Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN

“ IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR KLIEN & TUJUAN


PENDIDIKAN KESEHATAN KLIEN“

Disusun oleh :

Siti Lathipah (20.200.0022)

Dosen pengampu :

Yuseran, SKM, MPH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Identifikasi kebutuhan belajar klien &
Tujuan pendidikan kesehatan klien”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat


kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak maka terselesailah makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Banjarbaru, 4 Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar......................................................................3

1. Pengkajian Kebutuhan Belajar.........................................................................................4

A. Pengkajian Faktor Predisposisi...............................................................................4

B. Pengkajian Faktor Pemungkin.....................................................................................8

C. Pengkajian Faktor Penguat.........................................................................................8

B.Pengertian Pendidikan Kesehatan Klien…………...…………………………..……….. 9

1. Tujuan Pendidikan Kesehatan.......................................................................................9

2. Sasaran Pendidikan Kesehatan....................................................................................10

3. Langkah-Langkah Dalam Pendidikan Kesehatan.......................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14

1. Kesimpulan.................................................................................................................14

2. Saran...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA……….……….………………………………………………………15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan
kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan
dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan
kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun
batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki
kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan
rencana.

Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak
ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan
dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses
belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap
kebutuahn masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun
kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah
direncanakan. Mengingat pentingnya pengidentifikasian kebutuhan belajar, maka
kami akan menyampaikan sedikit materi tentang “Identifikasi Kebutuhan Belajar dan
Pendidikan Kesehatan Klien”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi kebutuhan belajar?

2. Bagaimana pengkajian kebutuhan belajar klien ?

3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kes3hatan klien ?

3. Apa tujuan pendidikan kesehatan klien ?

1
C. Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas pendidikan
kesehatan.

D. Manfaat
Makalah ini di buat oleh saya agar saya memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam kehidupan sehari-hari tentang konsep belajar klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar


Identifikasi berasal dari kata “identify” yang artinya meneliti, menelaah.
Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti,
mendaftarlan, mencatat data dan informasi dari lapangan. Kebutuhan adalah segala
sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai suatu
hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan kearah yang
lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak baik
menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dll. Kebutuhan belajar pada dasarnya
menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi yang
sebenarnya. Jadi pengertian Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan atau usaha
yang dilakukan untuk meneliti dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam belajar
dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri, baik itu
proses belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal),
maupun masyarakat (non-formal).

Kebutuhan adalah kesenjangan (Gap/Discrepancy) antara apa/kondisi yang ada


dan apa/kondisi yang seharusnya ada. Kebutuhan belajar (learning needs) atau
kebutuhan pendidikan (education need) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara
hasil belajar atau kemampuan yang ada sekarang dan hasil belajar atau kemampuan
yang diinginkan/dipersyararatkan.

Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu
jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada
suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin
diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat
dicapai melalui kegiatan belajar.

3
B. Pengkajian Kebutuhan Belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau
tidak terampil dalam melakukannya.

1. Pengkajian Faktor Predisposisi


 Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang, sehingga dapat memberikan arah mengenai isi
pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan yang
diajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut usia (lansia), pertanyaan
diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada klien
anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau
bermain, sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik dan
perkembangan intektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan
bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan
informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai
masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi
ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat
serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang
dianut, dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan

4
rencana pendidikan kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien,
contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh
menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri.
Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta
gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian
tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan
kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu
terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara
individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.
Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada
klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk
diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik
seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk
memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak
dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara actual dan menemukan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar
dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain.
Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji
klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan
variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat
efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien
dengan gaya belajar yang berbeda.

5
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa
saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat
membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
 Pengkajian fisk
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi.
Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang
kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan
substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskelet
mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan diri.
Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan
aktivitas.
 Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang
tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien
yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak
siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan
fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau
lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk,
atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.
Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien
memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.

6
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa
saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi
karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar.
 Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau
jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien.
Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan
terhadao status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan
hipertensi dan mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan
tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa
ia impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang spesifik.
Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus betul-
betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang sulit untuk
dikaji, mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara nonverbal.
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi

7
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui
atau tidak terampil dalam melakukannya.

2. Pengkajian Faktor Pemungkin


Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting
untuk menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas
yang ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain
yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh
klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui , karena dengan mengetahui
sejauh mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi
perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.

3. Pengkajian Faktor Penguat


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada
tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit,
misalnya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan
keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari
guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu
positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi
perubahan perilaku.
Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin
bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum

8
untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
perubahan perilaku.

B.Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk


membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat
sebagai perawat pendidik (Suliha,dkk,2002).

Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau


pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan -
tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan
menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku
sasaran.

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2008) yaitu :

Terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran pendidikan kesehatan

9
Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam

3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Sasaran primer (Primary Target)Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran


langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan juga sebagainya.

b. Sasaran sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini
akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.

c. Sasaran tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun
daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok
ini akan mempunyai dampak langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan
kepada masyarakat umum.

10
4.Langkah-langkah dalam pendidikan kesehatan

Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikankesehatan, yaitu :

a. Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi

Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan dilakukan oleh
pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting untuk memahami kebutuhan
belajar sasaran dan mengetahui sasaran atau pesan yang akan disampaikan.

Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain:

1) Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan, kepustakaan, media


massa, dan tokoh masyarakat.

2) Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang dirasakan).

3) Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap masalah kesehatan, termasuk


identifikasi sasaran.

4) Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.

11
5) Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan ada
jangka waktu.

6) Kaji sumber- sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)

b. Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.Pada tahap pertama diatas membantu
untuk memilih saluran yang efektif dan matri yang relevan dengan kebutuhan
sasaran. Saluran

yang dapat digunakan adalah melalui kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan
materi yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran.Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan adalah :

1) Identifikasi pesan dan media yang digunakan.

2) Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.

3) Pilihlah saluran dan caranya.

c. Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba

Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah sesuai dengan
sasarandan mendapat respon atau tidak.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
adalah:

1) Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.

2) Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan membantu
apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai dengan individu.

d. Tahap IV. Implementasi

Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan.Tindakan keperawatan yang


perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar

12
efektif

2) Pantau dan catat perkembangannya.

3) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

Tahap V. Mengkaji efektifitas

Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan terhadap perubahan
perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya berorientasi pada kriteria jangka
waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan.Tindakan keperawatan yang perlu
dilakukan adalah melakukan evaluasi proses dan hasil.

f. Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program

Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan kesehatan yang
telah diberikan. Apakah perlu diadakan perubahan terhadap isi pesan dan apakah
telah sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan gambaran
tentang kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya
modifikasi.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengankebutuhan.

2) Modifikasi strategi bila tidak berhasil.

3) Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.

4) Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang telah


dilakukan.

5) Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.

6) Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.

6. Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam Pendidikan

Kesehatan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dapat
timbul karena faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan
belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik. Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Di dalam
motivasi terdapat tiga komponen utama, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan,
dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang diharapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
B. Saran

14
Diharapkan kepada pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan
untuk dapat lebih memahami teori konsep kebutuhan belajar klien dan
pentingnya pendidikan kesehatan klien sehingga dapat mengaplikasikannya
dalam kegiatan di praktek keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aswan Z, Syaiful BD., (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
G. Daftar Acuan : Suliha, et. Al., (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan,
Buku Kedokteran-EGC, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai