Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN MENGHADAPI RESPON SAKIT DAN PENYAKIT


(SIMPATI, EMPATI DAN PENGUATAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan agama

DOSEN PENGAMPU : GUSTRIVONI, S. Th. I, M. Pd, P. Ag

DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK 1)

1. ABDI RISKI SAPUTRA (2114201001)


2. DARLIONA (2114201026)
3. FITRI AULIA (2114201040)
4. LARA CLAUDIA PUTRI (2114201052)
5. MIFTAHUL JANNAH (2114201071)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayahnya dan tentu nikmat sehat sehingga penyusunan
makalah ini selesai sesuai dengan apa yang diharapkan. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. dan tak
lupa saya ucapkan terimakasih atas semua pihak yang ikut membantu penyusunan
makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan
tentang manajemen menghadapi respon sakit dan penyakit simpati, empati
dan penguatan. Semoga apa yang penulis sampaikan melalui makalah ini dapat
menambah wawasan baik itu untuk pribadi sebagai penulis maupun dunia
pendidikan pada umumnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makala ini.

Bangkinang, 9 November 2021

( Kelompok 1 )

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penulisan ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Manajemen Menghadapi Respon Sakit Dan Penyaki. 2
B. Pengertian Empati Dan Simpati ................................................. 4
C. Empati Dan Simpati Perawat ..................................................... 5
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................... 8
Daftar Pustaka ........................................................................................ 9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Hampir semua krisis diawali dengan gejala yang dikenal dengan prodrome.
Prodrome adalah istilah dalam dunia kesehatan ketika seseorang menunjukkan gejala
sakit,gejala itu misalnya suhu badan meningkat, selera makan hilang, rasa nyeri
dibeberapa bagian tubuh karena sifatnya adalah gejala, maka tidak mudah mengenali
penyakit. Kesiapan dan respon adalah sebuah organisasi terhadap prodrome,inilah yang
akan menentukan bagaimana sebuah organisasi mengenali gejala dan melakukan langkah
menghadapi kemungkinan “irregularities” yang akan terjadi. Ketika krisis terjadi,
organisasi akan mengalami kepanikan. Kepanikan terjadi karena organisasi pada umunya
tidak memiliki persiapan yang baik untuk menghadapi situasi yang tidak normal. Setiap
organisasi sudah mengatur seluruh sumber daya manusia sesuai dengan tugas dan
wewenang masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen menghadapi respon sakit dan penyakit ?
2. Apa pengertian empati dan simpati dan penguatan ?
3. Bagaimana Empati dan simpati perawat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian manajemen menghadapi respon sakit dan penyakit.
2. Untuk mengetahui Pengertian empati dan simpati dan penguatan.
3. Untuk mengetahui Empati dan simpati perawat muslim.
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran
di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian. Dan mudahan dengan
adanya penulisan makalah ini kami bisa membantu orang lain maupun masyarakat dalam
mengetahui materi tentang paragraf dan pengembangan paragraf.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Terhadap Respon Sakit Dan Penyakit


Manajemen penyakit didefinisikan sebagai "Suatu sistem intervensi perawatan
kesehatan yang terkoordinasi dan komunikasi untuk populasi dengan kondisi dimana
upaya perawatan diri pasien sangat penting".
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa
kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di
semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita
artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati
dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan
pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-
keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga
beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu
pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang berarti
sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat
dapat diartikan pula:
1. Dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras.
2. mendatangkan kebaikan pada badan.
3. sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti
ashshihhah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah  sering
digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan
menjadi ‘sehat wal afiat’ dan  artinya sehat secara sempurna. Kata sehat menurut Kamus
Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya
terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang
dapat hidup secara sosial dan ekonomis. Konsep “sehat”, World Health
“Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia
semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

2
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal,
dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas
secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik
yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses
disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap
lingkungan sosialnya. Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi
fisik, mental, dan sosial Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan
meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik  yang dimaksud
disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh
normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa),
mencakup:
1. Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara
logis (masuk akal) atau berpikir runtut.
2. Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat
dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai
dengan norma-norma masyarakat.
3. Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya atau pengendalian diri yang baik.
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa
membedabedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari
aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara
sosial. Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit
adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam

3
tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat  seseorang tidak lagi
berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penderita penyakit asma,
ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak
berada dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran
bahwa penyakit tidak melibatkan bentuk.
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan tidak
berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola
gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat
sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian lainnya menjadi
kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh. Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika
sudah menimbulkan perubahan pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel
yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi
hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau
peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang) Secara khas perjalanan penyakit terjadi
melalui beberapa tahap :
1. Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran.        
2. Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau gejala.
3. Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas).
4. Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan
menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase akut subklinis.
5. Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya akan diikuti
oleh fase akut lain).        
6. Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah perjalanan
berhenti).      
7. Kesembuhan (recovery)  pada kondisi ini pasien kembali sehat dan tubuhnya sudah
berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau gejala penyakit yang tersisa.
B. Pengertian Empati, Simpati Dan Penguatan
1. Pengertian Empati
Empati dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang merasa iba melihat
penderitaan orang lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk menolongnya
tanpa mempersoalkan perbedaan  latar belakang agama, budaya, bahasa,
kebangsaan, etnik, golongan dan sebagainya. (Abuddin Nata) Sebagi seorang
manusia rasa empati sudah terkandung pada jiwanya. Lalu bagaimana seseorang
itu mengaplikasikannya. Islam mengajarkan kepada kita unutuk bersikap empati,

4
seperti harus memiliki rasa sifat pemurah, dermawan, saling membantu, tolong-
menolong dan lainnya. Hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT: ‫و ما يفعلوا من‬
‫المتقين‬TT‫روه و هلال عليم ب‬TT‫ير فلن يكف‬TT‫ خ‬Artinya: “Dan apa saja kebajikan yang mereka
kerjakan, Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala) nya; dan
Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 115) ‫وتعاونوا‬
‫وى‬TT‫بر و التق‬TT‫ على ال‬Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa” (QS. AlMaidah: 2).
2. Pengertian Simpati
Simpati adalah kecenderungan untuk merasakan perasaan, pikiran dan
keinginan orang lain. Namun karena melibatkan perasaan, seringkali penilaiannya
menjadi subyektif. Pada kasus tersebut keluarga merasakan penderitaan Tn.
Hendri dan memberikan tanggapan namun tidak memberikan respon berupa
tindakan. Oleh karena itu jika hanya diterapkan rasa simpati saja maka Tn. Hendri
tidak akan mendapat solusi yang terbaik untuk dirinya. Namun jika rasa simpati
diserakan rasa empati kasus tersebut terasa menjadi lebih ringan dan terasa mudah
bagi Tn. Hendri. Inilah jika empati tercipta pada kasus tersebut; “Keluarga
merasakan penderitaan Tn. Hendri dan memberikan ginjal salah satu dari kakak
atau adik sebagai salah satu solusi untuk Tn. Hendri”.
3. Pengertian Penguatan
Penguatan adalah Segala bentuk respon yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau respon
yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Melalui keterampilan
penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa
terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari
guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak
bermanfaat. Dengan demikian fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) itu
adalah untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar
hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.”
C. Simpati Dan Empati Perawat
Masyarakat di Indonesia sebagian besar masih menganggap bahwa perawat memiliki
citra yang kurang baik. Kenyataan tersebut disebabkan oleh tindakan perawat yang
belum menerapkan nilai-nilai profesionalisme dalam kegiatan keperawatan, salah
satunya adalah empati dan caring sebagai inti keperawatan. Rendahnya penghargaan bagi
5
profesi keperawatan merupakan dampak dari adanya kinerja para perawat yang tidak
berkualitas (Dedi, Setyowati, & Yati, 2008).
Pada dasarnya perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Kemudian keperawatan merupakan
kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat (Pasal 1 Ayat 1 dan 2 UU No. 38 Tahun 2014 tentang
keperawatan). Tugas dari para perawat diantaranya adalah memberikan pelayanan
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang, bertanggung jawab dalam melaksanakan
program medis, selalu memberikan perhatian terhadap keseimbangan mental, fisik,
spiritual dan sosial pasien, mempersiapkan pasien secara fisik dan mental dalam
menghadapi tindakan keperawatan, serta menyampaikan segala sesuatu terkait kondisi
pasien baik secara lisan maupun tulisan (Nursalam, 2014). Salah satu sumber daya yang
paling banyak mendukung kepuasan pasien adalah perawat. Pelayanan perawatan di
rumah sakit merupakan satu faktor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit di
mata masyarakat. Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit
karena selain jumlahnya yang dominan (55 – 65%) dalam setiap rumah sakit tersebut,
juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24
jam kepada pasien setiap harinya (Angraini & Hijriyati, 2014).
Bentuk caring seorang perawat kepada pasien yaitu memberikan asuhan keperawatan
dengan penuh kasih sayang dan tanggap. Kemudian bentuk empatinya adalah melakukan
komunikasi sehingga dapat memahami perasaan pasien berdasarkan sudut pandang
pasien tersebut. Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dibutuhkan dalam
membangun kepercayaan antara perawat dan pasien. Sehingga, penerapan empati bagi
perawat sangat penting dalam melaksanakan tindakan keperawatan kepada para pasien.
Perawat yang empatinya tergolong tinggi dapat memberikan kepuasan kepada pasien saat
menerima tindakan keperawatan. Pasien mendapatkan perilaku yang berbeda dari setiap
perawat, hal tersebut dipengaruhi oleh tipe empati yang dimiliki setiap perawat.
Pembentukan diri perawat terkait empati merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
tindakan perawat kepada orang lain. Pembentukan kemampuan empati tersebut
dipengaruhi oleh pengalaman klinik, jenis kelamin, pola asuh dari keluarga, lamanya
pendidikan, status ekonomi dan kondisi emosional seseorang (Hidayah, Martina &
Mariyono, 2013).

6
Empati yang dimiliki oleh perawat erat kaitannya dengan perkembangan kesehatan
pasien. Sakit fisik menimbulkan gangguan emosional pada pasien sehingga perawat
diharuskan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, ikut merasakan suasana hati
serta mampu melihat permasalahan dari sudut pandang pasien tersebut. Oleh karena itu
tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan kondisi pasien, tidak hanya
menangani kondisi fisik akan tetapi kondisi psikisnya juga.
Faktor yang menjadi penyebab seorang perawat kehilangan rasa empati dalam
merawat pasien antara lain seperti yang diungkapkan oleh Umniyah & Tina (2009)
menyatakan bahwa kondisi pekerjaan yang penuh tekanan akan menyebabkan perhatian
seorang perawat kepada pasiennya menjadi berkurang atau mengalami penurunan,
selanjutnya perawat tidak menyadari tentang kebutuhan para pasien dan terjerat pada
interaksi perawat-pasien yang bersifat rutin.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesakitan adalah keadaan dimana seseorang
menderita penyakit menahun (krisis) atau ngangguan kesehatan lain yang menyebabkan
aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Prilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar.
B. SARAN
Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis maupun
penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan
dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/manajemen-menghadapi-respon-sakit-dan-penyakit-pdf-free.html
https://ilmukesehatan.com/keperawatan/artikel/manajemen-menghadapi-respon-sakit-
dan-penyakit-simpati-empati-penguatan.html
https://nurdiansyah89.wordpress.com/2009/12/02/empati-dan-simpati-perawat-muslim/

Anda mungkin juga menyukai