morfologis jantung yang menunjukkan

terjadinya penyesuaian yang fisiologis akibat latihan fisik tertentu

(Maron and Pelliccia, 2006).

Gambar : 2.1 perbedaan jantung Normal dan

Hipertropic (Ridwan,2013)

Hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi pada hipertensi awalnya

merupakan proses adaptasi fisiologis,akan tetapi dengan adanya


15

tambahan beban yang berlangsung terus HVK akan merupakan proses

patologis. Ini terjadi apabila telah terlampaui suatu masa kritis ventrikel

kiri, sehingga akan menurunkan kemampuan jantung dan menurunkan

cadangan pembulu darah koroner.

2. Etiologi

Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK) disebabkan oleh tekanan darah

tinggi yang tidak terkendali. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di dalam arteri.

Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) juga dapat disebabkan oleh katup aorta

yang menyempit. Kondisi ini menurunkan jumlah darah yang mengalir

dari ventrikel kiri ke aorta. Kedua kondisi tersebut memaksa jantung atau

ventrikel kiri untuk bekerja lebih keras agar dapat menyediakan pasokan

darah yang cukup untuk bagian tubuh lain. Selain itu, terdapat juga

sejumlah faktor yang membuat seseorang makin berisiko terkena

hipertrofi ventrikel kiri, yaitu: Berusia 50 tahun ke atas, Memiliki berat

badan berlebih, Menderita diabetes, Berjenis kelamin wanita.

a) Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable)

1) Hipertensi

Peningkatan tekanan darah atau yang lebih di kenal dengan

hipertensi juga merupakan suatu yang di hubungankan dengan

terjadinya hipertrofi ventrikel kiri ( HVK) dilakukannya analisa

survei First National Health and Nutrition Examination

diperoleh hasil bahwa seorang dengan hipertensi beresiko 1,4


16

kali mengalami HVK dibandingkan dengan normotensi.

Penyakit hipertensi masuk pada 10 daftar penyakit yang

menonjol dari surveilans terpadu penyakit berbasis Puskesmas

di Provinsi Sulawesi Utara dengan jumlah kasus 20.202

penderita (Dinkes Sulut, 2012).

2) Hiperkolesterolemi

Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting

karena di samping hipertensi dan merokok. Kolesterol dapat

menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri,

sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut menyempit dan

proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah

ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan

dapat tersumbat sehingga aliran derah pada pembuluh derah

koroner yang fungsinya memberi oksigen ke jantung menjadi

berkurang. Kurangnya oksigen akan menyebabkan otot jantung

menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.

(Anwar, 2004).

3) Merokok

Faktor lain ialah seseorang dengan kebiasaan merokok juga

dapat meningkatkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri. Pada

saat sekarang semakin bertambahnya remaja pria yang merokok

pada saat masih duduk di bangku SMA padahal di dalam rokok

terdapat kandungan nikotin yang merupakan zat adiktif.


17

Kandungan nikotin yang terdapat pada rokok ternyata

berhubungan dengan terjadinya HVK pada penelitian

menggunakan hewan sebagai percobaan (Nilsen, 2002).

4) Kurangnya aktifitas fisik

Apabila seseorang yang kurang dalam melakukan aktivitas fisik

dapat menimbulkan terjadinya HVK. Dalam sebuah penelitian

yang telah di lakukan di dapati apabila seseorang terlalu lama

duduk terus menerus selama lebih dari 2 jam dapat memicu

timbulnya inflamasi pada tubuh manusia. Inflamasi inilah ini

yang akan berperan penting dalam terjadinya HVK

(Hotamisligil, 1995).

5) Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh. Selain itu

obesitas sering terjadi bersamaan dengan factor resiko berupa

hipertensi, Diabetes Mellitus (DM) dan hipertrigliserdemi.

Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk gangguan

kesehatan. Berdasarkan penelitian, kelebihan berat badan sangat

berisiko mengalami serangan jantung.

6) Diabetes

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang sangat berpotensi

menjadi penyakit kronis dan menjadi penyakit jangka panjang.

Penyakit yang diderita berpotensi mengalami komplikasi atau

penyakit lanjutan. Komplikasi penyakit diabetes sangatlah


18

banyak dan kompleks Ia diantaranya berpotensi menimbulkan

komplikasi pada penyakit jantung, ginjal, pembuluh darah, dan

saraf selain itu Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah

diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. (Ghani

et al., 2016)

7) Stress

Di Fakultas Universitas Indonesia menunjukkan orang yang

stress 11/2x lebih besar mendapatkan risiko penyakit jantung

koroner. Stress di samping dapat menaikkan tekanan darah juga

dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Supargo dkk (1981-

1985).

b) Faktor resiko Non-Modifiable

1) Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur. Sebagian besar

kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Juga diadapatkan

hubungan enters umur dan kadar kolesterol yaitu kadar

kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di

Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun

perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki

kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan

akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar

kolesterol perempuan sebelum menopause (45- 60 tahun) lebih


19

rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah

menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan

meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki laki.

2) Jenis kelamin

Di Amerika Serikat sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1

dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-

laki mempunyai risiko penyakit jantung koroner 2-3x lebih

besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan

pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan

meningkatkankadar kolesterol.

3). Riwayat keluarga

Riwayat keluarga memiliki riwayat serangan penyakit jantung,

akan menambah risiko terserang penyakit yang sama (Kurniadi

dan Nurrahmani, 2014).

3. Patofisiologi

Hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi sebenarnya merupakan

fenomena yang kompleks, dimana tidak hanya melibatkan faktor

hemodinamik seperti: beban tekanan, volume, denyut jantung yang

berlebihan dan peningkatan kontraktilitas dan tahanan perifer, tetapi juga

faktor non hemodinamik seperti usia, kelamin, ras, obesitas, aktifitas

fisik, kadar elektrolit dan hormonal (Efendi, 2003).

Hipertrofi ventrikel kiri dimulai pada meningkatnya kontraktilitas

miokard yang dipengaruhi oleh sistem saraf adrenergik sebagai respond


20

neurohumoral, kemudian akan diikuti dengan peningkatan pada aliran

darah balik (vena) karena vasokonstriksi di pembuluh darah periferdan

retensi cairan oleh ginjal. Dengan bertambahnya volume darah dalam

vaskuler akan membuat meningkatnya beban kerja jantung, kontraksi

pada otot jantung akan menurun karena suplai aliran darah yang menurun

dari aliran koroner akibat arteriosklerosis dan berkurangnya cadangan

aliran pembuluh darah koroner. Proses perubahan di ini dapat terjadi

secara simultan dalam perjalanan penyakit hipertensi dalam

menjadikannya payah jantung. Lumbantobing (2008),

1. Perubahan Otot Jantung pada Hipertrofi Ventrikel Kiri ( HVK )

Awalnya terjadi hipertrofi (penebalan) belum tampak dengan jelas

pada saat pemeriksaan radiologi, akan tetapi pada saat dilakukannya

pemeriksaan EKG sudah terlihatnya peningkatan pada voltase pada

setiap sandapan. Pada awalnya berat otot jantung tidak bertambah

( normal 0,6 - 0.65% dari berat badan). Hipertrofi yang telah

melewati massa yang tidak baik (berat otot jantung > 500g) ditandai

dengan terjadinya penebalan pada dinding ventrikel (> 1,2 cm).

(Efendi, 2003).

2. Diagnosa

Penilaian anatomi dan fungsional jantung perlu pada penderita

hipertensi karena tujuannya bukan hanya untuk sekedar identifikasi

faktor resiko tetapi dapat menjadi pedoman untuk memberikan terapi

hipertensi untuk tujuan yang lebih terarah. Dilakukannya


21

pemeriksaan HVK ini bertujuan untuk mengantisipasi pada

terjadinya peningkatan angka kematian karena sebab gagal jantung

yang diakibatkan oleh hipertensi seperti yang sudah dikemukakan

pada pendahuluan.

Hipertrofi ventrikel kiri HVK terhadap gagal jantung karena

kalau sudah terdapat HVK berarti pederita sudah mengalami

perjalanan hipertensi yang lama baik ringan maupun berat. Jadi,

penting diketahui dengan hipertensi ringan pun masih terdapat

kemungkinan munculnya HVK (Efendi, 2003).

3. Gambaran Umum Hipertrofi Ventrikel Kiri

Ventrikel kiri mengalami hipertrofi sebagai respons terhadap

kelebihan tekanan akibat kondisi seperti stenosis aorta dan

hipertensi.Hal ini menghasilkan peningkatan amplitudo gelombang

R pada sadapan EKG sisi kiri (I, aVL dan V4-6) dan peningkatan

kedalaman gelombang S pada sadapan sisi kanan (III, aVR, V1-3).

Dinding LV yang menebal menyebabkan depolarisasi yang

berkepanjangan (peningkatan waktu puncak gelombang R) dan

repolarisasi tertunda (kelainan gelombang ST dan T) di sadapan

lateral.

a. Kriteria untuk Mendiagnosis LVH

Ada banyak kriteria untuk mendiagnosis LVH, beberapa di

antaranya dirangkum di bawah ini.


22

1. Yang paling umum digunakan adalah kriteria Sokolov-Lyon

(kedalaman gelombang S di V1 + tinggi gelombang R

tertinggi di V5-V6> 35 mm).

2. Kriteria Tegangan

Leads Tungkai

Gelombang R pada sadapan I + S gelombang pada sadapan

III> 25 mm

Gelombang R pada aVL> 11 mm

Gelombang R pada aVF> 20 mm

Gelombang S pada aVR> 14 mm

3. Prospek Prekordial

Gelombang R di V4, V5 atau V6> 26 mm

Gelombang R di V5 atau V6 ditambah gelombang S di V1>

35 mm.

Gelombang R terbesar ditambah gelombang S terbesar pada

sadapan prekordial> 45 mm

4. Kriteria Non Tegangan

Peningkatan waktu puncak gelombang R> 50 ms di lead V5

atau V6.

Depresi segmen ST dan inversi gelombang T pada sadapan

sisi kiri: AKA pola 'regangan' ventrikel kiri

5. Perubahan EKG tambahan terlihat di LVH

Pembesaran atrium kiri.


23

Deviasi sumbu kiri.

Elevasi ST di sadapan prekordial kanan V1-3 (“sumbang”

ke gelombang S dalam).

LVH dengan kriteria tegangan: gelombang S di gelombang

V2 + R di V5> 35 mm.

2.2 Gambar EKG (Grove,2010)

2.3.Gambar EKG LV Strain (Grove,2010)

4. Pemeriksaan penunjang

Pemerikaan penunjang pada hipertofi ventrikel antara lain :

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara palpasi

untuk dapat mencurigai adanya HVK, didapatkan pada posisi apeks

jantung yang melebar dan sedikit turun kebawah, dan kadang disertai

juga dengan pulsasi apeks yang kuat angkat dan berlangsung lama

bilamana penderita dalam posisi berbaring dan miring ke kiri. Namun


24

pada HVK yang ringan hanya sedikit sekali yang dapat diperoleh dari

pemeriksaan fisik (Efendi, 2003).

2. Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan agar dapat diketahui apabila

terjadi pembesaran pada jantung yang di akibatkan dari adanya

gangguan pada jantung. Dari segi radiologi, cara yang mudah untuk

mengukur jantung apakah membesar atau tidak, adalah dengan

membandingkan lebar jantung (A + B) dan lebar dada (C) pada foto

toraks PA Menurut Purwohudoyo (2005).

3. Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiografi dapat mendeteksi HVK berdasarkan

pembesaran ventrikel baik karena pertambahan tebal otot, dilatasi

ruang ventrikel atau keduanya. Hipertrofi ventrikel kiri dengan EKG

lebih sensitif dibanding dengan radiologi. Pertambahan voltase pada

HVK disebabkan oleh pertambahan jumlah atau ukuran serabut otot.

Banyak kriteria yang digunakan untuk menentukan HVK dengan

menggunakan EKG, namun biasanya digunakan kriteria Sokolow-

Lyon (Efendi, 2003).

4. Treadmill Test/Uji Latih Jantung Beban (ULJB)

Prinsip kerja dari treadmill test adalah merekam aktifitas fisik jantung

pada saat latihan. Pada saat sedang melakukan treadmill test akan

muncul hasil gambaran EKG yang bisa memberi petunjuk adanya

Hipertrofi Ventrikel Kiri. Hal ini disebabkan karena jantung memiliki


25

daya serap, sehingga pada keadaan tertentu misalnya pada saat

istirahat gambaran EKG tampak normal.

5. Ekokardigrafi

Ekokardiografi merupakan teknik yang cukup akurat dalam

menentukan diagnosa HVK. Dalam teknik ini menggunakan 2 macam

teknik pemeriksaan, yaitu menggunakan teknik 2 dimensi dan teknik

M mode, sesuai dengan kesepakatan atau protokol dari american

Society of Echocardiography.

Gambar 2.4. Ekokardiografi (Fendi,2013)

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul dikarenakan Hipertensi yaitu

angina, hipotensi bahkan sampai dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung, samping menyebabkan gagal jantung, hipertrofi ventrikel kiri

dapat menyebabkan beberapa komplikasi lain di bawah ini:

a. Penyakit jantung koroner.


26

b. Gangguan irama jantung (aritmia), misalnya fibrilasi atrium.

c. Stroke.

d. Henti jantung mendadak.

6. Penatalaksanaan

1. Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat

menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. (PERKI, 2015).

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines

adalah :

a) Penurunan berat badan.

b) Mengurangi asupan garam.

c) Olah raga.

d) Mengurangi konsumsi alcohol.Berhenti merokok.

e) Terapi farmakologi

2. Farmakologis

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila

pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan

tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada

pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi

farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping, yaitu : (PERKI, 2015).


27

a) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

b) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat

mengurangi biaya

c) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun )

seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor

komorbid Jangan mengkombinasikan angiotensin converting

enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor

blockers (ARBs)

d) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai

terapi farmakologi

e) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

g. Pencegahan

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertrofi

ventrikel kiri adalah menjaga agar tekanan darah selalu berada pada batas

normal. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengontrol tekanan darah, sekaligus mencegah terjadinya hipertensi :

1. Melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah.

2. Selalu menjaga berat badan ideal.

3. Rutin berolahraga, idealnya selama 30 menit setiap hari.

4. Menerapkan pola makan sehat, seperti banyak makan buah dan

sayur, serta menghindari makanan tinggi lemak dan garam.

5. Menghindari minum minuman beralkohol. Minum terlalu banyak

alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan asupan kalori.


28

6. Berhenti merokok, karena merokok dapat menaikkan tekanan darah

dan meningkatkan risiko hipertensi.

7. Mengelola stres dengan baik.

B. Uraian Umum Tentang Hipertensi

1. Defenisi

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

Sedangkan definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

dan diastolik ≥ 90 mmHg (Anonim, 2006).

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka bagian

atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi

darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa

cuff air raksa (Sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya

(Guyton dan Hall, 2012).

Tabel 2. 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89


29

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥160 ≥100

(Sumber : Chobanian, 2013)

a. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka bagian

atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi

darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa

cuff air raksa (Sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya

(Guyton dan Hall, 2012).

b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Tekanan darah rendah (Hipotensi) adalah kondisi abnormal

dimana tekanan darah seseorang jauh lebih rendah dari biasanya

yaitu dibawah 100/60 mmHg, tekanan sistolik kurang dari 100

mmHg dan diastolik kurang dari 60 mmHg, yang menyebab pusing

atau tidak dapat berfikir secara jernih atau bergerak dengan mantap

(light headedness). Penyebab tekanan darah rendah antara lain

“hipotensi ortostatik”, yang berarti bahwa pembuluh darah tidak

menyesuaikan diri terhadap posisi berdiri, sehingga terjadi

penurunan tekanan darah (Beavers, 2008).

c. Tekanan Darah Normal (Normotensi)

Ukuran tekanan darah normal orang dewasa berkisar 120/80

mmHg. Tekanan darah dalam kehidupan bervariasi secara alami,


30

seperti pada bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan

darah yang jauh lebih rendah dibanding dengan orang dewasa

(Guyton dan Hall, 2012).

3. Terapi Hipertensi

a. Non farmakologi yaitu modifikasi gaya hidup.

Modifikasi gaya hidup sehat merupakan saran untuk mencegahan

dan mengatur tekanan darah tinggi.

Modifikasi Rekomendasi Mengurangi berat badan Menjaga berat

badan normal (body mass index 18,5 – 24,9 kg/m2) Menerapkan

pola diet Mengkonsumsi makanan yang kaya buah, sayuran, dan

susu rendah lemak. Mengurangi konsumsi sodium Mengurangi

masukan sodium tidak lebih dari 2,4 g sodium per hari. Aktivitas

fisik Aktivitas fisik yang teratur seperti jalan cepat.Tidak

berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol Tidak lebih 2 minuman

per hari untuk pria dan 1 minuman untuk wanita, (Chobanian,

2003).

C. Uraian Umum Tentang Uji Latih Jantung Beban (ULJB)

1. Defenisi

Treadmill Test atau Treadmill Stress Test disebut juga uji latih

beban jantung,seringkali dihubungkan dengan penyakit jantung. Pada

treadmill test, penderita diberi beban latihan berupa berjalan diatas alat

treadmill (Web RSUA,2013). Uji latih jantung merupakan suatu uji


31

stres fisiologi’s yang bertujuan memunculkan ketidaknormalan kerja

jantung yang bersifat laten atau yang tidak terjadi pada saat istirahat.

(Heiger, 1996).

Tes Treadmill (Exercise Stress Test) ialah di berikannya

pemeriksaan fisik, berupa stres jantung tindakan ini di lakukan agar

dapat memperoleh informasi apakah jantung memiliki asupan darah dan

oksigen dari sirkulasi saat terjadi stress fisik. Tes treadmill juga

dilakukan untuk memperoleh informasi penting apabila kemungkinan

adanya kelainan pada irama jantung dan tekanan darah.

Pada saat akan di lakukannya uji latih jantung yang akan dimulai,

maka pengambilan oksigen oleh paru dengan cepat meningkat akan

tetapi setelah beberapa menit, pengambilan oksigen biasanya relatif

stabil pada tiap tingkatan latihan. Selama masa study state, frekuensi

jantung, cardic output, tekanan darah serta ventilasi paru dipertahankan

pada level konstan. Jumlah oksigen yang paling besar yang dapat

diambil selama uji latih jantung disebut komsumsi oksigen maksimum

serta merupakan gambaran jumlah transpor oksigen serta

penggunaannya pada metabolisme sel. Hal ini sangat berguna untuk

mengekspresikan pengambilan oksigen pada keadaan istirahat. Satu unit

pengambian oksigen pada saat istirahat disebut The Metabolic

Equivalen (MEt) bernilai 3,5 m l O^/kgBB/menit. The Metabolic

Equivalen (MEt) tersebut dipakai untuk menunjukkan beban berbagai

tingkatan dari protokol uji latih jantung (Heiger, 1997)


32

Uji latih jantung harus dilaksanakan oleh tenaga medis yang

terlatih serta mempunyai dasar pengetahuan fisiologi perihal latihan ini.

American Heart Association Exercise Standard (AHAES) menyatakan

bahwa uji latih jantung harus dilaksanakan di bawah pengawasan dokter

yang terlatih dalam melakukan uji latih jantung dan bertanggung jawab

untuk memastikan bahwa laboratorium latihan dilengkapi dengan

peralatan, obat-obatan, dan tenaga ahli untuk resusitasi jantung

pulmonal (Verani, 2000).

b. Indikasi ULJB

Uji latih jantung di indikasikan terutama untuk :

1. Untuk diagnosis: Pasien dengan gejala atipikal atau gejala yang

sugestif dari penyakit jantung iskemik.

2. Untuk penilaian prognostik dan evaluasi kapasitas fungsional:

stabilisasi pasien setelah infark miokard.

3. Untuk penilaian prognostik dan evaluasi terapi: stabilitasi pasien

setelah angina tidak stabil.

4. Evaluasi terapi untuk aritmia.

Indikasi lain adalah untuk

1. Menentukan lebih lanjut suatu aritmia.

2. Tujuan skrining untuk maksud tertentu seperti asuransi jiwa.

3. Rehabilitasi penderita penyakit jantung, serta untuk.

4. Tujuan penelitian (Yanowitz, 2000).

c. Kontraindikasi ULJB
33

Uji latih jantung tidak boleh dilakukan apabila terdapat kontraindikasi

dari kardiovaskuler, seperti :

1. Angina tidak stabil.

2. Angina saat istirahat.

3. Aritmia yang senus.

4. Stenosis aorta berat.

5. Gagal jantung berat.

6. Miokarditis .

7. Pasien yang diduga memiliki stenosis arteri koroner kiri.

8. Perikarditis atau endokarditis aktif.

9. AV blok derajat II dan III.

10. Hipertensi tidak terkontrol (sistole > 220 mmHg , diastole > 120

mmH g ).

11. Tromboflebitis akut serta .

12. Kardiomiopati (Yanowitz, 2000).

Tabel 2.2 kontraindikasi

Kotak 1: Kontra indikasi absolut:


1. Infark miokard akut dalam 2 hari pertama.

2. Angina pektoris tidak stabil yang masih

berlangsung atau yang dianggap berrisiko tinggi.

3. Aritmia tak terkontrol yang menimbulkan

keluhan atau gangguan hemodinamik.


34

4. Stenosis berat katup aorta yang simtomatik.

5. Diseksi aorta akut.

6. Miokarditis/ perikarditis akut, Endokarditis

aktif, Infeksi akut lainnya.

7. Gagal jantung yang belum terkontrol.

8. Emboli paru akut , infark paru , thrombosis

vena dalam.

9. Gangguan fisik atau mental atau kondisi medis

tertentu yang tidak memungkinkan dilakukannya ULJ secara

aman dan/ atau memperburuk keadaannya bila dilakukan ULJ.

Tabel 2.3 kontraindikasi

Kotak 2: Kontra indikasi relatif:


1. Telah diketahui adanya stenosis koroner cabang utama kiri/ left

main atau ekuivalen.

2. Stenosis katup aorta sedang sampai berat yang tidak

menyebabkan gejala.

3. Takiaritmia dengan laju ventrikel tak terkontrol.

4. Blok Atrioventrikular derajat 2-3.

5. Hipertensi sistemik berat (diastolik >110 mmHg, sistolik >200

mmHg saat istirahat).

6. Kardiomiopati hipertrofi dengan obstruksi berat left ventricular


35

outflow tract (LVOT).

7. Stroke atau transient ischemic attack yang baru terjadi/ recent.

8. Hipertensi pulmoner berat.

9. Pemakaian alat pacu jantung (fixed rate).

10. Gangguan fisik atau mental atau kondisi medis tertentu yang

tidak memungkinkan dilakukannya ULJ secara adekuat.

d. Efek Samping

Efek samping yang dapat terjadi pada jantung dapat berupa :

1. Bradikardi.

2. Sudden death (ventricular tahy cardialfibriiiatzon).

3. Infark miokardium.

4. Gagal jantung.

5. Hipotensi serta

Efek samping lain yang dapat terjadi dapat berupa:

1. syok.

2. Letih

3. Pusing

4. Lemah

5. Pingsan, dan

6. Nyeri otot yang dapat berlangsung selama beberapa hari (Verani,

2000).
36

e. Prosedur Uji Latih Jantung Beban (ULJB)

Persiapan Sebelum dilakukan uji latih janmng terhadap penderita, perlu

dilakukannya persiapan khusus antara lain penderita tidak

diperbolehkan makan maupun merokok paling sedikit 2- 3 jam sebelum

uji latih dilaksanakan serta tidak melakukan pekerjaan berat selama 12

jam sebelumnya. Pemakaian obat yang dapat mengganggu respons

latihan serta menimbulkan keraguan interpretasi terhadap uji latih juga

harus dihentikan dalam 24 jam sebelum dilakukan uji latih. Hal yang

penting untuk dilakukan adalah anamnesis serta pemeriksaan fisik

untuk menghindari kemungkinan adanya kontraindikasi, penjelasan

mengenai prosedur latihan, risiko dan komplikas i yang mungkin terjadi

serta dilakukannya EKG standar 12 sadapan ketika istirahat sebelum

latihan dimulai (Verani, 2000).

1. Persiapan Alat

a. Alat yang digunakan :

1. 1 set alat treadmill.

Gambar : 2.5. 1 set alat treadmill. ( Fendi,2013)


37

2. Emergencytroly lengkap dan d efibrillator.

Gambar : 2.6. Emergencytroly lengkap dan defibrillator.

( Fendi,2013)

3. Plester.

Gambar : 2. 7 Plester. ( Fendi,2013)

4. Electrode.

Ganbar : 2. 8. Electrode. ( Fendi,2013)

5. Oksigen.
38

Gambar : 2. 9. Oksigen. ( Fendi,2013)

6. Tensimeter dan stetoskop.

Gambar :2. 10. Tensimeter dan stetoskop. ( Fendi,2013)

7. Kassa non steril, tissue/handuk kecil.

Gambar : 2. 11 Kassa non steril, tissue/handuk kecil.

( Fendi,2013)

8. busana dan sepatu yang sesuai untuk treadmill.


39

Gambar :2. 12. busana dan sepatu yang sesuai untuk treadmill.

( Fendi,2013)

Prosedur pelaksanaan ULJB, dengan menanyakan terlebih

dahulu tentang keluhan dan obat-obatan apa saja yang di konsumsi

ataupun yang yang telah dihentikan atas dasar dokter, serta menanyakan

pemeriksaan uji latih jantung beban sebelumnya. Penjelasan diberikan

pada pasien tentang maksud, tujuan, tata cara, manfaat dan juga resiko

dari pemeriksaan ULJB yang akan diberikan. Pasien diminta untuk

menandatangani informed consent (surat persetujuan) sebagai salah satu

prosedur dalam pemeriksaan bahwa pasien bersedia atas segala resiko

yang akan terjadi. Setelah itu menentukan protokol nya, dan target HR

maksimal dan juga HR submaksimal (HR max: 220-umur dan HR

submax: 85% HR max).

Data pasien ke dalam alat ULJB (nama pasien, nomor rekam medis,

tanggal lahir, umur, jenis kelamin, tinggi dan juga berat).

Membersihkan area penempatan elektroda dengan menggunakan kasa

non steril yang sudah di basahi dengan alkohol 70% dengan cara

menggosok-gosokkan kasa tersebut di tubuh pasien pada area

penempatan elektroda hingga memerah.


40

Gambar : 2.13. Alat Treadmil (Asmawati,2014)

Gambar : 2.14. Pasien yang sedang melakukan

treadmil(Asmawati,2014)

b. Tempat pemasangan elektroda yaitu :

1. V1 di interkostal ke 4 sisi sterna kanan.

2. V2 di interkostal ke 4 sisi sterna kiri.

3. V3 di antara V2 dan V4, V4 di interkosta ke 5 pada garis

midklavikula.
41

4. V5 sejajar dengan V4 pada garis aksila depan.

5. V6 sejajar dengan V5 pada garis aksila tengah.

Gambar : 2.15. Letak pemasangan elektroda(Asmawati,2014)

6. RA dibawah mid klavikula kanan.

7. LA dibawah mid klavikula kiri.

8. RL dibawah mid arkus kosta kanan.

9. LL dibawah mid arkus kosta kiri.

Setalah pemasangan elektroda selesai, fiksasi setiap

elektroda dengan plester tujuannya agar elektroda tidak lepas

selama exercise berlangsung, dan juga mengurangi terjadinya

artefak pada EKG. Memasang manset tensimeter pada lengan

kanan atas pasien. Tekanan darah pasien diukur dan hasilnya

dimasukan pada monitor, rekam EKG 12 Lead pada posisi supine.

f. Persiapan uji latih jantung beban antara lain :

a). Indikasi penghentian latihan

Selama latihan denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi

napas harus selalu dimonitor. Pada beberapa kasus, uji latih jantung
42

diakhiri pada saat penderita mencapai denyut jantung 90 % dari

prediksi maksimum sesuai umur dan derajat latihan. Target denyut-

jantung yang didesain berlainan pada setiap subjek. Target dapat

maksimum, melampaui batas atas maksimu m maupun submaksimum.

Uji dikatakan maksimum apabila penderita melakukan usaha

maksimum yang sebenamya (mencapai titik kelelahan tubuh). Latihan

dihentikan bila terdapat indikasi absolut berupa penurunan tekanan

darah atau frekuensi denyut jantung dengan naiknya beban latihan,

timbul keluhan nyeri dada, timbul gejala pada sistem saraf pusat

(pusing, sinkop, ataksia), gangguan perfusi perifer (sianosis), aritmia

berat atau penderita minta untuk dihentikan. Indikasi relatif yang

dapat dipertimbangkan untuk menghentikan latihan adalah depresi

atau elevasi segmen S T yang nyata atau (> 2 mm) , rasa tidak enak di

dada bertambah, sesak nafas, klaudikasio intermiten, takikardi,

supraventrikuler ventrikel ekstrasistole frekuens, bundle branch block

serta hipertensi nyata (sistole > 220 mmHg , diastole > 110 mmHg )

(Yanowitz, 2000).

b). Pemeriksaan Pra Tindakan

Sebelum melakukan tindakan ULJB, dilakukan anamnesis atau

pengumpulan riwayat medis dan pemeriksaan yang komprehensif.

Anamnesis dan riwayat penyakit :Identitas subjek: Nama lengkap

(terdiri dari minimal dua nama), tanggal lahir, jenis kelamin, nomor

rekam medis, nomor register prosedur (bila ada), alamat serta nomor
43

kontak keluarga. Apakah ada keluhan angina pektoris yang khas atau

nyeri dada tidak khas (untuk keperluan menentukan pre-test

probability, indikasi serta kontraindikasi).

1. Apakah ada keluhan baru atau keluhan lama yang menjadi

progresin.

2. Apakah ada riwayat infark miokard baru atau lama dan riwayat

revaskularisasi.

3. Apakah ada riwayat gagal jantung serta riwayat pengobatan/

tindakan.

4. Faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit paru.

5. Riwayat stroke dan kemampuan bergerak.

6. Riwayat aritmia, sinkope, riwayat sudden-death atau kardioversi

atau resusitasi.

7. Apakah ada riwayat trauma atau penyakit pada tungkai yang

mungkin akan mengganggu pergerakan selama ULJ

8. Daftar obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

9. Aktifitas atau kemampuan fisik sehari-hari untuk memperkirakan

tingkat kebugaran.

a. Langkah langkah dalam menjabarkan LVH dengan Uji Latih

Jantung

1. Teknik penilaian LVH menggunakan penilaian Sokolow

lyon. Teknik penilaian HVK pada hasil ULJB, pada EKG


44

awal terlihat adanya HVKi, penilai HVKi pada pasien

menggunakan teknik sokolow lyon yaitu :

(gelombang S di V2 + gelombang R di V5 > 35 mm).

Gambar 2.16 : Kriteria sokolow-lyon

g. Indikasi untuk menghentikan ULJ

a. Indikasi Absolut untuk menghentikan ULJ :

1. Infark miokard akut atau kecurigaan adanya infark miokard akut.

2. Angina pektoris sedang-berat.

3. Elevasi segmen ST > 1 mm pada sandapan tanpa gelombang Q

patologis (selain aVR, aVL dan V1).


45

4. Tekanan sistolik turun > 10 mmHg dibawah tekanan sistolik saat

istirahat berdiri seiring peningkatan beban dengan disertai adanya

bukti iskemia, atau turun >20 mmHg sesudah peningkatan tekanan

darah sistolik sebelumnya.

5. Aritmia yang serius (Blok AV derajat 2 atau derajat 3, takikardia

ventrikel atau fibrilasi ventrikel).

6. Tanda-tanda hipoperfusi (pucat, sianosis, dingin, kulit berkeringat).

7. Tanda-tanda ganguan neurologis (pusing, pandangan gelap, sakit

kepala, gangguan melangkah).

8. Gangguan teknis (gangguan alat treadmil atau ergocycle, gangguan

pada monitor, gambaran EKG yang tidak dapat dinilai, tak dapat

mengukur tekanan darah).

9. Permintaan subjek.

b. Indikasi Relatif untuk menghentikan ULJ :

1. Depresi segmen ST > 2 mV (horizontal atau downsloping),

perubahan kompleks QRS atau perubahan aksis.

2. Nyeri dada yang makin memberat.

3. Sesak nafas, kelelahan, wheezing, kram tungkai, atau klaudikasio.

4. Tekanan darah sistolik >230 mmHg, diastolik >115 mmHg).

5. Tekanan sistolik turun > 10 mmHg dibawah tekanan sistolik saat

istirahat berdiri seiring peningkatan beban tanda disertai adanya

bukti iskemia.
46

6. Aritmia selain takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel (PVC

multifokal, PVC triplet, takikardia supraventrikular, bradi aritmia,

blok AV selain selain derajat 2 dan 3) yang berpotensi menjadi lebih

kompleks danmempengaruhi hemodinamik.

7. Terjadi bundle branch block atau gangguan konduksi

interventrikular lainnya, yang sulit dibedakan dengan takikardia

ventrikel.

h. Fase Pemulihan

Fase pemulihan dilakukan dalam posisi pasif (langsung diam

dalam posisi berdiri, berbaring atau duduk). Tetapi apabila ada keluhan

atau gambaran EKG yang abnormal saat dilakukannya ULJB dilakukan,

maka fase pemulihan dilakukan secara aktif yaitu pasien/ subjek

diminta terus berjalan lambat, jalan di tempat dan kemudian duduk.

Posisi pemulihan dengan langsung berbaring dapat meningkatkan beban

jantung dan akan memunculkan respon iskemia yang belum terlihat

pada fase uji. Oleh karena itu posisi pemulihan dengan langsung

berbaring hanya dilakukan bila ingin meningkatkan sensitiviti pada

kondisi tanpa keluhan dan tanpa tanda respon iskemia sebelumnya.

Pada fase pemulihan laju jantung harus diukur dan dicatat tiap

menit hingga menit ke tiga, kemudian tiap 2-3 menit. Tekanan darah

diukur tiap 2-3 menit. Bila ada keluhan segera lakukan pemeriksaan

auskultasi untuk mencari adanya murmur baru, atau bunyi jantung tiga

dan didengarkan kemungkinan adanya bronkospasme karena ULJ.


47

Subjek harus dipantau atau diawasi secara saksama hingga dipastikan

kondisinya stabil, dan perubahan EKG yang tampak selama ULJ

kembali ke normal.

Waktu pemantauan fase pemulihan diperlukan 6 – 8 menit,

tetapi bila ada depresi segmen ST menetap atau perubahan EKG lainnya

seperti aritmia, atau ada keluhan yang menetap maka waktu

pemantauan pemulihan dilakukan lebih lama, tekanan darah dan EKG

dipantau ketat dan bila perlu dapat diberikan oksigen melalui kanul

nasal dan/ atau nitrogliserin sublingual.

i. Monitor jantung pada uji latih jantung

Pemantauan keadaan jantung pada uji latih jantung dapat

dilakukan dengan memakai elektrokardiografi, ekokardiografi, atau

perfusion imaging. Pemantauan keadaan jantung pada saat uji latih

jantung dilakukan untuk menentukan diagnosis bagi penderita.

Informasi dasar yang diperlukan meliputi data sebelum, selama dan

sesudah uji latih jantung dilakukan (Irawan, 1997).

D. Relevansi Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai

karakteristik hampir sama mengenai tema kajian, walaupun terdapat

perbedaan dalam kriteria objek, jumlah dan posisi variable dalam

penelitian maupun metode penelitian yang dipakai. Adapun penelitian

yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai gambaran


48

pengukuran Hipertrofi Ventrikel Kiri menggunakan Uji Latih Jantung

Beban (ULJB) pada pasien dengan diagnosa Hipertensi di antaranya yaitu:

Putri Rezkiawaty dan Bety Samara Laksmi, Vol. 1 tahun 2016.

Jurnal Teknik Penilaian Hiprtrofi Ventrikel Kiri pada Pemeriksaan Uji

Latih Jantung Beban dengan diagnosa Hipertensi. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama

penyakit kardiovaskular, salah satunya Hipertrofi Ventrikel Kiri. Untuk

mengetahui adanya hipertrofi ventrikel kiri dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang diagnostik non-invasive yaitu Uji Latih Jantung Beban.


49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

desain penelitian studi kasus. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendiskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta mengenai populasi

secara sistematis dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-fakta atau

hasil penelitian disajikan apa adanya. Studi kasus merupakan rancangan

penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif,

misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau insititusi.

Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit tetapi aspek-

aspek yang diteliti banyak (Kuntjojo, 2009).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Ruang Treadmill Poli Jantung di RS

Bhayangkara Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020.

C. Alat dan Bahan Penelitian


50

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 set mesin

Treadmill, Emergencytroly dengan defibrillator, Tensimeter dan

stetoskop.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu plester,

elektroda, oksigen, kassa non streril/tissue, busana dan sepatu yang

sesuai untuk treadmill.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

mengalami hipertrofi ventrikel kiri yang akan dilakukan tindakan

Treadmill test di RS. Bhayangkara Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang telah di

diagnosa Hipertrofi Ventrikel Kiri melalui tindakan Treadmill test

sebanyak 2 sampel pasien di RS. Bhayangkara Makassar.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah

sample dalam penelitian ini adalah Teknik sampling non probabilitas

yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah penarikan

sample dengan menentukan kriteria khusus terhadap sample (Priyono,

2016: 118). Pertimbangan purposive sampling dalam penelitian ini


51

adalah sample yang digunakan yaitu pasien Hipertrofi Ventrikel Kiri

dilihat dari hasil Treadmill test.

4. Kriteria Penelitian

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien dengan diagnosa Hipertrofi Ventrikel Kiri disertai

komplikasi Hipertensi.

1) Pasien dengan diagnosa Hiperttensi

2) Pasien dengan diagnosa Hipertensi pada usia 40 tahun keatas

Pasien dengan diagnosa Hipertrofi Ventrikel Kiri pada pria

maupun wanita

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien dengan diagnosa Hiperttensi

2) Pasien Hipertensi yang tidak memiliki data rekam medis

lengkap.
52

E. Cara Kerja Penelitian

Pasien HVK

Treadmill test

Dokumentasi Hasil

Studi Kasus

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1. Alur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau

dengan kata lain mengambil data pasien dari hasil dokumentasi

monitoring Treadmill di RS. Bhayangkara Makassar.


53

2. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan

menggambarakan Penilaian dengan menggunakan Uji Latih Jantung

Beban (ULJB) atau Treadmill test pada Kasus Hipertrofi Ventrikel

Kiri pada Pasien dengan diagnosa Hipertensi kemudian data dalam

penelitian disajikan dalam bentuk tabel atau narasi.

G. Etika Penelitian

1. Anonymity

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada

lembar yang akan dijadikan informasi penelitian.

2. Confidentiality

Kerahasian informasi yang dikumpulkan dari subjek dijamin

oleh peneliti, seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan

penelitian dan hanya kelompok tertentu saja yang disajikan atau

dilaporkan sebagai hasil penelitian. Semua bentuk data hanya

digunakan untuk keperluan proses analisis sampai penyusunan laporan

penilitan sehingga partisipan tidak perlu takut data yang bersifat

rahasia dan pribadi diketahui orang lain (Notoatmodjo, 2010).


54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Pada study kasus ini, penelitian dilakukan di RS. Bhayangkara

Makassar. RS. Bhayangkara adalah satu Rumah Sakit milik Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Yang berbentuk RSU, diurus oleh

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tergolong kedalam RS

Kelas B. Rumah sakit ini telah teregistrasi semenjak 31/12/2014

dengan Nomor Surat izin 0458/yankes-2/1/2013 dan Tanggal Surat

izin 11/01/2013 dari dinas kesehatan provinsi sulsel dengan sifat tetap,

dan berlaku sampai 5 tahun. Sesudah mengadakan metode akreditasi

Rumah sakit seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan 1 (5

Pelayanan) akhirnya ditetapkan status lulus akreditasi RS. RSU ini

berlokasi di Jl. Letjen Mapaodang Makassar.

3. Study Kasus Pasien

a. Biodata Pasien 1

1. Pasien 1

Nama : Tn. “M”

Umur : 49 tahun

Tanggal Lahir : 01 januari 1971

Jenis Kelamin : Laki-laki


55

Asal : Makassar

Agama : Islam

2. Keluhan utama nyeri dada dan pusing

3. Riwayat kessehatan

Pasien merasakan nyeri dada pada bulan agustus 2020, pasien

pun datang ke RS. Bhayangkara Makassar untuk melakukan

perawatan. Ketika pasien di periksa hasil pemeriksaan

menunjukan yaitu :

TD : 160/90mmHg

RR : 25x/mnt

ND : 90x/mnt

SB : 30,5 C

b. Biodata Pasien 2
1. Pasien 1

Nama : Ny. “S”

Umur : 42 tahun

Tanggal Lahir : 31 juli 1978

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Makassar

Agama : Islam

4. Keluhan utama Pusing yang berlanjut

5. Riwayat kessehatan

Pasien merasakan pusing, mual dan lemas. Dan pada bulan

Desember 2020, pasien pun datang ke RS. Bhayangkara


56

Makassar untuk melakukan perawatan. Ketika pasien di

periksa hasil pemeriksaan menunjukan yaitu :

TD : 170/90mmHg

RR : 25x/mnt

ND : 90x/mnt

SB : 36,5 C
4. Pemeriksaan Menggunakan Treadmill Test
Pasien masuk ke ruang poli jantung
1. Pasien dijelaskan tentang tujuan dari tindakan treadmill
2. Pertama-tama catat heart rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi
istirahat (diam).
3. Rekatkan/pasang elektroda pada dinding dada, bahu dan pinggul
kemudian hubungkan ke mesin treadmill.
4. 12-lead EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari elktroda
akan menunjukan hasil yang berbeda dari jantung.

a. Pasien 1
57

Gambar 4.1 Gambaran Hasil Pemeriksaan Treadmill pasien 1

(Hanafi,2015)

b. Pasien 2
58

Gambar 4.2 Gambaran Hasil Pemeriksaan Treadmill pasien 2

Berdasarkan hasil pengukuran hipertrofi ventrikel kiri mengunakan Uji

Latih Jantung Beban atau Treadmill Test pada pasien Hipertensi diatas,

didapatkan bahwa tanda lingkaran berwarna biru menunjukan adanya

gelombang LV strain yang mengidentifikasikan adanya hipertrofi

ventrikel kiri pada gambar 4.1 sedangkan tanda garis merah putus-putus

menunjukan normalnya pasien tersebut. Maka dari ketiga gambar diatas

kita dapat membedakan pasien dengan hasil treadmill normal dan hasil

treadmill dengan hipertrofi ventrikel kiri pada pasien hipertensi.

B. Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Hasil pengukuran hipertrofi ventrikel kiri


Sampel Penilaian Hasil Penilaian
Protocol Gelombang R dan S
Pasien 1 Bruce Tingginya gel. R pada terdapat ST segmen
59

V4 dan V5 dan LV Strain pada lead


V6 pada pasien 1 yg
dalamnya gel. S pada
mengidentifikasi
V2 dan V3
adanya HVK
Pasien 2 Bruce Normal

Pengukuran dan penilaian hipertrofi ventrikel kiri pada pasien hipertensi

berdasarkan cara teknik penilaian sokolow Lyon secara berurutan sebagai

berikut :

a. Mengambil Gelombang S yang paling dalam antara V1/V2,

Gelombang S pada Lead V2, 19 mm.

b. Mengambil gelombang R yang paling tinggi antara V5/V6, gelombang

R pada lead V5, 20 mm

c. Jadi S di V2 dan R di V5 didapatkan hasil 39 mm (>35)

d. Sesuai dengan kriteria solow Lyon maka dari hasil tersebut dari hasil

anamnesa pasien dan pengamatan fisik, maka kasus ini menggunakan

protokol Bruce.

Pengukuran hipertrofi ventrikel kiri menggunakan Uji Latih Jantung

Beban (ULJB) dengan protocol Bruce


60

LV Strain

Gambar 4.3 gambaran hasil treadmill hipertrofi ventrikel kiri

(Hanafi,2015)

Berdasarkankan gambar pada anak panah diatas mengidentifikasikan

tingginya gel. R pada lead I, V5 dan 6 serta adanya LV strain atau segmen

ST strain) pada lead aVL, V6 dan dalamnya gel. S pada lead V1 dan lead

III, yang menunjukan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

Gambaran hipertrofi ventrikel kiri strain memang menyerupai depresi

segmen ST (adanya iskemik) namun pada kasus HVK timbulnya

gambaran depresi tidak dapat disimpulkan adanya iskemik atau

penyempitan pada koroner. Pada kasus hipertrofi ventrikel kiri biasanya

akan timbul left ventricular strain, gambaran left ventricular strain

memang menyerupai depresi segmen ST.

Berdasarkan pengukuran hipertrofi ventrikel kiri menggunakan Uji Latih

Pada pasien 1 diatas atas nama Tn. “M” pengukuran Hipertrofi ventrikel
61

kiri menggunakan ULJB dengan metode protocol didapatkan hasil

pengukuran dengan metode protocol Bruce pada kedua sampel yang

didapatkan adalah pasien 1 dan pasien 2 memiliki pebedaan. gelombang R

yang tinggi pada Lead V5/V6 dan gelombang S yang dalam pada lead

V2/V3, dan terdapat ST segmen Strain ata LV Strain pada Lead V5,

V6.Pada pasien 2 diatas atas nama Ny. “S” pengukuran Hipertrofi

ventrikel kiri menggunakan ULJB dengan metode protocol didapatkan

hasil pengukuran Jantung Beban dengan metode protocol Bruce pada

pasien berikut didapatkan hasil gelombang R dan gelombang S yang

normal.

Hasil pengukuran Hipertrofi ventrikel kiri menggunakan ULJB dengan

metode protocol Bruce pada pasien 1 dan pasien 2 sejalan dengan teori

yang ada diatas bahwa hasil pengukuran hipertrofi ventrikel kiri pada

pasien dengan diagnosa hipertensi sama-sama menggunakan prtocol yang

sama tapi memiliki perbedaan pada hasilnya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizkiawaty

dkk. Pada tahun 2013 tentang Penilaian hipertofi ventrikel kiri pada

pemeriksaan Uji Latih Jantung pada pasien hipertensi dengan hasil yang

didapatkan dari hasil anamnesa pasien dan pengamatan fisik, maka kasus

ini menggunakan protocol Bruce. Gambaran EKG menunjukan gambaran

irama sinus dengan kriteria adanya HVK, terlihat dari gelombang S yang

dalam di lead V1, V2 dan gelombang R disertai LV strain pada lead III,
62

aVF, V4, V5, V6. Pada gambaran ini dapat disimpulkan adanya HVK,

dengan teknik penilaian sokolow Lyon.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengukuran hipertrofi ventrikel

kiri dengan menggunakan pengukuran sesuai kriteria Sokolow-Lyon

dan metode bruce pada pasien dengan diagnosa hipertensi didapatkan

hasil pada pasien pertama dengan tingginya gelombang R pada lead 1,

V5 dan V6 dan dalamnya gelombang S pada lead III dan V1 serta

adanya ST segmen Strain atau LV strain pada lead V6.


63

B. Saran

5. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Lain

Bagi mahasiswa agar dapat mempertimbangkan setiap

penggunaan protokol maupun nilai yang diberikan dalam suatu

tinjauan pustaka. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian

ini diharapakan adanya penelitian berikutnya yang lebih terfokus

terhadap perbedaan pengukuran hipertrofi ventrikel kiri menggunakan

jenis-jenis protokol yg berbeda - beda yang disertai dengan komplikasi

dan memiliki data rekam medis yang lengkap.

6. Bagi Institusi Akademik Universitas Megarezky

Agar dapat meningkatkan mutu Pendidikan yang berkualitas

sehingga dapat tercipta sumber daya manusia khusus Teknik

Kardiovaskuler yang profesional dalam melakukan tindakan sesuai

dengan kompetensinya.

7. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat lebih meningkatkan pola hidup yang sehat

dan menghindari berbagai faktor risiko agar terhidar dari penyakit

khususnya Hipertrofi ventrikel kiri maupun hipertensi. Apabila

merasakan keluhan seperti yang tercantum dalam penelitian untuk

segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

penanganan lebih cepat.


64

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, D, Santi Martini. 2017. Hubungan Karakteristik Dan Obesitas Sentral


Dengan Kejadian Hipertensi. 2018, Surabaya : Universitas Airlangga.
Vol 6, No 1.
Arova, Novita Intan. 2005. Penegakan Diagnosis Penyakit Jantung Koroner
Dengan Prosedur Uji Latih Jantung. Yogyakarta : Medikora, Vol 1, No
1. Edisi April 2005.
Bachri, Bahtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
penelitan Kualitatif. Surabaya : Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10,
No 1 (46-62).
Damayanti PB. ( 2014). “ Hubungan Antara Hipertensi Dan Hipertrovi Ventrikel
Kiri Pada Pasien Lansia Dengan Atrial Fibrilasi ”. Fakultas Kedokteran
Universitas Dipoenogoro Semarang, Universitas Dipoenogoro Semarang,
Semarang.
Eldanto Andrian, Genrawan Hoendarto, Thommy W. (2010). Penerapan Metode
Statistika Inferensial Sebagai Alat Bantu Hitung Dengan Solusi
Komprehsif, Pontianak : Jurnal InTeksis, Vol. 5, No 2.
Efendi Dasril, (2003). Korelasi Dispresi Qt Dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri
Pada Penderita Hipertensi, Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara.
65

Fitria, Ida Lailatul, Deby Cristianti, Arif Santoso. 2018. Profil Penggunaan
Antihipertensi Pasien Rawat Jalan Dengan Atau Tanpa Komorbididtas Di
Rumah Sakit Era Medika Priode Januari – Maret 2018, Tulungagung :
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 1, No 1. Hal 1-5
Ginting,Masta Nova. 2018. Kriteria Peguero-Lo Pada Elektrokardiografi Untuk
Mendiagnosa Hipertrofi Ventrikel Kiri Pada Pasien Hipertensi Di
Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Tesis : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.
Khasna Almira, Dwi Lestari Partiningrum. (2018). Hubungan Antara Lama
Hipertensi Dan Gambaran Elektrokardiogram Hipertrofi Ventrikel Kiri
Dan Infark Miokard Lama, Semarang : Jurnal Kedokteran Diponegoro,
Vol 7, No 2 Mei 2018 : 1251-1256.
Korneliani K, Dida Meida. (2011). Obesitas Dan Stres Dengan Kejadian
Hipertensi. 2012, Tasikmalaya : Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Unifersitas Semarang. Vol 7, No 2. ISSN : 1858-1196.
Ngudiarto. (2010). “ Pengaruh Penambahan Pola Strain Ventrikel Kiri Pada
Kriteria Sokolow-Lyon Dalam Menilai Hipertrofi Ventrikel Kiri “.
Tesis : Fakultas Kedokteran. Universitas Dipoenogoro. Semarang.
Nugraha Nikko, Hauda EL Rasyid. 2020. Peranan Elektrokardiografi Pada
Hipertrofi Ventrikel KIri. Padang : Jurnal Human Care, e- ISSN : 2528-
66510 ; Vol 5, No.2 (Mei, 2020): 465-472.
Nur, Asdiana, Fransiska Lintong, Maya Moningka. 2015. Korelasi Antara
Tekanan Darah Dan Indeks Massa Ventrikel Kiri ( Levt Ventricular
Massa Indekx) Pada Penderita Hipertensi Di RSUP PROF.
DR.R.Kandou Manado. Manado : Jurnal e-biomedik (ebm), Vol 3, No 1,
Januari-april 2015.
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler,
edisis pertama, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,
Jakarta.
PERKI, 2016, Pedoman Uji Latih JantungDan Prosedur Dan Interpretasi, edisis
pertama, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,
Jakarta.
Rizkiawati, Putri Beti Samara Laksmi. (2013). “ Penilaian hipertofi ventrikel kiri
pada pemeriksaan Uji Latih Jantung pada pasien hipertensi “. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Rampengan, Starry Homentara. 2014. Kardioloy, Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia, Jakarta, 2014.
66

Saputra, bagus ramanto, Rahayu, Indrawanto IS. 2013. Penderita hipertensi di


RSUD jombang periode januari desember 2011. Volume 9. 2 desember
Sartika, RM. Tjekan Suryadi, MZ. 2017. Faktor-faktor dan angka kejadian
hipertensi pada penduduk Palembang 2017 Malang : Fakultas
kedokteran universitas sriwijaya. 8(3):180-91. Avalaible online at
http://www.jikm.unsari.ac.id/indeks.php/jikm
Sari Irena Sandra. (2005). “Nilai Diagnostik Beberapa Kriteria Hipertrofi
Ventrikel kiri secara Elektrokardioagrafik Pada Penderita Hipertensi
Dibanding Dengan Ekhokardiografi”. Tesis : Universitas Dipoenogoro.
Kedokteran Universitas Dipoenogoro, Semarang. Damayanti PB. ( 2014).
“ Hubungan Antara Hipertensi Dan Hipertrovi Ventrikel Kiri Pada
Pasien Lansia Dengan Atrial Fibrilasi ”. Fakultas Kedokteran
Universitas Dipoenogoro Semarang, Universitas Dipoenogoro Semarang,
Semarang.
Sudarsono, Erica Kusuma R, Julius Fajar AS, Albertus BH, Stefanus SA, Natalia
K. 2017. Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi Guna Perbaikan
Tekanan Darah Pada Anak Muda Di Dusun Japanan, Margodadi,
Sayegan, Sleman, Yogyakarta. 2017 Yogyakarta : Pengabdian
Masyarakat. Vol. 3, No 1. http://jurnal.ugm.ac.id/jpkm
Tarigan, Almina Rospitaria,Zulhaida L, Syarifa. 2018. Pengaruh Pengetahuan
Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu
Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. 2018 : Jurnal Kesehatan. Vol 11,
No 1
Wahyudi, Chandra Tri, Dia Ratnawati, Sang Ayu M. 2017. Pengaruh Demografi,
psikosial Dan Lama Menderita Hipertensi Primer Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Antihipertensi. Jakarta : Jurnal JKFT, Universitas
Muhammadiah Tangerang. Vol 2, (14-28) ISSN : 2502-0552.
Wowor Ribka L, G.D Kondou, J.M.L Umboh. 2015. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pembesaran Jantung Kiri (LVH) Pada Mahasiswa Pria
Peserta Kepanitraan Madya fakultas Kedokteran Universitas
Samstulangi. Manado : JIKMU, Vol 5, No 1.
Yandriani Rika, Yerizal Karani. (2018). Pathogenesis Hipertrofi Ventrikel Kiri.
Padang : PPDS Kardiologi Dan Kedokteran Vaskuler Fakultas
Kedokteran UNAND/RSUP Dr. M. Djamil; Jurnal Kesehatan Andalas.
Vol 7, No 2.
Yuwono, Gali Adi, Ridwan M, Hanafi M. (2017). Pengaruh pendididkan
kesehatan tentang hipertensi terhadap tingkat kecemasan pada penderita
hipertensi di kabupaten magelang. 2017 : Poltekes Kemenkes, volume
12, No 1.

Anda mungkin juga menyukai