Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.
Dinegara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh
dari keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas masih besar. Infeksi nifas
umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam
usus dan jalan lahir.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II
TINJAUAN KASUS

Skenario II

1
Ny. ina berusia 22 tahun, melahirkan anak pertama 7 hari yang lalu, riwayat
persalinan dengan luka episiotomi datang ke klinik bersalin mengeluh nyeri
perut bagian bawah, badan terasa panas bahkan mengigil serta tidak nafsu
makan. Pada pemeriksaan didapatkan hasil TD 120/80 mmHg, suhu 390c,
nadi 90x/menit, pernafasan 22/menit. Pada pemeriksaan palpasi uterus
tegang, pada pemeriksaan inspeksi tampak vulva memerah dan bengkak pada
bekas luka episiotomi, lochea berbau, perdarahan dan syok septic.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Klarifikasi Istilah

2
 Persalinan : persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Jannah, 2015).
 Luka episiotomi : insersi dari perinium untuk memudahkan persalinan dan
untuk mencegah ruptur perineum totalis (Sulistyawati, 2010).
 Menggigil : tubuh terasa gemetar karena kedinginan (KBBI, 2018).
 Nyeri perut : Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan pada daerah di
atas pelvis/pinggul tetapi di bawah tulang rusuk.
 Tidak nafsu makan : hilangnya rasa ingin makan.
 Tekanan darah : tekanan dimana darah beredar dalam pembuluh darah.
Tekanan ini terus menerus berada dalam pembuluh darah dan
memungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada
dasarnya merupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus
seimbang dengan denyut jantung, melalui denyut jantung darah akan
dipompa melalui pembuluh darah kemudian dibawa keseluruh bagian
tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh
darah (Rusdi, 2009).
 Suhu : besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin suatu benda
(Manuaba, 2007).
 Nadi : jumlah denyut per menit. Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan frekuensi, irama dan volume detak jantung yang dapat
dikaji pada pada lokasi sentral/perifer (Asfuah, 2012).
 Palpasi : Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan (Samba, 2005).
 Uterus : organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit gepeng
kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum dibelakang
dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang

3
uterus adalah7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus
normal lebih kurang 57gram (Wiknjosastro, 2005).
 Inpeksi : inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan
indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien (Samba, 2005).
 Vulva memerah : alat kelamin perempuan bagian luar (KBBI, 2018).
 Lochea berbau : cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam
masa nifas (Rustam Mochtar, 2002).
 Perdarahan : hal mengeluarkan darah banyak-banyak (dari vagina dan
sebagainya); peristiwa keluarnya darah sebagai akibat pecahnya pembuluh
darah (KBBI, 2018).
 Syok septic : terjadi bila suatu mikroorganisme penyebab infeksi atau
mediator berada di dalam darah menginduksi perubahan-perubahan
kardiovaskuler (C. Romdhoni, 2009). Syok septic adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang membahayakan nyawa
sebagai akibat dari sepsis.

B. Identifikasi Masalah
No Observed Expected Concern
1. Nyonya ina usia 22 tahun Sesuai √
2. melahirkan anak pertama 7 hari yang Sesuai √
lalu riwayat persalinan dengan luka
episiotomi
3. datang ke klinik bersalin mengeluh Senjang XX
nyeri perut bagian bawah
4. badan terasa panas bahkan mengigil Senjang XX
dan tidak nafsu makan
5. pada pemeriksaan disapatkan hasil TD Sesuai √
120/80 mmHg

6. Suhu 390c Senjang XX

4
7. Nadi 101 x/menit Senjang XX

8. pernafasan 22/menit Sesuai √

9. pada pemeriksaan palpasi uterus Senjang XX


tegang
10. pada pemeriksaan inspeksi tampak Senjang XX
vulva memerah dan bengkak pada
bekas luka episiotomi
11. lochea berbau Senjang XXX

12. Perdarahan Senjang XXXX

13. syok septic Senjang XXXX

C. Analisa Masalah
 Mengeluh nyeri perut bagian bawah
1. Apa penyebab nyeri perut bagian bawah ?
 Sakit perut akibat menstruasi
 Ovulasi
 Hamil di luar kandungan atau kehamilan ektopik
 Keguguran
 Penyakit radang panggul
 Kista ovarium atau gangguan lain pada ovarium
 Endometriosis
 Abrupsi plasenta atau gangguan lain pada plasenta saat hamil
 Fibroid
 Gangguan pada serviks seperti infeksi, radang, atau kanker
 Kanker rahim
 Radang saluran tuba atau salpingitis
2. Bagaimana cara mengatasi nyeri perut bagian bawah ?

5
 Istirahat yang cukup 7-8 jam per hari
 Hindari aktifitas fisik berlebihan
 Konsumsi makanan bergizi seimbang dan air putih yang cukup, kurangi
konsumsi makanan berlemak dan minuman berkafein atau bersoda,
perbanyak makanan berserat
 Biasakan berolah raga secara teratur
 Untuk meredakan nyeri, Anda dapat menggunakan kompres hangat atau
mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran
(paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen)

 Badan terasa panas bahkan mengigil dan tidak nafsu makan


1. Apa penyebab badan terasa panas, mengigil dan tidak nafsu makan ?
 Demam adalah kondisi di mana suhu tubuh kita lebih tinggi dari 37,5
derajat Celsius. Demam adalah proses kekebalan tubuh dalam melawan
bakteri, virus, atau parasit yang menyerang tubuh kita. Jika suhu tubuh
kita di atas 39 derajat Celsius, kita wajib waspada karena suhu tubuh
yang sangat tinggi menandakan infeksi serius di dalam tubuh.
Berikut ini adalah penyebab demam yang sering terjadi:
 Pascaimunisasi, misalnya setelah menerima vaksin pneumokokus atau
vaksin TB (tuberkulosis).
 Berbagai macam infeksi virus dan bakteri seperti sakit tenggorokan,
keracunan makanan, meningitis, tifus, disentri, cacar air, dan infeksi
saluran kemih.
 Infeksi akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, malaria dan
chikungunya.
 Obat-obatan seperti antibiotik, antihipertensi dan antidepresan.
 Berdiri terlalu lama di bawah sinar matahari.
 Penyakit seperti arthritis dan hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang
terlalu aktif).
 Kanker, misalnya leukimia, kanker hati, dan kanker paru-paru.
2. Apa dampak dari badan terasa panas, mengigil dan tidak nafsu makan ?

6
 Meningkatkan resiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Penanganan
utama pada demam adalah dengan memberikan asupan cairan dalam
jumlah yang memadai.
 Adanya kemungkinan kekurangan oksigen. Hal ini terjadi pada
seseorang yang demam dengan penyakit paru-paru atau penyakit
jantung.
 Menyebabkan kerusakan neurologis (syaraf). Kerusakan otak karena
demam bisa terjadi ketika demam mencapai lebih dari 42 derajat
Celsius. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Sampai saat ini belum
ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa demam di bawah 42
derajat Celsius bisa menyebabkan kerusakan otak.
3. Bagaimana cara mengatasi badan terasa panas bahkan mengigil dan tidak
nafsu makan ?
 Ketika demam, pertolongan pertama yang harus diberikan adalah
mengompres dengan air hangat dan memperbanyak minum agar tubuh
tidak mengalamai dehidrasi. Jangan mengompres menggunakan alkohol
karena uap alkohol dapat berbahaya ketika terhirup. Jangan pula
menggunakan air es, karena perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara
suhu tubuh dan air es dapat menyebabkan tubuh semakin menggigil.
 Meskipun tubuh kita merasa kedinginan, kita tidak boleh memakai
selimut atau jaket yang tebal karena dapat menghambat proses
penstabilan suhu tubuh. Ketika demam, tubuh kita akan berusaha untuk
menyetarakan suhu tubuh dengan suhu lingkungan dengan cara
mengeluarkan panas melalui kulit. Jika kita menggunakan jaket atau
selimut yang tebal, maka proses pengeluaran panas ini akan terhambat
dan menyebabkan suhu tubuh tidak kunjung turun.
 Kita dapat meminum obat penurun panas, yaitu parasetamol.
 Suhu 390c
1. Sejak kapan ?
2. Apa akibat ?
 Yang bisa menyebabkan suhu meningkat misalnya karena adanya
Pirogen. (Pirogen itu senyawa yang dihasilkan mikroorganisme yang

7
bisa menyebabkan suhu tubuh meningkat. Misalnya Lipopolisakarida
yang merupakan toksin dari bakteri). Suhu tubuh meningkat merupakan
bentuk dari pertahanan tubuh kita terhadap adanya pirogen tersebut.
 Suhu tubuh meningkat juga dapat disebabkan oleh kelainan di dalam
otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu tubuh (yang ada di hipotalamus otak). Penyebab
tersebut meliputi penyakit bakteri, tumor otak, dan keadaan lingkungan
yang dapat berakhir dengan serangan panas.

 Nadi 101 x/menit


1. Apa penyebab nadi 101 x/menit ?
 Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah.
 Gaya hidup tidak sehat, seperti: kebiasaan merokok, terlalu banyak
minum kafein dan alkohol, efek samping obat-obatan, dan penggunaan
narkoba.
 Masalah kesehatan tertentu, seperti: gangguan kelenjar tiroid, sleep
apnea, diabetes, hipertensi, hingga penyakit jantung koroner.
2. Apa dampak nadi 101 x/menit ?
3. Bagaimana cara mengatasinya ?
 pengobatan aritmia dilakukan dengan pemberian obat-obatan khusus,
pemasangan alat picu jantung dan implantable cardioverter
defibrillator (ICD), kardioversi (pengobatan dengan aliran listrik),
hingga ablasi kateter (prosedur non-bedah).
 Pencegahan aritmia bisa dilakukan dengan menerapkan gaya hidup
sehat. Antara lain: menghindari atau mengurangi stres, menjaga berat
badan ideal, mengonsumsi makanan sehat, membatasi konsumsi
alkohol, berolahraga teratur, dan berhenti merokok
 Palpasi uterus tegang
1. Apa penyebab palpasi uterus tegang ?
2. Bagaimana cara mengatasi palpasi uterus tegang ?
3. Apa dampak dari palpasi uterus tegang ?

8
 Inspeksi tampak vulva memerah dan bengkak pada bekas luka episiotomi
1. Apa penyebab ?
 Di sebabkan oleh infeksi
 Akibat trauma pada jaringan
2. Bagaimana cara mengatasinya ?

 Lochea berbau
1. Apa penyebab lochea berbau ?
 Infeksi nifas, dapat terjadi disebabkan kembang biak kuman di vagina
ke dalam rahim akibat kebersihan yang tidak terjaga pada area
kewanitaan.
 Kemungkinan berbagai alat yang tidak steril selama persalinan maupun
proses persalinan tidak bersih misalnya plasenta yang tertinggal di
rahim berpotensi mengakibatkan pembusukan dan pertumbuhan di
dalam rahim.
2. Bagaimana cara penanganan pada lochea berbau ?
3. Mengapa lochea berbau ?
4. Apa saja jenis-jenis lochea ?
 Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari
pasca persalinan.
 Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender.
Ini terjadi pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
 Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada
hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
 Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
pasca persalinan.
 Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.

 Perdarahan

9
1. Apa penyebab perdarahan postpartum ?
 Adanya perdarahan post partum yang terjadi akibat robekan ataupun
sayatan episiotomi yang lebar pada perineum atau vagina.
 Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak
dapat berkontraksi, menekan pembuluh dan mengurangi aliran darah.
Situasi ini menjadi penyebab utama perdarahan post partum.
 Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta bayi menutup seluruh atau
sebagian leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian atas
vagina.
 Kekurangan enzim thrombin dapat menyebabkan gangguan perdarahan
akibat kegagalan pembekuan darah.
 Rahim yang pecah (ruptur) juga dapat menyebabkan perdarahan post
partum. Namun, kasus ini merupakan kondisi yang jarang terjadi.
 Peradangan pada rahim (endometritis)
2. Kapan terjadi perdarahan ?
3. Apa faktor yang membuat wanita berisiko mengalami perdarahan ?
 Riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya.
 Usia ibu melebihi 40 tahun saat melahirkan.
 Melahirkan kembar.
 Mengalami plasenta previa.
 Preeklamsia.
 Anemia saat kehamilan.
 Persalinan dengan operasi c
 Persalinan dengan induksi.
 Proses persalinan lebih dari 12 jam.
 Berat badan bayi yang lahir melebihi 4 kilogram.
4. Bagaimana cara mengatasi perdarahan ?
 Syok septic
1. Apa penyebab syok septic ?
 Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu
dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk

10
melawan suatu infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa
menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah.
2. Apa faktor risiko terjadinya syok septic ?
 Penyakit menahun (kencing manis, kanker darah, saluran kemih
kelamin, hati, kandung empedu, usus)
 Infeksi
 Pemakaian antibiotik jangka panjang
 Tindakan medis atau pembedahan
3. Bagaimana cara pengobatan syok septic ?
 Pada saat gejala syok septik timbul, penderita segera dimasukkan ke
ruang perawatan intesif untuk menjalani pengobatan. Cairan dalam
jumlah banyak diberikan melalui infus untuk menaikkan tekanan darah
dan harus diawasi dengan ketat. Bisa diberikan dopamin atau nor-
epinefrin untuk menciutkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
naik dan aliran darah ke otak dan jantung meningkat. Jika terjadi gagal
paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik. Antibiotik intravena
(melalui pembuluh darah) diberikan dalam dosis tinggi untuk
membunuh bakteri. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah. Jika
terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi harus
dilepaskan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat
jaringan yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus.

D. Hipotesis
P1A0 postpartum hari ke 7 dengan vulvitis dan endometritis.

D.1 Vulvitis

11
1. Definisi
a. Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya (Universitas
Padjadjaran, 1981).
b. Vulvitis adalah inflamasi vulva akut (Sinklair,Webb.1992).
c. Vulvitis adalah infeksi pada vulva sebagian besar dengan gejala
keputihan atau leukora dan tanpa infeksi lokal (Manuaba, 2001).

2. Etiologi
a. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang dapat
menyebabkan rasa gatal di sekitar daerah vulva/vagina. Warna cairan
keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan dengan
bau yang khas.
b. Bakteri
Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya
disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan
warna putih keabu-abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri
biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan
alat KB spiral atau IUD dan lain sebagainya.
c. Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit
HIV/AIDS, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu
munculnya kanker rahim. Keputihan virus herpes menular dari
hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang
vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma
memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau
yang sering menyerang ibu hamil

d. Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas
vaginalis yang menular dari kontak seks/hubungan seks dengan cairan
yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan

12
berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini
bisa menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam
pakaian dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya. Penyebab lainnya adalah :

 (Menurut Univ Padjajaran, 1981 ) Penyebab vulvitis adalah :


 Hygiene yang kurang seperti pada wanita gemuk tuaoccus
 Candida Albicans
 Trichomonas
 Oxyuris
 Pediculi pubis
 Diabetes
 Menurut Sinklair, Webb (1992) penyebab vulvitis adalah :
 Infeksi jamur terutama ada orangtua, Penderita DM, dan setelah terapi
antibiotik.
 Trichomonas vaginalis
 Penyakit kelamin
 Warts (kulit)
 Herpes genitalis
 Pedikularis pubis
 Cacing kremi
 Trauma
 Hygiene buruk
 Alergi terhadap parfum, sabunj, bedak dsb.
 Karsinoma
 Kelainan kulit, seperti : dermatitis kontak, psoriasis dsb

 Penyebab lainnya :
 Pembilas vagina
 Spermisida, pelumas, kondom, diaragma, penutup serviks dan spons.

13
 Sabun cuci dan pembalut
 Deodoran
 Zat di dalam air
 Pakaian dalam yang ketat, tidak berpori dan tidak menyerap keringat
 Tinja
 Tumor ataupun jaringan abnormal lainya
 obat-obatan
 Terapi penyinaran
 Perubahan hormonal

3. Manifestasi Klinik
Menurut Universitas Padjajaran (1981) :
a. Vulvitis
 Perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing
 Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi
oleh gerakan
 Gangguan koitus
 Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh
secret
Menurut Sinklair dan webb (1992), tanda dan gejala vulvitis :
b. Vulvitis Akut
 Pruritus
 Panas
 Eritema
 Edema
 Perdarahan
 Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan,
duduk dan retensi urine akut)
 Ulserasi dan vesikel
c. Kronik
 Inflamasi hebat dengan edema minimal

14
 Pruitus hebat ekskoriasi Infeksi sekunder
 Daerah yang terserang : monspubis, Perineum < paha yang
berdekatan, anus, sekitar paha
 Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma
 Hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva

4. Patofisiologi

5. Pencegahan

6. Penatalaksanaan
a. Infeksi bacterial
Diberikan antibiotika Candidiasis seperti :
Nistatin : 100.000 2 kali per hari selama 7-10hari
Ikonazol : 7gram 1-2kali per hari selama 3,5-7hari
Klotrimazol : 100 gram tablet atau 7 gram krim 1-2 kali perhari
selama 3,5 – 7 hari
Asam borat : 600mg 2 kali perhari selama 7hari
b. Infeksi dengan trichomonas
Metronidazole : 2 gram dalam dosis tunggal, juga terapi pasangan
seksual laki-lakinya (tahap I)
Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari terapi seksual
pasangan laki-lakinya (tahap rekurens)
c. Vaginitis non spesifik
Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari
Ampicillin : 500 mg 4 kali perkali selama 7 hari
d. Vaginitis atroficans
Cream estrogen : 1 kali per hari selama dua minggu kemudian selang
sehari selama dua minggu
e. Infeksi dengan jamur
Diberi nystatin biasanya diberi dalam bentuk ovula
f. Kolpitis senilis

15
Selain dari antibiotika atau antibiotika diberi salep yang mengandup
estrogen selama 20 hari.

Selain obat-obatan sebaiknya juga penderita memakai pakaian dalam


yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringan sehingga sirkulasi udara tetap
terjaga, misalnya teruat dari katun serta menjaga kebersihan vulva sebaiknya
gunakan sabun gliserin.
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibanti dengan kompres
dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-
gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep
kortikosteroid dan antihistamin per oral (tablet).
Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan
memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri.

D.2 Endometritis
1. Definisi

16
a. Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan (Taber, 1994).
b. Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam
dari rahim) (Manuaba, 1998).
c. Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium,
merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72
jam setelah melahirkan (Obstetri dan ginekologi universitas
Padjajaran hal: 93, 1981).
d. Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan
ekstensi kemiometrium dan jaringan parametrial. Endometritis
dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis. Penyakit
radang panggul (PID) adalah sebuah Common non obstetric
pendahulunya dalam populasi.

2. Etiologi
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan endometritis diantaranya
Campylobacter foetus, Brucella sp, Vibrio sp. dan Trichomonas foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti
Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat
perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu
retensio sekundinarum, distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang
tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi,
kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.
Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi
plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah
melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya
Korpus Luteum Persisten (CLP).
Sedangkan menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat
menyebabkan infeksi pada wanita adalah: Waktu persalinan lama, terutama
disertai pecahnya ketuban berlangsung lama. Adanya pemeriksaan vagina

17
selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban. Teknik aseptik tidak
dipatuhi. Manipulasi intra uterus (pengangkatan plasenta secara manual).
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka. Kelahiran secara bedah. Retensi
fragmen plasenta/membran amnion.

3. Manifestasi Klinis
a. Endometritis akut
Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada
hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum
hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus
provokatus. Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea, infeksi pada
abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang
menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas
kemiometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar
ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.
Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-
gejala penyakit dalam keseluruhannya:
 Penderita panas tinggi
 Kelihatan sakit keras
 Keluar leukorea yang bernanah
 Uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam
uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium
kedalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus,
apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke
jaringan di sekitarnya. Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman

18
yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan
jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akut yang
paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Manifestasi klinis
 Demam
 Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar flour yang purulent.
 Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
 Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium
tidak nyeri.
Terapi :
 Uterotonika.
 Istirahat, letak fowler.
 Antibiotika.
 Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b. Endometritis kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium
pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel
plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.

Manifestasi klinis
Endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan
tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis ditemukan:
 Pada tuberkulosis
 Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
 Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
 Pada polip uterus dengan infeksi

19
 Pada tumor ganas uterus
 Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus
TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-
tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus
terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun
endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus,
terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan
darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis
kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda
asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
 Flour albus yang keluar dari ostium
 Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Terapi :
 Perlu dilakukan kuretase

4. Patofisiologi
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari
saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis
dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan
oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis
dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium.
Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi
prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling umum untuk
endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah
pendahulu paling umum. Endometritis kronis dalam populasi obstetri
biasanya berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi
setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis
endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis,
bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.

20
5. Pencegahan

6. Penatalaksanaan
a. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok
sasaran terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada
pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari
infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi
antibiotik.
b. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk
dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang
tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin
pasien diberikan di per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
c. Transfusi darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan
postabortus atau post partum.
d. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
e. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan
jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia
yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal
dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo Oofaringektomi bilateral mungkin
ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan
ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis,
gagal ginjal).

BAB III
PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva ( organ kelamin luar
wanita ).
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang
terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi
48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea
terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah
ketuban yang lama. Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari
infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis,
endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis
paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya
pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus atau melahirkan.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Saya banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi saya
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.


Jakarta:
EGC

22
Jannah, N. S. (2015). ASKEB II Persalinan berbasis Kompetensi. (E. K.
Yudha, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sulistyawati,Ari.2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu


bersalin.Jakarta: Salemba Medika
KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]
Available at: https://kbbi.web.id/gigil. [Di akses 04 Januari 2018].
1. Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan
Diabetes. Jogjakarta : Power Books (IHDINA)
2.
I.B.G. Manuaba, Sp. OG(K). Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007. H. 339
Asfuah, Siti. 2012. Buku saku klinik untuk keperawatan dan kebidanan
surakarta : Nuha medika cetakan.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

23

Anda mungkin juga menyukai