Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN PNEUMONIA
DI RUANG RAWAT INAP RSU PAYANGAN GIANYAR

Oleh A-11
ALYA SHAFIRA (219012674)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

I. KONSEP DASAR PNEUMONIA


A. DEFINISI / PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer,
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013)
Pneumonia merupakan istilah umum yang menandakan inflamasi pada daerah
pertukaran gas dalam pleura; biasanya mengimplikasikan inflamasi parenkim paru
yang disebabkan oleh infeksi. (Caia Francis 2011). Pneumonia adalah proses
inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius
(Smeltzer, Suzanne C, 2012)

B. ETIOLOGI/ PENYEBAB
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah
bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri
Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang
disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus,
Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Nursalam,
2016).

a. Bakteri Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu


1. Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri
patogen ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU
sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di
ICU sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang
diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers) memungkan
infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi
awal menuju ke paru - paru. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman
ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan
abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2. Atipikal organisme Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp,
chlamedia sp, Legionella sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya
adalah cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme
yang menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam
rumah dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal;
asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta
interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah
(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan
kelembaban yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh
kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energy tidak ramah
lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative murah seperti batu bara
dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku
merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia
pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan
polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama
(Kemenkes RI, 2011)

C. PATOFISIOLOGI
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin
dan leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium
ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak
terkena akan tetap normal (Nursalam, 2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke
dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan
membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus
yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial
yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan
pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital
dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi
menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch,
sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena
saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa
terjadi gagal nafas (Nursalam, 2016).
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi
(Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang
yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung,
baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan
merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi
mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang
terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1) Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada
ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
3) Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah
saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup
sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki
(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis
sebagai berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. Ronki
e. Demam tidak setabil
f. Leukositosis
g. Infiltrat

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena)
dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan.
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari
dalam 4 hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/ hari
dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali
pemberian (Arif mansjoer, dkk, 2001).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu
memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan
melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder
dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan
nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru,
efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika
bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan
infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%
pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia
juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif.
Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak
beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan
perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Ryusuke,
2017)

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PNEUMONIA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Pneumonia bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa
saja, anak-anak maupun dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian mendadak
panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas sesak,
Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang sering dijumpai
pada waktu anamnese ada klien mengeluh mendadak panas tinggi (380C -
410C) Disertai menggigil, kadang - kadang muntah, nyeri pleura dan
batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan
menghasilkan sputum seperti karat dan purulent.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada
penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat mendasari
timbulnya pneumonia
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya
c. Pola-pola fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ? Pola kebiasaan
dan fungsi ini meliputi :
a. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis ?Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota
keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama,
riwayat perokok dan bagaimana kebersihan lingkungan.
b. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi ? Makanan apa
saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pada pasien pneumonia biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah
karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan
toksik mikroorganisme.
c. Pola Eliminasi
BAK: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat kencing.
BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
d. Pola aktivitas dan latihan
Apakah senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang
disukai ?
Aktivitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
e. Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam
berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya
sesak nafas.
f. Kognitf/persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan
g. Persepsi diri/konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
h. Peran/hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
i. Seksualitas/reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi
j. Koping/toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung.
k. Nilai/kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya
tidak ada masalah.
2) Secara sistemik dari kepala sampai kaki (Head to Toe)
3) Data Fokus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan d.d sputum berlebih, batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk, mengi, wheezing/ ronki kering, dyspnea,
pola nafas berubah, frekuensi nafas bertambah (D.0149)
2. Pola nafas tidak efektif b.d deformitas dinding dada d.d penggunaan otot
bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, dyspnea, pola nafas abnormal,
pernafasan cuping hidung, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun (D.0005)
3. Hipertemia b.d proses penyakit (infeksi mycobacterium tuberculosis) d.d
suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi d.d
dyspnea, takikardi, bunyi nafas tambahan, PCO2 meningkat/menurun, pusing
pengelihatan kabur, sianosis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, kesadaran menurun (D.0003)
5. Deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d nafsu makan
menurun, berat badan menurun, bising usus hiperaktif, membrane mukosa
pucat, sariawan (D.0019)
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuha oksigen d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat, dyspnea,
sianosis (D.0056)
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016)
C. RENCANA TINDAKAN
No. Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas - Mengurangi
keperawatan selama .....x24 jam, (I.01011) perparahan
diharapkan bersihan jalan nafas Observasi: kondisi dari
pasien dapat teratasi dengan - Monitor pola nafas jalan nafas yang
kriteria hasil (L.01001) : - Monitor bunyi nafas tersubat
- Produksi sputum menurun - Identifikasi sehingga
- Mengi menurun kemampuan batuk dibutuhkan
- Wheezing menurun - Monitor sputum monitor pola
- Frekuensi nafas dalam rentang (jumlah, warna, nafas, bunyi,
normal aroma) kemampuan
- Batuk efektif meningkat Terapeutik: batuk, monitor
- Pola nafas meningkat - Posisikan semi fowler sputum
- Berikan minum air - Posisi yang
hangat tepat akan
- Lakukan suction membantu
selama 15 detik dalam perbaikan
- Berikan oksigen, jika jalan nafas
perlu - Sputum yang
Edukasi: tidak bisa keluar
- Anjurkan asupan dibantu oleh
cairan 2000 ml/hari alat agar jalan
- Ajarkan teknik batuk nafas tidak
efektif tersumbat
Kolaborasi: - Oksigen
- Kolaborasi pemberian memberikan
broncodilator, bantuan untuk
ekspektoran, memenuhi
mukolitik, jika perlu kebutuhan
oksigen pada
tubuh
- Cairan
membantu
melegakan jalan
nafas dan
memenuhi
cairan dalam
tubuh
- Untuk
mengeluarkan
sputum yang
menyumbat
jalan nafas bisa
dilakukan batuk
efektif
- Kolaborasi
dapat membantu
penyembuhan
agar cepat
membaik
2 Setelah dilakukan asuhan Manejemen jalan nafas - Mengurangi
keperawatan selama .....x24 jam, (I.01011) perparahan
diharapkan pola nafas tidak efektif Observasi: kondisi dari
pasien dapat teratasi dengan - Monitor pola nafas jalan nafas yang
kriteria hasil (L.01004) : (fekuensi, kedalaman, tersubat
- Tekanan ekspirasi meningkat usaha nafas) sehingga
- Kapasitas vital membaik - Monitor bunyi nafas dibutuhkan
- Dyspnea menurun tambahan (gurgling, monitor pola
- Penggunaan otot bantu nafas mengi, wheezing, nafas, bunyi,
menurun ronki) kemampuan
- Frekuensi nafas membaik - Monitor saturasi batuk, monitor
oksigen sputum
Terapeutik: - Posisi yang
- Posisikan semi fowler tepat akan
- Berikan oksigen, jika membantu
perlu dalam perbaikan
Edukasi: jalan nafas
- Anjurkan asupan - Oksigen
cairan 2000 ml/hari, memberikan
jika tidak bantuan untuk
kontraindikasi memenuhi
Kolaborasi: kebutuhan
- Kolaborasi pemberian oksigen pada
broncodilator, tubuh
ekspektoran, - Cairan
mukolitik, jika perlu membantu
melegakan jalan
nafas dan
memenuhi
cairan dalam
tubuh
- Kolaborasi dapat
membantu
penyembuhan
agar cepat
membaik
3 Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia - mpermudah
keperawatan selama .....x24 jam, (I.15506) tindakan yang
diharapkan hipertermia pasien Observasi: harus dilakukan
dapat teratasi dengan kriteria hasil - monitor suhu tubuh bila suhu tubuh
(L.14134) : Terapeutik: semakin
- Menggigil membaik - sediakan lingkungan meningkat
- Kejang menurun yang dingin sehingga
- Takikardi membaik - lakukan pendinginan dilakukannya
- Suhu tubuh normal (36,1-37) eksternal (mis. monitor suhu
- Tekanan darah membaik selimut atau kompres tubuh
- Ventilasi membaik dingin pada dahi, - memfasilitasi
leher, dada, abdomen, lingkungan
aksila) yang teapt
Edukasi: sangat efektif
- anjurkan tirah baring untuk
Kolaborasi: menurunkan
- kolaborasi pemberian demam
cairan dan elektrolit - memberikan
intravena, jika perlu konpres
membantu
mempercepat
menurunkan
suhu tubuh
dengan
sehingga
dilakukan
kompres di
bagian tertentu
- pasien
hipertermia
membutuhkan
istirahat yang
cukup sehingga
dianjurkan tirah
baring/istirahat
- Pasien dengan
masalah
hipertermi perlu
adanya
kolaborasi
pemberian
cairan IV dan
elektrolit jika
keadaan tertentu
4 Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi - Dengan mengkaji
keperawatan selama .....x24 jam, (I.01014) kualitas frekuensi
diharapkan gangguan pertukaran Observasi: dan kedalaman
gas pasien dapat teratasi dengan - Monitor frekuensi, pernafasan, kita
kriteria hasil (L.01003) : irama, kedalaman, dan dapat mengetahui
- Dyspnea menurun upaya napas sejauh mana
- Bunyi nafas tambahan - Monitor pola napas perubahan
menurun (seperti bradipnea, kondisi pasien
- Pusing menurun takipnea, - bradipnea,
- Gelisah menurun hiperventilasi, ataksik) takipnea,
- PCO2 membaik - Auskultasi bunyi napas hiperventilasi,
- PO2 membaik Terapeutik: ataksik suatu
- Takikardia membaik - Atur interval kondisi yang
- Sianosis membaik pemantauan respirasi dapat
- Pola nafas membaik sesuai kondisi pasien memperburuk
- Warna kulit membaik Edukasi: gangguang
- Jelaskan tujuan dan pertukaran gas
prosedur pemantauan maka dari itu
Kolaborasi: perlunya di
- Kolaborasi pemberian pantau
obat dengan dokter - gangguan
pertukaran gas
membuat pola
nafas tidak stabil
sehingga perlu
pengaturan
interval respirasi
sesuai kondisi
pasien
- menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
sehingga pihak
pasien, keluarga
lebih memahami
- Pemberian
pengobatan
dapat
menurunkan
beban
pernafasan dan
mencegah
terjadinya
gangguan
pertukaran gas
5 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi - pasien dengan
keperawatan selama .....x24 jam, (I.03119) diagnosa
diharapkan defisit nutrisi pasien Observasi: keperawatan
dapat teratasi dengan kriteria hasil - Identifikasi status defisit nutrisi
(L.03030) : nutrisi diberikan
- Berat badan membaik - Identifikasi tindakan sesuai
- Frekuensi makan membaik kebutuhan kalori dan intervensi guna
- Nafsu makan membaik jenis makananan memenuhi
- Membrane mukosa membaik - Monitor mual muntah kebutuhan
- Monitor berat badan nutrisi tubuh.
Terapeutik: - Melakukan
- Berikan makanan penimbangan
yang tinggi serat berat badan
untuk mencegah secara rutin
konstipasi mengetahui
- Berikan makanan perkembangan
yang tinggi protein dan mengetahui
dan tinggi kalori kebutuhan
- Berikan suplemen nutrisi pasien
makanan - Penyuluhan
Edukasi: penting
- Ajarkan diet yang meningkatkan
diprogramkan pengetahuan
Kolaborasi: pasien
- Kolaborasi pemberian - Kolaborasi
medikasi sebelum dengan ahli gizi
makan mempercepat
proses
penyembuhan
6 Setelah dilakukan asuhan Menejemen energy - Mengurangi
keperawatan selama .....x24 jam, (I.05178) kemunculan
diharapkan intoleransi aktivitas Observasi : keluhan lain
pasien dapat teratasi dengan - Monitor kelelahan fisik - Mencegah
kriteria hasil (L.05047): dan emosional adanya
- Frekuensi nadi meningkat (60- - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
100x/menit ketidaknyamanan selama aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan selama melakukan - Memberikan
aktivitas sehari-hari meningkat aktivitas latihan bertahap
- Keluhan lelah menurun Terapeutik : sesuai kondisi
- Dyspnea saat aktivitas - Lakukan latihan klien
menurun rentang gerak pasif - Membantu
- Dispnea setelah aktivitas dan/atau aktif mempercepat
menurun - Berikan aktivitas pemulihan
- Perasaan lemah menurun distraksi yang kondisi sehingga
menenangkan diberikan
Edukasi : distraksi yang
- Anjurkan melakukan menenagkan
aktivitas secara - Menghambat
bertahap terjadinya cedera
- Anjurkan strategi lain saat
koping untuk melakukan
mengurangi kelelahan aktivitas
Kolaborasi : - Merencanakan
- Kolaborasi dengan program
ahli gizi tentang cara pemulihan klien
meningkatkan asupan agar
makanan meningkatkan
energy untuk
beraktivitas
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018, Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019)

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang direncanakan.

E. EVALUASI
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang
dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Francis, Caia. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta : Erlangga

Smeltzer, Suzanne C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta :
EGC

Shaleh. 2013. No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling. 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika

Ryusuke, O. 2017. Tugas Responsi Mendeley. https://ejournal.unisayogya.ac.id

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : media aesculapius
fakultas universitas indonesia

Kemenkes RI. 2011. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae


Brunensis (Vol. 16, Issue 2). https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625

Anda mungkin juga menyukai