Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

PANGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) DALAM


PENINGKATAN AKTIVITAS LANSIA PENDERITA OA KNEE
DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE

FUJI SRI OKTAFIA


NIM. 202001050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKeS MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2021
SKRIPSI

PANGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) DALAM


PENINGKATAN AKTIVITAS LANSIA PENDERITA OA KNEE
DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE

FUJI SRI OKTAFIA


NIM. 202001050

Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Peersyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Pada Institusi Teknologi Kesehatan Dan Sains
Muhammadiyah Sidrap Program Studi
Sarjana Keperawatan (S1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKeS MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan para Pembimbing dan tim penguji sebagai
salah satu untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Di Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains (ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.

Sidrap, Safar 1444 Hijriah


14 September 2022 Masehi

Oleh:
FUJI SRI OKTAFIA

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ishak Kenre,SKM.,M.Kes Ns H.Abd.Rahman, S.Kep.,M.Kes


NBM : NBM :

Mengetahui,

Dekan, Ketua,
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Prodi Ilmu Keperawatan

Asnuddin,S.Kep.,Ns.,M.Kes Sulkifli Nurdin, S.Kep.,Ns,.M.MKep


NBM : 1059292 NBM : 1174260
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : FUJI SRI OKTAFIA

NIM : 202001050

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap

Peningkatan Aktivitas Lansia Penderita OA Knee di RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperole gelar Sarjana

Keperawatan (S1) pada program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi

Kesehatan dan Sains (ITKeS) Muhammadiyah Sidrap pada hari Rabu,

tanggal 14 September 2022

Tim Penguji

Ketua : Dr.Ishak Kenre,SKM.,M.Kes (……..………….…...)

Sekretaris : Ns H.Abd.Rahman, S.Kep.,M.Kes (……..……………...)

: Sulkifli Nurdin, S.Kep.,Ns,.M.MKep (……..………….......)


Anggota

Hasmi Appi, SKM.,M.Kes (……..………….......)


PERNYATAAN KEASLIAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

Nama : FUJI SRI OKTAFIA

NIM : 202001050

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebahagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, sya bersedia menerima

sanksi atas pebuatan tersebut.

Parepare, 14 September 2022

Yang Menyatakan Tandatangan

Materai 10.000

FUJI SRI OKTAFIA


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKeS)

Muhammadiyah Sidrap, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FUJI SRI OKTAFIA


NIM : 202001050
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Institut


Teknologi kesehatan dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap Hak Bebas Royalti
Non eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :

“Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Peningkatan Aktivitas Lansia


Penderita OA Knee di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Teknologi kesehatan dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah
Sidrap berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di :
Pada tanggal :
Yang menyatakan

FUJI SRI OKTAFIA


RINGKASAN
Institut Teknologi kesehatan dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Skripsi : September/2022

FUJI SRI OKTAFIA

“Peran Perawat dalam Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom) Terhadap


Peningkatan Aktivitas Lansia Penderita Osteoartritis Knee Di RSUD Andi
Makkasau Kota Parepare”

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan menurunnya berbagai
fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Osteoarthritis Knee Salah satu penyakit karena usia dimana terjadi gangguan kesehatan
degeneratif kekakuan dan peradangan pada persendian yang dapat menyebabkan nyeri
pada sendi tangan, leher, punggung, pinggang, dan yang paling sering adalah pada sendi
lutut.Aktivitas sehari-hari membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan
tonus otot atau kekuatan otot. Pada kondisi sakit seseorang tidak mampu melakukan
aktivitas karena keterbatasan gerak, kekuatan otot dapat dipertahankan dengan
melakukan latihan rentang gerak sendi atau Range Of Motion (ROM) .Hasil penelitian
ini menggunakan metode Desain penelitian deskriptif analitik, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita dan obyektif
antara Variabel independen dan Variabel dependen. Penelitian ini menggunakan
kousiuner yang diberikan kepada lansia penderita OA Knee.

Dibimbing oleh : Dr. Ishak Kenre dan H.Abd.Rahman


XIV + 87 Halaman + 10 Tabel + 1 Gambar + 9 Lampiran

Daftar Pustaka: (2016 – 2020)


Kata Kunci : Lantihan ROM, Ostearthitis Knee
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Sebagai Bentuk terimakasih penulis panjatkan

kehadirat Allah Swt sehinga penulisan proposal ini dapat berjalan dan terkendali sampai

akhir. Shalawat serta salam penulis panjatkan terhadap Nabi Muhammad Saw karena

telah berjasa dalam mengarahkan kita semua ke pada kebajikan dan jalan yang terang

benderang.

Dalam Proposal. Yang ditulis dengan tujuan agar dapat diseminarkan menjadi

tolok ukur dalam membuat tesis nantinya. Sehingga proposal dengan judul “Peran

Perawat Dalam Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Peningkatan

Aktivitas Lansia Penderita OsteoArtritis Knee di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare”

Studi dilaksanakan di Ruang Teratai, Proposal ini dibuat agar dapat melengkapi

persyaratan dalam penulisan Skripsi nantinya dan dapat selesai dengan sabaik- baiknya..

Sesuai dengan judul, sesuai dengan judul, tentunya didalam proposal ini embuat

berbagai hal tentang ROM dan Osteoarthitis Knee yang meliputi berbagai hal dimulai

dari apa yang menjadi tujuan, pengertian, produk dan tabel, selanjutnya proposal ini

memuat metode peneilitian dimulai dari variabel instrument, metode pengumbulan data

dan sebagainya.

Penulisan proposal yang dilakukan ini diajukan untuk menjadi suatu.ketentuan

dalam mencapai Sarjana Strata Satu Keperawatan di Institut Teknologi.Kesehatan dan

Sains (ITKeS) Muhammadiyah Sidrap. Dalam penulisan dan pembentukan proposal

yang akan diteliti Penulis menerima banyak.jasa dalam bimbingan dari semua
khalayak, maka dari penulis tak lupa mengungkapkan syukur kepada Bapak /ibu :

1. Dr.Muhammad Tahir, SKM.,M.Kes selaku Rektor I di Institut Teknologi kesehatan

dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.

2. Dr.Ishak Kenre,SKM.,M.Kes selaku Wakil Rektor 1 di Institut Teknologi kesehatan

dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.

3. Kassaming,SKM.,M.Kes selaku Wakil Rektor 2 di Institut Teknologi kesehatan dan

Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.

4. Ns. Asnuddin,S. Kep., M.Kes sebagai Dekan di Institut Teknologi Kesehatan dan

Sains ( ITKeS) Muhammadiiyah Sidrap.

5. Ns.Sulkifli Nurdin,S.Kep.,M.M.Kes selaku Ketua Prodi di Institut Teknologi

kesehatan dan Sains ( ITKeS) Muhammadiyah Sidrap.

6. Dr.Ishak Kenre,SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama dan

Ns.H.Abd.Rahman,S.Kep.,M.M.Kep selaku pembimbing anggota yang telah banyak

memberikan pengarahan, motivasi,ketelitian dan masukan dalam penyusunan

proposal ini.

7. Ns.Sulkifli Nurdin,S.Kep.,M.M.Kes dan Hasmi Appi, SKM.,M.Kes selaku Penguji

yang memberikan arahan yang membangun.

8. Dosen-Dosen dan Staf yang ada di Institut Teknologi kesehatan dan Sains (ITKeS)

Muhammadiyah Sidrap.

9. Pihak RSUD Andi Makkasau Kota Parepare karena telah mempempercayakan

peneliti agar dapat melakukan tesis di Ruang Teratai.

10. Ayah dan Ibu Saya yang setiap menjadi support sistem saya secara moral

maupun materi selama berada di ItKes Muhammadiyah Sidrap hingga pada tahap ini,

dan teman-teman yang ikut serta membangun penelitian ini hingga selesai tepat waktu.
Penulis sadar dengan penuh bahwa penataan proposal penelitian ini pun jauh

dari sempurna, penulis telah berupayah dengan sungguh-sungguh sebanding dalam

pengetahuan yang ada dan dari dalam lubuk hati,Penulis menantikan masukan-masukan

dimana mampu membuat proposal penelitian ini berkembang. Penulis mengharapkan

semoga proposal penelitian ini dapat memberi dampak dan bermanfaat baik semua

orang. Amin.

Parepare, September 2022

Penulis
FUJI SRI OKTAFIA
ABSTRAK

Institut Teknologi dan Sains (ITKeS) Muhammdiyah Sidrap

Program : Prodi Ilmu S1 Keperawatan

Skripsi : Juni – Juli 2022

Fuji Sri Oktafia

“PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


PENINGKATAN AKTIVITAS LANSIA PENDERITA OA KNEE
DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE”

Dalam memberika Asuhan di bidang keperawatan, perawat memiliki peran dalam


membantu kliennya, untuk mendapatkan kembali sehat yang optimal melalui metode-
metode penyembuhan dan perawat juga sebagai pemberi Advokator dalam
kolaborasinya dengan tenaga medis lain maupun fisioterapis . sebagai mana yang
terjaddi Perawat dapat memfokuskan Asuhan kepada kebutuhan klien/pasien baik
secara holistic, dengan upaya dalam mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan
sosial. Aktivitas keseharian juga memerlukan kerja otot dalam menyokong tonus
otot/kekuatan otot. Ketika kondisi seseorang sedang sakit belum bisa menjalankan
kegiatan sehari-hari dengan maksimal karena keterbatasan gerak, energy pada otot dapat
ditangguhkan melalui latihan Range Of Motion (ROM) exercise. Penyakit Osteoartitris
pada lansia adalah penyakit degenerative yang mengalami keterlambatan dalam
melakukan pergerakan karena terjadi kelemahan otot. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh pemberian Range Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan
otot pada Lansia penderita Osteoartritis Knee di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau
Kota Parepare. Jenis penelitian Deskriptif analitik pra experimental dengan
menggunakan metode one Group Pra-test Post-test Desaign. Populasi dalam penelitian
ini sebanyak 120 responden dan jumlah sampel 21 responden yang diambil
menggunakan simple random sampling. Variabel independent Range Of Motion (ROM)
aktif dan variabel dependent kekuatan otot Lansia Penderita Osteoartritis Knee.
Pengumpulan data menggunakan cek list, pengolahan data editing, coding, scoring,
tabulating, dan uji statistik wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21
responden kekuatan otot dengan kategori kurang sebanyak 13 (61,9%) responden,
setelah dilakukan ROM aktif sebagian besar responden kekuatan otot dengan
kategori baik sebanyak 11 (52,4%) responden. Nilai p=0,000 yang lebih kecil dari
α=0,05, sehingga H1 diterima. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
pemberian Range Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot a pasien Osteoartritis
Knee.

Kata kunci : Range Of Motion (ROM) Aktif, Kekuatan Otot, OA Knee


ABSTRACT
Institut Teknologi dan Sains (ITKeS) Muhammdiyah Sidrap
Program : Prodi Ilmu S1 Keperawatan

Skripsi : Juni – Juli 2022

Fuji Sri Oktafia


“PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
PENINGKATAN AKTIVITAS LANSIA PENDERITA OA KNEE
DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE”

In providing care in the field of nursing, nurses have a role in helping their clients to regain
optimal health through healing methods and nurses are also advocates in collaboration with
other medical personnel and physiotherapists. As is the case, nurses can focus care on the needs
of clients/patients both holistically, with efforts to restore emotional, spiritual and social health.
Daily activities also require muscle work to support muscle tone/muscle strength. When a
person's condition is sick, he or she has not been able to carry out daily activities optimally due
to limited motion, energy in the muscles can be suspended through Range Of Motion (ROM)
exercise.Osteoarthritis Knee for Adults is a degenerative disease that experiencing delays in
movement due to muscle weakness. The purpose of this study was to analyze the effect of active
Range Of Motion (ROM) on muscle strength in Osteoarthritis Knee for Adults. The type of this
study was pre experimental descriptive analytics using one Group Pre-test Post-test Design
method. Population in this study of 120 respondents and number of samples were 21
respondents students taken using simple random sampling technique. Independent variable
active Range Of Motion (ROM) and dependent variable muscle strength in Osteoarthritis Knee
for Adults. Data collection used the chek list, processing data are editing, coding, scoring,
tabulating, and statistical test wilcoxon. The result of this research showed that 21 respondents
muscle strength with less category as many as 13 (61.9%) respondents, after the active ROM
most of the respondents muscle strength with good category as many as 11 (52.4%)
respondents. Value p = 0,000 is smaller than α = 0.05, so H1 is accepted. The conclusion of
this research is there is effect of active Range Of Motion (ROM) on muscle strength in
Osteoarthritis Knee for Adults.

Keywords: active Range Of Motion (ROM), muscle strength, Osteoarthritis Knee.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

HALAMAN PENGAJUAN............................................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI.............................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................vi

RINGKASAN..............................................................................................................vii

KATA PENGANTAR..............................................................................................viii

DAFTAR ISI..................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH.................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................

A. TinjauanUmumTentang Lansia...............................................................................
B. Tinjauan Umum Tentang OA ............................................................................
C. Tinjauan Umum Tentang ROM..........................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................................
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti................................................................
B. Kerangka Konsep....................................................................................................
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif...........................................................
D. Hipotesis Penelitian...............................................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................................

A. Jenis Penelit ian...................................................................................................


B. Waktu dan Lokasi Penelitian...............................................................................
C. Populasi dan Sampel...........................................................................................
D. Pengumpulan dan Penyajian Data..........................................................................
E. Analisis Data........................................................................................................

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................

A. Hasil Penelitian........................................................................................................
B. Pembahasan.............................................................................................................

BAB VI PENUTUP.........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel.1 OA Sekunder Sumber : Sellam J dkk. Osteoarthritis : pathogenesis, clinical

aspects and diagnosis. In EULAR Compendium in Rheumatic disease, 2019:

444-63...........................................................................................................

Tabel 2 Data Operasional dan kriteria Obyektif variabel dependen dan independen

Tabel 3 Rancangan Pra-Pasca tes dalam Satu Kelompok


(One-group pra-post test Design)…………………………………………………….

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Teratai

RSUD Andi Makkasau Kota Parepare Tahun 2022……………………………

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Teratai

RSUD Andi Makkasau Kota Parepare Tahun 2022…………………………….

Table 4.3Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Responden Sebelum dilakukan ROM

Aktif Di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau Kota Parepare Tahun

2022…………………………………………………………………………….

Table 4.4 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Responden Setelah dilakukan ROM Aktif

di Teratai RSUD Andi Makkasau Kota ParepareTahun 2022…………….……..

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengaruh Pemberian ROM Aktif Terhadap Kekuatan Otot

pada Lansia Penderita OA Knee di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau Kota

ParepareTahun 2022……………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Gambar Radiologis Grade Osteoartritis berdasarkan grade Kellgren-

Lawrence……………………………………………………………………………

G a m b a r 2 . model kerangka konsep……………………………………………….


DAFTAR SINGKATAN

1. ROM : Range Of Motion

2. WHO : World Health Organization

3. Kemenkes : Kementrian Kesehatan

4. RI : Republik Indonesia

5. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

6. ItKes : Institusi Teknologi Kesehatan dan sains

7. PSA : Perdarahan Subaraknoid

8. ISP : Perdarahan Intraserebral

9. et a : et alii / dan lain-lain

10. ATP : Adenosine Trifosfat

11. LDL : Low density Lipoprotein


19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memberika Asuhan di bidang keperawatan, perawat memiliki peran

dalam membantu kliennya, untuk mendapatkan kembali sehat yang optimal melalui

metode-metode penyembuhan dan perawat juga sebagai pemberi Advokator dalam

kolaborasinya dengan tenaga medis lain maupun fisioterapis . sebagai mana yang

terjaddi Perawat dapat memfokuskan Asuhan kepada kebutuhan klien/pasien baik

secara holistic, dengan upaya dalam mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan

sosial. 

Aktivitas keseharian juga memerlukan kerja otot dalam menyokong tonus

otot/kekuatan otot. Ketika kondisi seseorang sedang sakit belum bisa menjalankan

kegiatan sehari-hari dengan maksimal karena keterbatasan gerak, energy pada otot

dapat ditangguhkan melalui latihan Range Of Motion (ROM) excercise (Perry dan

Potter, 2018).

Osteoarthritis Knee adalah sebuah ganguan kesehatan dimana terjadi

proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap yang dapat mempengaruhi tonus

pada otot dan inflamasi pada persendian yang dapat diidentifikasi dengan kemunduran

dari sendi yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri di tangan, punggung,

leher,pinggang, dan sendi lutut (Kalim dan Wahono, 2019).


20

OA Knee umumnya meningkatkan indikasi kerusakan futuristik dan

berkurangnya fungsi tulang rawan artikular yang ditandai dengan rasa sakit dan rasa

kaku, Penyebab OA Knee biasanya didapatkan dari berbagai macam penyebab

diantaranya seperti kemunduran fungsi tulang rawan,hipertrofi tulang, dan penebalan

pada kapsul tulang.

Osteoartritis dapat berlangsung pada segala jenis sendi,namun pada

umumnya terjadi pada sendi/tonus lutut, pada tangan, pada panggul, pada tulang

belakang dan pada kaki. Gambaran dari gejala utama pada Osteoartritis biasanya

ditandai dengan nyeri, rasa kaku dan keterbatasan dalam pergerakan sendi/tonus (Dul et

al.,2017).

Hambatan pada sendi/tonus biasanya diawali dengan merasakan kekakuan

atau pegal-pegal di waktu-waktu bangun pagi, Biasanya dapat berjalan dengan singkat

lalu setelah digerak-gerakan kekakuan tersebut akan hilang. Niken (2021)

mengungkapkan sesuai dengan kelompok usia, dimana proporsi OA Knee primer

paling tinggi biasanya berada pada kelompok umur 56-65 tahun dengan presentase( 45,

58% ), kemudian dari dalam kelompok jenis kelamin, proporsi kejadian OA Knee

primer paling tinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan presentase ( 82,

54% ), kemudian dari keluhan utama, Terjadinya OA Knee paling tinggi yang disertai

keluhan primernya yaitu rassa sakit/nyeri lutut dengan presentase ( 53, 26% ).
21

Rasa Sakit yang dapat dirasakan pada pasien osteoartritis termasuk rasa

sakit/nyeri neuro-muskuloskeletal non-neurogenik, pada umumnya dikatakan dengan

altralgia, yang mana merupakan rasa sakit dihasilkan karena pengaruh reaksi patologik

yang ada dipersendian. Proses dari rasa sakit/nyeri dipersendian yang biasanya terjadi

akibat Pembengkakan/inflamasi, penurunan aya tahan tubuh , perdarahan dan reaksi

maliggna (Andri, 2021).

Osteoarthitis Knee kini bukan lagi dipandang sebagai penyakit

degenerative, akan tetapi usia mutlak menjadi indikator resiko. Pada Usia 65

tahun,dengan presentase 50 persen memperlihatkan gambaran dari segi radiologis pada

penderita Ostearthitis, walaupun jenis kelamin terjadi pada pria hanya 10% dan pada

wanita 18%.

Diantara Wanita yang lebih banyak yang menunjukkan gejala dari OA,

sekitarnya 10 persen dapat menjalani keterbatasan gerak yang disebabkan karena OA.

Dalam hal ini bisa dilihat jika semakin bertambahnya umur, Maka semakin banyak

ke-mungkinan yang dapat mengalami OA, Jumlah Lansia didunia pada saat ini sekita

629 juta manusia, yang dapat diperkirakan tahun 2026 lansia didunia hingga 1,3 milyar.

Pengaruh dari perubahan perpindahan-perkembangan penduduk dan penyakit yang

terjadi pada lansia cenderung mengarah pada masalhh kemunduran dari tonus/sendi dan

kekuatan otot ( Bell, 2018 ).


22

Proses Menua merupakan siklus yang dilalui dalam kehidupan serta dapat

ditandai melalui proses berkurangnya berbarapa fungsi organ dalam tubuh, yang dapat

dirasakan melalui semakin rawannya fungsi tubuh terhadap atas berbagai macam

penyakit, biasanya mengakibatkan kematian. contohnya yaitu terjadi disistem

kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, endokrin dan lain sebagainya. Ini disebabkan

seiring waktu bertambahnya umur dapat mengakibatkan kemunduran bagi sistem dan

fungsi dari jaringa dan sel, serta pada organ.hal ini pada umumnya memberi pengaruh

kemunduran dalam sehat-sakit dan psikis yang turut mempengaruhi ekonomi-sosial

lansia. Akibatnya, garis besar dapat berpengaruh dalam aktivitas/ADL

(Pratiwi.A.I.2018).

Perhimpunan Osteoarthitis Indonesia ( Perosi ) mecetak untuk saat ini

sebanyak 41,8 % pria yang mengalami OA Knee, Lalu 90 % wanita merasakan

kemunduran fungsi/kepadatan tulang atau Osteoarthitis Knee. Keadaaan seperti

ini cepat mengarahkan kepada proses peradanganada tulang. Kemudian dalam

penelitian, International Osteoporosis Foundation mengemukakan bahwa

risiko wanita  mengalami OA 5kali lebih unggul dari pada pria. Dalam hal ini, 40,6

persen wanita di Indonesia berumur 22-30 tahun memiliki kepadatan tulang lebih

rendah rendah, dan akan mmperbaiki risiko terjadinya OA dan patah pada tulang

hingga 25 tahun mendatang saat mencapai kemunduran/menopause. Resiko terjadinya

OA bagi wanita semakin banyak dialami ketika berumur 55 tahun, penyebab utama

dari hal ini karena proses inflamasi pada tulang yang berhubungan kuat dengan

kemunduran fungsi tulang pada umur post-menopause (Mila Novita,2020).


23

Dalam hadist riwayat Ahmad Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam bekata:

“Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit

melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya dan ada pula

yang tidak mengetahuinya”. Dapat disimpulkan dari hadist diatas adalah bahwa setiap

orang yang sakit dianjurkan untuk berobat dan dalam kasus ini yaitu datang untuk

berobat kepada fisioterapis.

Terapi non-farmakologi yang pada umumny diterapkan yaitu Fisioterapis,

dalam mengurangi rasa sakit/nyeri juga dapat menyokong pertahanan tonus/sendi.

Metode secara non - farmakologis adalah dengan melakukan ROM Excercise. ROM

Exercise adalah bentuk kegiatan secara fisik yang dilakukan dalam menambah

mobilisasi sendi/tonus terutama pada lutut yang menjadi penyokong tubuh. Manfaat dari

latihan ini yaitu, latihan ini adalah latihan yang paling mudah, karena bisa praktekkan

dengan mandiri dakam keseharian tanpa merugikan pekerjaan sehari-hari (Sossa,2017).

Latihan Range Of Motion (ROM) yaitu excercise yang dikerjakan dalam

menyokong atau meningkatkan kemampuan dalam menggerakan fleksibiltas

sendi/tonus secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot otot.

ROM merukapakan perangai/latihan otot-persendian kepada pasien atau

lansia yang memiliki kemunduran mobilisasi pada sendinya karena umur-penyakit,

disabilitas. Dimana hasil yang diharapkan pasien mampu menggerakan masing-masing

sendi dan otot sesuai gerakan normal baik dengan aktif ataupun pasif.
24

Dari hasil tinjauan pendahuluan dan survei dilakukan di RSUD ANDI

MAKKASAU pada bulan mei sampai juni 2022 didapat sampel sebanyak 120

orang menggunakan kousioner dan dengan melakukan mewawancara terhadap 21

orang yang menjadi responden, menghasilkan 21 oran responden telah menderita

penyakit degeneraatif (Osteoarthritis) di lutut (Knee) selama >3 tahun, kemudian

5orang responden >1 tahun, dan 3 orang responden mengungkapkan bhwa dirinya

sering merasakan kekakuan dan rasa nyeri muncul pada tonus/persendian kakinya. Ke

21 orang responden yang telah merasakan keterbatasan rentang gerak terutama di

daerah tonus/persendian ekstremitas bawah.

Diperoleh hasil 21 orang responden tersebut, dengan nilai kekuatan otot berada

dibawah normal. Responden tersebut mengungkapkan tidak pernah sama sekali

melakukan latihan ROM aktif dan tidak mengetahui apapun tentang latihan ROM aktif.

Dari rangkuman tersebut maka dari itu peneliti memiliki minat untuk melakukan

penelitian tentang peran serta perawat dalam latihan Range Of Motion (ROM) aktif

terhadap lansia dengan osteoarthritis knee dalam lingkup wilayah kerja RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare.

B. Rumusan Masalah

Dari pada Uraian survey sebelumny maka ditarik Rumusan dari pada Masalah

dalam penelitian yang akan diteliti yaitu: “Peran perawat dalam Pemberian latihan

Range Of Motion (ROM) Terhadap Peningkatan Aktifitas Kepada Lansia Penderita

Osteoarthritis Di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare tahun 2022 ?”


25

C. Tujuan Penelitian

1. Secara Umum

Menangkap ilmu mengenai Pengaruh Range Of Motion Exercise Bagi Mobilisasi

aktifitas dan penurunan rasa sakit pada sendi-tonus lutut lanjut usia dengan

Osteoartritis Knee Di Ruang Perawatan Teratai RSUD Andi Makkasau.

2. Secara Khusus

a. Memberikan pengetahuan tentang Ciri umum lansia dengan masalah

Osteoartritis Knee Di Ruang Perawatan Interna RSUD Andi Makkasau.

b. Untuk Mengidentifikasi nyeri pada lansia dengan Osteoartritis Knee Di Ruang

Perawatan Teratai RSUD Andi Makkasau sebelum dan sesudah melakukan

Range Of Motion Excercise.

c. Menguraikan pengaruh-peningkatan Latihan ROM (Range Of Motion) dalam

mobilisasi aktivitas pada lansia dengan Osteoartritis Knee di Di Ruang

Perawatan Interna Rsud Andi Makkasau.

3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat

a. SecaraTeoritis

Dari tesis ini dapat memberi ilmu, wawasan, pengalaman pun materi

asuhan dalam keperawatan, baik tentang pengaruh pemberian ROM Excercise

terhadap peningkatan mobilisasi lansia penderita Osteoartritis Knee.


26

b. Manfaat Praktis

1) Narasumber

Meningkatkan pandangan i l m u pengetahuan bagi narasumber selaku

responden terutama untuk mengetahui tentang pentingnya ROM Exercise bagi

mobilisasi.

2) Tenaga Medis

Daalam meningkatkan Mutu pengetahuan mengenai pengaruh Latihan

ROM terhadap mobilisasi dan perubahan terhadap rasa nyeri pada sendi lutut

pasien lansia penderita Osteoartritis Knee sehingga fisioterapis dapat menjalin

Hubungan yangbaik dengan pasien.

3) Penyaji

Dari tesis ini yang didapatkan dalam penelitian dapat menjadi tolok

ukur bagi peneliti berikutnya yang berhubungan terhadap pemberian terapi

ROM Exercise Pada perubahan fleksibilitas sendi-lutut pada lansia penderita

OA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian Lansia

Penuaan merupakan masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap

menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Bukan

berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau “kemunduran”. Secara

definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun disebut

lansia. Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal itu cenderung pada asumsi

bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan, minim penghasilan, penyakitan, tidak

produktif, dan masih banyak lagi (Amalia, 2019).

Menurut (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke

atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan

akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

27
2. Batasan Umur Lansia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Nugroho (Statistik Gerontik 2018),

ketentuan-ketentuan usia yang termasuk dalam ketentuan umur lansia, ialah :

a. Menurut UUD N.13 Tahun 1998 Pada bab 1 pasal 1 ayat 2 bahwa

“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organizazion (WHO) yang dikatakan lansia yaitu apabila

umur diatas 65 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) ada 4 indeks yaitu pertama fase inventus (25-

40), kedua fase verilities (40-55), ketiga fase presenium ( 55-65), keempat fase

senium( 65 hingga tutupusia).

d. Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro mengemukakan, fase lansia/manula (geriatric

age) ialah >65 tahun. Fase ini biasanya dibagi menjadi tiga batasan usia yaitu young

old (70- 75 tahun), old (75-80 tahun) dan old-old (>80 tahun)

3. Klasifikasi Lansia

Pinem (2014), yang dikatakan Lansiaa ketika seseorang telah berumurlebih dari

60 tahun . Dalam hal ini lansia dibagi menjadi tiga terdiri dari : young old (60tahun-

69tahun), old (70tahun-79tahun) dan old-old (diatas 80tahun).

4. Karakteristik Lansia

Keliat ,2020 menyatalan ciri-ciri lansia yaitu sebagai berikut : ber usia diatas dari 60

tahun (sesuai pasal 1 ayat 2 UU No.13, masalah dan kebutuhan yang bervariasi dari rentang

sehat-sakit, hingga keperluan bio-psiko-sosial dan spiritual, dari keandaan adaptif hingga

keadaan maladaptif, dilingkungan tempat bermukim yang bervariasi.

28
Menurut WHO edisi terbaru (2020), ciri-ciri lansia dikelompokkan sebagai berikut :

a. middle age (Usia pertengahan), yaitu usia 45-54 tahun.

b. elderly (Lansia), yaitu usia 55-65 tahun.

c. young old (Lansia muda), yaitu usia 66-74 tahun.

d. old (Lansia tua), yaitu usia 75-90 tahun.

e. very old (Lansia sangat tua), yaitu usia lebih dari 90 tahun.

Kategori Usia dalam kutipan Depkes RI (2019) :

a. Dewasa Awal = 26 – 35 th

b. Dewasa Akhir = 36 – 45 th

c. Lansia Awal = 46 – 55 th

d. Lansia Akhir = 56 – 65 th

e. Manula = > 65 th

B. Tinjauan Umum Tentang Osteoarthitis

1. Pengertian Osteoarthitis

“osteoartritis” ialah kata yang berawal dari Yunani yang mana “osteo”

diartikan sebagai tulang, “arthro” diartikan sebagai sendi, dan “itis” diartikan sebagai

inflamasi, meskipun kebenarannya peradangan/inflamasi di osteoartritis itu sendiri

belum begitu mutlak seperti pada remathoid/ autoimun arthritis. Osteoarthritis atau OA

dapat diidentifikasi sebagai penyakit sendi degeneratif (Osteoartrosis), dimana hal ini

merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik melibatkan degradasi/ kerusakan dari

sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral (Arya,et al., 2019).

29
OA (Osteoartritis) adalah susunan artritis yang biasa didapatkan dilingkungan

masyarakat, bersifat kronis, memiliki berdampak yang besar dalam problema kesehatan.

Osteoartritis biasanya terjadi dengan etiologi yang berbeda-beda, tetapi dapat

memberikan dampak kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama.

2. Klasifikasi

1. Klasifikasi Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya.

a. OA primer : ialah osteoartritis idiopatik yang mana sampai sekarang

penyebabnya massih belum diketahui pasti dan tidak ada kaitannya dari penyakit

sistemik ataupun perubahan lokal pada sendi.

b. OA sekunder : Ialah osteoartritis yang disebabkan oleh kelainan endokrin,

peradangan, metabolik, perkembangan herediter, jejas/luka makro dan mikro serta

imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso S et al., 2006-2014).

Tabel.1 OA Sekunder

Sumber : Sellam J dkk. Osteoarthritis : pathogenesis, In EULAR Compendium in


Rheumatic disease, 2019

Metabolik Kelainan Struktur Trauma Inflamasi


Sendi

Artritis kristal (Gout, Slipped femoral Trauma sendi Semua artropati


calcium epiphysis mayor inflamasi Artritis
pyrophosphate Epiphyseal septik
dihydrate arthropaty/ dysplasias
pseudogout) Penyakit Blount’s
Penyakit Legg-
Perthe
Akromegali Dislokasi koksa Fraktur pada sendi
kongenital atau osteonekrosis

30
Okronosis Panjang tungkai Bedah tulang
tidak sama (contoh:
menisektomi)

(alkaptonuria) Deformitas Jejas/luka hingga


valgus/varus kronik (artropati
okupasional/
pekerjaan),
obesitas
Hemokromatosis Sindroma
Penyakit Wilson hipermobiliti

2. Menurut Lokasi Sendi Yang Terdampat

a. OA pada Tangan

Ketika usia telah mencapai 45 tahun. Post-menopause pada wanita lebih besar

dari pria (10 : 1) peran serta faktor gen : Riwayat penyakit dalam keluarga. OA pada

tangan umumnya seing terjadi pada sendi distal inter-falang, proksimal inter-falang dan

sendi karpometakarpal 1, dan jarang terjadi pada sendi meta-karpofangeal.

b. OA Pada sendi Lutut

Pada bagian kompartemen: lateral tibiofemoral, femoropatellar medial tibiofemoral,

Diagnosis banding: mis-alignment pada tungkai yang bawah mesti hindarkan karena

menyebabkan OA pada lutut kompartemental seperti, kelainan bentuk varus/kerusakan

medial tibiofemoral, atau valgus/kerusakan lateral tibiofemoral. Kelainan varus atau

valgus dapat mempengaruhi lingkup gerak sendi (range of motion) serta penyempitan

celah sendi = disebut instabiliti pada sendi lutut/ligamentum laxity.

c. OA panggul/koksa

OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita, dan dapat

31
terjadi unilateral atau bilateral. Gejala klinis: nyeri panggul secara klasik timbul saat

berdiri (weight bearing) dan terkait dengan antalgic gait; nyeri terlokalisir pada buttock,

regio groin dan menjalar kebawah menuju bagian anterior. Kadang-kadang keluhan

nyeri dirasakan pada lutut. Diagnosis banding: OA sekunder pada panggul meliputi:

displasia kongenital, osteonekrosis avaskular dan adanya trauma sebelumnya.

d. OA vertebra

Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada vertebra dapat

menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan serabut syaraf, dapat

nyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain) disertai gejala radikular. Pada kasus

yang berat dapat terjadi hiperostosis (Penyakit Forestier’s, dapat mengenai sisi

ekstraspinal: DISH/diffuse idiophatic skeletal hyperostosis).

e. OA kaki dan pergelangan kaki

Gejala klinis: sulit berjalan dan kulit diatasnya dapat meradang, terutama bila

menggunakan sepatu ketat. Dapat terjadi bursitis. Deformitas valgus (hallux valgus)

sering ditemukan, mungkin pula terdapat ankilosis pada sendi (hallux rigidus).

Gambaran radiologi pada kaki dan pergelangan kaki: dapat ditemukan osteofit,

meskipun pada pasien usia < 40 tahun. Sendi tarsal dapat terkena pada kelainan pes

planus. OA pada tibial-talar dan subtalar berhubungan dengan trauma, misalignment

atau neuropathic arthropathy.

f. OA bahu

OA bahu lebih jarang ditemukan. Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi saat

pergerakan, keluhan nyeri pada malam hari saat pergerakan sering ditemukan.

32
Pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak pada pergerakan pasif.

g. OA siku

OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari paparan getaran

berulang (repeated vibration exposure), trauma atau metabolik artropati.

3. Etiologi

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa

faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah:

a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang

terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya

umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering

terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45

tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50

tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini

menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

33
c. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang

wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih

sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung

mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa

osteoarthritis.

d. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan

diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara

orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai

pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan

dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan

pertumbuhan.

e. Kegemukan.

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak

hanya berkaitan dengan osteoartritis

pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan

atau sternoklavikula).

34
35

4. Patogenesis

Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin bertambahnya

usia seseorang, kandungan air dalam tulang rawannya semakin berkurang sebagai akibat

dari berkurangnya kandungan proteoglikan, sehingga menyebabkan tulang rawan

menjadi kurang lentur. Tanpa adanya efek proteksi dari proteoglikan, serabut kolagen

tulang rawan dapat menjadi rentan terhadap degradasi sehingga memperburuk

degenerasi. Peradangan kapsul sendi juga dapat terjadi melalui proses yang lebih ringan

dibandingkan dengan peradangan yang terjadi pada remathoid arthritis.

Telah diketahui secara umum, bahwa OA tidak hanya merupakan penyakit

tulang rawan, tetapi merupakan kerusakan seluruh sendi yang mengarah untuk

mempertahankan proses penyakitnya. Sinovitis (peradangan sinovium) terjadi pada

awal OA bahkan bisa juga pada kondisi sub-klinik. Studi atroskopik menunjukkan

bahwa proliferasi yang terlokalisir dan perubahan inflamasi dari sinovium muncul

hingga 50% dari pasien OA yang kebanyakan dari mereka tidak tampak mengalami

inflamasi aktif (Krasnokutsy, et al.,2018).

5. Derajat OA

Tingkat keparahan OA dinilai berdasarkan skala penilaian Kellgren- Lawrence

(K-L system).K-L system merupakan alat penilaian yang digunakan untuk menilai

tingkat keparahan Osteoarthritis lutut pada foto polos X-Ray. Berdasarkan skala

penilaian Kellgren-Lawrence, Osteoarthritis dibagi menjadi lima tahap :


36

Gambar 1: Gambar Radiologis Grade Osteoartritis berdasarkan grade Kellgren-

Lawrence

a. Grade 0

Pada tahap ini sendi masih dikategorikan 'normal'.Sendi tidak menunjukkan tanda-

tanda OA, dan fungsi sendi masih normal, tanpa gangguan maupun nyeri.

b. Grade 1

Merupakan tahap awal OA.Pada tahap 1 ini mulai terjadi pembentukan osteophyte

(pertumbuhan tulang yang terjadi pada sendi, disebut juga dengan 'spurs').

c. Grade 2

Tahap ini disebut sebagai tahap ringan dari OA.Pada tahap ini terjadi penyempitan

ruang sendi yang sedang.Terbentuk subkondral sklerosis yang moderate.

d. Grade 3

Pada tahap ini >50% terjadi penyempitan sendi, kondilus femoralis bulat, subkondral

sklerosis yang luas, pembentukan osteophyte yang luas (Joern et al., 2010).

e. Grade 4
37

Pada tahap ini, derajat OA termasuk dalam kategori berat. Pasien yang mengalami OA

pada derajat 4 ini akan merasakan nyeri dan ketidaknyamanan saat berjalan (Emrani et

al., 2007). Pada tahap ini terjadi kerusakan sendi, hilangnya ruang sendi, terdapat kista

subkondral pada bagian atas tibia dan di kondilus femoralis (Joern, et al., 2010).
38

6. Tanda dan Gejala

1. Riwayat Penyakit

a. Nyeri

1) Nyeri pada awal gerakan

2) Nyeri selama bergerak

3) Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal

4) Membutuhkan analgesic

b. Hilangnya fungsi

1) Kekakuan (stiffness)

2) Keterbatasan gerakan

3) Penurunan aktivitas sehari- hari

4) Kebutuhan akan alat bantu ortopedi

c. Gejala lain

1) Krepitasi

2) Peningkatan sensitivitas terhadap dingin dan atau lembab

3) Progresi bertatahap (Joern, 2017)


39

7. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, obat

yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas

dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS)

bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat

memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

1) Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau

profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek

samping pada saluran cerna dan ginjal.

2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti

fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis

biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian

biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan

mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.

3) Injeksi cortisone.Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang

mempu mengurangi nyeri/ngilu.

4) Suplementasi-visco.Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang

akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan

jika osteoarhtritis pada lutut.


40

b. Non-farmakologi

Penanganan non-farmakologi pada osteoarthritis (OA) terdiri dari:

1) Olahraga: jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak memberi

beban terhadap sendi, seperti olahraga akuatik, jalan cepat, tai chi, dan aerobik

2) Penurunan berat badan: dilakukan pada pasien OA simtomatik dan pasien

dengan IMT > 25 kg/m2, dengan target IMT 18,5 – 25 kg/m2

3) Diet rendah kalori

4) Fisioterapi: dapat dilakukan untuk memperkuat otot dan memperluas ROM

5) Penggunaan alat bantu gerak, misalnya knee brace

6) Elektroterapi: belum dapat dipastikan dalam beberapa pedoman terapi

internasional

7) Akupuntur: tidak dianjurkan dalam beberapa pedoman terapi, tetapi dapat

dipertimbangkan pada OA lutut.

Seluruh pasien dengan OA, baik ringan hingga sangat berat, harus diberikan intervensi

non-farmakoterapi. Konsultasi ke dokter spesialis yang berkaitan juga dapat dilakukan,

misalnya spesialis gizi klinik ataupun spesialis rehab medik. 


41

C. Tinjauan Umum Tentang Perawat

1. Definisi Perawat

Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam

maupun di luar negeri, sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku,

Menurut Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga

yang bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

2. Peran Perawat

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik seseorang

yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam system, tingkah laku

dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial di dalam maupun di

luar profesi perawat yang bersifat konstan (Potter & Perry, 2010).

a. Peran perawat menurut Potter & Perry (2010)

1) Pemberi perawatan, perawat membantu klien untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya dan mendapatkan kesehatannya kembali melalui proses

penyembuhan dengan pemberian asuhan keperawatan

2) Pembuat keputusan klinis, perawat membuat keputusan sebelum mengambil

tindakan keperawatan dan menyusun rencana tindakan yang berhubungan

dengan pengkajian, pemberian perawatan, evaluasi hasil, dengan

menggunakan pendekatan terbaik bagi pasien. Pembuatan keputusan dapat

dilakukan secara mandiri, ataupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain


42

dan keluarga klien.

3) Pelindung dan advokat klien, perawat bertugas mempertahankan lingkungan

yang aman, mencegah terjadinya kecelakaaan dan hal yang merugikan bagi

klien. Sebagai advokat, perawat membantu klien mengutarakan hak-haknya,

melindungi hak-hak klien sebagai manusia dan secara hukum.

4) Manajer kasus, perawat beperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim,

mengatur waktu kerja serta sumber yang tersedia di lingkungan kerjanya.

5) Rehabilitator, perawat dengan segenap kemampuan membantu klien kembali

meningkatkan fungsi maksimal dirinya setelah mengalami kecelakaan, sakit

ataupun peristiwa lain yang menyebabkan klien kehilangan kemampuan dan

menyebabkan ketidakberdayaan.

6) Pemberi kenyamanan, kenyamanan serta dukungan emosional yang diberikan

perawat selama melaksanakan asuhan

keperawatan secara utuh kepada klien, dapat memeberikan pengaruh positif

berupa kekuatan untuk mencapai kesembuhan klien.

7) Komunikator, perawat bertugas sebagai komunikator yang menghubungkan

klien dan keluarga, antar perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Faktor

terpenting dalam memenuhi kebutuhan klien, keluarga dan komunitas adalah

kualitas komunikasi.

8) Penyuluh, dalam hal ini perawat menjelaskan kepada klien tentang

pentingnya kesehatan, memberi contoh prosedur perawatan dasar yang dapat

digunakan klien untuk meningkatkan derajat kesehatannya, melakukan


43

penilaian secara mandiri apakah klien memahami penjelasan yang diberikan

dan melakukan evaluasi untuk melihat kemajuan dalam pembelajaran klien.

9) Peran karier, perawat berkarier dan mendapatkan jabatan tertentu, hal ini

memberikan perawat kesempatan kerja lebih banyak baik sebagai seorang

perawat pendidik, perawat pelaksana tingkat lanjut, dan tim perawatan

kesehatan.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Perawat

a. Tugas perawat berdasarkan lokakarya tahun 1983 adalah sebagai berikut;

1) Since interset, yaitu perawat menyampaikan rasa hormat dan perhatian pada

klien.

2) Explanation about the delay, yaitu perawat bersedia memberikan penjelasan

dengan ramah kepada kliennya apabila perawat terpaksa menunda pelayanan.

3) Perawat memperlihatkan kepada klien sikap menghargai (respect) yang

tercermin melalui perilaku perawat. Misalnya tersenyum, mengucapkan

salam, bersalaman, membungkuk, dan sebagainya.

4) Subject the patients desires, perawat saat melakukan komunikasi kepada

klien, harus berorientasi pada perasaan klien bukan pada keinginan atau

kepentingan perawat.

5) Derogatory, perawat tidak membicarakan klien lain dihadapan pasien dengan

maksud menghina.

6) See the patient point of view, perawat mencoba memahami klien dari sudut

pandang klien serta menerima sikap kritis klien.


44

b. Tanggung jawab perawat bersumber dari kebutuhan individu terhadap perawatan

(Nila, 2001). Sedangkan menurut Kusnanto (2004), tanggung jawab perawat

kepada klien mencakup aspek biologi, psikologi, sosial, kultural, dan spiritual

dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi;

1) Membantu klien memperoleh kembali kesehatannya.

2) Membantu klien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

3) Membantu klien yang tidak dapat disembuhkan untuk menerima kondisinya.

4) Membantu klien yang menghadapi ajal untuk diperlakukan secara

manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal dengan tenang.

D. Tinjauan Umum Tentang ROM

4. Pengertian ROM

Rentang gerak (ROM) adalah pergerakan maksimal dapat dilakukan pada

sendi terdiri dari tiga bidang, yaitu: sagital, frontal, transversal. Bidang sagital adalah

bidang yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi sisi kanan

dan sisi kiri. Bidang frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh ke

depan dan kebelakang. Bidang transversal adalah bidang horisontal yang membagi

tubuh ke bagian atas dan bawah (Perry, 2020).

Range Of Motion (ROM) adalah latihan menggerakkan bagian tubuh untuk

memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi. Latihan range of motion (ROM)

adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat


45

kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter, 20018).

ROM menjadi teknik dasar untuk menilai lingkup gerak sendi yang berguna

sebagai panduan dalam suatu program intervensi terapeutik. Teknik ini memungkinkan

terjadinya kontraksi dan peregangan pada otot untuk menggerakkan masing-masing

persendiannya secara sepenuhnya sesuai gerakan yang normal baik secara pasif maupun

aktif.

5. Jenis rentang gerak (ROM)

a. ROM aktif

Merupakan latihan ROM dilakukan sendiri oleh pasien tanpa ada bantuan

perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi latihan ROM aktif adalah pasien

yang dirawat melakukan ROM sendiri atau kooperatif. Cara melakukan ROM aktif:

1) Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan tujan kegiatan tersebut.

2) Anjurkan pasien selama latihan bernafas normal.

b. ROM pasif

Merupakan latihan ROM pasif yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat

untuk setiap gerakan. Indikasi latihan ROM pasif yaitu pasien semi koma dan tidak

sadar, pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun,

Heryanti, Santa Manurung, 2019).

Cara melakukan ROM pasif:

1) Memberi pengetahuan pasien akan tindakan yang dilakukan, area yang akan di

gerakkan.
46

2) Jaga privasi pasien

3) Atur pakaian yang menyebabkan hambatan untuk bergerak.

4) Mengangkat selimut apabila diperlukan.

5) Menganjurkan pasien berbaring dengan posisi yang nyaman.

6) Lakukan latihan ROM

6. Faktor yang memengaruhi ROM

Faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan pada anak-anak

b. Sakit

c. Fraktur

d. Trauma

e. Kelemahan

f. Kecacatan

g. Usia dan lain-lain

7. Hal yang perlu di perhatikan

Lingkungan dan klien perlu diperhatikan sebelum melakukan mobilisasi. Latihan

yang di lakukan harus sesuai dengan kemampuan klien dan harus memperhatikan

kesungguhan serta tingkat konsentrasi klien dalam melakukan latihan (Lukman, 2019).

8. Gerakan ROM
47

Gerakan ROM bisa di lakukan pada leher, ekstermitas atas, dan ektermitas bawah.

Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan

fleksi lateral. Menurut Lukman (2009) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstermitas

atas dan ekstermitas bawah, adalah sebagai berikut:

a. Gerakan ROM pasif

Gerakan ROM pasif antara lain :

1) Gerakan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2) Gerakan fleksi dan ekstensi siku

3) Gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah

4) Pronasi fleksi bahu

5) Gerak abduksi dan adduksi bahu

6) Rotasi bahu

7) Fleksi dan ekstensi Jari-jari

8) Infersi dan efersi kaki

9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10) Fleksi dan ekstensi lutut

11) Rotasi pangkal paha

b. Gerakan ROM Aktif

Adapun gerakan ROM aktif yang dilakukan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2012):

fleksi, ekstensi, hiperektensi, rotasi, sirkumsisi, supinasi, pronasi, abduksi, adduksi, dan

oposisi.
48

1) Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah

a) Latihan I

(1) Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat

ke atas.

(2) Letakkan kedua tangan diatas kepala.

(3) Kembalikan tangan ke posisi semula.

b) Latihan II

(1) Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan

yang sehat.

(2) Kembalikan keposisi semula.

c) Latihan III

(1) Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke

atas.

(2) Kembalikan ke posisi semula.

d) Latihan IV

(1) Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat

(2) .Luruskan siku kemudian angkat ke atas.

(3) Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.


49

e) Latihan V

(1) Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan

tangan yang sehat angkat ke atas dada.

(2) Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.

f) Latihan VI

(1) ekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat

kemudian luruskan.

(2) Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.

g) Latihan VII

(1) Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.

(2) Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat

dibawah pergelangan kaki Angkat kedua kaki ke atas dengan

bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.

h) Latihan VIII

(1) Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke

atas sekitar 3cm.

(2) Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi

kemudian ke sisi yang satunya lagi.


50

(3) Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.

i) Latihan IX

(1) Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada

lutut yang kontraktur dengan tangan yang lain.

(2) Dengan tangan yang lainnya penokong memegang pinggang

pasien.

(3) Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.

(4) Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi

9. Konsep Kekuatan Otot

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara otot dan tulang.

Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakkan oleh otot, hal ini

karena otot mempunyai kemampuan berkontraksi (memendek/kerja berat dan

memanjang/kerja ringan) yang mengakibatkan terjadinya kelelahan otot, proses

kelelahan ini terjadi saat waktu ketahanan otot (jumlah tenaga yang dikembangkan oleh

otot) terlampaui (Waters & Bhattacharya, 2019).

Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk menghasilkan tegangan dan

tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis statis atau kemampuan maksimal

otot untuk berkontraksi (Trisnowiyanto, 2021).


51

10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kekuatan Otot

Faktor fisiologis yang memengaruhi kekuatan otot diantaranya yaitu (Irfan, 2019):

a. Usia

Usia memiliki hubungan korelasi negatif sehingga semakin tua usia baik pria maupun

wanita, kekuatan otot akan semakin menurun.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan kekuatan otot pada pria dan wanita (rata-rata kekuatan otot wanita 2/3 dari

pria) disebabkan karena ada perbedaan otot dalam tubuh.

c. Suhu Otot

ontraksi otot akan lebih kuat dan lebih cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi darpada

suhu normal.

d. Makanan

Seperti pada pola makan sehat, aturlah asupan makanan dengan konsumsi bahan-bahan

makanan yang memiliki kandungan protein tinggi. Bukan berarti rendah karbohidrat

harus menahan lapar, karena selain membantu memperlancar metabolisme tubuh,

makanan yang mengandung protein tinggi dan rendah karbohidrat juga bisa memberi

rasa kenyang yang cukup lama sehingga dapat memengaruhi kekuatan otot.

e. Tingkat Aktivitas Sehari-hari

Tingkat aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi kekuatan otot. Seseorang yang

memiliki aktivitas tinggi cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih besar.
52

11. Mekanisme Umum Kontraksi Kekuatan Otot

Menurut Guyton dan Hall (2007) bila sebuah otot berkontaksi, timbul suatu kerja

dan energi yang diperlukan. Sejumlah besar adenosine trifosfat (ATP) dipecah

membentuk adenosine difosfat (ADP) selama proses kontraksi. Semakin besar jumlah

kerja yang dilakukan oleh otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan, yang

disebut efek fenn. Sumber energi sebenarnya yang digunakan untuk kontraksi otot

adalahATP yang merupakan suatu rantai penghubung yang esensial antara fungsi

penggunaan energi dan fungsi penghasil energi di tubuh.

Proses gerak diawali dengan adanya rangsangan proses gerak ini, dapat terjadi

apabila potensial aksi mencapai nilai ambang, tahapan- tahapan timbul dan berakhirnya

kontraksi otot yaitu:

a. Suatu potensial aksi berjalan disepanjang saraf motorik sampi ke ujungnya pada

serabut otot.

b. Disetiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin

dalam jumlah yang sedikit.

c. Asetilkolin bekerja pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal

bergerbang astilkolin melalui molekul-molekul protein yang terapung pada

membran.

d. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin, memungkinkan sejumlah besar ion

natrium berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan

menimbulkan suatu potensial aksi membran.

e. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membrane serabut otot dengan cara yang
53

sama seperti potensial aksi berjalan disepanjang membran serabut saraf.

f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran

listrik potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah

besar ion kalsium, yang telah tersimpan didalam retikulum.


54

g. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin,

yang menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama lain, dan

menghasilkan proses kontraksi.

h. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum

sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini tetap di simpan dalam

retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion

kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.

i. Pengukuran Kekuatan Otot

Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan serabut otot,

atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain,

peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung dan lain-lain mengakibatkan

efek negatif. Efek tersebut adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas,

perlambatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti & Utomo,

2018).

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai untuk

memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status

kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama

menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada penderita.


55

Penilaian kekuatan otot tersebut meliputi :

a. Nilai 0: paralisis, tidak ada kontrasi otot sama sekali,

b. Nilai 1: tidak ada gerakan ekstremitas sama sekali, terlihat/teraba getaran

kontraksi otot

c. Nilai 2: Dapat menggerakkan ekstremitas, tidak kuat menahan berat, tidak dapat

melawan tekanan pemeriksa

d. Nilai 3: Dapat menggerakkan ekstremitas, dapat menahan berat, tidak dapat

melawan tekanan

e. Nilai 4: Dapat menggerakkan sendi untuk menahan berat, dapat melawan tahanan

ringan dari pemeriksa

f. Nilai 5: kekuatan otot normal. (Nursalam, 2019).

Penilaian Kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif Penilaian kekuatan

otot sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif

meliputi (Nursalam, 2019) :

0 = Tidak normal

1 = Buruk

2 = Sedikit buruk

3 = Sedang

4 = Baik

5 = Normal
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

Prevalensi OA berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada

usia 40 tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari

61 tahun (Ireneu et.al, 2017). Proporsi risiko osteoporosis pada perempuan semakin

tinggi setelah berusia 55 tahun, sebagian besar disebabkan adanya retak tulang pada

perempuan yang berhubungan erat dengan perubahan metabolisme tulang pada umur

post-menopause (Mila Novita, dalam Blog bisnis.com 2020).

Menurut Surratun (2018) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya ROM

Excercise yaitu memelihara dan mempertahankan kekuatan sendi, memelihara

mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, serta meningkatkan massa otot hal

ini dikarenakan Latihan ROM memungkinkan untuk dilakukan peregangan yang dapat

membantu meningkatkan daya gerak sendi sehingga otot dapat menahan benturan

dengan lebih baik, sehingga gejala nyeri sendi dapat berkurang. Latihan ROM dibagi

menjadi dua yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah latihan rentang gerak

yang dapat dilakukan pasien secara mandiri. ROM pasif adalah latihan rentang gerak

dengan bantuan orang lain.

56
57

B. Hubungan antara Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2018). Dalam penelitian ini hanya

menggunakan variabel tunggal yaitu kekuatan otot setelah aktivitas Range Of Motion

(ROM) pada lansia Osteoarthritis Knee. bersadarkan uraian diatas maka disusun

G a m b a r 2 . model kerangka konsep

Variabel Independen Variable Dependen

Terapi ROM Aktif


Peningkatan Aktifitas Lansia

Baik =
Faktor-faktor yang Kekuatan otot:
76%-100%
mempengaruhi kekuatan otot:
0:Paralisis, tidak ada
Usia kontrasi otot sama
Cukup =
sekali
Jenis Kelamin 56% -75%
1:Terlihat/teraba
Suhu Otot getaran kontraksi otot,
Kurang = ≤
Makanan Tidak ada gerakan
ekstremitas sama sekali 55%
Aktivitas sehari- hari
2:Dapat menggerakkan
ekstremitas Tidak kuat
menahan berat Tidak
dapat melawan tekanan
pemeriksa
3:Dapat menggerakkan
Keterangan : ekstremitas Dapat
: Diteliti menahan berat Tidak
: Tidak Diteliti dapat melawan tekanan
4:Dapat menggerakkan
sendi untuk menahan
berat Dapat melawan
tahanan ringan dari
pemeriksa
5: Kekuatan otot normal
58

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2019).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain, variabel

bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau

pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya

merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk

mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam,2018). Variabel Independen dalam

penelitian ini adalah Latihan ROM.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu

organisme yang dikenai stimulus, dengan kata lain viabel terikat adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah Peran perawat dalam pemberian latihan dan Peningkatan

Aktifitas Lansia
59

C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Data Operasional dan kriteria Obyektif

variabel dependen dan independen

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Skal a Skor

Independ en Uku r

Latihan Gerakan dalam 1. Fleksi SOP O Latihan ROM Aktif


ROM keadaan normal yang R dengan kriteria :
2. Eksetensi
dilakukan dalam D 1. Bisa =
beberpa tahap, yaitu 3. Hipereksten si I diberi nilai 1
dari pinggul, lutut, 4. Abduksi N 2. Tidak bisa=
mata kaki, jari- 5. Adduksi A diberi nilai 0
jarikaki L
3. Amat baik = 90-
pergelangan kaki
100
Dengan tujuan
4. Baik = 75-89
untuk
5. Cukup = 60-74
mencegah kontraktu
6. Kurang = 0-59
dan Kekakuan pada
(Riski Widia Nur C
sendi.
2017)
Keterampilan dasar Pemenuhan SOP O Penilaian indeks
Peningkatan
yang juga tugas Activity of Daily R Barthell :
Aktifitas
perawat dalam Living/ADL Lansia D Skala Nilai :
Lansia
mengatur dan Penderita OA I
5 = tidak mampu
60

membantu Lansia Knee. N


10=membutuhkan
merawat diri secara Mencakup A
bantuan
Mandiri dan 1. Perawatan diri : L
15= mampu
dikerjakan dalam Berpakaian,
melaksanakan secara
kesehariannya yang toileting, mandi,
mandiri Rentang
bertujuan memenuhi dan sebagainya.
jawaban dinyatakan
kebutuhan diri sendiri 2. Mobilitas seperti:
dengan skor :
dengan perannya bangun, duduk,
Ya = 2
dalam keluarga dan bergeser dari
masyarakat tempat tidur ke Kadang-kadang = 1

kursi atau dari satu Tidak = 0

tempat ke tempat
Baik : 76%-100%
lain.
Cukup : 56%-75%

Kurang : <55%
(Nursalam 2018)

Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudahkan

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).


61

D. Hipotesis Penelitian

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh lansia

Osteoatritis di RS Andi Makkasau Kota Parepare Pertimbangan dalam

menentukan partisipan lansia Osteoatritis adalah keadaan pasien Osteoatritis

menurut Junaidi (2021) dalam perjalanannya sangat beragam, bisa pulih

sempurna, bisa sembuh dengan cacat ringan, sedang dan berat khususnya pada

kelompok umur 45 tahun.

Hipotesis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada pengaruh peran perawat dalam pemberian Latihan ROM.

b. Tidak ada pengaruh Latihan ROM dalam Peningkatan Aktifitas Lansia.

c. Tidak ada Peningkatan mobilitas dalam pemberian Latihan ROM.

2. Hipotesis Satu/Alternatif (H1/HA)

a. Ada pengaruh peran perawat dalam pemberian Latihan ROM.

b. Ada pengaruh Latihan ROM dalam Peningkatan Aktifitas Lansia.

c. Ada Peningkatan mobilitas dalam pemberian Latihan ROM.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Menurut Nursalam (2019) mengemukakan desain penelitian adalah sesuatu

yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa

faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil. Desain dapat digunakan peneliti

sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu

tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif analitik. Penelitian ini

menggunakan desain pra-eksperiment (uji coba) dengan desain pre-post tes dalam satu

kelompok (One group pra-post design). Ciri penelitian ini adalah mengungkapan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok

subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi (Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh

latihan range of motion (rom) aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non

hemoragik di ruang Teratai RSUD Andi Makkasau.

62
B. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

(Nursalam, 2019). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra

experimental dengan metode One Group Pra-test Post-test Design.

Tabel 3 Rancangan Pra-Pasca tes dalam Satu Kelompok


(One-group pra-post test Design)

Subyek Pretest Perlakuan Post test

O X 1

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Sumber : Nursalam, 2019

Keterangan :

K : subyek x

O : observasi (sebelum)

I : intervensi

O1 : observasi (sesudah)
64

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Andi

Makkasau Kota Parepare.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juli 2022

D. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek-obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi dari

penelitian ini adalah semua Lansia Penderita OA Knee yang berjumlah 120 yang ada di

Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu, apa yang

dipelajari dari populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono, 2018)

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental sampel.


65

Sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Nursalam (2019) penentuan besar sampel jika besar populasi

≤ 1000, maka :

Rumus:

n=1+(𝑑)

Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : tingkat signifikan (p)

N
n=
1+N (d2)

120
n=
1+120 (0.22 )

120
n =1+4,8

120
n=
5,8
n = 21 responden

Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili dari

populasi (Nursalam, 2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah random sampling dengan teknik simple random sampling karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada di dalam populasi yang sebelumnya dilakukan proporsi.


66

3. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui

SOP. SOP dibuat terstruktur sehingga memungkinkan peneliti mengetahui

perkembangan yang ada. Lembar observasi tingkat kekuatan otot, di susun untuk

mengetahui tingkat kekuatan otot sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan

tindakan secara berkala dengan skala otot: 0: paralisis, tidak ada kontrasi otot sama

sekali, 1: tidak ada gerakan ekstremitas sama sekali, terlihat/teraba getaran kontraksi

otot, 2: Dapat menggerakkan ekstremitas, tidak kuat menahan berat, tidak dapat

melawan tekanan pemeriksa, 3: Dapat menggerakkan ekstremitas, dapat menahan berat,

tidak dapat melawan tekanan, 4: Dapat menggerakkan sendi untuk menahan berat,

dapat melawan tahanan ringan dari pemeriksa, 5: kekuatan otot normal. (Nursalam,

2011).

4. Prosedur

Responden yang di intervensi untuk melakukan latihan ROM aktif sebelumnya

di observasi dan di kaji tingkat kekuatan ototnya terlebih dahulu baik ekstermitas atas

maupun bawah. Setelah di observasi dan di nilai kekuatan ototnya kemudian

dilaksanakan tindakan rentang gerak sendi atau ROM aktif. ROM dilakukan selama 15

menit. Setelah dilakukan tindakan ROM 4 kali, kekuatan otot pasien di observasi dan

di kaji kembali.
67

E. Pengumpulan Data

Pengisian lembar pengukuran kekuatan otot dilakukan dengan mendatangi

langsung responden dan melakukan pengukuran kekuatan otot. Pengambilan data

dilakukan setelah responden melakukan aktivitas Range Of Motion (ROM) yang

dilakukan 2 kali dalam sehari pada pagidan sore hari. Setelah itu peneliti meminta

kesediaan 1 orang perawat laki- laki untuk membantu dalam penelitian sebagai asisten

peneliti serta terlebih dahulu melakukan penyamaan persepsi antara peneliti dengan

asisten penelitian. Alasan melibatkan perawat laki-laki sebagai asisten peneliti yaitu

agar mempermudah dan mempercepat dalam proses pengukuran kekuatan otot yang

hasilnya dicatat pada lembar hasil pengukuran . Kemudian peneliti memeriksa kembali

kelengkapan hasil pengukuran kekuatan otot.

F. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing,

Coding, Skoring dan Tabulating.

1. Editing

Editing merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok

sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Dimana peneliti harus mengecek

kembali kelengkapan sebuah data (Notoatmodjo, 2010).

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategorinya masing- masing. Pemberian kode ini sangat penting

untuk mempermudah pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.


68

Klasifikasi pada umunya di tandai dengan kode tertentu, kode pada data umum dan

data khusus meliputi:

a. Data Umum

2) Responden

Responden 1 = 1R

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3, dst

3) Jenis kelamin

Laki-Laki =L

Perempuan =P

4) Usia

40-49 tahun = U1

50-64 tahun = U2

5-80 Tahun = U3

b. Data Khusus

Kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif

0 = Tidak normal

1 = Buruk

2 = Sedikit buruk 3 = Sedang

4 = Baik

5 = Normal
69

3. Skoring

Hasil pemgukuran kekuatan otot yang telah dilakukan ada pengaruhnya baik atau

buruk maka nilainya yaitu baik 76%-100%, cukup 56%-75%, kurang ≤ 55%.

4. Tabulating

Tabulating merupakan mengelompokkan data kedalam satu tabel tertentu menurut

sifat-sifat yang dimiliki. Analisa data tersebut diinterprestasikan menggunakan skala

kumulatif.

100% : Seluruhnya

76%-99% : Hampir seluruhnya

51%-75% : Sebagian besar dari responden

50% : Setengah responden

26%-49% : Hampir dari setengahnya

1%-25% : Sebagian kecil dari responden

0% : Tidak ada satupun dari responden (Arikunto, 2016).


70

5. Analisa data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian, yaitu menjawab pertanyaan- pertanyaan penelitian yang mengungkap

fenomena (Nursalam, 2016).

a. Analisis Univariate

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian, bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2017).

Setelah semua data terkumpul dari hasil observasi responden dikelompokkan dan

dihitung dengan skala Guttman.

Keterangan :

𝑃̅ : nilai yang di dapat


F : skor yang di dapat
N : skor maksimal

Hasil pengolahan data menurut (Nursalam, 2011) di intepretasikan dengan

menggunakan kriteria kualitatif

Baik : 76 – 100%
Cukup : 56 – 75 %

Kurang : ≤ 55%

b. Analisis Bivariate
71

Cara analisis data yang digunakan adalah analisis bivariate yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi Dalam melakukan

analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik

terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat, 2018).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate,

analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi.Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistik

Wilcoxon. Datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2018).

Dengan α-5% (0,05) di p-value <α (0,05), yang berarti Ho ditolak dan H1

diterima maka ada pengaruh range of motion (rom) aktif terhadap kekuatan otot pada

Lansia penderita OA Knee di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau

G. Etika penelitian

Peneliti menggunakan subyek penelitian pada Lansia yang mengalami

gangguan/penurunan mobilitas fisik akibat penderita OA Knee di Ruang Teratai

RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, Untuk itu perlu mengajukan permohonan izin

kepada Kepala Rumah Sakit Daerah Andi Makkasau Kota Parepare. Setelah itu etika

yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2016):

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada setiap pasien yang menjadi subyek

penelitian dan memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian, serta

menjelaskan akibatt yang akan terjadi bila pasien bersedia menjadi subyek penelitian.

Jika pasien bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai tanda
72

bersedia. Apabila responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti akan tetap

menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Nama subyek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, untuk

mengetahui keikut sertaannya peneliti hanya menggunakan kode dalam bentuk nomor

atau inisial pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah didapat oleh peneliti dari responden akan dijamin

kerahasiaannya. Hanya kelompok tertentu yang akan peneliti sajikan utamanya

dilaporkan pada hasil riset.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil pengumpulan data melalui

observasi beserta pembahasannya. Pengambilan data dilakukan di RSUD Andi

Makkasau pada Lansia Penderita OA Knee didapatkan responden sebanyak 21

orang yang dilaksanakan pada 14 Mei 2022 sampai dengan 14 Juni 2022 selama 1

bulan.

Hasil penelitian merupakan gambaran kondisi dari karakteristik variabel

yang di teliti, yaitu: Pengaruh Pemberian Range Of Motion (ROM) Terhadap

Peningkatan Aktifitas Lansia Penderita Osteoarthritis Knee Di RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare.

Hasil penelitian ini menggunakan metode Desain penelitian deskriptif

analitik, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

gambaran secara realita dan obyektif antara Variabel independen dan Variabel

dependen.

Penelitian ini menggunakan kousiuner yang diberikan kepada lansia

penderita OA Knee. Sebelum pelaksanaan, peneliti melakukan skrining

responden sesuai dengan kriteria inklusi, lalu melakukan kontrak waktu dengan

responden, menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian, izin

persetujuan penelitian dari para responden, pengukuran kekuatan otot,

pengecekan kelengkapan hasil lembar kekuatan otot.

73
74

1. Gambar Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Andi Makkasau JL Nurussamawati No.9

Bumi Harapan Kota Parepare, RSUD Andi Makkasau memiliki beberapa fasilitas

kesehatan diantaranya: Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Bedah Sentral, Pelayanan

Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Perawatan Intensif, Instalasi Kamar

Bersalin, Pelayan Fisioterapi, Klinik Hemodialisa, Pelayanan Billing Sistem,

Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Pelayanan Humas

dan Pengaduan, Pelayanan Sentral Opname, Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit,

Pelayanan Fisioterapi. Penelitian dilakukan di Ruang Teratai dimana ruang ini

terletak diantara beberapa ruangan yang ada di RSUD Andi Makkasau. Sebelah

utara terdapat Ruang Melati, sebelah timur terdapat Ruang Seruni, sebelah barat

terdapat Ruang Dapur.

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yaitu dari tanggal 14 Mei 2022

sampai 14 Juni 2022. Dengan jumlah sampel sebanyak 21 responden. Setelah data

terkumpul, selanjutnya data diolah dan dianalisa, kemudian data-data tersebut

dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


75

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasakan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Teratai RSUD

Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2022

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Perempuan 12 57,1

Laki-Laki 9 42,9

Jumlah 21 100

Sumber: Data primer,Juni 2022

Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin lansia penderita OA Knee dapat

dilihat dimana responden memiliki Penderita OA Knee Terbanyak adalah

Perempuan yaitu Sebanyak 12 responden dan Jenis Kelamin yang kurang adalah

Laki-laki yaitu sebanyak 9 responden.


76

b. Karakteristik responden berdasarkan usia

Table 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Teratai

RSUD Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2022

Usia Frekuensi Presentase (%)

40 – 49 tahun 5 23,8

50 – 64 tahun 8 38,1

≥ 65 tahun 8 38,1

Jumlah 21 100

Sumber: Data primer, Juni 2022

Distribusi responden berdasarkan Usia lansia penderita OA Knee dapat dilihat

dimana responden yang memiliki Usia Paling Rentang terhadap OA Knee Kisaran

50-64 tahun dan diatas dari 64 tahun memiliki presentase yang sama yaitu

terdapat 8 responden dan Usia yang kurang adalah 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 5

responden.
77

2. Analisis Univariat

a. Kekuatan Otot Responden Sebelum Dilakukan ROM Aktif.

Table 4.3

Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Responden Sebelum dilakukan ROM Aktif

Di Ruang Teratai RSUD Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2022.

Kekuatan Otot Frekuensi Presentase (%)

Baik 2 9,5

Cukup 6 28,6

Kurang 13 61,9

Jumlah 21 100

Sumber : data primer, Juni 2022

Berdasarkan data di atas menunjukan setengah dari responden memiliki kekuatan

otot yang kurang yaitu berjumlah 13 atau 61,9% responden.


78

b. Kekuatan Otot Responden Setelah Dilakukan Tindakan ROM Aktif.

Table 4.4

Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Responden Setelah dilakukan ROM Aktif

di Teratai RSUD Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2022.

Kekuatan Otot Frekuensi Presentase (%)

Baik 11 52,4

Cukup 5 23,8

Kurang 5 23,8

Jumlah 21 100

Sumber: Data primer, 2022

Berdasarkan data di atas menunjukan setengah dari responden memiliki kekuatan

otot yang Baik yaitu berjumlah 11 atau 52,4% responden.


79

3. Analisis Bivarat

Tabel 4.5

Tabulasi Silang Pengaruh Pemberian ROM Aktif Terhadap Kekuatan Otot

pada Lansia Penderita OA Knee di Ruang Teratai

RSUD Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2022

Kekuatan Otot Total


Terapi Baik Cukup Kurang
ROM
F % F % F % F %
Aktif
Baik 2 9,5 0 0 0 0 2 9,5
Cukup 6 28,6 0 0 0 0 6 28,6
Kurang 3 14,3 5 23,8 5 23,8 13 61,9
Jumlah 11 52,4 5 23,8 5 23,8 21 100
Hasil uji Wilcoxon ρ = 0,000 α = 0,05
Sumber: Data Primer, Juni 2022

Berdasarkan data dari tabulasi silang pengaruh pemberian ROM aktif terhadap

kekuatan otot pada penderita OA Knee di RSUD Andi Makkasau, didapatkan dari

21 responden sebagian besar memiliki kekuatan otot dengan kategori baik

sebanyak 11 atau 52,4% responden. Hal ini menunjukkan semakin sering

melakukan range of motion (rom) akti memengaruhi kekuatan otot pada

penderita OA Knee.

Dari hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa signifikansi sebesar 0,000

adalah lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima atau

Terdapat Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan


80

otot pada penderita OA Knee di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare.

B. Pembahasan

1. Kekuatan Otot sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif

Hasil penelitian pada tabel 4 .1 diketahui bahwa sebagian besar

responden yang mengalami OA Knee berjenis kelamin Perempuan sejumlah 12

atau 57,1% responden.

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa

responden yang mengalami OA Knee dengan kategori kurang hampir seluruh

responden berjenis kelamin Perempuan. Resiko OA Pada wanita semakin

meningkat seiring bertambahnya usia menuju masa menopause yang mana

mendasari hipotesis bahwa faktor hormonal mempengaruhi OA. Para peneliti

terdahulu membuktikan bahwa terdapat efek dari estrogen baik secara endogen

maupun eksogen terhadap kejadian OA, adapun faktor lain pencetus OA Yaitu

selain dari umur juga karena Obesitas atau Kegemukan, dari hal tersebut

dibutuhkan latihan range of motion (rom) aktif.

Hasil penelitian (Nour et al, 2018) yang dilakukan terhadap 201 penderita

OA, 82,1% Penderita dialami oleh perempuan. Hasil penelitian ini senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Arista di RSUD Andi Makkasau di unit rawat jalan

pada tahun 2019 dimana prevalansi penderita OA Knee pada Perempuan sebanyak

67% dari 149 orang dan sebanyak 80,2% prevalansi penderita OA Knee pada

Perempuan di RS Tk IV Dr.Sumantri tahun 2018.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yang

mengalami kekuatan otot pada penderita OA Knee diatas usia 50 tahun.


81

Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan prevalensi responden

terbanyak yaitu usia 50-64 tahun sebanyak 8 atau 38,1% responden dan

responden usia ≥ 65 tahun, dan terbanyak kedua yaitu pada usia 40-49 tahun

(23,8%), hal ini menunjukkan bahwa kelemahan otot pada penderita OA Knee

dialami pada usia diatas 50 tahun dengan angka kejadian hampir seluruh

responden.

Menurut salah satu Peneliti Oleh E Gustina (2020) yaitu, penderita OA

Knee lebih banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun karena pada lansia terjadi

kelemahan kekuatan otot baik ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, dimana

semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi terutama pada fungsi motorik

pada usia tersebut. Tidak banyak pada usia tersebut yang mengalami kekuatan

otot yang kurang sehingga perlu dilakukan pemberian ROM aktif secara optimal.

Peneliti di kenyyatta National Hospital, Kenya, Afrika pada tahun 2012

menyatakan bahwa dari 201 penderita OA Knee, rata-rata berumur 61 tahun.

Penelitian yang dilakukan di medn pada tahun 2019 menunjukkan bahwa

prevelansi tertinggi penderita OA Knee di unit rawat jalan RSUD Andi Makkasau

adalah 59 tahun yaitu 39,6% disusul kelompok umur 60-70 tahun sebanyak

37,5%.

Menurut (Bahtiar, 2019) dengan umur yang semakin dewasa atau umur

yang semakin bertambah maka di umur sekian adalah umur yang cukup matang,

jadi semakin bertambah umur maka akan betambah pula kematangannya, umur

yang matang adalah umur yang bisa selalu untuk bersikap positif dan melakukan

hal–hal positif juga untuk kesehatan dirinya sendiri. Karena Dengan umur yang
82

matang di harapkan agar selalu lebih bersikap positif.

Hasil penelitian kekuatan otot responden berdasarkan tabel 4 .3 pada

data khusus sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif diketahui bahwa

kategori kekuatan otot yang kurang yaitu sebanyak 13 atau 61,9% dari responden

penderita OA Knee. Terdiri dari 6 atau 28,6% responden kekuatan ototnya dengan

kategori cukup, 2 atau 9,5% responden kekuatan ototnya dengan kategori baik.

Peneliti berpendapat bahwa selama penelitian berlangsung responden

banyak yang mengalami kekuatan otot yang kurang dibagian bawah saat

melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga dengan diberikan Range Of Motion

(ROM) aktif, pada penderita OA Knee akan meningkatkan kekuatan otot menjadi

baik agar mudah digerakkan pada ekstremitas secara umum.

Berdasarkan tabulasi sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif

kekuatan otot lebih besar pada ekstremitas bawah dengan jumlah 39 atau rata-rata

1,86 responden.

Peneliti berpendapat bahwa kondisi dari data diatas dapat menyebabkan

terjadinya penurunan kekuatan otot pada ekstremitas secara umum, penurunan

fleksibilitas dan kekakuan sendi yang dapat mengakibatkan kontraktur sehingga

pada akhirnya responden akan mengalami keterbatasan terutama dalam

melakukan aktifitas. Selama penelitian berlangsung tingkat aktifitas yang kurang

pada ekstremitas Bawah dalam menggerakkan anggota gerak tubuh sehingga

dapat meningkatkan penurunan fungsi seperti atrofi otot, pelumasan sendi

berkurang, dan kekakuan sendi. Kebanyakan kekuatan otot responden sebelum

dilakukan pemberian ROM aktif pada ekstremitas bawah cenderung Kurang.

Kekuatan otot sangat berhubungan dengan system neuromuskuler yaitu


83

seberapa besar kemampuan system saraf mengaktifasi otot untuk melakukan

kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin

besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut

serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat

adanya tekanan gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung

dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal

lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Risangdiptya,

2016).

Kekuatan Otot setelah dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif

Berdasarkan tabel 4.4 dijelaskan bahwa sebagian besar kekuatan otot yang

baik setelah dilakukan ROM aktif sebanyak 11 atau 52,4% responden pada

penderita OA Knee. Terdiri dari 5 atau 23,8% responden yang kekuatan otot

dengan kategori cukup, 5 atau 23,8% responden yang kekuatan otot dengan

kataegori kurang.

Berdasarkan dari fakta penelitian diatas berpendapat bahwa setelah

dilakukan ROM aktif kekuatan otot Lansia penderita OA Knee sebagian besar

kategori baik dan responden mampu menggerakkan anggota gerak tubuhnya

daripada sebelum dilakukan ROM aktif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

Range Of Motion (ROM) aktif dapat memberikan dampak positif terhadap

peningkatan kekuatan otot pada penderita OA Knee.

Menurut (Puspawati, 2016) mengatakan bahwa intervensi dengan Range

Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan dua kali sehari lebih efektif daripada

menggunakan ROM aktif satu kali sehari karena dapat meningkatkan kekuatan

yang lebih efektif dan tercapai kekuatan otot yang baik.


84

Berdasarkan tabulasi setelah dilakukan Range Of Motion (ROM) aktif

kekuatan otot lebih besar pada ekstremitas bawah sejumlah 70 atau rata-rata

3,33 responden, dan pada ekstremitas atas sejumlah 59 atau rata-rata 2,81

responden.

Peneliti berpendapat Rehabilitasi lansia penderita OA Knee mendapatkan

Peningkatan pada ekstremitas bawah yang signifikan dari sebelum dan sesudah

dilakukan ROM aktif, karena rentang gerak dan tonus otot ekstremitas bawah

lebih sering digunakan, mayoritas orang lebih sering menggerakkan kaki pada

saat rehabilitasi. Responden mengalami peningkatan kekuatan otot sehingga

mengalami peningkatan kekuatan dan kontraksi otot jauh lebih baik daripada

rentang gerak sendi ekstremitas atas pada Lansia penderita OA Knee.

Peningkatan yang lebih signifikan pada ekstremitas bawah karena responden

berantusias untuk melakukan latihan ROM aktif.

Latihan Range Of Motion (ROM) aktif yang terprogram dan dilakukan

secara berkesinambungan dan teratur dapat memberikan hasil yang optimal,

karena semakin seringnya sendi digerakkan secara teratur dengan teknik yang

tepat dan perlahan, maka dapat meningkatkan kekuatan otot pada penderita OA

Knee pada ekstremitas bawah yang awalnya kurang menjadi baik kekuatan

ototnya (Suratun, 2016).


85

2. Pengaruh Range Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada

Lansia penderita OA Knee.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan program komputerisasi

dengan uji Wilcoxon pada tabel 4.5 didapatkan nilai ρ = 0,000 yang lebih

kecil dari α = (0,05), maka H1 di terima. Artinya ada pengaruh pemberian ROM

aktif terhadap kekuatan otot pada Lansia Penderita OA Knee di RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare. Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa

setelah dilakukan perlakuan ROM aktif, diketahui bahwa hampir seluruhnya

responden kekuatan otot dengan kategori baik sebanyak 11 atau 52,4% responden.

Menurut peneliti beberapa latihan ROM aktif yang sering dilakukan

merupakan upaya yang dapat membantu lansia penderita OA Knee dalam

meningkatkan kekuatan otot untuk mencegah kecacatan serta komplikasi. Teori

dan hasil berkesinambungan sehingga terjadi pengaruh pemberian range of motion

(rom) aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik terutama

pada ekstremitas bawah.

Penderita yang kekuatan otot dengan kategori kurang lebih banyak mengalami

pengaruh dikarenakan percepatan stimulus pada sendi dan bahkan derajat

kekuatan otot sehingga kekuatan otot banyak mengalami kekuatan otot yang baik

maupun cukup. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai hal antara

lain kondisi dari responden itu sendiri, semangat dari responden untuk melakukan

Range Of Motion (ROM) aktif.


86

Hal ini didukung dengan penelitian Sunarti & Silalahi 2018 dengan “judul

Pengaruh ROM Aktif Terhadap Kemampuan Mobilisasi Pada Lansia

OsteoArthritis Knee di rumah Bahagia Kawal Kecamatan Gunung Kijang

kecamatan Bintang Kepri” dengan jumlah responden 32 orang dengan

menggunakan desain penelitian Quasi eksperimen dengan metode one group

pretest-posttest. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh ROM aktif

Terhadap peningkatan kemampuan mobilitas lansia Arthritis Reumatoid.

Andri&Niken 2019 menambahkan bahwa latihan atau aktifitas yang sesuai untuk

Lansia Penderita Osteo-Arthitis (OA) Knee (terutama penyakit degeneratif) yaitu

pemberian range of motion (rom) aktif. Latihan tersebut apabila dilakukan secara

berkala dan berkesinambungan baik ekstremitas atas maupun bawah, dapat

mempercepat stimulus meningkatnya fleksibilitas sendi dan bahkan derajat

kekuatan otot pada Lansia Penderita Osteo-Arthitis (OA) Knee dan menunjukkan

bahwa fungsi motorik unit gerak kembali optimal).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

Pengaruh Pemberian Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot

Pada Lansia Penderita Osteoarthitis Knee Di Rumah Sakit Umum Daerah Andi

Makkasau Kota Parepare. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada

tanggal 14 Mei sampai dengan 14 Juni 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Andi

Makkasau kota parepare maka dapat diambil suatu kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pembahasan dalam mencari Pengaruh Pemberian

Range Of Motion (ROM) Terhadap Peningkatan Aktifitas Lansia Penderita

Osteoarthritis Knee Di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kekuatan otot pada lansia penderita OA Knee sebelum dilakukan Range Of

Motion (ROM) aktif sebagian besar kekuatan otot yang dialami responden

dengan kategori kurang dan terjadi peningkatan kekuatan otot pada

ekstremiatas bawah.

2. Kekuatan otot lansia penderita OA Knee setelah dilakukan Range Of Motion

(ROM) aktif sebagian besar kekuatan otot yang dialami responden dengan

kategori baik dan terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremiatas bawah.

3. Ada pengaruh pemberian Range Of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan

87
88

otot pada lansia penderita OA Knee di RSUD Andi Makkassau Kota Parepare.

B. Saran

a. Bagi responden

Setelah dilakukan tindakan kepada responden, diharapkan ketika sudah

keluar dari rumah sakit disarankan bagi responden tetap melakukan tindakan

ROM aktif sendiri di rumah dibantu oleh anggota keluarga, tujuannya

supaya tidak terjadi kekakuan sendi walaupun tidak memiliki pengaruh yang

serius terhadap peningkatan otot tersebut.

b. Bagi petugas kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan reverensi dan informasi dalam pemberian

intervensi keperawatan yang mandiri serta berapa kali untuk melakukan

pemberian range of motion (rom) aktif dalam kekuatan otot pada lansia

penderita OA Knee.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk peningkatan kemampuan dan

pemberian gerakan yang lebih lama, sehingga hasil yang diperoleh dapat

menggambarkan hasil yang lebih maksimal. Diharapkan pula dalam

penelitian selanjutnya yang dapat memengaruhi perkembangan pemulihan

kekuatan otot pada lansia penderita OA Knee pula sehingga diperoleh hasil

penelitian yang lebih falit. Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan

hasil perubahan yang baik dan menjadikan range of motion (rom) aktif

sebagai alternatif untuk peningkatan kekuatan otot.


89

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2018). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baticaca,

Fransisca. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Musculocleta.

Jakarta: Salemba Medik.

Corwin, J. Elizabet. 2018. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakata: Buku

Kedokteran EGC.

Guyton, Arthur C. (2017). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC.

Hidayat, A Aziz Alimul. (2010). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta: Salemba Medika.

Irfan, Muhammad. (2020). Fisioterapi bagi Lansia dan Penyakit

Degeneratif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Junaidi, Iskandar. (2016). OA Kneee A-Z Pengenalan, Pencegahan, Pengobatan,

Rehabilitasi Stroke. Jakarta: PT.Buana Ilmu Populer.

KEMENKES RI, (2018). Surabaya.

Lumantobing. (2018). Stroke, Bencana Peredaran Darah di Otak, Jakarta: FKUI.

Lukman,

Ningsih. (2019). Asuhan Keperawtan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.


90

Muttaqin, Arif (2018). Metode Pengkajian Keseatan Paradigma Kuntitatif. Health

Books Pulishing. Jakarta: Helath Books.

Ningsih, L. N. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba medika

Notoatmodjo, S. 2020. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. N

Nursalam. 2021. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam.2018. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter. (2019). Fundamental Of Nursing. Jakarta: Salemba medika.

Perry & Potter. (2020). Fundamental Of Nursing. Buku ke-3. Edisi 7. Jakarta:

Salemba medika.

Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perry & Potter. 2016. Fundamental Of Nursing. Jakarta: Salemba medika.

Purwanti, O.S & Maliya A. (2018). Rehabilitasi Pasien Stroke Non

Hemoragik.

Berita Ilmu Keperawatan (Online). Jakarta. Diakses pada tanggal 08 Juli 2018

http://eprints.ums.ac.id/1027/2008v1-08.pdf.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

Suratun, H. M. (2018). Klien Gangguan muskuloskeletal: seri asuhan

keperawatan. Jakarta : EGC.

Suratun, dkk. (2017). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletan. Jakarta: EGC.


91

Susan (2016). Physiolog for nursing practice. Edisi 2. London: Philadelphia

Toronto Sydneya Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif kualitatif R &

D.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Fuji Sri Oktafia


Nim : 202001050
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Parepare,10 Oktober 1998
Status Keluarga : Masih Hidup
Suku/Bangsa :Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : JL.Latasakkan No 92
Alamat Instansi Pekerjaan : JL. Latasakka No.46 C, Tonrangen kota parepare
B. Riwayat Pendidikan

1. SD NEGERI 25 KOTA PAREPARE LULUS TAHUN 2010

2. SMP NEGERI 3 KOTA PAREPARE LULUS TAHUN 2013

3. SMA NEGERI 2 KOTA PAREPARE LULUS TAHUN 2016

4. POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR PRODI D3 KEPERAWATAN KOTA


PAREPARE LULUS TAHUN 2019

C. Riwayat Pekerjaan

1. Apotek Jaya Farma kota parepare since 2021

2. RSUD dr.Hasrii Ainun Kota Parepare


LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP

PENINGKATAN AKTIVITAS LANSIA PENDERITA OA KNEE DI RSUD ANDI

MAKAKASAU KOTAPAREPARE

(Studi Di Ruang Teratai RSUD Andi Makakasau Kota Parepare)

No Responden :
Tanggal :
Hari :

Berilah tanda (V) pertanyaan di bawah ini.

Data Umum
1. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

2. Usia

35-49 tahun

50-64 tahun

65-80 tahun
OP RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF
Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah

a. Latihan I

1) Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.

2) Letakkan kedua tangan diatas kepala.

3) Kembalikan tangan ke posisi semula.

b. Latihan II

1) Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.

2) Kembalikan keposisi semula.

c. Latihan III

1) Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.

2) Kembalikan ke posisi semula.

d. Latihan IV

1) Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.

2) Luruskan siku kemudian angkat ke atas.

3) Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.

e. Latihan V

1) Pegang pergelangan tangan yang kontraktur

menggunakan tangan yang sehat angkat ke atas dada.

2) Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.

f. Latihan VI

1) Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang


sehat kemudian luruskan.

2) Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.

g. Latihan VII

1) Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.

2) Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang

sehat dibawah pergelangan kaki

3) Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat,

kemudian turunkan pelan-pelan.

h. Latihan VIII

1) Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang

sehat ke atas sekitar 3cm.

2) Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi

kemudian ke sisi yang satunya lagi.

3) Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.

i. Latihan IX

1) Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang

pada lutut yang kontraktur dengan tangan yang lain.

2) Dengan tangan yang lainnya penokong memegang pinggang pasien.

3) Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.

4) Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.


TABULASI DATA UMUM

Responden Jenis Kelamin Usia


R1 P U3
R2 L U3
R3 P U3
R4 P U1
R5 P U2
R6 L U2
R7 L U2
R8 L U1
R9 L U2
R10 L U2
R11 L U3
R12 P U3
R13 L U3
R14 P U2
R15 P U2
R16 L U3
R17 L U3
R18 L U1
R19 P U1
R20 P U2
R21 L U1
Keterangan :
 Jenis kelamin : 1. Laki-laki = L
2. Perempuan = P

 Usia : 40-49 tahun = U1


50 -64 Tahun = U2
65≥ tahun = U3
SEBELUM DILAKUKAN ROM AKTIF

No Penilaian Ekstremitas Atas Penilaian Ekstremitas Bawah Presentase


Jumlah Kategori Kode
Responden 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 (%)
R1 v v 2 20% Kurang 3
R2 V v 0 0% Kurang 3
R3 v v 6 60% Cukup 2
R4 v v 2 20% Kurang 3
R5 v v 8 80% Baik 1
R6 v v 6 60% Cukup 2
R7 V v 0 0% Kurang 3
R8 v v 2 20% Kurang 3
R9 v v 5 50% Kurang 3
R10 v v 3 30% Kurang 3
R11 v v 6 60% Cukup 2
R12 v v 4 40% Kurang 3
R13 v v 8 80% Baik 1
R14 v v 6 60% Cukup 2
R15 v v 2 20% Kurang 3
R16 v v 6 60% Cukup 2
R17 v v 4 40% Kurang 3
R18 v v 6 60% Cukup 2
R19 V v 0 0% Kurang 3
R20 v v 2 20% Kurang 3
R21 v v 2 20% Kurang 3
Jumlah per
0 7 6 18 8 0 0 8 6 15 8 0
skor
Total 39 37

Rata-rata 1,86 1,76


SESUDAH DILAKUKAN ROM AKTIF

No Penilaian Ekstremitas Atas Penilaian Ekstremitas Bawah Presentase


Jumlah Kategori Kode
Responden 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 (%)
R1 v v 6 60% Cukup 2
R2 v v 0 0% Kurang 3
R3 V V 9 90% Baik 1
R4 v V 8 80% Baik 1
R5 v V 8 80% Baik 1
R6 v V 8 80% Baik 1
R7 v v 1 10% Kurang 3
R8 v v 6 60% Cukup 2
R9 v V 8 80% Baik 1
R10 v v 6 60% Cukup 2
R11 v V 8 80% Baik 1
R12 v v 6 60% Cukup 2
R13 V V 9 90% Baik 1
R14 v v 8 80% Baik 1
R15 v v 7 70% Cukup 2
R16 v v 8 80% Baik 1
R17 v v 5 50% Kurang 3
R18 v v 8 80% Baik 1
R19 v v 2 20% Kurang 3
R20 v v 8 80% Baik 1
R21 v v 2 20% Kurang 3
Jumlah per
0 2 2 12 44 10 0 2 4 9 44 0
skor
Total 70 59
Rata-rata 3,33 2,81
Frequenc
y Table
Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 12 57.1 57.1 57.1


Valid Perempuan 9 42.9 42.9 100.0
Total 21 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

35-49 tahun 5 23.8 23.8 23.8

50-64 tahun 8 38.1 38.1 61.9


Valid
≥ 65 tahun
8 38.1 38.1 100.0
Total
21 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
sebelum sesudah
Valid 21 21
N
Missing 0 0

Frequency
Table
Sebelum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 2 9.5 9.5 9.5

Cukup 6 28.6 28.6 38.1


Valid
Kurang
13 61.9 61.9 100.0
Total
21 100.0 100.0

1
Sesudah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 11 52.4 52.4 52.4

Cukup 5 23.8 23.8 76.2


Valid
Kurang
5 23.8 23.8 100.0
Total
21 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sebelum * sesudah 21 100.0% 0 0.0% 21 100.0%

sebelum * sesudah Crosstabulation


Sesudah Total
Baik Cukup Kurang

Count Expected 2 0 0 2
Count 1.0 .5 .5 2.0
Baik % within sebelum 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
% of Total Count 9.5% 0.0% 0.0% 9.5%
Expected Count 6 0 0 6
% within sebelum 3.1 1.4 1.4 6.0
% of Total Count 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Sebelum Cukup
Expected Count 28.6% 0.0% 0.0% 28.6%
% within sebelum
3 5 5 13
% of Total Count
6.8 3.1 3.1 13.0
Expected Count
23.1% 38.5% 38.5% 100.0%
Kurang % within sebelum 14.3% 23.8% 23.8% 61.9%
% of Total 11 5 5 21

11.0 5.0 5.0 21.0

52.4% 23.8% 23.8% 100.0%


52.4% 23.8% 23.8% 100.0%
Total

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 14a 7.50 105.00


Positive Ranks .00 .00
sesudah - sebelum 0b
Ties
7c
Total 21

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Test Statisticsa
sesudah -
sebelum

Z -3.494b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
Nama : FUJI SRI OKTAFIA
NIM : 202001050
Peminatan :
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul :

“Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadapp Peningkatan


Aktivitas Lansia Penderita OA Knee di RSUD Andi MAKKASAU Kota Parepare”
Nama : FUJI SRI OKTAFIA
NIM : 202001050
Peminatan :
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul :

“Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadapp Peningkatan


Aktivitas Lansia Penderita OA Knee di RSUD Andi MAKKASAU Kota Parepare”
Nomor : 497/LPPM//II.3.AU/F/2022 Kepada YTH.
Lampiran :1 Berkas(Proposal) Kepala Dinas Penanaman Modal,
Hal : Permohonan Izin Penelitian Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulawesi Selatan
di,-
Makassar

ismillahirrahmanirahiem

Assalamu Alaikum warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan Hormat,
Dengan memohon Rahmat dan Ridho Allah SWT, semoga kita tetap mendapat Rahmat dan Petunjuknya, sehubungan
dengan akan dilaksanakannya penelitian oleh mahasiswa ITKeS Muhammadiyah Sidrap diwilayah Bapak/Ibu, maka perlu
kami sampaikan bahwa kegiatan penelitian ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa pada semester akhir, sehingga
aspek intelektualitas dan nilai - nilai keilmuan menjadi dasar pelaksanaannya.
Maka kami mohon kepada Bapak/Ibu agar kiranya dapat memberikan izin pelaksanaan penelitian dengan Judul
“Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) terhadap Peningkatan Aktifitas Lansia Penderita OA Knee Di
RSUD Andi Makkasau Kota Parepare”. Adapun mahasiswa kami dalam kegiatan penelitian ini sebagai berikut:
Nama : Fuji Sri Oktafia
NIM 202001050
Program Studi : Ilmu Keperawatan Jenjang Sarjana
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan (FKK)
Lokasi Penelitian : RSUD Andi Makkasau Kota Parepare Waktu
Penelitian : Juni - Juli 2022

Demikian permohonan kami, atas Perhatian dan Bantuan Bapak/Ibu di ucapkan banyak terima kasih.

Nasrun Minallahi Wafathun Karib


Wassalamu Alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Pangkajene, 02 Juni 1443 H


02 Dzulqaidah 2022 M

Tembusan :
1. Rektor ITKeS Muhammadiyah Sidrap (Sebagai laporan)
2. Bapak Walikota Parepare
3. Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare
4. Yang bersangkutan
5. Arsip
SRN IP0000369

PEMERINTAH KOTA PAREPARE


DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Jalan Veteran Nomor 28 Telp (0421) 23594 Faximile (0421) 27719 Kode Pos 91111, Email : dpmptsp@pareparekota.go.id

REKOMENDASI PENELITIAN
Nomor : 369/IP/DPM-PTSP/6/2022
Dasar: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penerbitan Rekomendasi Penelitian.
3. Peraturan Walikota Parepare No. 45 Tahun 2020 Tentang Pendelegasian Wewenang Pelayanan Perizinan dan
Non Perizinan Kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Setelah memperhatikan hal tersebut, maka Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu :

KEPADA
NAMA : FUJI SRI OKTAFIA
UNIVERSITAS/ LEMBAGA : Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains Muhammadiyah Sidrap
JURUSAN : Ilmu Keperawatan
ALAMAT : Jl. Latasakka No. 92, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare
UNTUK : Melaksanakan Penelitian/Wawancara Dalam Kota Parepare Dengan Keterangan Sebagai
Berikut
JUDUL PENELITIAN : PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
PENINGKATAN AKTIFITAS LANSIA PENDERITA O A KNEE DI RSUD ANDI
MAKKASAU KOTA PAREPARE
LOKASI PENELITIAN : RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE
LAMA PENELITIAN : 14 Juni 2022 s.d 14 Juli 2022

a. Rekomendasi Penelitian berlaku selama penelitian berlangsung


b. Rekomendasi ini dapat dicabut apabila terbukti melakukan pelanggaran sesuai ketentuan perundang - undangan

Dikeluarkan di: Parepare


Pada Tanggal : 16 Juni 2022

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN


PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA
PAREPARE

Hj. ST. RAHMAH AMIR, ST, MM


Pangkat
: Pembina (IV/a)
NIP
: 19741013 200604 2 019
Biaya : Rp. 0.00

UU ITE No. 11 Tahun 2008 Pasal 5 Ayat 1


Ïnformasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
Dokumen ini dapat dibuktikan keasliannya dengan terdaftar di database DPMPTSP Kota Parepare (scan QRCode)
(R
D

se
DOKUMUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai