A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah
penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita. (WHO, 2009)
Persentase pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23%
dan tahun 2010 menurun hingga mencapai 39,38% dari jumlah balita di Indonesia (Depkes RI, 2012). Di Jawa Tengah, cakupan
penemuan kasus pneumonia balita setiap tahun mengalami penurunan dari target nasional. Pada tahun 2009 penemuan kasus
pneumonia menjadi 25,69% dan target penemuan kasus pneumonia nasional sebesar 86%. (Dinkes Jateng, 2009)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang bisa menimbulkan kematian. Dalam hal ini
penulis tertarik menyajikan studi kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di Ruang Melinjo RSUD KH. HAYYUNG.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap kasus dengan klien pneumonia di
RSUD KH. HAYYUNG.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami pneumonia dalam hal ini:
1) Pengkajian
2) Merumuskan diagnosa keperawatan
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan
4) Melakukan implementasi
5) Melakukan evaluasi
3. Manfaat
a. Penulis
Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan mengenai klien
pneumonia.
b. Instansi
1) Pendidikan
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masalah keperawatan
mengenai klien pneumonia.
2) Rumah Sakit
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperrlukan dalam pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan pneumonia.
3) Profesi keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dibidang Keperawatan
tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan pneumonia.
4) Pasien
Karya Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana penanganan
pada klien dengan pneumonia.
B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
a. Definisi
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara (Dahlan, 2007).
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer,
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
b. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia
di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan
karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)(Nursalam, 2016).
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1) Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) 17 memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi
injeksi awal menuju ke paruparu. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella sp.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya menyerang pada pasien dengan
imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam
tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus
neoformans.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu
pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi 18 oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan
(misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut
organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid,
debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti
dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative murah seperti batu
bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah,
penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
c. Patosiologi
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi
edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di
alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. 19 Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya,
jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam,
2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam
jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke
lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe
paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas
vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri
dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena
saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Nursalam, 2016).
d. Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan
retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi
redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis sebagai berikut:
1) Batuk
2) Sputum produktif
3) Sesak nafas
4) Ronki
5) Demam tidak setabil
6) Leukositosis
7) Infiltrat
e. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa
pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada
10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa
disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema
maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Ryusuke, 2017).
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard)
untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2) Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk.
Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.
3) Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia
dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.
d. Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang
dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
f. Pathway
Terhirup
Compliance paru
Masuk ke alveoli
Nyeri Akut
Bersihan Jalan Nafas Tidak Asam lambung Mual & muntah Defisit
Efektif
Nutrisi
(Sumber: (Mansjoer & Suriadi dan rita Y, 2006) dan (Tim Pokja
No. RM : 075168
Tanggal : 28/03/2022
Ruangan : Melinjo
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : An A Umur : 56
Pekerjaan : Alamat :
Telp :-
2. Alasan masuk RS : Klien masuk rumah sakit karena mengalami sesak, demam hilang
timbul, lemas, batuk dialami ± 8 hari.
3. Riwayat Penyakit
Provocative/Palliative :
Quality :
Region :
Severity :
Timing :
4. Data Medik
B. Diagnosa Medik
Saat kecil / kanak-kanak : Klien mengatakan sudah tidak mengingat riwayat penyakitnya pada
saat kecil atau kanak-kanak.
Penyebab :-
Riwayat pengobatan : Klien mengatakan jarang berobat atau kontrol ke rumah sakit atau
puskesmas
4. Lain-lain : -
2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : Klien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya.
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : Klien tampak lebih terbuka dan sopan kepada orang
lain saat diajak bicara.
11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggubakan bahasa Bonerate untuk
komunikasi sehari-hari.
13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Klien mengatakan pada saat sakit sudah tidak
menjalankan sholat 5 waktu
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien mengatakan penyakit yang dideritanya pasti bisa
sembuh seiring berejalannya waktu.
2. Minum
Sebelum MRS : Klien mengatakan minum ±6-7 gelas/hari,dengan minum air mineral.
Setelah MRS : Klien mengatakan minum ±6-7 gelas/hari,dengan minum air mineral.
3. Tidur
Sebelum MRS : Klien mengatakan istirahat tidur ± 8 jam/hari, mulai dari pukul 21:00-
05:00 WITA, tidur nyenyak.
Setelah MRS : Klien mengatakan istirahat tidur ± 8 jam/hari, mulai dari pukul 21:00-
05:00 WITA, gelisah.
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB ± sebanyak 1-2 x/hari dengan konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan.
Setelah MRS : Klien mengatakan BAB ± sebanyak 1-2 x/hari dengan konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan.
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAK ± sebanyak 3-4 x/hari dengan warna
urine kuning keruh.
Setelah MRS : Klien mengatakan BAK ± sebanyak 3-4 x/hari dengan warna
urine kuning keruh.
Sebelum MRS : Klien mengatakan sebelum sakit bebas bergerak dan beraktivitas.
Setelah MRS : Klien mengatakan saat sakit hanya berbaring ditempat tidur.
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mengatakan mandi 2x sehari,mencuci rambut dan gosok gigi
2x sehari.
Setelah MRS : Klien mengatakan selama sakit hanya dilap basah, gosok gigi 2x
sehari, tidak mencuci rambut.
1. Keadaan umum
Kelemahan : Lemah
Vital sign : TD :
N : 84 x/mnt
S : 37, 8 ℃
P : 28 x/mnt
2. Head to toe
o Kulit/integumen :
o Kepala & rambut : Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, distribusi merata,
tidak terdapat tumor, luka maupun edema.
o Mata/penglihatan : Tidak ada kelainan otot mata, kelopak mata normal, reflek pupil
normal, mata simetris kiri kanan.
o Mulut dan gigi : Gigi tidak ada yang tanggal, tidak ada luka pada mulut.
o Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba,
posisi trakea terletak ditengah, dan tidak ada kelainan
o Dada : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, terdengar suara napas
tambahan ronchi.
o Extremitas atas & bawah : Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah.
3. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
Ureum : 18 mg/dl
Radiologi
Foto toraks PA
EKG 12 lead
………………………………………………
NIM :
Nama / umur :
Ruang / kamar :
Fisiologis Respirasi
Sirkulasi
Eliminasi
Neorosensori
Integritas Ego
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Penyuluhan dan
Pembelajaran
Ruang / kamar :
Ruang / kamar :
Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan irama
jantung
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No Ekspektasi : Meningkat
keperawatan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Identifikasi Jelaskan kepada
2 Gangguan citra Tujuan Diskusikan
tubuh harapan citra perubahan keluarga tentang
Setelah dilakukan tubuh perawatan
berhubungan tindakan tubuh
dengan berdasarkan perubahan citra
keperawatan selama tahap Diskusikan tubuh
kehilangan 3x8 jam citra tubuh perbedaan
bagian anggota perkembangan Anjurkan
meningkat dengan Identifikasi penampila mengungkapkan
tubuh n fisik
kriteria hasil budaya, agam, gambaran diri
jenis kelamin, terhadap terhadap citra
1. Melihat harga diri
dan umur tubuh
bagian tubuh
terkait citra Diskusikan Anjurkan
meningkat
tubuh cara mengikuti
2. Menyentuh
Identifikasi mengemba kelompok
bagian tubuh
perubahan ngkan pendukung
meningkat
citra tubuh harapan Latih fungsi
3. Tentang
yang citra tubuh tubuh yang
perubahan
mengakibatka secara dimiliki
tubuh
n isolasi social relistis
menurun
Monitor
4. Fokus pada
frekuensi
bagian tubuh
pernyataan
menurun
kritik terhadap
diri sendiri
Monitor
apakah pasien
bias melihat
bagian tubuh
yang berubah
In
2. Saturasi oksigen
dalam rentang
toleransi
normal (95%- 100%)
aktivitas
3. Frekuensi nadi
berhubungan dalam rentang
dengan ketidak normal (60-100
seimbangan kali/menit)
antara suplai
4. Dispnea saat
dan kebutuhan
beraktifitas dan
oksigen
setelah beraktifitas
menurun (16-20
kali/menit)
Monitor
kelelahan fisik
Monitor pola
dan jam tidur
Terapeutik
Lakukan latihan
rentang gerak
pasif/aktif
Libatkan
keluarga dalam
melakukan
aktifitas, jika
perlu
Monitor
kelelahan fisik
Monitor pola
dan jam tidur
Terapeutik
Lakukan
latihan rentang
gerak
pasif/aktif
Libatkan
keluarga
dalam
melakukan
aktifitas, jika
perlu
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien :
Ruangan :
No. RM :
Nama / umur :
Ruang / kamar :
Hari/
Waktu Evaluasi (SOAP)
Tgl