Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan para Pembimbing dan tim penguji sebagai
salah satu untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Di Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains (ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.
Oleh:
FUJI SRI OKTAFIA
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan, Ketua,
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Prodi Ilmu Keperawatan
NIM : 202001050
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi dan diterima
Tim Penguji
NIM : 202001050
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebahagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, sya bersedia menerima
Materai 10.000
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Teknologi kesehatan dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah
Sidrap berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di :
Pada tanggal :
Yang menyatakan
Skripsi : September/2022
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan menurunnya berbagai
fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Osteoarthritis Knee Salah satu penyakit karena usia dimana terjadi gangguan kesehatan
degeneratif kekakuan dan peradangan pada persendian yang dapat menyebabkan nyeri
pada sendi tangan, leher, punggung, pinggang, dan yang paling sering adalah pada sendi
lutut.Aktivitas sehari-hari membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan
tonus otot atau kekuatan otot. Pada kondisi sakit seseorang tidak mampu melakukan
aktivitas karena keterbatasan gerak, kekuatan otot dapat dipertahankan dengan
melakukan latihan rentang gerak sendi atau Range Of Motion (ROM) .Hasil penelitian
ini menggunakan metode Desain penelitian deskriptif analitik, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita dan obyektif
antara Variabel independen dan Variabel dependen. Penelitian ini menggunakan
kousiuner yang diberikan kepada lansia penderita OA Knee.
kehadirat Allah Swt sehinga penulisan proposal ini dapat berjalan dan terkendali sampai
akhir. Shalawat serta salam penulis panjatkan terhadap Nabi Muhammad Saw karena
telah berjasa dalam mengarahkan kita semua ke pada kebajikan dan jalan yang terang
benderang.
Dalam Proposal. Yang ditulis dengan tujuan agar dapat diseminarkan menjadi
tolok ukur dalam membuat tesis nantinya. Sehingga proposal dengan judul “Peran
Aktivitas Lansia Penderita OsteoArtritis Knee di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare”
Studi dilaksanakan di Ruang Teratai, Proposal ini dibuat agar dapat melengkapi
persyaratan dalam penulisan Skripsi nantinya dan dapat selesai dengan sabaik- baiknya..
Sesuai dengan judul, sesuai dengan judul, tentunya didalam proposal ini embuat
berbagai hal tentang ROM dan Osteoarthitis Knee yang meliputi berbagai hal dimulai
dari apa yang menjadi tujuan, pengertian, produk dan tabel, selanjutnya proposal ini
memuat metode peneilitian dimulai dari variabel instrument, metode pengumbulan data
dan sebagainya.
yang akan diteliti Penulis menerima banyak.jasa dalam bimbingan dari semua
khalayak, maka dari penulis tak lupa mengungkapkan syukur kepada Bapak /ibu :
4. Ns. Asnuddin,S. Kep., M.Kes sebagai Dekan di Institut Teknologi Kesehatan dan
proposal ini.
8. Dosen-Dosen dan Staf yang ada di Institut Teknologi kesehatan dan Sains (ITKeS)
Muhammadiyah Sidrap.
10. Ayah dan Ibu Saya yang setiap menjadi support sistem saya secara moral
maupun materi selama berada di ItKes Muhammadiyah Sidrap hingga pada tahap ini,
dan teman-teman yang ikut serta membangun penelitian ini hingga selesai tepat waktu.
Penulis sadar dengan penuh bahwa penataan proposal penelitian ini pun jauh
pengetahuan yang ada dan dari dalam lubuk hati,Penulis menantikan masukan-masukan
semoga proposal penelitian ini dapat memberi dampak dan bermanfaat baik semua
orang. Amin.
Penulis
FUJI SRI OKTAFIA
ABSTRAK
In providing care in the field of nursing, nurses have a role in helping their clients to regain
optimal health through healing methods and nurses are also advocates in collaboration with
other medical personnel and physiotherapists. As is the case, nurses can focus care on the needs
of clients/patients both holistically, with efforts to restore emotional, spiritual and social health.
Daily activities also require muscle work to support muscle tone/muscle strength. When a
person's condition is sick, he or she has not been able to carry out daily activities optimally due
to limited motion, energy in the muscles can be suspended through Range Of Motion (ROM)
exercise.Osteoarthritis Knee for Adults is a degenerative disease that experiencing delays in
movement due to muscle weakness. The purpose of this study was to analyze the effect of active
Range Of Motion (ROM) on muscle strength in Osteoarthritis Knee for Adults. The type of this
study was pre experimental descriptive analytics using one Group Pre-test Post-test Design
method. Population in this study of 120 respondents and number of samples were 21
respondents students taken using simple random sampling technique. Independent variable
active Range Of Motion (ROM) and dependent variable muscle strength in Osteoarthritis Knee
for Adults. Data collection used the chek list, processing data are editing, coding, scoring,
tabulating, and statistical test wilcoxon. The result of this research showed that 21 respondents
muscle strength with less category as many as 13 (61.9%) respondents, after the active ROM
most of the respondents muscle strength with good category as many as 11 (52.4%)
respondents. Value p = 0,000 is smaller than α = 0.05, so H1 is accepted. The conclusion of
this research is there is effect of active Range Of Motion (ROM) on muscle strength in
Osteoarthritis Knee for Adults.
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................................ii
RINGKASAN..............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................................viii
DAFTAR ISI..................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................
A. TinjauanUmumTentang Lansia...............................................................................
B. Tinjauan Umum Tentang OA ............................................................................
C. Tinjauan Umum Tentang ROM..........................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................................
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti................................................................
B. Kerangka Konsep....................................................................................................
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif...........................................................
D. Hipotesis Penelitian...............................................................................................
A. Hasil Penelitian........................................................................................................
B. Pembahasan.............................................................................................................
BAB VI PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
444-63...........................................................................................................
Tabel 2 Data Operasional dan kriteria Obyektif variabel dependen dan independen
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Teratai
2022…………………………………………………………………………….
Table 4.4 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Responden Setelah dilakukan ROM Aktif
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengaruh Pemberian ROM Aktif Terhadap Kekuatan Otot
pada Lansia Penderita OA Knee di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau Kota
ParepareTahun 2022……………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR
Lawrence……………………………………………………………………………
4. RI : Republik Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam membantu kliennya, untuk mendapatkan kembali sehat yang optimal melalui
kolaborasinya dengan tenaga medis lain maupun fisioterapis . sebagai mana yang
secara holistic, dengan upaya dalam mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan
sosial.
otot/kekuatan otot. Ketika kondisi seseorang sedang sakit belum bisa menjalankan
kegiatan sehari-hari dengan maksimal karena keterbatasan gerak, energy pada otot
dapat ditangguhkan melalui latihan Range Of Motion (ROM) excercise (Perry dan
Potter, 2018).
proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap yang dapat mempengaruhi tonus
pada otot dan inflamasi pada persendian yang dapat diidentifikasi dengan kemunduran
dari sendi yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri di tangan, punggung,
berkurangnya fungsi tulang rawan artikular yang ditandai dengan rasa sakit dan rasa
umumnya terjadi pada sendi/tonus lutut, pada tangan, pada panggul, pada tulang
belakang dan pada kaki. Gambaran dari gejala utama pada Osteoartritis biasanya
ditandai dengan nyeri, rasa kaku dan keterbatasan dalam pergerakan sendi/tonus (Dul et
al.,2017).
atau pegal-pegal di waktu-waktu bangun pagi, Biasanya dapat berjalan dengan singkat
paling tinggi biasanya berada pada kelompok umur 56-65 tahun dengan presentase( 45,
58% ), kemudian dari dalam kelompok jenis kelamin, proporsi kejadian OA Knee
primer paling tinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan presentase ( 82,
54% ), kemudian dari keluhan utama, Terjadinya OA Knee paling tinggi yang disertai
keluhan primernya yaitu rassa sakit/nyeri lutut dengan presentase ( 53, 26% ).
21
Rasa Sakit yang dapat dirasakan pada pasien osteoartritis termasuk rasa
altralgia, yang mana merupakan rasa sakit dihasilkan karena pengaruh reaksi patologik
yang ada dipersendian. Proses dari rasa sakit/nyeri dipersendian yang biasanya terjadi
degenerative, akan tetapi usia mutlak menjadi indikator resiko. Pada Usia 65
penderita Ostearthitis, walaupun jenis kelamin terjadi pada pria hanya 10% dan pada
wanita 18%.
Diantara Wanita yang lebih banyak yang menunjukkan gejala dari OA,
sekitarnya 10 persen dapat menjalani keterbatasan gerak yang disebabkan karena OA.
Dalam hal ini bisa dilihat jika semakin bertambahnya umur, Maka semakin banyak
ke-mungkinan yang dapat mengalami OA, Jumlah Lansia didunia pada saat ini sekita
629 juta manusia, yang dapat diperkirakan tahun 2026 lansia didunia hingga 1,3 milyar.
terjadi pada lansia cenderung mengarah pada masalhh kemunduran dari tonus/sendi dan
Proses Menua merupakan siklus yang dilalui dalam kehidupan serta dapat
ditandai melalui proses berkurangnya berbarapa fungsi organ dalam tubuh, yang dapat
dirasakan melalui semakin rawannya fungsi tubuh terhadap atas berbagai macam
seiring waktu bertambahnya umur dapat mengakibatkan kemunduran bagi sistem dan
fungsi dari jaringa dan sel, serta pada organ.hal ini pada umumnya memberi pengaruh
(Pratiwi.A.I.2018).
risiko wanita mengalami OA 5kali lebih unggul dari pada pria. Dalam hal ini, 40,6
persen wanita di Indonesia berumur 22-30 tahun memiliki kepadatan tulang lebih
rendah rendah, dan akan mmperbaiki risiko terjadinya OA dan patah pada tulang
OA bagi wanita semakin banyak dialami ketika berumur 55 tahun, penyebab utama
dari hal ini karena proses inflamasi pada tulang yang berhubungan kuat dengan
“Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit
melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya dan ada pula
yang tidak mengetahuinya”. Dapat disimpulkan dari hadist diatas adalah bahwa setiap
orang yang sakit dianjurkan untuk berobat dan dalam kasus ini yaitu datang untuk
Metode secara non - farmakologis adalah dengan melakukan ROM Excercise. ROM
Exercise adalah bentuk kegiatan secara fisik yang dilakukan dalam menambah
mobilisasi sendi/tonus terutama pada lutut yang menjadi penyokong tubuh. Manfaat dari
latihan ini yaitu, latihan ini adalah latihan yang paling mudah, karena bisa praktekkan
sendi/tonus secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot otot.
sendi dan otot sesuai gerakan normal baik dengan aktif ataupun pasif.
24
MAKKASAU pada bulan mei sampai juni 2022 didapat sampel sebanyak 120
5orang responden >1 tahun, dan 3 orang responden mengungkapkan bhwa dirinya
sering merasakan kekakuan dan rasa nyeri muncul pada tonus/persendian kakinya. Ke
Diperoleh hasil 21 orang responden tersebut, dengan nilai kekuatan otot berada
melakukan latihan ROM aktif dan tidak mengetahui apapun tentang latihan ROM aktif.
Dari rangkuman tersebut maka dari itu peneliti memiliki minat untuk melakukan
penelitian tentang peran serta perawat dalam latihan Range Of Motion (ROM) aktif
terhadap lansia dengan osteoarthritis knee dalam lingkup wilayah kerja RSUD Andi
B. Rumusan Masalah
Dari pada Uraian survey sebelumny maka ditarik Rumusan dari pada Masalah
dalam penelitian yang akan diteliti yaitu: “Peran perawat dalam Pemberian latihan
C. Tujuan Penelitian
1. Secara Umum
aktifitas dan penurunan rasa sakit pada sendi-tonus lutut lanjut usia dengan
2. Secara Khusus
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
a. SecaraTeoritis
Dari tesis ini dapat memberi ilmu, wawasan, pengalaman pun materi
b. Manfaat Praktis
1) Narasumber
mobilisasi.
2) Tenaga Medis
ROM terhadap mobilisasi dan perubahan terhadap rasa nyeri pada sendi lutut
3) Penyaji
Dari tesis ini yang didapatkan dalam penelitian dapat menjadi tolok
OA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Lansia
menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Bukan
berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau “kemunduran”. Secara
definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun disebut
lansia. Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal itu cenderung pada asumsi
bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan, minim penghasilan, penyakitan, tidak
Menurut (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke
atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
27
2. Batasan Umur Lansia
a. Menurut UUD N.13 Tahun 1998 Pada bab 1 pasal 1 ayat 2 bahwa
b. Menurut World Health Organizazion (WHO) yang dikatakan lansia yaitu apabila
c. Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) ada 4 indeks yaitu pertama fase inventus (25-
40), kedua fase verilities (40-55), ketiga fase presenium ( 55-65), keempat fase
age) ialah >65 tahun. Fase ini biasanya dibagi menjadi tiga batasan usia yaitu young
old (70- 75 tahun), old (75-80 tahun) dan old-old (>80 tahun)
3. Klasifikasi Lansia
Pinem (2014), yang dikatakan Lansiaa ketika seseorang telah berumurlebih dari
60 tahun . Dalam hal ini lansia dibagi menjadi tiga terdiri dari : young old (60tahun-
4. Karakteristik Lansia
Keliat ,2020 menyatalan ciri-ciri lansia yaitu sebagai berikut : ber usia diatas dari 60
tahun (sesuai pasal 1 ayat 2 UU No.13, masalah dan kebutuhan yang bervariasi dari rentang
sehat-sakit, hingga keperluan bio-psiko-sosial dan spiritual, dari keandaan adaptif hingga
28
Menurut WHO edisi terbaru (2020), ciri-ciri lansia dikelompokkan sebagai berikut :
e. very old (Lansia sangat tua), yaitu usia lebih dari 90 tahun.
a. Dewasa Awal = 26 – 35 th
b. Dewasa Akhir = 36 – 45 th
c. Lansia Awal = 46 – 55 th
d. Lansia Akhir = 56 – 65 th
e. Manula = > 65 th
1. Pengertian Osteoarthitis
“osteoartritis” ialah kata yang berawal dari Yunani yang mana “osteo”
diartikan sebagai tulang, “arthro” diartikan sebagai sendi, dan “itis” diartikan sebagai
belum begitu mutlak seperti pada remathoid/ autoimun arthritis. Osteoarthritis atau OA
dapat diidentifikasi sebagai penyakit sendi degeneratif (Osteoartrosis), dimana hal ini
sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral (Arya,et al., 2019).
29
OA (Osteoartritis) adalah susunan artritis yang biasa didapatkan dilingkungan
masyarakat, bersifat kronis, memiliki berdampak yang besar dalam problema kesehatan.
memberikan dampak kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama.
2. Klasifikasi
penyebabnya massih belum diketahui pasti dan tidak ada kaitannya dari penyakit
Tabel.1 OA Sekunder
30
Okronosis Panjang tungkai Bedah tulang
tidak sama (contoh:
menisektomi)
a. OA pada Tangan
Ketika usia telah mencapai 45 tahun. Post-menopause pada wanita lebih besar
dari pria (10 : 1) peran serta faktor gen : Riwayat penyakit dalam keluarga. OA pada
tangan umumnya seing terjadi pada sendi distal inter-falang, proksimal inter-falang dan
Diagnosis banding: mis-alignment pada tungkai yang bawah mesti hindarkan karena
valgus dapat mempengaruhi lingkup gerak sendi (range of motion) serta penyempitan
c. OA panggul/koksa
OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita, dan dapat
31
terjadi unilateral atau bilateral. Gejala klinis: nyeri panggul secara klasik timbul saat
berdiri (weight bearing) dan terkait dengan antalgic gait; nyeri terlokalisir pada buttock,
regio groin dan menjalar kebawah menuju bagian anterior. Kadang-kadang keluhan
nyeri dirasakan pada lutut. Diagnosis banding: OA sekunder pada panggul meliputi:
d. OA vertebra
Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada vertebra dapat
nyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain) disertai gejala radikular. Pada kasus
yang berat dapat terjadi hiperostosis (Penyakit Forestier’s, dapat mengenai sisi
Gejala klinis: sulit berjalan dan kulit diatasnya dapat meradang, terutama bila
menggunakan sepatu ketat. Dapat terjadi bursitis. Deformitas valgus (hallux valgus)
sering ditemukan, mungkin pula terdapat ankilosis pada sendi (hallux rigidus).
Gambaran radiologi pada kaki dan pergelangan kaki: dapat ditemukan osteofit,
meskipun pada pasien usia < 40 tahun. Sendi tarsal dapat terkena pada kelainan pes
f. OA bahu
OA bahu lebih jarang ditemukan. Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi saat
pergerakan, keluhan nyeri pada malam hari saat pergerakan sering ditemukan.
32
Pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak pada pergerakan pasif.
g. OA siku
OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari paparan getaran
3. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50
tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
33
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
d. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
e. Kegemukan.
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula).
34
35
4. Patogenesis
Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin bertambahnya
usia seseorang, kandungan air dalam tulang rawannya semakin berkurang sebagai akibat
menjadi kurang lentur. Tanpa adanya efek proteksi dari proteoglikan, serabut kolagen
degenerasi. Peradangan kapsul sendi juga dapat terjadi melalui proses yang lebih ringan
tulang rawan, tetapi merupakan kerusakan seluruh sendi yang mengarah untuk
awal OA bahkan bisa juga pada kondisi sub-klinik. Studi atroskopik menunjukkan
bahwa proliferasi yang terlokalisir dan perubahan inflamasi dari sinovium muncul
hingga 50% dari pasien OA yang kebanyakan dari mereka tidak tampak mengalami
5. Derajat OA
(K-L system).K-L system merupakan alat penilaian yang digunakan untuk menilai
tingkat keparahan Osteoarthritis lutut pada foto polos X-Ray. Berdasarkan skala
Lawrence
a. Grade 0
Pada tahap ini sendi masih dikategorikan 'normal'.Sendi tidak menunjukkan tanda-
tanda OA, dan fungsi sendi masih normal, tanpa gangguan maupun nyeri.
b. Grade 1
Merupakan tahap awal OA.Pada tahap 1 ini mulai terjadi pembentukan osteophyte
(pertumbuhan tulang yang terjadi pada sendi, disebut juga dengan 'spurs').
c. Grade 2
Tahap ini disebut sebagai tahap ringan dari OA.Pada tahap ini terjadi penyempitan
d. Grade 3
Pada tahap ini >50% terjadi penyempitan sendi, kondilus femoralis bulat, subkondral
sklerosis yang luas, pembentukan osteophyte yang luas (Joern et al., 2010).
e. Grade 4
37
Pada tahap ini, derajat OA termasuk dalam kategori berat. Pasien yang mengalami OA
pada derajat 4 ini akan merasakan nyeri dan ketidaknyamanan saat berjalan (Emrani et
al., 2007). Pada tahap ini terjadi kerusakan sendi, hilangnya ruang sendi, terdapat kista
subkondral pada bagian atas tibia dan di kondilus femoralis (Joern, et al., 2010).
38
1. Riwayat Penyakit
a. Nyeri
4) Membutuhkan analgesic
b. Hilangnya fungsi
1) Kekakuan (stiffness)
2) Keterbatasan gerakan
c. Gejala lain
1) Krepitasi
7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, obat
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
1) Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan
b. Non-farmakologi
1) Olahraga: jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak memberi
beban terhadap sendi, seperti olahraga akuatik, jalan cepat, tai chi, dan aerobik
internasional
Seluruh pasien dengan OA, baik ringan hingga sangat berat, harus diberikan intervensi
1. Definisi Perawat
Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
Menurut Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga
2. Peran Perawat
Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik seseorang
yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam system, tingkah laku
dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial di dalam maupun di
luar profesi perawat yang bersifat konstan (Potter & Perry, 2010).
yang aman, mencegah terjadinya kecelakaaan dan hal yang merugikan bagi
menyebabkan ketidakberdayaan.
klien dan keluarga, antar perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Faktor
kualitas komunikasi.
9) Peran karier, perawat berkarier dan mendapatkan jabatan tertentu, hal ini
kesehatan.
1) Since interset, yaitu perawat menyampaikan rasa hormat dan perhatian pada
klien.
klien, harus berorientasi pada perasaan klien bukan pada keinginan atau
kepentingan perawat.
maksud menghina.
6) See the patient point of view, perawat mencoba memahami klien dari sudut
kepada klien mencakup aspek biologi, psikologi, sosial, kultural, dan spiritual
4. Pengertian ROM
sendi terdiri dari tiga bidang, yaitu: sagital, frontal, transversal. Bidang sagital adalah
bidang yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi sisi kanan
dan sisi kiri. Bidang frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh ke
depan dan kebelakang. Bidang transversal adalah bidang horisontal yang membagi
ROM menjadi teknik dasar untuk menilai lingkup gerak sendi yang berguna
sebagai panduan dalam suatu program intervensi terapeutik. Teknik ini memungkinkan
persendiannya secara sepenuhnya sesuai gerakan yang normal baik secara pasif maupun
aktif.
a. ROM aktif
Merupakan latihan ROM dilakukan sendiri oleh pasien tanpa ada bantuan
perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi latihan ROM aktif adalah pasien
yang dirawat melakukan ROM sendiri atau kooperatif. Cara melakukan ROM aktif:
b. ROM pasif
Merupakan latihan ROM pasif yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat
untuk setiap gerakan. Indikasi latihan ROM pasif yaitu pasien semi koma dan tidak
sadar, pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun,
1) Memberi pengetahuan pasien akan tindakan yang dilakukan, area yang akan di
gerakkan.
46
b. Sakit
c. Fraktur
d. Trauma
e. Kelemahan
f. Kecacatan
yang di lakukan harus sesuai dengan kemampuan klien dan harus memperhatikan
kesungguhan serta tingkat konsentrasi klien dalam melakukan latihan (Lukman, 2019).
8. Gerakan ROM
47
Gerakan ROM bisa di lakukan pada leher, ekstermitas atas, dan ektermitas bawah.
Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan
fleksi lateral. Menurut Lukman (2009) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstermitas
6) Rotasi bahu
Adapun gerakan ROM aktif yang dilakukan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2012):
fleksi, ekstensi, hiperektensi, rotasi, sirkumsisi, supinasi, pronasi, abduksi, adduksi, dan
oposisi.
48
a) Latihan I
ke atas.
b) Latihan II
yang sehat.
c) Latihan III
atas.
d) Latihan IV
e) Latihan V
f) Latihan VI
kemudian luruskan.
(2) Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
g) Latihan VII
(2) Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat
h) Latihan VIII
i) Latihan IX
pasien.
Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara otot dan tulang.
Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakkan oleh otot, hal ini
kelelahan ini terjadi saat waktu ketahanan otot (jumlah tenaga yang dikembangkan oleh
tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis statis atau kemampuan maksimal
Faktor fisiologis yang memengaruhi kekuatan otot diantaranya yaitu (Irfan, 2019):
a. Usia
Usia memiliki hubungan korelasi negatif sehingga semakin tua usia baik pria maupun
b. Jenis Kelamin
Perbedaan kekuatan otot pada pria dan wanita (rata-rata kekuatan otot wanita 2/3 dari
c. Suhu Otot
ontraksi otot akan lebih kuat dan lebih cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi darpada
suhu normal.
d. Makanan
Seperti pada pola makan sehat, aturlah asupan makanan dengan konsumsi bahan-bahan
makanan yang memiliki kandungan protein tinggi. Bukan berarti rendah karbohidrat
makanan yang mengandung protein tinggi dan rendah karbohidrat juga bisa memberi
rasa kenyang yang cukup lama sehingga dapat memengaruhi kekuatan otot.
Tingkat aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi kekuatan otot. Seseorang yang
memiliki aktivitas tinggi cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih besar.
52
Menurut Guyton dan Hall (2007) bila sebuah otot berkontaksi, timbul suatu kerja
dan energi yang diperlukan. Sejumlah besar adenosine trifosfat (ATP) dipecah
membentuk adenosine difosfat (ADP) selama proses kontraksi. Semakin besar jumlah
kerja yang dilakukan oleh otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan, yang
disebut efek fenn. Sumber energi sebenarnya yang digunakan untuk kontraksi otot
adalahATP yang merupakan suatu rantai penghubung yang esensial antara fungsi
Proses gerak diawali dengan adanya rangsangan proses gerak ini, dapat terjadi
apabila potensial aksi mencapai nilai ambang, tahapan- tahapan timbul dan berakhirnya
a. Suatu potensial aksi berjalan disepanjang saraf motorik sampi ke ujungnya pada
serabut otot.
c. Asetilkolin bekerja pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal
membran.
natrium berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan
e. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membrane serabut otot dengan cara yang
53
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
g. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama lain, dan
h. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini tetap di simpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion
Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan serabut otot,
atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain,
perlambatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti & Utomo,
2018).
Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai untuk
kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama
kontraksi otot
c. Nilai 2: Dapat menggerakkan ekstremitas, tidak kuat menahan berat, tidak dapat
melawan tekanan
e. Nilai 4: Dapat menggerakkan sendi untuk menahan berat, dapat melawan tahanan
Penilaian Kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif Penilaian kekuatan
0 = Tidak normal
1 = Buruk
2 = Sedikit buruk
3 = Sedang
4 = Baik
5 = Normal
BAB III
KERANGKA KONSEP
usia 40 tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari
61 tahun (Ireneu et.al, 2017). Proporsi risiko osteoporosis pada perempuan semakin
tinggi setelah berusia 55 tahun, sebagian besar disebabkan adanya retak tulang pada
perempuan yang berhubungan erat dengan perubahan metabolisme tulang pada umur
mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, serta meningkatkan massa otot hal
ini dikarenakan Latihan ROM memungkinkan untuk dilakukan peregangan yang dapat
membantu meningkatkan daya gerak sendi sehingga otot dapat menahan benturan
dengan lebih baik, sehingga gejala nyeri sendi dapat berkurang. Latihan ROM dibagi
menjadi dua yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah latihan rentang gerak
yang dapat dilakukan pasien secara mandiri. ROM pasif adalah latihan rentang gerak
56
57
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2018). Dalam penelitian ini hanya
menggunakan variabel tunggal yaitu kekuatan otot setelah aktivitas Range Of Motion
(ROM) pada lansia Osteoarthritis Knee. bersadarkan uraian diatas maka disusun
Baik =
Faktor-faktor yang Kekuatan otot:
76%-100%
mempengaruhi kekuatan otot:
0:Paralisis, tidak ada
Usia kontrasi otot sama
Cukup =
sekali
Jenis Kelamin 56% -75%
1:Terlihat/teraba
Suhu Otot getaran kontraksi otot,
Kurang = ≤
Makanan Tidak ada gerakan
ekstremitas sama sekali 55%
Aktivitas sehari- hari
2:Dapat menggerakkan
ekstremitas Tidak kuat
menahan berat Tidak
dapat melawan tekanan
pemeriksa
3:Dapat menggerakkan
Keterangan : ekstremitas Dapat
: Diteliti menahan berat Tidak
: Tidak Diteliti dapat melawan tekanan
4:Dapat menggerakkan
sendi untuk menahan
berat Dapat melawan
tahanan ringan dari
pemeriksa
5: Kekuatan otot normal
58
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya
merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk
Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.
Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu
organisme yang dikenai stimulus, dengan kata lain viabel terikat adalah faktor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Peran perawat dalam pemberian latihan dan Peningkatan
Aktifitas Lansia
59
Independ en Uku r
tempat ke tempat
Baik : 76%-100%
lain.
Cukup : 56%-75%
Kurang : <55%
(Nursalam 2018)
Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
D. Hipotesis Penelitian
sempurna, bisa sembuh dengan cacat ringan, sedang dan berat khususnya pada
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil. Desain dapat digunakan peneliti
sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu
menggunakan desain pra-eksperiment (uji coba) dengan desain pre-post tes dalam satu
kelompok (One group pra-post design). Ciri penelitian ini adalah mengungkapan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
intervensi (Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh
latihan range of motion (rom) aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non
62
B. Rancangan penelitian
(Nursalam, 2019). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra
O X 1
Keterangan :
K : subyek x
O : observasi (sebelum)
I : intervensi
O1 : observasi (sesudah)
64
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Andi
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah semua Lansia Penderita OA Knee yang berjumlah 120 yang ada di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu, apa yang
dipelajari dari populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono, 2018)
Sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Nursalam (2019) penentuan besar sampel jika besar populasi
≤ 1000, maka :
Rumus:
n=1+(𝑑)
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
N
n=
1+N (d2)
120
n=
1+120 (0.22 )
120
n =1+4,8
120
n=
5,8
n = 21 responden
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili dari
populasi (Nursalam, 2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah random sampling dengan teknik simple random sampling karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
3. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui
perkembangan yang ada. Lembar observasi tingkat kekuatan otot, di susun untuk
mengetahui tingkat kekuatan otot sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan
tindakan secara berkala dengan skala otot: 0: paralisis, tidak ada kontrasi otot sama
sekali, 1: tidak ada gerakan ekstremitas sama sekali, terlihat/teraba getaran kontraksi
otot, 2: Dapat menggerakkan ekstremitas, tidak kuat menahan berat, tidak dapat
tidak dapat melawan tekanan, 4: Dapat menggerakkan sendi untuk menahan berat,
dapat melawan tahanan ringan dari pemeriksa, 5: kekuatan otot normal. (Nursalam,
2011).
4. Prosedur
di observasi dan di kaji tingkat kekuatan ototnya terlebih dahulu baik ekstermitas atas
dilaksanakan tindakan rentang gerak sendi atau ROM aktif. ROM dilakukan selama 15
menit. Setelah dilakukan tindakan ROM 4 kali, kekuatan otot pasien di observasi dan
di kaji kembali.
67
E. Pengumpulan Data
dilakukan 2 kali dalam sehari pada pagidan sore hari. Setelah itu peneliti meminta
kesediaan 1 orang perawat laki- laki untuk membantu dalam penelitian sebagai asisten
peneliti serta terlebih dahulu melakukan penyamaan persepsi antara peneliti dengan
asisten penelitian. Alasan melibatkan perawat laki-laki sebagai asisten peneliti yaitu
agar mempermudah dan mempercepat dalam proses pengukuran kekuatan otot yang
hasilnya dicatat pada lembar hasil pengukuran . Kemudian peneliti memeriksa kembali
F. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing,
1. Editing
Editing merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Dimana peneliti harus mengecek
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategorinya masing- masing. Pemberian kode ini sangat penting
Klasifikasi pada umunya di tandai dengan kode tertentu, kode pada data umum dan
a. Data Umum
2) Responden
Responden 1 = 1R
Responden 2 = R2
3) Jenis kelamin
Laki-Laki =L
Perempuan =P
4) Usia
40-49 tahun = U1
50-64 tahun = U2
5-80 Tahun = U3
b. Data Khusus
0 = Tidak normal
1 = Buruk
4 = Baik
5 = Normal
69
3. Skoring
Hasil pemgukuran kekuatan otot yang telah dilakukan ada pengaruhnya baik atau
buruk maka nilainya yaitu baik 76%-100%, cukup 56%-75%, kurang ≤ 55%.
4. Tabulating
kumulatif.
100% : Seluruhnya
5. Analisa data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
a. Analisis Univariate
setiap variabel penelitian, bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
Setelah semua data terkumpul dari hasil observasi responden dikelompokkan dan
Keterangan :
Baik : 76 – 100%
Cukup : 56 – 75 %
Kurang : ≤ 55%
b. Analisis Bivariate
71
Cara analisis data yang digunakan adalah analisis bivariate yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi Dalam melakukan
terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat, 2018).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate,
analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
Dengan α-5% (0,05) di p-value <α (0,05), yang berarti Ho ditolak dan H1
diterima maka ada pengaruh range of motion (rom) aktif terhadap kekuatan otot pada
G. Etika penelitian
RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, Untuk itu perlu mengajukan permohonan izin
kepada Kepala Rumah Sakit Daerah Andi Makkasau Kota Parepare. Setelah itu etika
yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2016):
Lembar persetujuan akan diberikan kepada setiap pasien yang menjadi subyek
penelitian dan memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian, serta
menjelaskan akibatt yang akan terjadi bila pasien bersedia menjadi subyek penelitian.
Jika pasien bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai tanda
72
bersedia. Apabila responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti akan tetap
mengetahui keikut sertaannya peneliti hanya menggunakan kode dalam bentuk nomor
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah didapat oleh peneliti dari responden akan dijamin
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil pengumpulan data melalui
orang yang dilaksanakan pada 14 Mei 2022 sampai dengan 14 Juni 2022 selama 1
bulan.
gambaran secara realita dan obyektif antara Variabel independen dan Variabel
dependen.
responden sesuai dengan kriteria inklusi, lalu melakukan kontrak waktu dengan
73
74
Bumi Harapan Kota Parepare, RSUD Andi Makkasau memiliki beberapa fasilitas
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Perawatan Intensif, Instalasi Kamar
dan Pengaduan, Pelayanan Sentral Opname, Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit,
terletak diantara beberapa ruangan yang ada di RSUD Andi Makkasau. Sebelah
utara terdapat Ruang Melati, sebelah timur terdapat Ruang Seruni, sebelah barat
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yaitu dari tanggal 14 Mei 2022
sampai 14 Juni 2022. Dengan jumlah sampel sebanyak 21 responden. Setelah data
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Tahun 2022
Perempuan 12 57,1
Laki-Laki 9 42,9
Jumlah 21 100
Perempuan yaitu Sebanyak 12 responden dan Jenis Kelamin yang kurang adalah
Table 4.2
Tahun 2022
40 – 49 tahun 5 23,8
50 – 64 tahun 8 38,1
≥ 65 tahun 8 38,1
Jumlah 21 100
dimana responden yang memiliki Usia Paling Rentang terhadap OA Knee Kisaran
50-64 tahun dan diatas dari 64 tahun memiliki presentase yang sama yaitu
terdapat 8 responden dan Usia yang kurang adalah 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 5
responden.
77
2. Analisis Univariat
Table 4.3
Tahun 2022.
Baik 2 9,5
Cukup 6 28,6
Kurang 13 61,9
Jumlah 21 100
Table 4.4
Tahun 2022.
Baik 11 52,4
Cukup 5 23,8
Kurang 5 23,8
Jumlah 21 100
3. Analisis Bivarat
Tabel 4.5
Tahun 2022
Berdasarkan data dari tabulasi silang pengaruh pemberian ROM aktif terhadap
kekuatan otot pada penderita OA Knee di RSUD Andi Makkasau, didapatkan dari
penderita OA Knee.
Dari hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa signifikansi sebesar 0,000
adalah lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima atau
B. Pembahasan
terdahulu membuktikan bahwa terdapat efek dari estrogen baik secara endogen
maupun eksogen terhadap kejadian OA, adapun faktor lain pencetus OA Yaitu
selain dari umur juga karena Obesitas atau Kegemukan, dari hal tersebut
Hasil penelitian (Nour et al, 2018) yang dilakukan terhadap 201 penderita
OA, 82,1% Penderita dialami oleh perempuan. Hasil penelitian ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arista di RSUD Andi Makkasau di unit rawat jalan
pada tahun 2019 dimana prevalansi penderita OA Knee pada Perempuan sebanyak
67% dari 149 orang dan sebanyak 80,2% prevalansi penderita OA Knee pada
terbanyak yaitu usia 50-64 tahun sebanyak 8 atau 38,1% responden dan
responden usia ≥ 65 tahun, dan terbanyak kedua yaitu pada usia 40-49 tahun
(23,8%), hal ini menunjukkan bahwa kelemahan otot pada penderita OA Knee
dialami pada usia diatas 50 tahun dengan angka kejadian hampir seluruh
responden.
Knee lebih banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun karena pada lansia terjadi
kelemahan kekuatan otot baik ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, dimana
semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi terutama pada fungsi motorik
pada usia tersebut. Tidak banyak pada usia tersebut yang mengalami kekuatan
otot yang kurang sehingga perlu dilakukan pemberian ROM aktif secara optimal.
prevelansi tertinggi penderita OA Knee di unit rawat jalan RSUD Andi Makkasau
adalah 59 tahun yaitu 39,6% disusul kelompok umur 60-70 tahun sebanyak
37,5%.
Menurut (Bahtiar, 2019) dengan umur yang semakin dewasa atau umur
yang semakin bertambah maka di umur sekian adalah umur yang cukup matang,
jadi semakin bertambah umur maka akan betambah pula kematangannya, umur
yang matang adalah umur yang bisa selalu untuk bersikap positif dan melakukan
hal–hal positif juga untuk kesehatan dirinya sendiri. Karena Dengan umur yang
82
data khusus sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif diketahui bahwa
kategori kekuatan otot yang kurang yaitu sebanyak 13 atau 61,9% dari responden
penderita OA Knee. Terdiri dari 6 atau 28,6% responden kekuatan ototnya dengan
kategori cukup, 2 atau 9,5% responden kekuatan ototnya dengan kategori baik.
banyak yang mengalami kekuatan otot yang kurang dibagian bawah saat
(ROM) aktif, pada penderita OA Knee akan meningkatkan kekuatan otot menjadi
kekuatan otot lebih besar pada ekstremitas bawah dengan jumlah 39 atau rata-rata
1,86 responden.
kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin
besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut
adanya tekanan gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal
2016).
Berdasarkan tabel 4.4 dijelaskan bahwa sebagian besar kekuatan otot yang
baik setelah dilakukan ROM aktif sebanyak 11 atau 52,4% responden pada
penderita OA Knee. Terdiri dari 5 atau 23,8% responden yang kekuatan otot
dengan kategori cukup, 5 atau 23,8% responden yang kekuatan otot dengan
kataegori kurang.
dilakukan ROM aktif kekuatan otot Lansia penderita OA Knee sebagian besar
daripada sebelum dilakukan ROM aktif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan dua kali sehari lebih efektif daripada
menggunakan ROM aktif satu kali sehari karena dapat meningkatkan kekuatan
kekuatan otot lebih besar pada ekstremitas bawah sejumlah 70 atau rata-rata
3,33 responden, dan pada ekstremitas atas sejumlah 59 atau rata-rata 2,81
responden.
Peningkatan pada ekstremitas bawah yang signifikan dari sebelum dan sesudah
dilakukan ROM aktif, karena rentang gerak dan tonus otot ekstremitas bawah
lebih sering digunakan, mayoritas orang lebih sering menggerakkan kaki pada
mengalami peningkatan kekuatan dan kontraksi otot jauh lebih baik daripada
karena semakin seringnya sendi digerakkan secara teratur dengan teknik yang
tepat dan perlahan, maka dapat meningkatkan kekuatan otot pada penderita OA
Knee pada ekstremitas bawah yang awalnya kurang menjadi baik kekuatan
dengan uji Wilcoxon pada tabel 4.5 didapatkan nilai ρ = 0,000 yang lebih
kecil dari α = (0,05), maka H1 di terima. Artinya ada pengaruh pemberian ROM
aktif terhadap kekuatan otot pada Lansia Penderita OA Knee di RSUD Andi
Makkasau Kota Parepare. Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa
responden kekuatan otot dengan kategori baik sebanyak 11 atau 52,4% responden.
(rom) aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik terutama
Penderita yang kekuatan otot dengan kategori kurang lebih banyak mengalami
kekuatan otot sehingga kekuatan otot banyak mengalami kekuatan otot yang baik
maupun cukup. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai hal antara
lain kondisi dari responden itu sendiri, semangat dari responden untuk melakukan
Hal ini didukung dengan penelitian Sunarti & Silalahi 2018 dengan “judul
Andri&Niken 2019 menambahkan bahwa latihan atau aktifitas yang sesuai untuk
pemberian range of motion (rom) aktif. Latihan tersebut apabila dilakukan secara
kekuatan otot pada Lansia Penderita Osteo-Arthitis (OA) Knee dan menunjukkan
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
Pada Lansia Penderita Osteoarthitis Knee Di Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau Kota Parepare. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada
tanggal 14 Mei sampai dengan 14 Juni 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau kota parepare maka dapat diambil suatu kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
Motion (ROM) aktif sebagian besar kekuatan otot yang dialami responden
ekstremiatas bawah.
(ROM) aktif sebagian besar kekuatan otot yang dialami responden dengan
kategori baik dan terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremiatas bawah.
87
88
otot pada lansia penderita OA Knee di RSUD Andi Makkassau Kota Parepare.
B. Saran
a. Bagi responden
keluar dari rumah sakit disarankan bagi responden tetap melakukan tindakan
supaya tidak terjadi kekakuan sendi walaupun tidak memiliki pengaruh yang
pemberian range of motion (rom) aktif dalam kekuatan otot pada lansia
penderita OA Knee.
pemberian gerakan yang lebih lama, sehingga hasil yang diperoleh dapat
kekuatan otot pada lansia penderita OA Knee pula sehingga diperoleh hasil
hasil perubahan yang baik dan menjadikan range of motion (rom) aktif
DAFTAR PUSTAKA
Baticaca,
Musculocleta.
Kedokteran EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. (2010). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Degeneratif.
Lukman,
Perry & Potter. (2020). Fundamental Of Nursing. Buku ke-3. Edisi 7. Jakarta:
Salemba medika.
Hemoragik.
Berita Ilmu Keperawatan (Online). Jakarta. Diakses pada tanggal 08 Juli 2018
http://eprints.ums.ac.id/1027/2008v1-08.pdf.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal
D.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
C. Riwayat Pekerjaan
MAKAKASAU KOTAPAREPARE
No Responden :
Tanggal :
Hari :
Data Umum
1. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
2. Usia
35-49 tahun
50-64 tahun
65-80 tahun
OP RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF
Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah
a. Latihan I
b. Latihan II
1) Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.
c. Latihan III
d. Latihan IV
e. Latihan V
f. Latihan VI
g. Latihan VII
h. Latihan VIII
i. Latihan IX
Usia
Frequencies
Statistics
sebelum sesudah
Valid 21 21
N
Missing 0 0
Frequency
Table
Sebelum
1
Sesudah
Crosstabs
Count Expected 2 0 0 2
Count 1.0 .5 .5 2.0
Baik % within sebelum 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
% of Total Count 9.5% 0.0% 0.0% 9.5%
Expected Count 6 0 0 6
% within sebelum 3.1 1.4 1.4 6.0
% of Total Count 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Sebelum Cukup
Expected Count 28.6% 0.0% 0.0% 28.6%
% within sebelum
3 5 5 13
% of Total Count
6.8 3.1 3.1 13.0
Expected Count
23.1% 38.5% 38.5% 100.0%
Kurang % within sebelum 14.3% 23.8% 23.8% 61.9%
% of Total 11 5 5 21
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -3.494b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Judul :
Judul :
ismillahirrahmanirahiem
Demikian permohonan kami, atas Perhatian dan Bantuan Bapak/Ibu di ucapkan banyak terima kasih.
Tembusan :
1. Rektor ITKeS Muhammadiyah Sidrap (Sebagai laporan)
2. Bapak Walikota Parepare
3. Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare
4. Yang bersangkutan
5. Arsip
SRN IP0000369
REKOMENDASI PENELITIAN
Nomor : 369/IP/DPM-PTSP/6/2022
Dasar: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penerbitan Rekomendasi Penelitian.
3. Peraturan Walikota Parepare No. 45 Tahun 2020 Tentang Pendelegasian Wewenang Pelayanan Perizinan dan
Non Perizinan Kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Setelah memperhatikan hal tersebut, maka Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu :
KEPADA
NAMA : FUJI SRI OKTAFIA
UNIVERSITAS/ LEMBAGA : Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains Muhammadiyah Sidrap
JURUSAN : Ilmu Keperawatan
ALAMAT : Jl. Latasakka No. 92, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare
UNTUK : Melaksanakan Penelitian/Wawancara Dalam Kota Parepare Dengan Keterangan Sebagai
Berikut
JUDUL PENELITIAN : PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
PENINGKATAN AKTIFITAS LANSIA PENDERITA O A KNEE DI RSUD ANDI
MAKKASAU KOTA PAREPARE
LOKASI PENELITIAN : RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE
LAMA PENELITIAN : 14 Juni 2022 s.d 14 Juli 2022
se
DOKUMUMENTASI PENELITIAN