Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL

Oleh:
NI LUH CINTYA ANGGRENI
NIM. 219012707

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Djunaedi & Yitnarmuti, 2018).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Kaplan dan Sadock
2010). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif
atau mengancam (Videback, 2018).

B. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
Beberapa factor predisposisi (pendukung) yang dapat menyebabkan
isolasi sosial adalah:
1. Faktor tumbuh kembang
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh
kembang memilki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan
menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan
membarikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya.
2. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia
adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga.
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan
hal-hal yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga
diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada
saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan
berkomunikasi dengan orang lain (Yosep, 2014).
2) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal (Yosep. 2016), meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan.

C. RENTANG RESPON
Dalam membina hubungan social, individu berada dalam rentang
respon yang adatif samapai dengan maladatif. Respo adatif merupakan respon
yang dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan yang secara
umum berlaku. Sedangkan respon maladatif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat di terima
oleh norma social dan budaya setempat. Respon social maladatif yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari hari adalah menarik diri, tergantung
(dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi dan kesepian (Stuart,
G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2016).

Respon adatif Respon maladatif

- Menyendiri - Merasa sendiri - Manipulasi


- Otonomi - Menarik diri - Impulsive
- Bekerjasama - Tergantung - narcisissm
- Saling
tergantung

Keterangan dari rentang respon sosial :


1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang
untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya
dan suatu cara untuk mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya.
2. Otonomi
Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social.
3. Bekerjasama (Mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan
interpersonal.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan orang lain atau lingkunganya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang
lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Yosep (2019) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

E. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori perseptual :


halusinasi

Isolasi Sosial
Defisit Perawatan
(Core Problem)
Diri

Gangguan Konsep Diri:


Harga Diri Rendah

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medis
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan
faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative cukup lama, dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
ini meliputi : memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersifat ramah, sopan, dan jujur kepada
pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang.
2. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial
dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental:
faham, halusinasi. Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin.Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal
(distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin
(amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis.
Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung
tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung .
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi
merupakan suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan
masalah isolasi sosial akan dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada di sekitarnya. Sosialissai dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa). Aktivitas yang
dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok, dan akan dilakukan
dalam 7 sesi dengan tujuan:
Sesi 1: Klien mampu memperkenalkan diri
Sesi 2: Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Sesi 3: Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Sesi 4: Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
Sesi 5: Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
Sesi 6: Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
Sesi 7: Klien mampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat kegiatan
TAK yang telah dilakukan.
4. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian diri dengan
lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah sakit
adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan
tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014).
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit
yang dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya
terapi okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan,
melukis, menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini
berlangsung 3-6 bulan (Yusuf, 2019).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien.Untuk dapat menjaring data yang
diperlukan umumnya, dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas Meliputi : nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien
dan alamat klien.
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme kopingMasalah psikososial dan lingkungan
i. Pengetahuan
j. Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam
sebagai berikut :
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh kliendan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data
primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai
data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok
data yang dikumpulkan. Umumnya sejumlah masalah klien
salingberhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah. (Keliat,
2015).

No Data subjektif Data objektif Kesimpulan


1 - Klien mengatakan mendengar - Klien berbicar dan tertawa Halusinasi
bunyi yang tidak berhubungan sendiri
dengan stimulus nyata - Klien bersikap seperti
- Klien mengatakan melihat mendengar/melihat sesuatu
gambaran tanpa ada stimulus - Klien berhenti bicara
yang nyata ditengah kalimat untuk
- Klien mengatakan mencium bau mendengarkan sesuatu
tanpa stimulus - Disorientasi
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada
kulitnya
- Klien takut pada
suara/bunyi/gambar yang dilihat
dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar
barang-barang

2. Sukar didapat jika klien menolak Apatis, ekpresi sedih, afek Isoalsi
komunikasi, kadang hanya dijawab tumpul, menyendiri, berdiam social
dengan singkat, ya atau tidak. diri dikamar, banyak diam,
kontak mata kurang
(menunduk), menolak
berhubungan dengan orang
lain, perawatan diri kurang,
posisi menekur.

3 Klien mengatakan: saya tidak bisa, Klien tampak lebih suka Harga diri
tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa- sendiri, bingung bila disuruh rendah
apa, mengkritik diri sendiri, memilih alternatif tindakan,
mengungkapkan perasaan malu ingin mencederai diri.
terhadap diri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan


Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
Isolasi Sosial TUM: Setelah…x pertemuan, pasien Bina hubungan saling percaya Agar pasien dapat
Pasien dapat dapat menerima kehadiran dengan menggunakan prinsip membina hubungan
berinteraksi dengan perawat. Pasien dapat terapeutik. saling percaya dengan
orang lain. mengungkapkan perasaan dan 1. Sapa klien baik verbal maupun orang lain dan mampu
keberadaannya saat ini secara non verbal berinteraksi
TUK 1: verbal : 2. Perkenalkan diri dengan sopan
Pasien dapat 1. Mau menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap klien
membina hubungan 2. Ada kontak mata dan nama panggilan klien
saling percaya. 3. Mau berkenalan 4. Jelaskan tujuan pertemuan
4. Mau berjabat tangan 5. Buat kontrak interaksi yang
5. Mau menjawab jelas
pertanyaan 6. Jujur dan menepati janji
6. Mau duduk di samping 7. Tunjukan sikap empati dan
perawat menerima klien dengan apa
7. Mau mengungkapkan adanya.
perasaanya 8. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan bersahabat
9. Dengarkan dengan empati beri
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
kesempatan bicara, jangan
buru-buru tunjukan bahwa
perawat mengikuti
pembicaraan pasien
10. Beri perintah klien dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien
TUK 2: Setelah … x pertemuan, pasien 1. Tanyakan pada pasien tentang 1. Untuk mengetahui
Pasien mampu dapat menyebutkan minimal 1 a. Orang yang tinggal orang yang dekat
menyebutkan penyebab menarik diri yang serumah / teman sekitar dengan pasien serta
penyebab menarik berasal dari pasien upaya yang
diri 1. Diri sendiri b. Orang terdekat pasien di dilakukan untuk
2. Orang lain rumah mendekatkan diri
3. Lingkungan c. Apa yang membuat pasien dengan orang lain
dekat dengan orang 2. Untuk mengetahui
tersebut pengetahuan pasien
d. Hal yang membuat pasien tentang menarik diri
menjauhi orang tersebut 3. Untuk mengetahui
e. Upaya yang telah di perasan dan
lakukan untuk penyebab pasien
mendekatkan diri dengan menarikdiri
orang lain
2. Kaji pengetahuan pasien
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
tentang perilaku menarik diri
3. Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan
perasaanya penyebab menarik
diri dan tidak mau bergaul
4. Mendiskusikan pada pasien
tentang perilaku menarik diri,
tanda serta penyebab
5. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan pasien
mengungkapkan perasaanya

TUK 3 : Setelah …X pertemuan pasien 1. Kaji pengetahuan klien 1. Untuk mengetahui


Pasien dapat dapat menyebutkan tentang manfaat dan seberapa jauh pasien
menyebutkan keuntungan berhubungan keuntungan bergaul dengan mengetahui tentang
keuntungan sosial,misalnya: orang lain keuntungan dari
berhubungan dengan 1. Banyak teman 2. Beri kesempatan pada klien berinteraksi dengan
orang lain dan 2.  Tidak kesepian untuk mengungkapkan orang lain
kerugian tidak 3. Bisa diskusi perasaannya tentang 2. Agar pasien
berhubungan dengan  Saling menolong keuntungan berhubungan mengetahui manfaat
orang lain dengan orang lain berhubungan dengan
3. Diskusikan bersama klien orang lain
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain

TUK 4 : Setelah …X pertemuan pasien 1. Observasi perilaku klien saat 1. Untuk mengetahui
Pasien dapat dapat melaksanakan hubungan berhubungan dengan orang perilaku pasien saat
melaksanakan sosial secara bertahap dengan: lain. berhubungan dengan
hubungan sosial 1. Klien-perawat 2. Beri motivasi dan bantu klien orang lain
secara bertahap 2. Klien-perawat-perawat untuk 2. Agar pasien merasa
lain berkenalan/berkomunikasi dihargai saat
3. Klien-perawat-perawat dengan orang lain melalui: mencapai
lain-klien lain a. Klien-perawat keberhasilan dalam
4. Klien-kelompok kecil b. Klien-perawat-perawat lain berinteraksi
Klien-keluarga / kelompok / c. Klien-perawat-perawat 3. Agar pasien lebih
masyarakat lain-klien lain termotivasi dalam
d. Klien-kelompok kecil melakukan kegiatan
e. Klien-keluarga/ sesuai dengan jadwal
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
kelompok/masyarakat kegiatan pasien
3. Beri reinforcement terhadap
keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
5.  Motivasi dan libatkan klien
untuk mengikuti kegiatan
terapi aktifitas kelompok
sosialisasi
6.  Diskusikan jadwal kegiatan
harian yang dapat dilakukan
untuk meningkat kemampuan
klien bersosialisasi
7.  Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah di
buat
8. Beri pujian terhadap
kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
TUK 5 : Setelah … X pertemuan 1. Dorong klien untuk Agar pasien mampu
Pasien mampu pasien dapat mengungkapkan mengungkapkan perasaannya mengungkapkan
mengungkapkan perasaan setelah berhubungan setelah berhubungan dengan perasaannya setelah
perasaannya setelah dengan orang lain untuk: orang lain/kelompok berinteraksi dengan
berhubungan dengan 1. Diri sendiri 2. Diskusikan dengan klien orang lain
orang lain 2. Orang lain manfaat berhubungan dengan
kelompok orang lain
3. Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan
orang lain.
TUK 6 Setalah …X pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Untuk membina
Pasien mendapat keluarga dapat menjelaskan dengan keluarga hubungan saling
dukungan keluarga tentang: 2. Diskusikan pentingnya peran percaya dengan
dalam memperluas 1. Pengertian menarik diri serta keluarga sebagai keluarga
hubungan sosial 2. Tanda dan gejala pendukung untuk mengatasi 2. Agar keluarga
3. Penyebab dan akibat prilaku menarik diri mengetahui tentang
menarik diri 3. Diskusikan dengan anggota perilaku menarik diri
4. Cara merawat klien keluarga tentang:
menarik diri a. Perilaku menarik diri
b. Tanda dan gejala menarik
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
Setelah … X pertemuan diri
keluarga dapat c. Penyebab prilaku menarik
mempraktekkan cara merawat diri
klien menarik diri. d. Cara keluarga meghadapi
klien yang sedang menarik
diri
4. Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien    
mengatasi prilaku menarik
diri
5. Latih keluarga cara merawat
klien menarik diri
6. Tanyakan perasaan keluarga
setalah mencoba cara yang
dilatihkan
7. Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien berkomunikasi
dengan orang lain
8. Anjurkan anggota keluarga
untuk rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
1x seminggu
9. Beri reinforcement atas hal-
hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga
merawat klien di rumah sakit
TUK 7 Setalah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien 1. Agar pasien dapat
Pasien dapat menyebutkan: tentang manfaat dan kerugian mengetahui manfaat
memanfaatkan obat 1. Manfaat minum obat tidak minum obat, nama, dan kerugian tidak
dengan baik 2. Kerugian tidak minum warna, dosis, cara, efek terapi minum obat
obat dan efek samping penggunaan 2. Untuk memantau
3. Nama,warna dosis, efak obat penggunaan obat
terapi dan efek samping 2. Pantau klien saat penggunaan 3. Agar pasien lebih
obat obat percaya diri dalam
3. Anjurkan klien minta sendiri melakukan kegiatan
Setelah ..x interaksi, pasien obat pada perawat agar dapat
mendemonstrasikan merasakan manfaatnya
penggunaaan obat dan 4. Beri pujian jika klien
menyebutkan akibat berhenti menggunakan obat dengan
minum obat tanpa konsultasi benar
ke dokter 5. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
6. Anjurkan klien untuk
Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
konsultasi dengan
dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Strategi Pelaksanaan Klien Strategi Pelaksanaan Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah yang
isolasi social pasien dirasakan keluarga dalam
2. Berdiskusi dengan pasien tentang merawat pasien
keuntungan berinteraksi dengan 2. Menjelaskan pengertian, tanda
orang lain dan gejala isolasi social yang
3. Berdiskusi dengan pasien tentang dialami pasien beserta proses
kerugian tidak berinteraksi terjadinya
dengan orang lain 3. Menjelaskan cara-cara
4. Mengajarkan pasien cara berinteraksi dengan pasien isolasi
berkenalan dengan satu orang social

SP II SP II
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
sebelumnya cara merawat klien dengan isolasi
2. Mengajarkan klien berinteraksi social
secara bertahap (berkenalan 2. Melatih keluarga mempraktikkan
dengan orang pertama atau cara merawat klien isolasi social
perawat) langsung dihadapan klien
3. Membimbing memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian jadwal aktivitas dirumah termasuk
2. Memberikan kesempatan kepada minum obat (discharge planning)
pasien berkenalan dengan dua 2. Menjelaskan follow up klien
orang atau lebih setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan dalam
jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

D. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan dari klien (Keliat, 2012)
Evaluasi dibagi dua :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.
2. Evaluasi hasil (Somatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien
pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan
SOAP.
3. Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan isolasi social : menarik diri
adalah : Klien mampu menyadari penyebab isolasi social dan
berinteraksi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Elisia, Laela. (2014). Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan


Berinteraksi Pada Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.
1(1): 3-4

Yusuf, AH. (2019). Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistic Dalam Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Keliat, B.A. (2012). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta :
EGC

Keliat, B.A. dan Akemat. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC

Suliswati. (2015). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC

.(2014), Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: PT Refika Aditama.

.(2016), Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai