Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERAPI SPIRITUAL

Oleh :

1. Titik fadilah NIM : 201707020


2. Imam syafii NIM :
3. Abdul Aziz NIM : 201707010
4. Subarkha trisutoko NIM :
5. Kasnan NIM :
BAB I

PENDAHULUAN

Konsep keperawatan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang berarti


bahwa perawatan dan pengobatan klien tidak hanya berusaha untuk mrngembalikan fungsi fisik
seseorang tetapi juga fungsi psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan yang komprehensif ini
menempatkan terapi spiritual sebagai salah satu cara pengobatan dalam upaya penyembuhan
klien yang mengalami gangguan kesehatan.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata:
makna, harapan, kerukunan, dan system kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman,1997). Dyson
mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang
dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup
hubungan intra, inter, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey & Guazetta,
2000).Menurut Reed (1992) spiritualitas merujuk kepada bagian dari keberadaan manusia untuk
mencari hidup yang berarti melalui hubungan intra, inter dan transpersonal. Demikian juga
Martsolf dan Mickley (1998) tentang spiritualitas ini menambahkan bahwa spiritual secara
umum mencakup kepercayaan dalam hubungan dengan suatu kekuatan lebih tinggi, kekuatan
pencipta, keberadaan Tuhan atau sumber energi yang tak terbatas.Spiritualitas mencakup aspek
makna, nilai, transendensi, hubungan dan “menjadi” (Rafael dalam Kim, 2000).
BAB II
TEORI TERAPI SPIRITUAL

Kozier et al (2004) menyebutkan bahwa terapi spiritual merupakan salah satu upaya
untuk memenuhi kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan untuk terhubung dengan kekuatan
Tuhan. Terapi spiritual juga merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan spiritual atau
rohani sesuai dengan agama dan keyakinan klien (Sumiati, 2003). Terapi spiritual lebih
cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas klien dengan
mengaktifkan titik Tuhan (God spot) yang merupakan titik spiritual manusia dan
mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal, alasan mengapa manusia
diciptakan, tugas tugas yang harus dilakukan manusia di dunia, beberapa hal yang pantas
di lakukan didunia,hal-hal yang tak pantas dilakukan didunia,
mengembalikan manusia ke kesucian.
Terapi spiritual merupakan metode perawatan/ pengobatan yang direncanakan untuk
mengeksplorasi masalah dan konflik yang dialami klien dari perspektif spiritual. Eksplorasi ini
dilakukan dengan menggali keyakinan spiritual, ide-ide, nilai-nilai dan konflik yang dialami
klien dalam situasi lingkungan yang tidak menghakimi, lingkungan yang memberikan perasaan
aman dan tidak menimbulkan perasaan terancam baik fisik maupun psikologis. Terapi spiritual
diharapkan menjadi sarana untuk menyesuaikan perilaku, pikiran dan perasaan klien dengan
nilai-nilai dan keyakinan spiritual klien untuk bekerja dan berjuang.
Terapi spiritual yang dikenakan pada masing-masing klien akan berbeda dikarenakan
pelaksanaan terapi ini berdasarkan seperangkat keunikan dari nilai-nilai, latar belakang dan
tujuan terapi dari masing-masing klien. Tidak ada formula yang tepat dalam menyusun
kerangka terapi, namun kuesioner atau format pengkajian dapat digunakan untuk membuat sesi
terapi menjadi lebih efektif.Terapi spiritual tidak terkait
dengan tradisi keagamaan tertentu, karena hanya mengeksplorasi pengalaman spiritual, konflik ,
keyakinan dan nilai-nilai yang diyakininya.
Terapis secara etis berkewajiban untuk menghormati orientasi spiritual klien dan tidak menarik
untuk memeluk atau sengaja mempengaruhi klien terhadap keyakinan spiritual atau agama
tertentu.

FUNGSI TERAPI SPIRITUAL


Terapi spiritual yang dilakukan baik secara mandiri atau dalam bimbingan perawat
akan membantu klien untuk :
1. Memperluas pemahaman klien tentang jatidirinya.
2. Mendorong klien untuk menyadarii sumber daya internal kekuatan yang dimilikinya yang
tidak pernah disadari kepemilikannya oleh klien.
3. Belajar mengembangkan kepercayaan diri.
4. Mengurangi kecemasan, depresi dan kesepian.
5. Meningkatkan harga diri dan motivasi diri.
6. Memperkuat klien dalam melakukan hubungan dengan orang lain (relationship).
7. Membantu menemukan tujuan hidupnya.
Terapi spiritual membantu klien memperkuat kemampuan hubungannya dengan orang lain. Hal
ini dikarenakan terapi ini membantu :
1. Memperluas pemahaman klien tentang orang lain.
2. Menemukan tujuan dan makna hubungan bagi klien.
3. Belajar untuk mempercayai orang lain.
4. Menyembuhkan trauma lama dan trauma baruBelajar untuk bekerja melalui konflik dengan
cara yang berbeda.
5. Memahami nilai-nilai yang diyakini klien.

INDIKASI TERAPI SPIRITUAL


Terapi spiritual untuk gangguan mental dapat dilakukan pada klien non psikotik dan klien
psikotik. Kelompok non psikotik diantaranya klien dengan gangguan cemas, gangguan
somatoform, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain; sedangkan klien dengan gangguan
psikotik antara lain skizofrenia, gangguan afektif berat dengan
gejala psikotik ( bipolar manik dan depresi berat), skizoafektif, psikosis polimorfik akut,
gangguan waham menetap, psikosis non organik lainnya dan gangguan psikotik organik.
Pada klien skizofrenia, terapi spiritual tidak bisa langsung dilakukan bahkan dapat
merupakan kontra indikasi, karena pada gangguan psikotik (skizofrenia) klien mengalami ego
yang collaps atau disfungsi, kemampuan penalaran runtuh, adanya waham yang merupakan
distorsi pikiran, halusinasi pendengaran, visual, penciuman, taktil , gangguan asosiasi, pikiran
yang inkoheren, tingkah laku kacau atau katatonik, gangguan daya nilai realitas, dan tidak
adanya kesesuaian antara pikiran dengan perasaan dan tindakan. Kondisi adanya gejala-gejala di
atas pada klien psikotik (skizofrenia) mengakibatkan klien tidak mampu mengarahkan
kemauannya secara sadar, tilikan diri jelek atau tidak ada, dan tidak bisa mempertanggung-
jawabkan perbuatannya.
Pada keadaan ini pemberian terapi spiritual akan diinterpretasikan secara salah oleh klien
disebabkan gejala-gejala itu semuanya berpengaruh kuat pada proses pikirnya sehingga akan
dapat memunculkan perasaan bersalah, berdosa dan tidak berguna yang berlanjut ke usaha bunuh
diri, dapat juga mendorong munculnya kembali waham paranoid karena klien merasa mau
didoktrin ide-ide agama oleh musuh- musuhnya secara terencana.

KRITERIA DASAR KLIEN DIBERIKAN TERAPI SPIRITUAL


Klien psikotik (skizofrenia) layak memperoleh terapi spisritual apabila memenuhi kriteria
dasar sebagai berikut :
1. Setelah memperoleh pengobatan psiko farmaka (anti psikotik) selama 2 – 4 minggu, gejala-
gejala waham, halusinasi, inkoherensi, tingkah laku kacau atau gaduh gelisah sudah mereda.
2. Ego dan penalaran klien sudah mulai berfungsi kembali sehingga interpretasi terhadap ide-
ide sudah tepat (sesuai).
3. Status mental klien tidak rentan/ rapuh, emosi sudah stabil;
4. Skor Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) yang sudah minimal.(bila perlu).
VARIASI KLIEN DIBERIKAN TERAPI SPIRITUAL
Disamping memenuhi kriteria dasar di atas maka sebagai kebutuhan untuk menerima
pengobatan/ perawatan yang optimal maka klien-klien yang perlu untuk memperoleh terapi
spiritual diantaranya :
1. Klien skizofrenia tak terinci (F20.3) yang sudah membaik, sudah lebih 6 bulan tidak
ditengok atau diambil keluarganya;
2. Klien dengan gejala samar skizofrenia residual, kondisinya masih pasif apatis, keluarga
tidak mau merawatnya di rumah dengan alasan apapun;
3. Klien psikotik yang waham dan halusinasinya sudah reda, tapi masih impulsif dan
cenderung melarikan diri dari rumah sakit.
4. Klien psikosis polimorf akut (E23.0) yang dalam 3-5 hari sudah reda gaduh gelisah dan
halusinasinya, tapi keluarga belum berani mengambil.
5. Klien klien depresi berat dengan gejala psikotik yang waham dan halusinasinya sudah
reda; tetapi harus hati-hati dalam melakukan terapi karena terapi spiritual bisa menyulut waham
bersalah dan berdosanya.

MACAM MACAM TERAPI SPIRITUAL


Terapi spiritual diberikan kepada klien untuk membangkitkan memperkuat spirit,
semangat hidup klien, biasanya akan dikaitkan dengan keyakinan dan agamanya. Sebagai contoh
klien pemeluk agama Islam cenderung untuk melakukan terapi spiritualnya sesuai dengan ajaran
Islam, misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat. Demikian juga dalam agama lainnya terdapat
kegiatan ritual untuk penyembuhan baik dibimbing oleh rohaniawan maupun oleh klien sendiri
dengan bimbingan perawat.
Satu hal yang perlu memperoleh perhatian dari terapis bahwa rangkaian sessi kegiatan
terapi ini tidak hanya dilakukan secara seremonial kegiatan fisik semata tetapi harus menyentuh
aspek psiko-spiritual klien. Misalnya, klien yang beragama Islam dalam berzikir tidak hanya
menyebutkan lafal-lafal doa seperti membaca mantera- mantera tanpa dibimbing untuk
memahami maknanya tetapi klien selalu memperoleh bimbingan tentang arti dan makna lafal-
lafal doanya sehingga klien dapat memahami filosofi dzikir yaitu mengingat Allah swt dengan
segala sifat-sifat-Nya, diantaranya sifat
Rahman dan Rahim . Dalam berdzikir klien dengan ikhlas memuja kebesaran Allah dan
mengharapkan ridloNya untuk memperoleh kesembuhan. Dalam berdoa klien dibimbing untuk
dapat mengadukan penderitaannya serta memohon penyembuhan kepada Tuhan..
Beberapa macam terapi spiritual diantaranya teknik respon relaksasi, terapi makna hidup
(logo terapi), terapi iman-Islam- ihsan .
Teknik Respon Relaksasi
Teknik relaksasi yang dikembangkan oleh Benson untuk menghilangkan nyeri,
insomnia, kecemasan merupakan bagian dari terapi spiritual. Pelaksanaan terapi ini dapat
dilakukan dengan atau tanpa bimbingan dari perawat, dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-
sama oleh klien. Dalam terapi ini klien dibimbing untuk berupaya
memusatkan perhatian pada suatu fokus fikiran, ide dan harapan yang positif dengan
menyebut berulang- ulang kalimat ritual yang merupakan lafal doa sesuai keyakinan dan
agamanya, menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Teknik ini dapat dilakukan
selama 10 sampai 30 menit sebanyak dua kali dalam sehari.
Langkah-langkah respon relaksasi dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Klien dibimbing untuk memilih kalimat spiritual (lafal doa) yang akan digunakan
sesuai dengan ide, harapannya dan dipahami maknanya.
2. Klien dianjurkan duduk di tempat yang nyaman dan dalam keadaan santai santai.
3. Klien dibimbing untuk menutup mata dan mengendorkan otot-otot.
4. Klien dianjurkan dan dibimbing untuk bernafas secara natural menikmati keluar
masuknya udara melalui hidung.
5. Klien dibimbing dan dianjurkan untuk mengucapkan kalimat spiritual (lafal doa) yang
dilakukan secara berulang ulang.
6. Bila klien dalam melaksanakan doanya mengalami gangguan konsentrasi atau pikiran,
perawat hendaknya memfokuskan kembali pikirannya.
7. Kegiatan terapi respon relaksasi ini dilakukan 10 sampai 30 menit.
8. Setelah melakukan teknik respon relaksasi, klien dianjurkan untuk duduk dan istirahat
terlebih dahulu, membuka pikirannya kembali kepada situasi di sekitarnya kemudian barulah
diijinkan bangkit untuk melakukan kegiatan sehari-harinya.
Terapi Makna Hidup (Logo Terapi)
Logo berasal dari bahasa Yunani dari kata logos yang berarti “makna” (meaning),
“rohani” (spirituality). Logo terapi ditopang oleh filsafat hidup dan insight manusia yang
meliputi dimensi spiritual, dimensi somatik, dimensi psikologis, dimensi sosial pada eksitensi
manusia, serta menekankan pada makna hidup, kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi
manusia.
Tujuan dari logo terapi adalah agar setiap pribadi :
1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang.
2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan
bahkan terlupakan.
3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu
tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih
kualitas hidup yang lebih bermakna.
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya.Dalam pandangan logo
terapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari
keberhasilannya memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka
yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan
ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak
mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan
hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari
penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat
mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter
(totalitarianism) dan konformis (conformism).
Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan
dimensi ragawi dan kejiwaan.Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi
tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang
ras, ideology, agama dan keyakinannya.Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic
sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak
disalahpahami sebagai konsep agama.Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu
melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta
mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap
dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya
serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Ada tiga asas utama logo terapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu :
1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan
kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan
didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
2. Setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini
kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna
positif atupun makna yang negatif.Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup
bermakna.
3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis
yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Contohnya seseorang yang mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa
yang terjadi secara positif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu yang bersangkutan
tetap bahagia.
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logo terapi mengenai eksistensi manusia dan
makna hidup sebagai berikut :
1. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu
mempunyai makna.
2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
3. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk
memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
4. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-
nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai- nilai
bersikap (attitudinal values).
Beberapa azas logo terapi menunjukkan bahwa manusia mempunyai kemampuan khas
yaitu self-detachment dan self-trancendence yang menggambar kan mengenai adanya
kebebasan dan rasa tanggung jawab, harapan besar mengenai masa depan kehidupan yang lebih
berharga dan bermakna.
Teori tentang kodrat manusia dalam logo terapi dibangun atas tiga asumsi dasar, yang
saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu kebebasan bersikap dan berkehendak (the
freedom to will), kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning), makna hidup (the
meaning of life). Dalam hal kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang unik,
spesifik, personal sehingga setiap klien akan memiliki makna hidup yang khas dan cara
penghayatan yang berbeda. Kehendak hidup bermakna ini akan menjadi pendorong dan
motivasi yang kuat bagi klien untuk mencari, menemukan, memenuhi tujuan dan arti hidup.
Nilai-nilai makna hidup yang dikembangkan dalam kegiatan logo terapi adalah :
1. Nilai kreatif (creative value),yaitu menjadi manusia yang mampu berkarya serta
menjalankan tugas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
2. Nilai pengalaman/ penghayatan (experiental value), yaitu menjadi manusia yang mampu
mengalami, memahami dan menghayati setiap nilai yang ada dalam kehidupan itu sendiri.
3. Nilai sikap (attitude value), yaitumenjadi manusia yang dapat menerima berbagai bentuk
ketidak nyamanan dan penderitaan yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan manusia
seperti kedukaan, sakit, kematian, setelah melakukan segala upaya telah dilakukan secara
maksimal.
Dalam logo terapi, seorang terapis tidak menawarkan makna hidup tertentu pada
kliennya, tetapi terapis hanya membantu klien untuk memperluas cakrawala pandangan klien
mengenai kemungkinan-kemungkinan menemukan makna hidup, membantu menyadarkan klien
tentang tanggung jawab dari setiap tujuan hidup mereka. Klien bertanggung jawab penuh untuk
menentukan makna hidupnya tidak menyerahkan atau bersandar pada pendapat orang lain.
Beberapa problem yang akan diatasi dalam logo terapi adalah frustasi eksistensial (existential
frustration), kehampaan eksistensial (existential vacuum), neurosis noogenik (noogenic
neurosis).
Frustrasi eksistensial muncul ketika dorongan untuk hidup bermakna mengalami
hambatan. Gejala-gejala frustrasi ekstensial tidak terwujud secara nyata, biasanya terungkap
dalam berbagai perilaku yang merupakan usaha untuk memperoleh kompensasi besar sebagai
penutup frustrasinya misalnya melalui penyaluran hasrat untuk berkuasa (the will to power)
atau bersenang-senang mencari kenikmatan (the will to pleasure). Frustrasi ini sering
ditemukan dalam gejala neurosis yang disebut dengan “neurosis noogenik”
Kehampaan eksistensial biasanya muncul dalam perilaku yang menunjukkan perasaan
serba hampa, gersang, dan kebosanan yang berlebihan. Faktor yang menyebabkan meluasnya
kehampaan eksistensial adalah anggapan bahwa eksistensi manusia sebagai system yang tertutup
atau memandang manusia sebagai rat model, machine model, computer model, yang
mempunyai kemampuan manusia mentransenden- sikan diri, kemampuan mengambil jarak
dengan lingkungan dan diri sendiri, kebebasan berkehendak, rasa tanggung jawab, dan
spiritualitas.
Neurosis noogenik akan muncul dari problematik spiritual, bukan karena adanya konflik
“id – ego – super ego”, konflik instinktif, trauma psikis, dan berbagai kompleks psikis lainnya.
Nurosis noogenik bukan bersumber dari dimensi psikis tetapi dari dimensi spiritual, oleh
karenanya neurosis noogenik tidak bersifat psikogen tetapi spiritual (noogenik).
Frustrasi eksistensial dan kehampaan eksistensial sebagai penyebab terjadinya neurosis
jenis ini. Kasus-kasus neurosis noogenik lebih tepat dibantu dengan logo terapi yang akan
menggarap dimensi spiritual dari eksistensi manusia bukan dengan psikoterapi.
Keberhasilan logo terapi pada klien akan dapat terlihat munculnya kepribadian yang
sehat, kepribadian yang mampu mengatasi diri. Klien dengan kepribadian ini akan mempunyai
wawasan bahwa kehidupan dunia tidak hanya untuk mengejar kekuasaan, kenikmatan tetapi
banyak berhubungan dengan kemampuan untuk memahami arti ketegangan yang produktif
antara apa yang dihayati saat ini dengan prediksi dan pengandaian tentang apa yang dihayati
pada masa datang.
Langkah-langkah terapis membantu klien dalam logo terapi :
1. Membimbing dan menunjukkan klien tentang segala sesuatu yang secara potensial
bermakna bagi klien, namun keputusan untuk menentukan bermaknanya ada ditangan klien itu
sendiri.
2. Menunjukkan sumber-sumber makna hidup dalam diri klien.

3. Membantu klien menyadari tanggung jawabnya untuk meraih tujuan yang harus dicapai
serta kewajiban yang harus dilakukan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan membahas contoh kasus fiktif, contoh kasus :

TN X mengalami stroke selama 2 tahun, tn x mengalami kelumpuhan separuh pada


tangan kanan, tn x tidak bisa bekerja selama 2 tahun ini, selama 2 tahun ini yang bekerja istri dan
anak-anaknya, tn x terlihat berdiam diri di rumah, tidak mau bertemu dengan orang selain orang
rumah.

Model terapi yang cocok untuk menangani kasus di atas adalah terapi spiritual, karena
bisa mendekatkan diri kepada tuhan dan peciptanya, selain itu terapi spiritual juga bisa
membangkitkan potensial yang ada di pasien tersebut agar bisa digunakan untuk membangkitkan
semangat pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusianya.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Setyoadi, dkk. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Medika.

Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.

Susanti Prasetyaningrum, Siti Suminarti Fasikhah, Diah Karmiyat. ( 2012) Jurnal Intervensi Psikologi,
Vol. 4 No. 1 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah. Malang

Anda mungkin juga menyukai