Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TERMINAL

DI SUSUN

KELOMPOK 3

1. ANDI ARDIANSYAH HASBI

2. RIKA RAHIM

3. SAHRUL ARISANDI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PHB

1
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan “ Asuhan Keperawatan
Pada pasien Terminal” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga asuhan keperawatan ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi askep ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Asuhan keperawatan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

Selayar, Juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar belakang ... ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ... .............................................................................................................. 2

C. Tujuan . ...................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................. 3

A. Konsep Medis ... ...................................................................................................................... 3

1. ........ Pengertian Penyakit Terminal... ............................................................................ 3

2. ........ Jenis Penyakit Terminal ... ..................................................................................... 5

3. ........ Manifestasi Klinik Fisik . ........................................................................................ 5

4. ........ Etiologi . ..........................................................................................................................

5. ........ Tujuan keperawatan dengan kondisi terminal … .. .......................................... 5

6. ........ Kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal. ........................................... 5

7. ........ Tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal . ............................... 5

8. ........ Respon klien terhadap penyakit terminal..................................................................


.....................................................6

9. ........ Adaptasi pasien dengan penyakit terminal...............................................................


........................................................7

10. ..... Kematian....................................................................................................................


8

ii
B. Konsep Asuhan Keperawatan ... ....................................................................................... 10

1. Pengkajian ... ................................................................................................................... 10

2. Diagnosa Keperawatan ... ........................................................................................... 13

3. Rencana Asuhan Keperawatan ... ............................................................................. 14

4. Implementasi ... ............................................................................................................. 16

5. Evaluasi Keperawatan ... .............................................................................................. 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 17
B. Saran ......................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iii

iii
DAFTAR PUSTAKA

AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal Ditinjau


Dari Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. Diakses pada 30 Mei
2015
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC
Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Bandung.
portalgaruda.org. diakses pada 30 Mei 2015
Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal.
Lamongan. www.ejurnal.com. Diakses pada 30 Mei 2015
Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Jakarta : Mediactio

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Death and Dying “ Kematian dan Proses Menuju Kematian” adalah sebuah

fenomena yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai manusia dalam

kehidupannya. Kematian memang sebuah rahasia Tuhan, akan tetapi proses

menuju kematian adalah sebuah fenomena yang dapat dibahas dan didiskusikan,

bahkan lingkungan dapat memberikan proses pembelajaran yang benar untuk

menjalani proses menuju kematian yang lebih baik. Ketika seseorang didiagnosa

sakit dengan sebuah sakit yang tergolong berat dan berstadium lanjut dimana

pengobatan medis sudah tidak mungkin dilakukan kepada si pasien, maka kondisi

pasien tersebut akan mengalami sebuah goncangan yang hebat. Kematian adalah

salah satu jawaban pasti bagi para pasien penyakit teminal. Berjalannya waktu

baik itu pendek atau panjang, bagi para pasien terminal penyakit adalah hari-hari

yang sangat menyiksa karena mereka harus menantikan kematian sebagai

jawaban pasti dengan penderitaan rasa nyeri yang sangat hebat. Berbagai macam

peran hidup yang dijalani selama ini pasti akan menghadapi kendala baik itu

disebabkan karena kendala fisik, psikologis, social, cultural maupun spiritual.

Demikian pula, diagnosis akan kematian pada para pasien penyakit terminal

akan lebih memberikan dampak konflik psikologis, social, cultural maupun

spiritual yang sangat unik. Sangat penting kita mempelajari konsep penyakit

terminal karena,sebagai tenaga kesehatan kita dapat mengetahui cara menangani

pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang

menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga kesehatan yang

tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien

merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.

1
B. TUJUAN

a. Tujuan khusus

Untuk mengetahui konsep penyakit terminal

b. Tujuan umum

1. Mengetahui pengertian penyakit terminal.

2. Mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal.

3. Mengetahui kriteria penyakit terminal.

4. Mengetahui jenis-jenis penyakit terminal.

5. Memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit terminal.

6. Mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal.

7. Mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal.

8. Mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal.

9. Memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal.

10. Mengetahui apa itu kematian.

11. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien terminal.

C. MANFAAT PENELITAN

1. Dapat mengetahui pengertian penyakit terminal

2. Dapat mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal

3. Dapat mengetahui kriteria penyakit terminal

4. Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit terminal

2
5. Dapat memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit teminal

6. Dapat mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal

7. Dapat mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal

8. Dapat mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal

9. Dapat memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal

10. Dapat mengetahui pengertian kematian

11. Dapat mengetahui asuhan keperawatan klien terminal

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi

Kondisi Terminal adalah Suatu proses yang progresif menuju kematian

berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual

bagi individu.(Carpenito ,1995). Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak

ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu bervariasi

( Stuard & Sundeen , 1995).

Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat

progresif,pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,

memperbaiki kualitas hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996). Pasien

Terminal adalah Pasien – psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka

3
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M.

Stevens, dkk. hal 282, 1999 ). Pendampingan dalam proses kematian adalah

suatu pendamping dalam kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari

kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan akhirnya mati.

Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju

kearah kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit

terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi

obat-obatan ,tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang dikatakan di

atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian (White,2002). Pasien

penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat

sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak

mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien penyakit terminal

harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit,

namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan.

Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal

sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu

dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

2. Klasifikasi

1. Penyakit-penyakit kanker.

2. Penyakit-penyakit infeksi.

3. Congestif Renal Failure (CRF).

4. Stroke Multiple Sklerosis.

5. Akibat kecelakaan fatal.

6. AIDS

3. Manifestasi Klinik

4
1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung

kaki dan ujung jari.

2. Aktivitas dari GI berkurang.

3. Reflek mulai menghilang.

4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki

dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.

5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

7. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok.

8. Penglihatan mulai kabur.

9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri

10. Klien dapat tidak sadarkan diri.

4. Etiologi

1. Problem fisik Berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya): nyeri, perubahan

berbagai fungsi sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.

2. Problem psikologis (ketidakberdayaan) Kehilangan control, ketergantungan,

kehilangan diri dan harapan.

3. Problem social Isolasi dan keterasingan, perpisahan.

4. Problem spiritual.

Kehilangan harapan dan perencanaan saat ajal tiba

5. Ketidak-sesuaian Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang

didapat (dokter, perawat, keluarga, dan sebagainya).

5. Tujuan Keperawatan Klien Dengan Kondisi Terminal

Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal secara umum:

1. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi

2. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna

5
3. Membantu klien menerima rasa kehilangan

4. Membantu kenyamanan fisik

5. Mempertahankan harapan (faith and hope)

6. Kebutuhan Seseorang Dengan Penyakit Terminal

Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan

kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut.

Komunikasi dengan klien penyakit terminal merupakan komunikasi yang tidak

mudah. Perawat harus memiliki pengethauan tentang penyakit yang mereka alami

serta pengetahuan tentang 8 proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi

perewat menggunakan konsep komunikasi terapeutik. Saat berkomunikasi dengan

klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam

menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapetik.

Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan keluarga melaui

penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan

paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry 2010). Dalam

berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa empati.

7. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal

1. Closed Awareness

Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak

tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh.

2. Mutual Pretense

Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal

tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondis yang

dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena tidak dapat mengekspresikan

kekuatannya.

3. Open Awareness

6
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang

kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap ini

klien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.

8. Respon Klien Terhadap Penyakit Terminal

Keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini

akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)

1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa

takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui

berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

3. Kehilangan situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari

bersama keluarga kelompoknya

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti

panas, nyeri, dll

5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal

ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien

mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir

efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit terminal merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan

fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran

7
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga

diri rendah.

9. Adaptasi Pasien Dengan Penyakit Terminal

Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan penyakit terminal sesuai

dengan umurnya sebagai berikut:

1. Anak

Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh

anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah

hidup di tempat lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya

bahwa kematian bisa dihindari. Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi

orang dewasa untuk didiskusikan dan mereka biasanya menghindarkan anaknya

dari realita akan kematian dengan mengatakan bahwa orang mati akan “ pergi”

atau “ berada di surga” atau hanya tidur.Pada anak yang mengalami penyakit

terminal kesadaran mereka akan muncul secara bertahap. Pertama, anak akan

menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh. Kemudian mereka

menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar mengenai kematian

dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu mereka

menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat

2. Remaja atau Dewasa muda

8
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda

cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika

mereka mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak

terjadi semestinya dan merasa marah dengan “ ketidakberdayaannya” dan

“ ketidakadilan” serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan

kehidupannya. Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi

lebih dekat.

3. Dewasa muda dan dewasa tua

Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut

dengan kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa

mereka mungkin akan mati karena penyakit kronis. Mereka juga memiliki masa

lalu yang lebih panjang dibandingkan orang dewasa muda dan memberikan

kesempatan pada mereka untuk menerima lebih banyak. Orang-orang yang

melihat masa lalunya dan percaya bahwa mereka telah memenuhi hal-hal

penting dan hidup dengan baik tidak begitu kesulitan beradaptasi dengan

penyakit terminal.

10.Kematian (Dying)

a. Definisi

Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan

mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya

fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak

secara permanen.

b. Tahapan Penerimaan Terhadap Kematian (Kubler-ross’ s) Menurut Yosep iyus

(2007,175) merumuskan lima tahap ketika seseorang dihadapkan pada

kematian. Kelima tahap tersebut antara lain:

9
1. Denial (penyangkalan)

Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang

dihadapi atau yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang

dihadapi dan dampaknya. Ini memungkinkan bagi pasien untuk

membenahi diri. Dengan berjalannya waktu, sehingga tidak refensif secara

radikal.Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika seseorang

didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa

shock, terkejut dan merasa bahwa ini merupakan kesalahan. Penyangkalan

adalah awal penyesuaian diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh

penyakit dan hal tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.

2. Marah

Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan.

Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat

oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak

menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini sering terjadi karena rasa tidak

berdaya, bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja tetapi umumnya

terarah kepada orang-orang yang secara emosional punya kedekatan

hubungan.Pasien yang menderita penyakit terminal akan mempertanyakan

keadaan dirinya, mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal.

Pasien yang marah akan melampiaskan kebenciannya pada orang-orang

yang sehat seperti teman, anggota keluarga, maupun staf rumah sakit.

3. Bargaining (menawar)

10
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar

terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam

atau dinyatakan secara terbuka. Secara psikologis tawar menawar

dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu. Pada tahap

ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya dalam berbagai strategi

seperti menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan, atau melakukan

amal, atau tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan

tanda bahwa pasien sedang melakukan tawar-menawar terhadap

penyakitnya.

4. Depresi

Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana

pasien kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan

lelah. Mereka akan merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit

untuk menyingkirkan rasa sakit 13 atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan

yang mendalam sebagai akibat kehilangan ( past loss & impending loss),

ekspresi kesedihan ini verbal atau nonverbal merupakan persiapan

terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan apapun dan

siapapun.Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa ‘ anticipatory grief’ ,

di mana pasien akan menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini

terjadi dalam dua tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa kehilangan

aktivitas yang dinilainya berharga, teman dan kemudian mulai

mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan di masa depan.

5. Penerimaan (acceptance)

Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan

memikirkan kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk

membuat perisapan, memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan

selamat tinggal pada teman lama dan anggota keluarga. Pada tahap

menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya yang

11
bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya, dapat

menemukan kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk

menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TERMINAL

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data

(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian

tersebut ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses

keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan

hasil strategi keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses

keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat

(Muttaqin, 2008).

1. Riwayat Kesehatan Klien

a.Riwayat kesehatan sekarang.

Riwayat ini berisikan mengenai penyakit yang sedang diderita klien saat ini.

b.Riwayat kesehatan dahulu.

Yaitu berisikan mengenai keadaan pasien di masa lalu, apakah sudah pernah

opname di rumah sakit untuk penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga pasien.

Riwayat ini berisikan data apakah anggota keluarga sudah pernah menderita

penyakit yang sama dengan yang klien alami saat ini.

2. Prinsip dan konsep dalam etika keperawatan, budaya, norma, dalam mengkaji

pasien terminal

12
Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat menjelang kematian

a. pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan

b. Melambatnya fungsi tubuh

c. pasien mulai tidak sengaja berkemih atau defekasi

d. Jatuhnya rahang pasien

e. Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal dan tidak teratur

f. Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, teraba dingin pada bagian

ekstermitas dan nadi semakin lemah.

g. pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal

h. Warna pucat pada kulit

i. mata membelalak serta mulai tidak menunjukkan respon terhadap rangsangan

cahaya

3. Kesadaran pasien terminal.

Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018), mengkategorikan kesadaran

ini dalam 3 kategori

a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.

Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agar tidak menyampaikan

prognose dan diagnose pada keluarga atau klien. Namun, beda untuk perawat,

hal ini akan sangat menyulitkan lantaran perawat berkontak dengan pasien

lebih dekat daripada dokter, dan ucapkali ditanya oleh pasien terkait hal

tersebut. Perawat kerap disodorkan berbagai pertanyaan seperti kapan pasien

akan sembuh, atau kapan bisa pulang, dsb.

b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.

Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan agar bisa

membuat keputusan tentang semua hal yang sifatnya pribadi meskipun itu

menjadi hal yang berat baginya

13
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.

Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu bahwa ajal sudah

menjelang bagi pasien, dan mereka berusaha untuk menerima serta

mendiskusikannya walaupun tetap merasa getir (Milia & Wijayanti, 2018).

4. Faktor-faktor yang perlu dikaji

a) Kebersihan Diri

Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan kebersihan diri

meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kebersihan mulut, kuku serta

pemenuhan kebersihan setelah buang air besar/kecil.

b) Rasa nyeri

Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri, penyebaran nyeri.

Kemampuan pasien untuk menahan nyeri, bagaimana koping pasien terhadap

nyeri. Obat apa saja yang telah diberikan untuk mengatasi nyeri.

c) Jalan Nafas

Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas. Seringkali bila

didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu dilihat juga apakah menggunakan

otot-otot pernafasan. Bila menggunakan oksigen sebagai bantuan nafas, maka

identifikasi kebutuhan oksigen agar tidak terjadi asidoses metabolik.

d) Aktifitas

Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa beraktifitas untuk keperluan diri

sendiri atau sudah bergantung dengan orang lain. Jika masih bergantung

dengan oang lain, perlu dilihat kembali apakah tingkat ketergantungan pasien

total atau sebagian. Jika kondisi pasien memungkinkan, maka pasien bisa

mulai mobilisasi seperti: berusaha turun dari ranjang tidur, mengganti posisi

tidur agar mencegah terjadinya decubitus, dan hal ini dilakukan secara

periodic. Bila perlu, bisa menggunakan alat untuk menyangga tubuh pasien,

karena tonus otot sudah menurun.

14
e)Nutrisi

pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya penurunan gerakan

peristaltic dalam tubuhnya. Untuk mengatasi hal ini, pasien bisa diberikan

obat anti ametik untuk mengurangi mual yang dirasakan, dan meningkatkan

rangsangan nafsu makan serta memberikan makanan dengan tingkat kalori

tinggi

f) Eliminasi

Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa membuat pasien

mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin. Pemberian obat laxant bisa

dikolaborasikan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Pasien yang

mengalami inkontinensia isa diberikan urinal, pispot secara periodic/ teratur.

Selain itu, bisa juga memasangkan duk yang diganti tiap saat atau bisa juga

dilakukan kateterisasi.

g)Perubahan Sensori

Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi penurunan

sensori terutama apabila penglihatan klien berubah menjadi kabur, biasanya

pasien mulai menghindari atau menola untuk menghadapkan kepala ke arah

lampu / tempat terang. Pada saat seperti itu, klien memang masih bisa

mendengar, namun mungkin sudah tidak bisa merespon.

h)Kebutuhan Sosial

Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan pada ruang

tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus, serta dalam upaya

memenuhi seluruh kebutuhan hubungan sosial dan keluarganya, beberapa hal

yang bisa dilakukan perawaat yaitu:

a) Menanyakan pada pasien atau keluarga siapa saja yang ingin dihadirkan

untuk bertemu dengan pasien, dan hal ini bisa didiskusikan bersama

keluarga, misal :teman terdekat, anggota keluarga lain, sanak kerabat.

15
b) Berupaya menggali perasaan yang dirasakan klien sehubungan dengan

sakitnya saat ini hingga perlu dilakukan diisolasi.

c) Menyarankan saudara dan teman klien untuk lebih sering mengunjungi

serta mengajak orang lain untuk menjenguk.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Diagnosa keperawatan pada pasien terminal berdasarkan phatway, diagnosa

yang mungkin muncul yaitu :

1) Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti

2) Ketidakberdayaan berhubungan dengan program perawatan/pengobatan yang

kompleks atau jangka panjang

3) Distres spiritual berhubungan dengan menjelang ajal

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

16
Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Berduka berhubungan Tujuan: setelah dilakukan Dukungan Proses Berduka


dengan kematian tindakan keperawatan
keluarga atau orang diharapkan tingkat berduka Observasi
yang berarti membaik Identifikasi kehilangan
yang dihadapi.
Kriteria hasil:
Identifikasi proses
1. Verbalisasi menerima
berduka yang dialami
kehilangan meningkat.
Identifikasi sifat
2. Verbalisasi harapan
keterikatan pada benda
meningkat.
yang hilang atau orang
3. Verbalisai perasaan sedih yang meninggal.
menurun
Identifikasi reaksi awal
4. Verbalisai perasaan terhadap kehilangan.
bersalah atau
menyalahkan orang lain Terapeutik
menurun. Tunjukkan sikap
5. Marah menurun. menerima dan empati.

6. Panik menurun. Motivasi untuk


menguatkan dukungan
keluarga atau orang
terdekat.

Motivasi agar mau


mengungkapkan
perasaan kehilangan.

17
Fasilitasi melakukan
kebiasaan sesuai dengan
budaya, agama dan
norma sosial.

Fasilitasi
mengekspresikan
perasaan dengan cara
yang nyaman (mis.
Membaca buku, menulis,
menggambar atau
bermain).

Diskusikan strategi
koping yang dapat
digunakan.

Edukasi

Jelaskan kepada pasien


dan keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah tawar-
menawar, sepresi dan
menerima adalah wajar
dalam menghadapi
kehilangan.

Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan.

Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan.

Ajarkan melewati proses


berduka secara bertahap.

18
Ketidakberdayaan Tujuan: setelah dilakukan Promosi Harapan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Identifikasi harapan
program diharapkan keberdayaan p pasien dan keluarga dalam
perawatan/pengobatan meningkat pencapaian hidup.
yang kompleks atau Terapeutik
Kriteria hasil:
jangka panjang
Sadarkan bahwa
2. 1. Peryataan mampu kondisi yang dialami
melaksanakan aktivitas memiliki nilai penting.
Pandu mengingat
Meningkat. kembali kenangan yang
menyenangkan.
2. Berpartisispasi dalam Libatkan pasien secara
perawatan meningkat. aktif dalam perawatan
Kembangkan rencana
3. Persaan perawatan yang
tertekan(depresi) melibatkan tingkat
menurun. pencapaian tujuan
sederhana sampai dengan
4. Pernyataan frustasi kompleks.
menurun. Berikan kesempatan
pada pasien dan keluarga
pasien terlibat dengan
dukungan kelompok.
Ciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan
spiritual.
Edukasi
Anjurkan
mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan
realistis

19
Anjurkan
mempertahankan
hubungan.
Anjurkan
mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang lain.

D. Implementasi

Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang

merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara

langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada

rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah

keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria

evaluasi.

20
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penyakit terminal adalah

suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya seperti penyakit jantung

gagal ginjal ,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk

hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan

seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah

kematian.Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba

tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian

menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.Perawatan pasien yang

akan meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang komprehensif tentang

21
orang yang menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih dari manajemen symptom

yang hati-hati dan perhatian terhadap kebutuhan dasar fisik pasien secara

perorangan sebagai pribadi dan keluarganya.

B.Saran

1) Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,

tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien.

2) Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat

harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

3) Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan

klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka

citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA

AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal Ditinjau


Dari Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. Diakses pada 30 Mei
2015
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC
Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Bandung.
portalgaruda.org. diakses pada 30 Mei 2015
Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal.
Lamongan. www.ejurnal.com. Diakses pada 30 Mei 2015

22
Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Jakarta : Mediactio

23

Anda mungkin juga menyukai