Oleh kelompok 2
Dosen pembimbing :
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “konsep kebutuhan belajar klien”.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak
ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan
dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses
belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap
kebutuahn masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun
kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah
direncanakan. Mengingat pentingnya pengidentifikasian kebutuhan belajar, maka
kami akan menyampaikan sedikit materi tentang “Identifikasi Kebutuhan Belajar”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi kebutuhan belajar?
1
C. Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas pendidikan
kesehatan.
D. Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam kehidupan sehari-hari tentang konsep belajar klien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu
jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada
suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin
diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat
dicapai melalui kegiatan belajar.
3
B. Pengkajian Kebutuhan Belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau
tidak terampil dalam melakukannya.
4
contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh
menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri.
Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta
gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian
tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan
kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu
terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara
individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.
Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada
klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk
diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik
seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk
memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak
dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara actual dan menemukan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar
dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain.
Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji
klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan
variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat
efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien
dengan gaya belajar yang berbeda.
5
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa
saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat
membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
Pengkajian fisk
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi.
Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang
kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan
substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskelet
mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan diri.
Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan
aktivitas.
Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang
tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien
yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak
siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan
fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau
lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk,
atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.
Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien
memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.
6
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa
saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi
karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar.
Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau
jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien.
Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan
terhadao status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan
hipertensi dan mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan
tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa
ia impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang spesifik.
Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus betul-
betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang sulit untuk
dikaji, mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara nonverbal.
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
7
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui
atau tidak terampil dalam melakukannya.
8
untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
perubahan perilaku.
9
dirancang dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi,
metode, strategi, aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki, contohnya: klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan
teknik pemberian ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan
alas an ia harus makan dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya sering
(kognitif), klien dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman
setelah pemberian obat (afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku
perawat, misalnya: perawat tidak mengajari klien tentang diet.
2. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.
Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan di sekitar tempat tidur.
3. Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi
dimana, kapan, atau bagaimana perilaku ditampilkan. Contohnya klien dapat
berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya tanpa menggunakan tongkat
pembantu.
4. Dalam tujuan harus tercakup criteria waktu yang spesifik. Contohnya: Klien
akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir
diskusi kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam
dosis dan cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.
10
dengan usia klien, budaya, dan kemampuan, konsistensi, serta dipilih dengan
mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang kungkin untuk mengajar.
11
H. Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan pendidikan
kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan indikator apa
yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
1. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam
pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu
peraga.
2. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakannya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dapat
timbul karena faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan
belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik. Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Di dalam
motivasi terdapat tiga komponen utama, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan,
dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang diharapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan
untuk dapat lebih memahami teori konsep kebutuhan belajar klien sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan di praktek keperawatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aswan Z, Syaiful BD., (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
G. Daftar Acuan : Suliha, et. Al., (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan,
Buku Kedokteran-EGC, Jakarta.
14