Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

TINJAUAN ISLAM TENTANG TINDAKAN BEDAH

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6

1. Intan Elvira Qolby (40017036)


2. Irma Irmiyati (40017037)
3. Irma Ismawati (40017038)
4. Ismi Nurrahmi (40017039)
5. Junita Mega Safitry (40017040)
6. Kinanti Putri Andini (40017041)

Dosen pembimbing : Sri Maryati, S.Pd.I., M.Pd.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan dengan judul
“Tinjauan Islam tentang Tindakan Bedah” ini dapat terselesaikan semaksimal
mungkin, walaupun mengalami berbagai kesulitan.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena
usaha dari kami selaku penulis, melainkan banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang
telah membantu kami baik itu dosen kami dan semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
selaku penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas kami selanjutnya.
Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan
makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Palembang, November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Bedah Plastik ...................................................................... 3
B. Hukum Bedan dan Operasi dalam Islam .............................................. 4
C. Rontgen................................................................................................ 6
D. Macam-macam Operasi Plastik........................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah operasi plastik telah lama dipertimbangkan oleh kalangan
kedokteran dan para praktisi hukum di negara-negara barat dan pandangan
masyarakat tentang bedah plastik berorientasi hanya pada masalah kecantikan
(estetik), seperti sedot lemak, memancungkan hidung, mengencangkan muka,
dan lain sebagainya. Sesungguhnya, ruang lingkup bedah plastik sangatlah
luas. Tidak hanya masalah estetika, tetapi juga rekonstruksi, seperti pada
kasus-kasus luka bakar, trauma wajah pada kasus kecelakaan, cacat bawaan
lahir (congenital), seperti bibir sumbing, kelainan pada alat kelamin, serta
kelainan bawaan lainnya. Namun bukan berarti nilai estetika tak
diperhatikan.
Di Indonesia ini juga pernah dibahas yang melibatkan para ahli
kedokteran ahli hukum positif dan hukum Islam. Mengenai pembahasan
operasi plastik ini masih terus diperdebatkan. Dengan adanya makalah ini,
penulis berharap dapat mengungkapkan suatu pandangan konprehensif
mengenai operasi plastik menurut hukum Islam.
Hal ini secara singkat mengangkat bahwasannya landasan
memperindah diri bukanlah untuk ketaatan namun sebaliknya malah
membuat kita ber suudzon kepada Allah SWT yang telah diberi kepada kita.
Maka kami mengangkat risalah ini dengan tema operasi plastik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bedah plastik ?
2. Sebutkan macam-macam bedah plastik ?
3. Bagaimanakah hukum melakukan operasi plastik dengan tujuan untuk
kecantikan ?
4. Bagaimanakah operasi plastik untuk memperbaiki cacat atau akibat
kecelakaan ?

4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa terhadap
bedah plastik khususnya pandangan agama terhadap tindakan bedah
plastik. Hal ini menjadi salah satu tanggung jawab bidan apabila sudah
terjun dalam masyarakat sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan
dan pemberitahuan tentang bedah plastik menurut pandangan agama
khususnya sesuai dengan Syariat Islam demi tercapai muslimat yang baik
dan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian bedah plastik
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui macam-macam bedah plastik
c. Agar mahasiswa mengetahui pandangan agama terhadap bedah plastik
di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bedah Plastik


Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan
untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui
operasi kedokteran. Operasi plastik atau dikenal dengan “Plastic Surgery”
(ing) atau dalam bahasa arab “Jirahah Tajmil” adalah bedah/operasi yang
dilakukan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam
anggota badan, baik yang nampak atau tidak, dengan cara ditambah,
dikurangi atau dibuang, bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan estetika
(seni) tubuh. (Al Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah Li Majmu’ah minal
atThibba, juz 3, hal. 454, cet. Lajnah an-Nasyr al-’Ilmi).
Bedah plastik berasal dari kata Yunani Platikos yang berarti
“membentuk”. Pengklasifikasian operasi plastik adalah :
1. Mengobati cacat fisik (bersifat rekonstruktif), seperti disebabkan perang
atau kecelakaan lainnya yang bertujuan mengobati.
2. Memperindah apa yang telah ada (bersifat kosmetik), sebagai usaha
mencari kepuasan tersendiri dan menambah apa yang telah dikodratkan
dan tujuannnya adalah agar nampak “lebih muda”.
Semua jenis operasi yang dilakukan dibagian tubuh tidak disebut operasi
plastik walaupun operasi plastik itu bagian dari operasi. Operasi plastik
adalah bagian dari operasi lainnya. Operasi yang kebanyakan dilakukan di
dalam ilmu kedokteran adalah operasi medis saja. Operasi plastik ini juga
hanya terjadi sebelum meninggal.
a. Yang pertama, pembedahan karena tindak kriminal atau lebih dikenal
dengan nama otopsi. Yang dilakukan pada tubuh seseorang yang sudah
meninggal dan tidak mungkin mengetahui sebab-sebab meninggalnya
kecuali melalui proses otopsi tersebut.
b. Yang kedua, pembedahan yang dilakukan sebagai proses pembelajaran.
Yaitu yang berlangsung di fakultas-fakultas kedokteran dan bertujuan

6
untuk memberi pemahaman terhadap mahasiswa tentang organ manusia
dan lainnya yang berkaitan dengan tubuh manusia.
c. Yang keriga, pembedahan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit
yang diderita seorang pasien dimana penyakit tersebut adalah penyakit
yang baru dan belum diketahui sebab-sebabnya, maka dilakukanlah
operasi seperti ini.

B. Hukum Bedah dan Operasi dalam Islam


Bedah medis termasuk bagian dari pengobatan. Secara umum,
pengobatan termasuk disyariatkan dalam islam namun ulama berbeda tentang
hukumnya. Beberapa pendapat yang terkenal, masing-masing didukung oleh
dalil yang menguatakan diantara sebagai berikut :
1. Mubah menururt pendapat-pendapat mayoritas ilmuan dari kalangan
ulama Hanifiyah, Malikiyyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, namun mereka
berbeda pendapat tentang lebih utamanya, berobat atau tidak.
2. Waijb merupakan pendapat sebagaian ulama Hanabilah. Menurut sebagian
ulama yang lain, hal tersebut jika dia kini akan kesembuhannya.
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh majma’al-fiqh al-islami, hukum
berobat tergantung dalam keadaan dan kondisi pasien :
1. Berobat menjadi wajib jika tidak dilakukan akan mengancam jiwa atau
kehilangan anggota tubuhnya atau akan menjadi lemah atau penyakitnya
akan dapat menulari orang lain. Contohnya yaitu kanker, kelumpuhan
total, HIV dan lain-lain.
2. Berobat hukumnya sunah jika tidak dilakukan akan menjadikan tubuhnya
lemah namun tidak separah kondisi yang diatas.
3. Berobat hukumnya mubah jika sakitnya tergolong ringan, tidak
melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan
sunah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.
Contohnya yaitu sakit flu.
4. Berobat hukumnya makruh jika dengan berobat ditakutkan akan
mengalami keadaan yang lebih buruk dari pada dibiarkan saja. Contohnya
yaitu seseorang yang akan dioperasi karena sakit jantung, tetapi orang

7
tersebut mengalami komplikasi sehingga menyebabkan koma (Yusuf,
1995).
Dengan demikian, hukum beda medis secara umum sangat tergantung
degan keadaan dan kondisi pasien. Secara khusus ulama sepakat
membolehkan operasi medis rekonstruksi anggota tubuh yang mengalami
masalah tertentu. Menurut para ulama, memperbaiki dan memulihkan
kembali fungsi organ yang merusak, baik bawakan sejak lahir maupun adanya
kecelakaan, dan hal-hal sejenis itu dibenarkan, karna niat dan motifasi
utamanya adalah pengobatan. Diantara ayat yang dijadikan sebagai
pembolehan terhadap operasi medis. Dianggap sebagai upayah menjaga
kehidupan dan menghindari kebinasaan atau mafsyadah, antara lain
tercangkup dalam (Q.S Al-Ma’idah 5:32).

‫سا ٍد ِفى‬ ً ‫ع ٰلى بَ ِن ْي اِس َْر ۤا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَتَ َل نَ ْف‬


َ َ‫س ۢا ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس ا َ ْو ف‬ َ ‫ِم ْن ا َ ْج ِل ٰذ ِل َك ۛ َكت َ ْبنَا‬
ْ‫اس َج ِم ْيعًا َۗولَقَد‬ َ َّ‫اس َج ِم ْيعً ۗا َو َم ْن ا َ ْحيَاهَا فَ َكاَنَّ َما ا َ ْحيَا الن‬ َ َّ‫ض َف َكاَنَّ َما قَتَ َل الن‬ ِ ‫ْاْلَ ْر‬
َ‫ض لَ ُمس ِْرفُ ْون‬ ِ ‫ت ث ُ َّم ا َِّن َك ِثي ًْرا ِم ْن ُه ْم َب ْعدَ ٰذ ِل َك ِفى ْاْلَ ْر‬ ُ ‫َج ۤا َءتْ ُه ْم ُر‬
ِ ‫سلُنَا ِب ْال َب ِي ٰن‬
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh
orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua
manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di
antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.
Allah menghargai setiap bentuk upaya mempertahankan kehidupan
manusia, menjauhkan diri dari hal yang membinasakan. Operasi medis
dilakukan dalam rangka tujuan tersebut. Banyak jenis penyakit yang
pengobatannya hanya denga operasi, bahkan kadang-kadang jika itu tidak
dilakukan atau terlambat dilakukan akan mengancam kehidupannya, dengan
di operasi akhirnya dapat tertolong.
Bolehnya bedah medis menurut islam juga dapat dianalogikan dengan
berbekam (al-hijamah). Pada masa teknologi kedokteran masih sederhana,
dizaman nabi, berbekam dianggap salah satu bentuk operasi masa itu, telah di

8
praktekkan dan dianjurkan nabi. Berbekam merupakan tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Juga dapat di hiaskan
dengan praktek khitan yang merupakan jenis operasi medis tertua, termasuk
salah satu sunah fitrah sangat dianjurkan dalm syariat islam.
“Bahwa Rasullah SAW pernah berbekam dikepalanya”
(HR. Al-Bukhari, Muslim, Al-Nasai, Ibnu Majah, dan Akhmad)
“Sesungguhnya dalam bekam terdapat penyembuhan”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
“Rasullah SAW pernah mengirim dokter untuk mengobati ubaiy bin ka’b
(maka dokter itu mengoperasinya) memotong urat kemudian menyulutnya
dengan besi panas” (HR.Muslim, Abu Dawud, Akhmad, Ibnu Majah)
“Al-fitrah ada lima : (yaitu) khitan, memotong bulu kemaluan, mencabut bulu
ketiak, dan memotong kuku, memotong kumis” (HR Al-bukhari, muslim dan
Al- tirmizi).
Pembolehan operasi medis juga tercukup dalam perintah umum Nabi
SAW agar berobat yang secara teknis pelaksanaannya diserahkan kepada
ahlinya untuk mengunakan cara pengobatan yang tepat dan dibutuhkan
kecuali dengan diharamkan.

C. Rontgen
Pemeriksaan usus halus dapat dilaksanakan sebagi lanjutan
pemeriksaan lambung atau dapat dimintkkan sendiri. Dalam hal teralhr ii
dapat dilaksanakan dengan memasukkan dengan selang karet atau plastik atau
lewat pilorus dan baru kemudian dimasukan suspensi barium-sulfat. Pada
keumumnya dilakukan dengan kontras saja, karena membuat pemeriksaan
dengan DC sulit bila diinginkan gambaran DC untuk keselurahan khusus
halus. Yang agak dilakukan adalah pemeriksaan DC terhadapat duodenum.
Pemeriksaan usus halus dikenal sebagai pemeriksaan followthrough, yaitu
sebagai pemeriksaan yang terus dilanjutkan setelah pemeriksaan lambung.
Pasien diminta minum dua gelas penuh kontrasbarium sulfat sekaligus atau
berturut-turut.

9
Cara lain adalah meminta pasien meminum sebagian demi sebagian
dengan interval beberapa saat (menit) sampai akhirnya hampir sampai dua
gelas itu. Dengan flooroskopi sewaktu waktu kemudian diikuti perjalanan
barium sulfat itu dan dibuatlah foto iktisar dari usus yang telah isi kontras dan
pemeriksaan berakhir bila ileum terminal elah dilewatin dan kolon ascenden
mulai terisi.

D. Macam-macam Operasi Plastik


Di dalam masyarakat modern seperti di barat, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat menempati kedudukan yang tinggi, sehingga berdasarkan itu,
suatu produk hukum yang baru dibuat dari sini dapat digambarkan bahwa
apabila terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat, maka interpretasi terhadap
hukum pun bisa berubah.
Masalah operasi plastik telah lama dipertimbangkan oleh kalangan
kedokteran dan para praktisi hukum di negara-negara barat. dan pandangan
masyarakat tentang bedah plastik berorientasi hanya pada masalah kecantikan
(estetik), seperti sedot lemak, memancungkan hidung, mengencangkan muka,
dan lain sebagainya. Sesungguhnya, ruang lingkup bedah plastik sangatlah
luas. Tidak hanya masalah estetika, tetapi juga rekonstruksi, seperti pada
kasus-kasus luka bakar, trauma wajah pada kasus kecelakaan, cacat bawaan
lahir (congenital), seperti bibir sumbing, kelainan pada alat kelamin, serta
kelainan congenital lainnya. Namun bukan berarti nilai estetika tak
diperhatikan.
Di Indonesia ini juga pernah dibahas yang melibatkan para ahli
kedokteran ahli hukum positif dan hukum Islam. Mengenai pembahasan
operasi plastik ini masih terus diperdebatkan. Dengan adanya makalah ini,
penulis berharap dapat mengungkapkan suatu pandangan konprehensif
mengenai operasi plastik menurut hukum Islam.
Dalam sebuah kaidah fiqih disebutkan bahwa:

‫التحريم على لدليل يد ّل حتى اإلباحة ألشياءفى ألصل ا ا‬

10
Artinya: Asal segala sesuatu itu dibolehkan sampai adanya dalil yang
mengharamkannya.
Berdasarkan kaidah tersebut, maka apapun yang kita lakukan
sebenarnya boleh kita lakukan, dan selamanya boleh kita lakukan, hingga
adanya dalil atau petunjuk yang menyatakan haramnya melakukan sesuatu
itu. Oleh karena itu, operasi plastik tampaknya mesti dilihat dari tujuannya.
Ada yang melakukan operasi karena ingin lebih cantik bagi perempuan atau
lebih tampan bagi laki-laki, ada pula yang melakukan operasi plastik karena
menghilangkan bekas-bekas akibat kecelakaan, cacat seperti bibir sumbing
dan sebagainya. Permasalahan yang sering kita dapati, tidak sedikit di antara
para muslimah dan termasuk juga para muslim yang melakukan operasi
dengan tujuan agar lebih cantik atau lebih tampan.

1. Operasi Plastik dengan Tujuan untuk Kecantikan


Allah menyukai yang indah-indah dan Islam juga membolehkan
seseorang untuk berhias atau mempercantik diri selama tidak berlebih-
lebihan, apalagi sampai mengubah ciptaan Allah SWT. Kalau kita pikir
secara logika, apa ruginya Allah apabila ada yang melakukan operasi
kecantikan, sebab sesuatu yang telah baik diberikan Allah kemudian
dilakukan lagi upaya lain agar pemberian tersebut menjadi super lebih baik,
tentunya kalau dipikir-pikir Allah SWT pasti senang, terlebih Allah SWT
juga menyukai hal-hal yang indah-indah.
Persoalan inilah yang perlu kita sadari bahwa tidak semua yang
dilakukan manusia yang menurut manusia baik adalah baik pula dalam
pandangan Allah. Merubah bentuk salah satu anggota tubuh yang berbeda
dari apa yang diberikan Allah, dalam logika manusia dipandang baik, karena
akan lebih cantik, tampan dan menarik. Asalnya kulit yang diberikan Allah
hitam kemudian dirubah menjadi putih atau warna lainnya. Asalnya hidung
yang diberikan Allah tidak mancung kemudian dirubah menjadi mancung dan
sebagainya. Namun demikian, apa yang dilakukan sebenarnya merupakan
tindakan yang tidak percaya dengan pemberian Allah dan dapat dikatakan
sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah.

11
Oleh karena itu merubah ciptaan atau pemberian Allah sebagaimana
dideskripsikan di atas sebenarnya bertentangan dengan kodrat dan iradat
Allah. Seharusnya manusia menyadari bahwa apapun yang diciptakan Allah
di dunia ini bukan merupakan hal yang sia-sia lihat pada (Q.S. al-Baqarah
ayat 26) :
۟ ُ‫ضةً فَ َما فَ ْوقَ َها ۚ فَأ َ َّما ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫وا‬ َ ‫ب َمث َ ًًل َّما َبعُو‬ َ ‫ى أَن َيض ِْر‬ ‫ٱَّللَ َْل َي ْست َ ْح ِۦ‬
َّ ‫ِإ َّن‬
َّ َ‫وا فَيَقُولُونَ َماذَا أ َ َراد‬
‫ٱَّللُ بِ ٰ َهذَا‬ ۟ ‫فَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْٱل َح ُّق ِمن َّربِ ِه ْم ۖ َوأ َ َّما ٱلَّذِينَ َكفَ ُر‬
َ‫ُض ُّل ِبِۦه ِإ َّْل ْٱل ٰفَ ِسقِين‬ ً ‫يرا َويَ ْهدِى بِِۦه َك ِث‬
ِ ‫يرا ۚ َو َما ي‬ ً ‫ُض ُّل بِِۦه َك ِث‬ ِ ‫َمث َ ًًل ۘ ي‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,
Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi
mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk
perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan
Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik.
Menurut pandangan manusia atau seseorang yang melakukan operasi
bahwa salah satu anggota tubuhnya kurang menarik, sehingga ia pun
berkeinginan untuk merubahnya melalui operasi. Padahal dalam pandangan
Allah pemberian-Nya itu yang dipandang manusia kurang menarik,
sebenarnya memiliki manfaat yang luar biasa, hanya saja ia tidak mengetahui
dan menyadarinya. Mestinya manusia dapat bersyukur terhadap apa yang
diberikan Allah dan memberdayakan pemberian tersebut dengan baik.
Selain itu, apabila persoalan di atas dikembalikan kepada sumber
hukum Islam yaitu Alquran, maka Alquran telah secara jelas menyatakan
orang yang merubah ciptaan-Nya adalah orang yang mengikuti jalan dan
ajakan syaithan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam (Q.S. an-Nisa: 119).

َ‫ضلَّنَّ ُه ْم َو َْلُ َمنِ َينَّ ُه ْم َو َ ْٰل ُم َرنَّ ُه ْم فَلَيُ َب ِت ُك َّن ٰاذَانَ ْاْلَ ْن َع ِام َو َ ْٰل ُم َرنَّ ُه ْم فَلَيُغ َِي ُر َّن خ َْلق‬
ِ ُ‫َّو َْل‬
: ‫ّٰللاِ فَقَ ْد َخس َِر ُخس َْرانًا ُّم ِب ْينًا ﴿النساء‬ ‫شي ْٰطنَ َو ِليًّا ِم ْن د ُْو ِن ه‬ َّ ‫ّٰللاِ ۚ َو َم ْن يَّت َّ ِخ ِذ ال‬ ‫ه‬
﴾۱۱۹

12
Artnya: Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian
yang nyata.
Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa melakukan operasi plastik,
yang hanya bertujuan mempercantik diri termasuk perbuatan syetan yang
dilaknat Allah. Contohnya, operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu,
buah dada, atau operasi untuk menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di
wajah, dan sebagainya. Persoalan ini apabila dilihat dari kaidah yang
disebutkan sebelumnya bahwa operasi plastik dengan tujuan untuk
mempercantik (jirahah at-tajmil), maka hukumnya adalah haram.

2. Operasi Plastik untuk Memperbaiki Cacat atau Akibat Kecelakaan


Hukum melakukan operasi plastik dengan tujuan untuk memperbaiki
cacat yang dibawa sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing,
atau cacat yang datang kemudian (al-’uyub at-thari`ah) akibat kecelakaan,
kebakaran, atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat
kebakaran/kecelakaan, maka dapat dikategorikan sebagai mubah atau
dibolehkan melakukan operasi tersebut.
Dalam ushul fikih, cacat atau akibat kecelakaan dapat dikategorikan
sebagai mudharat atau disebut kemudaratan. Kemudaratan mengakibatkan
ketidakbaikan yang akhirnya membuat orang yang mengalami kemudaratan
ini tidak merasa nyaman beragama. Oleh karena itu, Islam memang bukan
agama yang memudah-mudahkan sesuatu, tetapi bukan pula agama yang
mempersulit. Kemudaratan mesti dihilangkan atau setidaknya menguranginya
melalui operasi plastik.

13
Bolehnya menghilangkan kemudaratan berupa cacat sejak lahir atau
cacat akibat kecelakaan adalah berdasarkan kaidah fikih yang berbunyi:

‫يزال الضرر‬
Artinya: Kemudaratan itu mesti dihilangkan”.
Sehingga operasi plastik pun legal dilakukan dengan ketentuan sesuai dengan
tujuan yang disebutkan. Selain itu, bolehnya melakukan operasi plastik
adalah berdasarkan keumuman (‘amm) dalil yang menganjurkan untuk
berobat (at-tadawiy).
Nabi SAW bersabda:

‫شفآء إ له أنزل ال دآء هالل مأأنزل‬


Artinya: Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah
menurunkan pula obatnya (HR Bukhari).
Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda pula:

‫تداو ْو هللا يآعباد‬


َ ‫فإن‬ّ ‫شفآء له وضع إال داء يصنع لم هللا‬
Artinya: Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya
Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya.”
(HR Tirmidzi).
Dalam ushul fikih disebutkan bahwa selama tidak ada dalil yang
mengkhususkan dalil umum, maka selama itu pula dalil umum dapat
diamalkan. Hadis di atas dipandang sebagai hadis yang umum, dan dapat
diamalkan atau dapat dijadikan hujjah, karena tidak ditemukan adanya dalil
yang mengkhususkannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa operasi plastik dengan
tujuan untuk kecantikan hukumnya haram dan apabila dilakukan untuk
memperbaiki cacat yang dibawa sejak lahir seperti bibir sumbing, kaki
pincang dan sebagainya atau memperbaiki cacat akibat kecelakaan, maka
hukumnya mubah (boleh) sepanjang tidak ada ketentuan agama yang
dilanggar.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian materi yang telah diungkapkan pada halaman
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa operasi plastik boleh dilakukan
apabila bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir seperti bibir sumbing,
atau cacat yang datang kemudian akibat kecelakaan, kebakaran, atau
semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan.
Sedangkan operasi plastik yang bertujuan untuk mempercantik diri dengan
sengaja merubah ciptaan Allah SWT diharamkan karena merupakan salah
satu bentuk penyamaran yang bertentangan dengan syariat Islam.
B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian
operasi plastik, macam-macamnya, serta mengetahui hukum-hukumnya
dalam agama Islam. Bagi pembaca dan mahasiswa lain yang ingin
mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini, maka dapat
menjadikan makalah ini sebagai referensi. Penulis juga mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bustanul dan M. Atho Mudzar. 2002. Permasalahan Fiqih Kontemporer dalam


Keluarga Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

http://sukriyanahcute.blogspot.com/2012/03/makalah-opresi-plastik.html
diakses pada tanggal 09-11-2019.

Yevita. 2012. Pandangan Agama Terhadap Masalah dan Tindakan.


http://yevitadiaries.wordpress.com/2012/04/07/pandangan-agama-terhadap
masalah-dan-tindakan/diakses pada tanggal 09-11-2019.

Yusuf, Qardhawi. 1995. Fatwa-fatwa Kontemporer: Jilid 2. Jakarta: Gema


Insani Press.

16

Anda mungkin juga menyukai