Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN

“ KONSEP KEBUTUHAN BELAJAR KLIEN “

Oleh kelompok 2

Siti Nurhikmah (1811316011)


Meri Yusnita (1811316012)
Diva Elika (1811316013)
Andry Hutama Ihsan (1811316014)
Nidya Sari (1811316015)
Edisyah Putra Sambas (1811316016)
Novita Sri Yanti (1811316017)
Yolanda Putri Abdari (1811316018)
Meri Gusnita (1811316019)
Irwan (1811316020)

Dosen pembimbing :

Ns. Yonrizal Nurdin, S.Kep, M. Biomed.

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “konsep kebutuhan belajar klien”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat


kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak maka terselesailah makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Padang, Oktober 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar......................................................................3

B. Pengkajian Kebutuhan Belajar.........................................................................................4

1. Pengkajian Faktor Predisposisi...............................................................................4

2. Pengkajian Faktor Pemungkin.....................................................................................8

3. Pengkajian Faktor Penguat..........................................................................................8

C. Menentukan Prioritas Pengajaran....................................................................................9

D. Menetapkan Tujuan Belajar............................................................................................9

E. Memilih Substansi (Isi Materi)......................................................................................10

F. Memilih Strategi Belajar................................................................................................11

G. Memilih Alat Bantu Mengajar.......................................................................................11

H. Membuat Rencana Evaluasi..........................................................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan
kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan
dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan
kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun
batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki
kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan
rencana.

Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak
ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan
dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses
belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap
kebutuahn masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun
kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah
direncanakan. Mengingat pentingnya pengidentifikasian kebutuhan belajar, maka
kami akan menyampaikan sedikit materi tentang “Identifikasi Kebutuhan Belajar”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi kebutuhan belajar?

2. Bagaimana pengkajian kebutuhan belajar klien ?

3. Bagaimana mengkaji motivasi klien untuk belajar ?

3.Bagaimana penerimaan klien pada konsep pembelajaran?

1
C. Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas pendidikan
kesehatan.

D. Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam kehidupan sehari-hari tentang konsep belajar klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar


Identifikasi berasal dari kata “identify” yang artinya meneliti, menelaah.
Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti,
mendaftarlan, mencatat data dan informasi dari lapangan. Kebutuhan adalah segala
sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai suatu
hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan kearah yang
lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak baik
menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dll. Kebutuhan belajar pada dasarnya
menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi yang
sebenarnya. Jadi pengertian Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan atau usaha
yang dilakukan untuk meneliti dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam belajar
dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri, baik itu
proses belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal),
maupun masyarakat (non-formal).

Kebutuhan adalah kesenjangan (Gap/Discrepancy) antara apa/kondisi yang ada


dan apa/kondisi yang seharusnya ada. Kebutuhan belajar (learning needs) atau
kebutuhan pendidikan (education need) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara
hasil belajar atau kemampuan yang ada sekarang dan hasil belajar atau kemampuan
yang diinginkan/dipersyararatkan.

Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu
jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada
suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin
diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat
dicapai melalui kegiatan belajar.

3
B. Pengkajian Kebutuhan Belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau
tidak terampil dalam melakukannya.

1. Pengkajian Faktor Predisposisi


 Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang, sehingga dapat memberikan arah mengenai isi
pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan yang
diajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut usia (lansia), pertanyaan
diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada klien
anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau
bermain, sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik dan
perkembangan intektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan
bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan
informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai
masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi
ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat
serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang
dianut, dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan
rencana pendidikan kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien,

4
contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh
menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri.
Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta
gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian
tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan
kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu
terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara
individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.
Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada
klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk
diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik
seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk
memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak
dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara actual dan menemukan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar
dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain.
Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji
klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan
variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat
efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien
dengan gaya belajar yang berbeda.

5
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa
saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat
membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
 Pengkajian fisk
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi.
Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang
kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan
substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskelet
mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan diri.
Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan
aktivitas.
 Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang
tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien
yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak
siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan
fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau
lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk,
atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.
Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien
memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.

6
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa
saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi
karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar.
 Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau
jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien.
Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan
terhadao status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan
hipertensi dan mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan
tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa
ia impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang spesifik.
Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus betul-
betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang sulit untuk
dikaji, mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara nonverbal.
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi

7
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui
atau tidak terampil dalam melakukannya.

2. Pengkajian Faktor Pemungkin


Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting
untuk menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas
yang ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain
yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh
klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui , karena dengan mengetahui
sejauh mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi
perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.

3. Pengkajian Faktor Penguat


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada
tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit,
misalnya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan
keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari
guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu
positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi
perubahan perilaku.
Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin
bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum

8
untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
perubahan perilaku.

C. Menentukan Prioritas Pengajaran


Kebutuhan belajar klien harus diurut berdasarkan prioritas. Perawat dan
klien hendaknya melakukannya secara bersama-sama. Salah satu yang menjadi
criteria yang diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada
kebutuhan belajar kebutuhan belajar yang telah diidentifikasikan sebagai contoh
seseorang yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang penyakit jantung koroner
mungkin tidak siap untuk memepelajari bagaimana mengubah gaya hidupnya
sampai pada saat ia menemukan kebutuhannya untuk belajar tentang penyakit
tersebut: atau, contoh lain, seseorang yang baru dinyatakan mengidap penyakit
Diabetes Mellitus akan mau mengatur diet sesuai dengan yang dianjurkan
sebelum ia tahu bagaimana pengaruh diet tersebut terhadap status gula darah dan
kesehatannya.
Perawat juga dapat menggunakan kerangka pikir lain, seperti hierarki
kebutuhan menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar. Jika klien
adalah sebuah keluarga, kelompok, atau komunitas yang lebih besar, penentuan
prioritas belajar hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan faktor lain yang
telah dikaji yakni, faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus untuk
memprioritaskan pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang dikembangkan oleh
Bailon dan Maglaya (1988) dapat dipergunakan. Kriteria untuk memprioritaskan
pengajaran di dalam komunitas antara lain adalah: kesadaran komunitas terhadap
masalah; motivasi komunitas memecahkan masalah.

D. Menetapkan Tujuan Belajar


Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada proses
asuhan keperawatan. Ketika menetapkan hal ini baik sekali diingat mengenai tiga
ranah belajar yaitu kognitif; afektif; dan psikomotor. Tujuan belajar yang

9
dirancang dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi,
metode, strategi, aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki, contohnya: klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan
teknik pemberian ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan
alas an ia harus makan dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya sering
(kognitif), klien dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman
setelah pemberian obat (afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku
perawat, misalnya: perawat tidak mengajari klien tentang diet.
2. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.
Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan di sekitar tempat tidur.
3. Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi
dimana, kapan, atau bagaimana perilaku ditampilkan. Contohnya klien dapat
berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya tanpa menggunakan tongkat
pembantu.
4. Dalam tujuan harus tercakup criteria waktu yang spesifik. Contohnya: Klien
akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir
diskusi kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam
dosis dan cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.

E. Memilih Substansi (Isi Materi)


Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai,
atau dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan dengan baik
harus diseleksi dari berbagai sumber informasi. Pengetahuan yang dibutuhkan
perawat dapat diperoleh melalui pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan
perawat lain atau dokter atau anggota tim pelayanan kesehatan lain. Sumber yang
dipilih hendaknya: akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan

10
dengan usia klien, budaya, dan kemampuan, konsistensi, serta dipilih dengan
mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang kungkin untuk mengajar.

F. Memilih Strategi Belajar


Memilih metode mengajar hendaknya cocok untuk individu, cocok dengan
materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai faktor lain perlu
dipertimbangkan. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai dengan mudah
melalui tatap muka satu persatu antara perawat dengan klien, tetapi yang lain
dapat dengan mudah dicapai dengan diskusi kelompok. Sebagai contoh, jika
tujuan belajarnya adalah: “Klien dapat mengganti balutan pada kakinya dengan
teknik steril”, diskusi kelompok tidak mungkin diadakan. Metode yang cocok
untuk itu adalah metode privat yang disarankan oleh perawat. Di lain pihak jika
tujuan belajarnya adalah “Klien dapat mendiskusikan perasaannya tentang
bagaimana kembali ke rumah sesudah mengalami serangan jantung”, tujuan akan
lebih mudah dicapai dengan diskusi kelompok dengan klien lain yang mempunyai
perasaan yang sama.

G. Memilih Alat Bantu Mengajar


Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab sebelumnya. Alat Bantu
mengajar membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan
dengan manusia. Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau
menguatkan mengajar dengan strategi tatap muka. Alat Bantu mengajar sangat
ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai. Oleh karena itu, itu pilihlah
alat Bantu secara hati-hati, lihat kembali kegunaan dan kecocokan penggunaan
alat bantu pada pembahasan sebelumnya.

11
H. Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan pendidikan
kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan indikator apa
yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
1. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam
pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu
peraga.
2. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakannya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dapat
timbul karena faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan
belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik. Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Di dalam
motivasi terdapat tiga komponen utama, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan,
dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang diharapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan
untuk dapat lebih memahami teori konsep kebutuhan belajar klien sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan di praktek keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aswan Z, Syaiful BD., (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
G. Daftar Acuan : Suliha, et. Al., (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan,
Buku Kedokteran-EGC, Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai