Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah
penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita. (WHO, 2009)
Persentase pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23%
dan tahun 2010 menurun hingga mencapai 39,38% dari jumlah balita di Indonesia (Depkes RI, 2012). Di Jawa Tengah, cakupan
penemuan kasus pneumonia balita setiap tahun mengalami penurunan dari target nasional. Pada tahun 2009 penemuan kasus
pneumonia menjadi 25,69% dan target penemuan kasus pneumonia nasional sebesar 86%. (Dinkes Jateng, 2009)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang bisa menimbulkan kematian. Dalam hal ini
penulis tertarik menyajikan studi kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di Ruang Melinjo RSUD KH. HAYYUNG.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap kasus dengan klien pneumonia di
RSUD KH. HAYYUNG.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami pneumonia dalam hal ini:
1) Pengkajian
2) Merumuskan diagnosa keperawatan
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan
4) Melakukan implementasi
5) Melakukan evaluasi
3. Manfaat
a. Penulis
Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan mengenai klien
pneumonia.
b. Instansi
1) Pendidikan
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masalah keperawatan
mengenai klien pneumonia.
2) Rumah Sakit
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperrlukan dalam pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan pneumonia.
3) Profesi keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dibidang Keperawatan
tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan pneumonia.
4) Pasien
Karya Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana penanganan
pada klien dengan pneumonia.
B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
a. Definisi

Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara (Dahlan, 2007).

Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer,
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
b. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia
di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan
karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)(Nursalam, 2016).
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1) Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) 17 memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi
injeksi awal menuju ke paruparu. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella sp.

2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya menyerang pada pasien dengan
imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam
tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus
neoformans.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu
pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi 18 oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan
(misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut
organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid,
debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti
dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative murah seperti batu
bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah,
penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
c. Patosiologi
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi
edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di
alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. 19 Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya,
jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam,
2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam
jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke
lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe
paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas
vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri
dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena
saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Nursalam, 2016).

d. Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan
retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi
redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis sebagai berikut:
1) Batuk
2) Sputum produktif
3) Sesak nafas
4) Ronki
5) Demam tidak setabil
6) Leukositosis
7) Infiltrat
e. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa
pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada
10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa
disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema
maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Ryusuke, 2017).
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard)
untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2) Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk.
Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.
3) Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia
dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.

4) Analisa Gas Darah


Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun
dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.
g. Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.
Selain itu, penanganan dan pengobatan pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul
dari infeksi pneumonia itu sendiri (shaleh, 2013).
1) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan
haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan
X-Ray dan sputum harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika pengobatan ini tidak dilakukan
secara komplit maka suatu saat pneumonia akan kembali mendera si penderita (shaleh, 2013).
a) Untuk bakteri Streptococus
Pneumoniae Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu
pneumococcal conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate vaccine
adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2
tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal polysacharide vaccine
direkomendasikan bagi orang dewasa. 26 Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe
pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics, termasuk
erythromycin (shaleh, 2013).
b) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae
Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
trimethoprim (shaleh, 2013).
c) Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin, clarithomycin, azithromicin dan
fluoroquinolones), antibiotik ini umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia (shaleh, 2013).
2) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya hampir sama dengan pengobatan pada penderita flu. Namun, yang lebih ditekankandalam
menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu
pemulihan daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik
(shaleh, 2013).
3) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia (shaleh, 2013).

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian
pada pernafasan lebih jauh dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri, takipnea, penggunaan otot
pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi, batuk, dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus
diidentifikasi juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan
keparahan batuk, serta takipnea atau sesak nafas harus di pantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat di kaji dengan
mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit)
(Brunner & Suddarth, 2013).
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan
berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian tersebut ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase
proses keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi keperawatan dan
mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan
akurat (Muttaqin, 2008).
Pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Muttaqin, 2008).
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda serta gejala umum sistem
pernapasan.Termasuk dalam keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum
berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya, yang dapat mendukung
dengan masalah sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan sakit apa,
apakah pernah mengalamisakit yang berat, pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2008).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan seperti menanyakan riwayat penyakit sejak
timbulnya keluhan hingga klien meminta pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan bersihan jalan napas tidak
efektifdirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan
kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang (Muttaqin,
2008).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal yang mendukung keluhan
penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak
napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2008).
4. Aktivitas / istirahat
Akan timbul gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan insomnia yang ditandai dengan penurunan intoleransi
terhadap aktivitas.
5. Sirkulasi
Memiliki riwayat gagal jantung serta ditandai dengan takikardi, tampak pucat.
6. Makanan / cairan
Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual / muntah serta ditandai dengan distensi abdomen,
hiperaktif bunyi bisingusus, kulit kering dan tugor kulit buruk serta penampilan malnutrisi.
7. Kenyamanan
Akan timbul gejala seperti sakit kepala, nyeri dada meningkat disertai batuk, myalgia, dan atralgia.
8. Keamanan
Memiliki riwayat gangguan system imun, mengalami demam yang ditandai dengan berkeringat, menggigil
berulang, gemetar, kemerahan.
9. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu dikeadaan umum pasien tampak
lemah dan sesak nafas, untuk kesadaran tergantung tingkat keparahan penyakit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
diperoleh tekanan darah hipertensi, nadi takikardi, respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangkal, dan suhu tubuh
hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala tidak ada kelainan, pemeriksaan mata terdapat konjungtiva tampak anemis,
pemeriksaan hidung jika pasien mengalami sesak akan terdengar nafas cuping hidung. Pemeriksaan pada paru-paru
saat infeksi terlihat ada penggunaan otot bantu nafas. Palpasi di dapatkan adanya nyeri tekan, paningkatan vocal
fremitus pada daerah yang terkena. Perkusi terdengar suara pekak karena terjadi penumpukan cairan di alveoli. Dan
saat dilakukan auskultasi terdengarronki. Pada pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan jantung, maka pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan. Pemeriksaan ekstremitas tampak sianosis.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan phatway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan D.0001
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler D.0003
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan D.0019
6) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen D.0056
8) Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034
c. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai
berikut:

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Bersihan jalan Tujuan: setelah dilakukan Latihan batuk efektif 1.01006
nafas tidak tindakan keperawatan Observasi
efektif diharapkan bersihan jalan  Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan nafas meningkat. L.01001  Monitor adanya retensi sputum
dengan sekresi Kriteria hasil: L.01001  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
tertahan D.0001 1. Batuk efektif nafas
meningkat  Monitor input dan output cairan (mis.
2. Produksi sputum jumlah dan karakteristik)
menurun Terapeutik
3. Mengi menurun  Atur posisi semi-fowler atau fowler
4. Wheezing menurun  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
5. Dispnea menurun pasien
6. Sianosis menurun  Buang sekret pada tempat sputum
7. frekuensi nafas Edukasi
membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
8. pola nafas membaik efektif
 Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam
8 detik
 Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik nafas dalam yang ke-3 4)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
2. Gangguan Tujuan: setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1.01014
pertukaran gas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan pertukaran gas  Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dengan meningkat L.01003 Kriteria dan upaya nafas
perubahan hasil: L.01003  Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
membrane 1. Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi)
alveolus-kapiler 2. Bunyi nafas  Monitor kemampuan batuk efektif
D.0003 tambahan menurun  Monitor adanya produksi sputum
3. Pusing menurun  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
4. Penglihatan kabur  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
menurun  Auskultasi bunyi nafas
5. Nafas cuping hidung  Monitor saturasi oksigen
menurun  Monitor AGD
6. PCO2 dan PO2  Monitor hasil x-ray toraks
membaik Terapeutik
7. Takikardi membaik  Atur interval pemantuan respirasi
8. Sianosis membaik sesuai kondisi pasien
9. Pola nafas membaik  Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauaan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3. Pola nafas tidak Tujuan: setelah dilakukan Manajemen jalan nafas 1.01011
efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan pola nafas  Monitor pola nafas (frekuensi,
dengan membaik L.010004 kedalaman, usaha nafas)
hambatan Kriteria hasil: L.010004  Monitor bunyi nafas tambahan
upaya nafas 1. Kapasitas vital (misalnya gurgling, mengi, wheezing,
D.0005 meningkat ronki)
2. Tekanan ekspirasi  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
meningkat Terapeutik
3. Tekanan inspirasi  Posisikan semi-fowler atau fowler
meningkat  Berikan minum hangat
4. Dispnea menurun  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Penggunaan otot  Lakukan penghisapan lendir kurang dari
bantu nafas menurun 15 detik
6. Pernafasan cuping  Berikan oksigen, jika perlu
hidung menurun Edukasi
7. Frekuensi nafas  Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
membaik jika tidak kontraindikasi
8. Kedalaman nafas  Ajarkan teknik batuk efektif
membaik Kolaborasi
9. Ekskursi dada  kolaborasi pemberian bronkodilator,
membaik ekspektoran, mukolitik. jika perlu
4. Nyeri akut Tujuan: setelah dilakukan Manajemen nyeri 1.08238
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan agen diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera menurun L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis D.0077 Kriteria hasil: L.08066  Identifikasi sekala nyeri
1. Kemampuan  Identifikasi respon nyeri non verbal
menuntaskan  Identifikasi faktor yang memperberat
aktivitas meningkat dan memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun tentang nyeri
3. Meringis menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
4. Sikap protektif respon nyeri
menurun  Monitor keberhasilan terapi
5. Kesulitan tidur komplementer yang sudah diberikan
menurun  Monitor efek samping penggunaan
6. Frekuensi nadi analgetik
membaik Terapeutik
7. Pola nafas membaik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
8. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri
membaik  Kontrol lingkungan yang dapat
9. Nafsu makan memperberat rasa nyeri (misalkan suhu
membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
10. Pola tidur membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, priode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
5. Defisit nutrisi Tujuan: setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1.03119
berhubungan tindakan keperawatan di Observasi
dengan ketidak harapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dari intoleransi
mampuan membaik L.03030
makanan
menelan Kriteria hasil: L.03030
 Identifikasi makanan yang disukai
makanan 1. Porsi makan yang
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
D.0019 dihabiskan meningkat
nutrient
2. Perasaan cepat
 Identifikasi perlunya penggunaan selang
kenyang menurun
nasogastik
3. Frekuensi makan
 Monitor asupan makanan
membaik
 Monitor berat badan
4. Nafsu makan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membaik
Terapeutik
5. 5) Membran mukosa
 Lakukan oral hygene sebelum makan,
membaik
jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
6. Hipertermia Tujuan: setelah dilakukan Manajemen hipertermia 1.15506
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan proses diharapkan termoregulasi  Identifikasi penyebab hipertermia
penyakit D.0130 membaik L.14134  Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil: L.14134  Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun  Monitor haluaran urine
2. kulit merah menurun  Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. suhu tubuh membaik Terapeutik
4. tekanan darah  Sediakan lingkungan yang dingin
membaik  longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksilia)
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
7. Intoleransi Tujuan: setelah dilakukan Manajemen energi 1.05178
aktivitas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan toleransi  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan ketidak aktivitas meningkat L.05047 mengakibatkan kelelahan
seimbangan Kriteria hasil: L.05047  Monitor kelelahan fisik dan emosional
antara suplai 1. Saturasi oksigen  Monitor pola dan jam tidur
dan kebutuhan meningkat  Monitor lokasi dan ketidak nyamanan
oksigen D.0056 2. Kemudahan dalam selama aktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari meningkat  Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Keluhan lelah rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
menurun kunjungan)
4. Dispnea saat aktivitas  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
menurun / atau aktif
5. Dispnea setelah  Berikan aktivitas distraksi yang
aktivitas menurun menenangkan
6. Sianosis menurun  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
7. Tekanan darah tidak dapat berpindah atau berjalan
membaik Edukasi
8. Frekuensi nafas  Anjurkan tirah baring
membaik  Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
8. Resiko Tujuan: setelah dilakukan Manajemen hipovolemia 1.03116
hipovolemia tindakan keperawatan Observasi
ditandai dengan diharapkan status cairan  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kehilangan membaik L.03028 (misalnya nadi teraba lemah, tekanan
cairan secara Kriteria hasil: L.03028 darah menurun, tugor kulit menurun,
aktif D.0034 1. Tugor kulit meningkat membrane mukosa kering, dan lemah)
2. Dispnea menurun  Monitor intake dan output cairan
3. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik  Hitung kebutuhan cairan
4. Tekanan darah  Berikan asupan cairan oral
membaik Edukasi
5. Tekanan nadi  Anjurkan memperbanyak asupan cairan
membaik oral
6. Membrane mukosa Kolaborasi
membaik  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
7. Suhu tubuh membaik (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)

d. Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang
dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
f. Pathway

PNEUMONIA Intoleransi Aktivitas

Bakteri, jamur, dan virus


Suplai O2

Terhirup
Compliance paru

Masuk ke alveoli

Proses peradangan Pola Nafas Tidak


Efektif

Suhu tubuh Infeksi Cairan Eksudat masuk Difusi


kedalam alveoli

Berkeringat, nafsu makan & Kerja sel goblet Sputum Gangguan


Hipertermia Pertukaran Gas
minum Produksi sputum Tertelan ke
lambung

Resiko Hipovolemia Cairan menekan


syaraf frenikus
Konsolidasi cairan sputum Konsolidasi cairan
di jalan nafas sputum di lambung

Nyeri Akut

Bersihan Jalan Nafas Tidak Asam lambung Mual & muntah Defisit
Efektif
Nutrisi

Bagan 2.1 Phatway Pneumonia

(Sumber: (Mansjoer & Suriadi dan rita Y, 2006) dan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017)).


FORMAT PENGKAJIAN
Nama Preceptee : RIKA RAHIM NIM : A.20.12.075

No. RM : 075168

Tanggal : 28/03/2022

Ruangan : Melinjo

I. DATA UMUM

1. Identitas Klien

Nama : An A Umur : 56

Tempat/Tanggal lahir : 10/05/2020 Jenis kelamin : laki_laki

Status perkawinan : M / BM / J / D Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Suku :-

Pekerjaan : Alamat :

Telp. : - Tanggal masuk RS : 13/04/2022

Golongan darah : - Sumber info : orangtua

2. Penanggung jawab / pengantar

Nama : Ny. N Umur :

Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan. :

Hubungan dengan klien : Ibu klien Alamat :

Telp :-

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Sesak

2. Alasan masuk RS : Klien masuk rumah sakit karena mengalami sesak, demam hilang
timbul, lemas, batuk dialami ± 8 hari.
3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative :

Quality :

Region :

Severity :

Timing :

4. Data Medik

A. Dikirim oleh : UGD Dokter Praktek

B. Diagnosa Medik

o Saat masuk : Sesak

o Saat pengkajian : Pneumonia

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak-kanak : Klien mengatakan sudah tidak mengingat riwayat penyakitnya pada
saat kecil atau kanak-kanak.

Penyebab :-

Riwayat perawatan : Klien mengatakan sebebelumnya belum pernah dirawat di rumah


sakit atau PKM.

Riwayat operasi : Klien mengatakan sebelumnya belum pernah di operasi

Riwayat pengobatan : Klien mengatakan jarang berobat atau kontrol ke rumah sakit atau
puskesmas

2. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

3. Riwayat immunisasi : Klien mengatakan sudah tidak mengingat riwayat imunisasinya.

4. Lain-lain : -

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : Klien mengatakan hanya pasrah diri terhadap Allah


SWT, berdoa agar cepat disembuhkan dari penyakit
yang dideritanya.

2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : Klien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya.

3. Faktor stressor : Klien terlihat tenang.

4. Konsep diri : Klien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya.

5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : klien mengatakan masih mengerti tentang


penyakitnya.

6. Adaptasi : Klien mengatakan mampu beradaptasi dengan baik


terhadap lingkungannya.

7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya


baik-baik saja.

8. Hubungan dengan masyarakat : Klien mengatakan akrab dengan masyarakat sekitar.

9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : Klien tampak lebih terbuka dan sopan kepada orang
lain saat diajak bicara.

10. Aktifitas sosial : Tidak terkaji

11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggubakan bahasa Bonerate untuk
komunikasi sehari-hari.

12. Keadaan lingkungan: Tidak terkaji.

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Klien mengatakan pada saat sakit sudah tidak
menjalankan sholat 5 waktu

14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien mengatakan penyakit yang dideritanya pasti bisa
sembuh seiring berejalannya waktu.

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Makan

Sebelum MRS : Klien mengatakan makan 3x sehari,habis 1 porsi dengan komposisi


nasi, ikan, dan sayur.

Setelah MRS : Klien mengatakan makan 3x sehari,habis 1 porsi dengan komposisi


nasi, ikan, dan sayur.

2. Minum

Sebelum MRS : Klien mengatakan minum ±6-7 gelas/hari,dengan minum air mineral.

Setelah MRS : Klien mengatakan minum ±6-7 gelas/hari,dengan minum air mineral.

3. Tidur

Sebelum MRS : Klien mengatakan istirahat tidur ± 8 jam/hari, mulai dari pukul 21:00-
05:00 WITA, tidur nyenyak.

Setelah MRS : Klien mengatakan istirahat tidur ± 8 jam/hari, mulai dari pukul 21:00-
05:00 WITA, gelisah.

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB ± sebanyak 1-2 x/hari dengan konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan.

Setelah MRS : Klien mengatakan BAB ± sebanyak 1-2 x/hari dengan konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan.

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS : Klien mengatakan BAK ± sebanyak 3-4 x/hari dengan warna
urine kuning keruh.

Setelah MRS : Klien mengatakan BAK ± sebanyak 3-4 x/hari dengan warna
urine kuning keruh.

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS : Klien mengatakan sebelum sakit bebas bergerak dan beraktivitas.

Setelah MRS : Klien mengatakan saat sakit hanya berbaring ditempat tidur.

7. Personal hygiene

Sebelum MRS : Klien mengatakan mandi 2x sehari,mencuci rambut dan gosok gigi
2x sehari.
Setelah MRS : Klien mengatakan selama sakit hanya dilap basah, gosok gigi 2x
sehari, tidak mencuci rambut.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Hari/Tanggal : Senin, 28/03/2022

1. Keadaan umum

Kehilangan BB : Klien mengatakan selama sakit berat badannya berkurang.

Kelemahan : Lemah

Vital sign : TD :

N : 84 x/mnt

S : 37, 8 ℃

P : 28 x/mnt

Tingkat kesadaran : Compos mentis

2. Head to toe

o Kulit/integumen :

o Kepala & rambut : Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, distribusi merata,
tidak terdapat tumor, luka maupun edema.

o Kuku : Tidak terdapat sianosis pada kuku, kuku bersih.

o Mata/penglihatan : Tidak ada kelainan otot mata, kelopak mata normal, reflek pupil
normal, mata simetris kiri kanan.

o Hidung/penghiduan : Tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang hidung bersih,


penciuman baik, tidak ada kelainan.

o Telinga/pendengaran : Tidak ada nyeri tekan, simetris kiri dan kanan.

o Mulut dan gigi : Gigi tidak ada yang tanggal, tidak ada luka pada mulut.

o Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba,
posisi trakea terletak ditengah, dan tidak ada kelainan
o Dada : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, terdengar suara napas
tambahan ronchi.

o Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, peristaltik dalam.

o Perineum & genitalia : Tidak terkaji

o Extremitas atas & bawah : Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah.

3. Pemeriksaan diagnostik

Hari/tgl : Senin, 28/03/2022

 Laboratorium

 Ureum : 18 mg/dl

 Kreatinin : 0,5 mg/dl

 Albumin : 2,7 g/dl

 SGOT : 50 mg/dl u/l

 SGPT : 56 mg/dl u/l

 Radiologi

 Foto toraks PA

 EKG 12 lead

4. Penatalaksanaan Medis/Terapi (uraikan sesuai dengan anjuran medis)


VIII.PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN
Yang mengkaji,

………………………………………………

NIM :

FORMAT KLASIFIKASI DATA

Nama / umur :

Ruang / kamar :

Karegori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi

Sirkulasi

Nutrisi dan Cairan

Eliminasi

Aktivitas dan Istirahat

Neorosensori

Reprodukdi dan Seksualitas


Psikologis Nyeri dan Kenyamanan

Integritas Ego

Pertumbuhan dan

Perkembangan

Perilaku Kebersihan Diri

Penyuluhan dan

Pembelajaran

Relasional Interaksi Sosial

Lingkungan Keamanan dan Proteksi

FORMAT ANALISA DATA


Nama / umur :

Ruang / kamar :

Tanda dan Gejala Penyebab Masalah

FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Nama / umur :

Ruang / kamar :

Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi


FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama / umur : Tn. R

Ruangan : Poli Bedah

Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


N Diagnosis
O keperawatan Tingkat Nyeri Ekspektasi : Meningkat Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
 Identifikasi  Jelaskan
1. Nyeri akut Tujuan: setelah Kolaborasi
berhubungan dilakukan tindakan lokasi,  Berikan penyebab, dalam
dengan agen keperawatan karakteristik, teknik priode dan pemberian
pencedera diharapkan tingkat durasi, nonfarmakol pemicu nyeri analgetik
fisiologis nyeri menurun. frekuensi, ogis untuk  Jelaskan
Kriteria hasil: kualitas, mengurangi strategi
1. Kemampuan intensitas rasa nyeri meredakan
menuntaskan nyeri.  Kontrol nyeri
aktivitas  Identifikasi lingkungan  Anjurkan
meningkat sekala nyeri yang dapat memonitor
2. Keluhan nyeri  Identifikasi memperbera nyeri secara
menurun respon nyeri t rasa nyeri mandiri
3. Meringis non verbal (misalkan  Anjurkan
menurun  Identifikasi suhu menggunakan
4. Sikap protektif faktor yang ruangan, analgetik
menurun memperbera pencahayaan secara tepat
5. Kesulitan tidur t dan , kebisingan)  Ajarkan tekhnik
menurun memperinga  Fasilitasi nonfarmakolog
6. Frekuensi nadi n nyeri istirahat dan is untuk
 Identifikasi tidur mengurangi
membaik  pengetahuan  Pertimbangk rasa nyeri
7. Pola nafas dan an jenis dan
membaik keyakinan sumber nyeri
8. Tekanan darah tentang nyeri dalam
membaik  Identifikasi pemilihan
9. Nafsu makan pengaruh strategi
membaik budaya meredakan
terhadap nyeri
respon nyeri
 Monitor 
keberhasilan P
terapi
komplement 
er yang  Posisikan
sudah semi-fowler
diberikan atau fowler
 Monitor efek  Berikan
samping terapi
penggunaan oksigen
analgetik Edukasi
 Ajarkan
teknik
relaksasi
napas dalam
 Anjurkan
beraktifitas
fisik sesuai
toleransi
Tujuan
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x8 jam
diharapkan
penurunan curah
jantung meningkat
dengan kriteria
hasil:
1. Kekuatan nadi
perifer meningkat 2.
Tekanan darah
membaik 100-
130/60-90 mmHg 3.
Lelah menurun
4. Dispnea menurun

Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan irama
jantung
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No Ekspektasi : Meningkat
keperawatan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
 Identifikasi  Jelaskan kepada
2 Gangguan citra Tujuan  Diskusikan
tubuh harapan citra perubahan keluarga tentang
Setelah dilakukan tubuh perawatan
berhubungan tindakan tubuh
dengan berdasarkan perubahan citra
keperawatan selama tahap  Diskusikan tubuh
kehilangan 3x8 jam citra tubuh perbedaan
bagian anggota perkembangan  Anjurkan
meningkat dengan  Identifikasi penampila mengungkapkan
tubuh n fisik
kriteria hasil budaya, agam, gambaran diri
jenis kelamin, terhadap terhadap citra
1. Melihat harga diri
dan umur tubuh
bagian tubuh
terkait citra  Diskusikan  Anjurkan
meningkat
tubuh cara mengikuti
2. Menyentuh
 Identifikasi mengemba kelompok
bagian tubuh
perubahan ngkan pendukung
meningkat
citra tubuh harapan  Latih fungsi
3. Tentang
yang citra tubuh tubuh yang
perubahan
mengakibatka secara dimiliki
tubuh
n isolasi social relistis
menurun
 Monitor
4. Fokus pada
frekuensi
bagian tubuh
pernyataan
menurun
kritik terhadap
diri sendiri
 Monitor
apakah pasien
bias melihat
bagian tubuh

 
 
 
 
 































 yang berubah



























In 


2. Saturasi oksigen 
dalam rentang 
toleransi
normal (95%- 100%) 
aktivitas
3. Frekuensi nadi 
berhubungan dalam rentang 
dengan ketidak normal (60-100 
seimbangan kali/menit) 
antara suplai
4. Dispnea saat 
dan kebutuhan
beraktifitas dan 
oksigen
setelah beraktifitas 
menurun (16-20 
kali/menit)  
  Monitor
 kelelahan fisik
  Monitor pola
 dan jam tidur
 Terapeutik
  Lakukan latihan
 rentang gerak
 pasif/aktif
  Libatkan
 keluarga dalam
 melakukan
 aktifitas, jika
 perlu


















 Monitor
kelelahan fisik
 Monitor pola
dan jam tidur
Terapeutik
 Lakukan
latihan rentang
gerak
pasif/aktif
 Libatkan
keluarga
dalam
melakukan
aktifitas, jika
perlu
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial klien :
Ruangan :
No. RM :

No DX. Kep Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan


FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / umur :
Ruang / kamar :

Hari/
Waktu Evaluasi (SOAP)
Tgl

Anda mungkin juga menyukai