Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ISOLASI SOSIAL :


MENARIK DIRI
DI RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :
Ayu Oktaviani (20214663017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2022
1. Pengertian
Isolasi sosial merupakan gangguan kesehatan mental dimana individu
mengalami penurunan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Seseorang
yang mengalami isolasi sosial ia akan selalu merasa kesepian, tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, merasa tidak diterima atau ditolak.
Kerusakan intraki sosial ini merupakan satu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, sebagai tingkah yang maladaptif, dan mengganggu fungsi individu
dalam hubungan sosialnya.
2. Etiologi
Terjadinya isolasi sosial ini dipengaruhi oleh faktor prediposisi dan faktor
presipitasi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa
terdapat fase-fase yang harus dilewati dan terpenuhi. Dalam
pemenuhan fase tersebut jika mengalami gangguan atau tidak
terpenuhi maka dapat mempengaruhi hubungan sosial.
b. Faktor biologis
Respon sosial maladaptif dapat ditunjang oleh faktor genetik. Genetik
merupakan salah satu faktor yang mendukung gangguan jiwa.
Misalnya, kejadian tertinggi skizofrenia sering ditemukan pada
seseorang yang memiliki riwayat keluarga skizofrenia. Selain itu juga,
struktur otak yang mengalammi kelainan, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, perubahan struktur limbik serta penurunan berat dan volume
otak dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor yang memicu
seseorang mengalami isolasi sosial. Gangguan ini bisa disebabkan oleh
norma-norma yang ada di lingkungan. Misalnya, di dalam satu
keluarga menganut setiap anggota yang tidak produktif selalu
diasingkan dari lingkungan. Selain itu, norma yang tidak mendukung
pendekatan orang lain atau tidak menghargai orang lain seperti lansia,
orang cacat, dan berpenyakit kronik. Maka permasalahan tersebut dapa
menjadi faktor predisposisi isolasi sosial.
2. Faktor presipitasi
a. Stressor sosiokultural
Kejadian atau perubahan dalam sosial budaya dapat memicu kesulitan
berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
b. Stressor psikologik
Ansietas merupakan penyebab utama dari stressor psikologik. Karena
jika individu merasakan kecemasan/ansietas berkepanjangan dan tidak
mempunyai solusi dalam mengatasi penyelesaiannya maka dapat
menyebabkan stress.
c. Stressor intelektual
Individu dalam “kegagalan” akan merasakan kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Maka, mereka akan cenderung sulit dalam
berinteraksi berbagi rasa dengan orang lain. Selain itu, kurangnya
dalam mengenal perasaan dan pikiran mengganggu pengembangan
dalam berhubungan dengan orang lain juga dapat menyebabkan stress.
d. Stressor fisik
Stressor fisik yang paling sering menjadi pemicu individu mengalami
isolasi sosial adalah penyakit kronik dan keguguran.
3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitude Kesepian Manipulasi


Autonomy Menarik diri Impulsivity
Mutuality Ketergantungan Narcissism
Interdependen

4. Penatalaksanaan Medis
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Dengan tujuan terapeutik alat ini bekerja dengan menggunakan
arus listrik yang digunakan pada otak dengan 2 elektrode yang
ditempatkan di bagian temporal kepala yaitu di daerah pelipis kiri dan
kanan, dimana arus tersebut akan menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik. Respon yang terjadi akan membangkitkan listrik
di otak dan menyebabkan terjadinya perbahan faal dan biokimia dalam
otak.
2. Psikoterapi
Upaya dalam psikoterapi ini adalah memberikan rasa aman dan
tenang, diciptakannya lingkungan yang terapeutik, bersikap ramah dan
jujur kepada pasien, menerima pasien apa adanya, bersifat empati,
memotivasi pasien dengan tujuan pasien dapat mengunkapkan perasaan
secara verbal.
3. Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan suatu partisipasi dari
seseorang untuk melakukan aktivitas yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk memperkuat, memperbaiki, dan meningkatkan harga diri.
5. Pengkajian
1. Identitas
Pada kasus klien dengan isolasi sosial gejala negatif lebih sering di alami
oleh klien berjenis kelamin laki-laki daripada wanita, karena fungsi sosial
wanita tampak lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Pada rentang usia
klien yang mengalami isolasi sosial sering ditemukan saat usia dini atau
muncul saat pertama kali pubertas, dalam penelitiannya Titik dan Livana
(2019) hasil frekuensi terbanyak responden yang mengalami isolasi sosial
adalah 36-50 tahun.
2. Keluhan utama
Biasanya klien yang mengalami isolasi sosial dibawa ke rumah sakit
karena adanya kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Perawat
akan sulit menerima keluhan dari klien, karena klien mengalami
penurunan bahkan ketidakmampuan berinteraksi.
3. Faktor predisposisi
Dalam penelitiannya Titik dan Livana (2019) mendapatkan kesimpulan
bahwa hasil gambaran faktor predisposisi berupa faktor tumbuh kembang
mayoritas pasien merasa tidak dicintai oleh keluarganya, sedangkan dalam
faktor komunikasi seluruh pasien yang mengatakan jika ada masalah tidak
selalu didiskusikan bersama keluarga, dalam faktor sosial budaya
mayoritas merasa terintimindasi, sedangkan faktor biologis mayoritas
menyatakan ada masalah yang menyebabkan mereka menarik diri.
4. Faktor presipitasi
Pada faktor presipitasi riwayat kejadian yang pernah dialami klien menjadi
data yang penting, karena salah satunya adalah kejadian klien pernah
ditolak karena pekerjaan atau perihal cinta karena ia tidak memiliki
pekerjaan maka ia juga tidak mendapatkan cintanya. Masalah sosial
ekonomi berkontribusi besar klien mengalami isolasi sosial. Pengkajian
faktor presipitasi selanjutnya adalah pengkajian apakah klien mengalami
stressor fisik dimana klien mengidap penyakit kronik atau keguguran.
5. Fisik
Perlu dikajinya pemeriksaan fisik dimana hanya tanda-tanda vital, karena
dapat mendeteksi kemungkin penyakit kronis yang klien alami dan dapt
mengukur seberapa baikkah tubuh klien dapat mengatasi stress fisiologis
6. Psikososial
a. Genogram
Pengkajian psikososial dengan genogramnya dapat memberikan
informasi penting silsilah keluarga klien dan riwayat penyakit keluarga
klien apakah pernah mengalami skizofrenia yang dapat dijadikan
acuhan sebagai faktor pencetus klien mengalami isolasi sosial saat ini.
b. Konsep diri
Pada klien yang mengalami isolasi sosial cenderung mempunyai
perasaan harga diri rendah, dimana ia selalu merasa dirinya ditolak
atau tidak diterima di lingkungannya.
c. Hubungan sosial
Klien dengan isolasi sosial akan mengalami kesulitan bahkan tidak
mampu berhubungan dengan orang. Biasanya klien juga akan
menghindar untuk bertemu dengan orang lain.

d. Spiritual
Seiring dengan kemuunduran kemauan klien akan mengalami
penurunan aktivitas spiritual.
7. Status mental
Respon afektif biasanya pada klien yang mengalami isolasi sosial adalah
klien tampak lesu, merasa ingin sendirian, menarik diri, afek tumpul,
merasa sedih dan tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang
lain/lingkungan termasuk perawat.
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien dalam mengatasi ansietas
biasanya dengan splitting (memisah) dan isolasi proyeksi yang merupakan
keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan mengungkapkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dibuat sendiri.
6. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial (SDKI, 2017)
Berhubungan dengan:
1. Keterlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidasesuaian nilai-nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka,
pengendalian buruk)
Ditandai dengan
1. Merasa ingin sendiriran
2. Merasa tidak aman di tempat umum
3. Menarik diri
4. Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain

7. Problem Tree
Halusinasi

Isolasi Sosial Core Problem

Harga Diri Rendah


8. Perencanaan
1. Perencanaan untuk Klien
Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Isolasi sosial 1. Promosi Sosialisasi
Tujuan Setelah 2 x 24 Bina hubungan 1. Membina
umum: jam dilakukan saling percaya hubungan
Klien dapat intervensi dengan saling percaya
berinteraksi diharapkan: mengemukakan dengan klien
dengan orang Kriteria hasil prinsip 2. Membantu
lain umum : komunikasi klien
Tujuan 1. Minat terapeutik membina
khusus 1: interaksi kembali
Klien dapat meningkat interaksi
membina 2. Verbalisasi penuh percaya
hubungan isolasi dengan orang
saling menurun lain
percaya 3. Perilaku
menarik diri
menurun
4. Verbalisasi
ketidakamana
n menurun
Kriteria hasil
khusus:
Setelah 1x
interaksi klien
menunjukan
tanda-tanda
percaya terhadap
perawat:
1. Ekspresi
wajah cerah,
tersenyum
2. Mau
berkenalan
3. Ada kontak
mata
4. Bersedia
menceritakan
perasaan
5. Bersedia
mengungkapk
an masalah
Tujuan Kriteria hasil Menanyakan pada Dengan
khusus 2 : khusus: klien dan mengetahui tanda
Klien mampu 1. Klien dapat mendiskusikan dan gejala isolasi
menyebutkan menyebutkan apa saja penyebab sosial perawat
penyebab salah satu atau isolasi sosial klien dapat menentukan
isolasi sosial beberapa langkah intervensi
penyebab selanjutnya
isolasi sosial
Tujuan Kriteria hasil Mendiskusikan 1. Perbedaan
khusus 3: khusus: bagaimana seputar
klien dapat 1. Klien dapat keuntungan dan manfaat
mengenal menyebutkan kerugian jika hubungan
keuntungan keuntungan klien mempunyai sosial dan
dan kerugian dalam hubungan sosial kerugian
dalam berhubungan yang baik isolasi -
berhubungan sosial : membantu
sosial banyak teman, klien
dapat mengidentifik
berdiskusi, asi apa yang
tolong terjadi pada
menolong dirinya
2. Klien dapat sehingga
menyebutkan dapat
kerugian mengambil
menarik diri : intervensi
sendiri,kesepi selanjutnya
an, tidak bisa 2. Penguatan
diskusi dapat
membantu
meningkatkan
harga diri
klien
Tujuan Kriteria hasil a. Memberikan d. Menghadirkan
khusus 4 : khusus: kesempatan orang yang
Klien dapat 1. Klien dapat klien dalam dapat
melaksanaka melaksanakan mempraktikka dipercaya
n hubungan hubungan n cara membuat klien
sosial secara sosial dengan berinteraksi merasa aman
bertahap perawat,klien dengan orang dan
lain,keluarga, lain terlindungi
kelompok b. Dimulai e. Setelah dapat
dengan berinteraksi
membantu dengan orang
pasien lain dan
berinteraksi memberi
dengan satu kesempatan
orang klien dalam
c. Bila pasien mengikuti
menunjukkan aktivitas
kemajuan, kelompok
maka
tingkatkan
jumlah
interaksi
dengan dua,
tiga, atau
empat orang,
dst.
Tujuan Kriteria hasil 2. Memberi Ketika klien
khusus 5 : khusus: pujian di merasa dirinya
Klien mampu 1. Klien dapat setiap lebih baik dan
menjelaskan menjelaskan kemajuan mempunyai
perasaannya perasaannya interaksi makna dan
setelah setelah pasien interaksi sosial
berhubungan berhubungan 3. Mendengarka dengan orang lain
sosial sosial dengan n bagaimana dapat
orang lain dan ekspresi klien ditingkatkan
kelompok setelah
berinteraksi
dengan orang
lain. Pasien
akan
mengungkapk
an
keberhasilan
bahkan
kegagalan
2. Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan Setelah 1 x 24 1. Sesi 1: Dengan
Khusus: jam dilakukan kemampuan memberikan
untuk intervensi memperkenalk intervensi
memulihkan diharapkan: an diri aktivitas
keterlibatan, Kriteria hasil 2. Sesi 2: kelompok akan
frekuensi, umum : kemampuan membantu klien
atau durasi 1. Minat berkenalan dalam
aktivitas interaksi 3. Sesi 3: berinteraksi
individu atau meningkat kemampuan dengan orang lain
kelompok. 2. Verbalisasi bercakap- dan berkelompok
isolasi cakap serta membentuk
menurun 4. Sesi 4: kerjasama dan
3. Perilaku kemampuan kebersamaan
menarik diri bercakap-
menurun cakap topic
4. Verbalisasi tertentu
ketidakamana 5. Sesi 5:
n menurun kemampuan
bercakap-
cakap masalah
pribadi
6. Sesi 6:
kemampuan
bekerjasama
7. Sesi 7:
evaluasi
kemampuan
sosialisasi

2. Perencanaan untuk Keluarga


Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Isolasi Sosial Tujuan Keluarga dapat 1. Berdiskusi Dukungan dari
khusus: klien menjelaskan tentang keluarga
mendapat tentang: pentingnya merupakan bagian
dukungan 1. Isolasi sosial peran serta penting dari
keluarga beserta tanda keluarga rehabilitasi klien
dalam dan gejala sebagai
memperluas 2. Penyebab dan pendukung
hubungan akibat dari untuk
sosial isolasi sosial mengatasi
3. Cara merawat perilaku
klien menarik isolasi sosial
diri 2. Diskusikan
potensi
keluarga
untuk
membantu
klien
mengatasi
perilaku
isolasi sosial
3. Jelaskan pada
keluarga
tentang :
a. isolasi
sosial
beserta
tanda dan
gejala
b. penyebab
dan akibat
isolasi
sosial
c. cara
merawat
klien
isolasi
sosial
4. Melatih
keluarga cara
merawat klien
isolasi sosial
5. Menanyakan
perasaan
keluarga
setelah
mencoba
melatih klien
isolasi sosial
6. Memberi
motivasi
terhadap
keluarga agar
tetap
membantu lien
bersosialisas
7. Memberikan
pujian
terhadap
keluarga atas
keterlibatan
merawat klien
di rumah sakit
9. Implementasi
1. Implementasi pada Klien
Tujuan Tindakan keperawatan
Terbinanya hubungan saling 1. Memberikan ucapan salam kepada klien pada
percaya setiap pertemuan
2. Melakukan perkenalan saat pertama kali bertemu
klien
3. Memberikan pertanyaan bagaimana keluhan dan
perasaan klien saat ini
4. Melakukan kontrak dengan pasien yang meliputi
topik, waktu, dan tempat
5. Memberikan penjelasan kepada klien bahwa
perawat akan merahasiakan informasi yang di
dapat dari klien guna kepentingan terapi
6. Bersikap empati kepada klien dan memenuhi
kebutuhan dasar klien seperti memberi rasa
nyaman pasien
Klien dapat menyadari apa 1. Menanyakan bagaimana pendapat klien
penyebab isolasi sosial yang mengenai kebiasaan melakukan interaksi dengan
mereka alami orang lain
2. Menanyakan apa saja penyebab klien tidak ingin
melakukan interaksi dengan orang lain
3. Memberikan penjelasan isolasi sosial terhadap
keadaan fisik klien
Klien dapat mengenal 1. Melakukan diskusi apa saja keuntungan klien
keuntungan dan kerugian bila memiliki banyak teman dan akrab bergaul
berhubungan dengan orang dengan orang lain
lain 2. Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang
lain.
Klien mampu melakukan 1. Memberikan kesempatan klien dalam
interaksi dengan orang lain mempraktekan cara berinteraksi dengan orang
secara bertahap. lain
2. Memulai dengan membantu pasien dalam
berinteraksi dengan satu orang (pasien lain,
perawat, ataupun keluarga)
3. Bila klien menunjukkan kemajuan dan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan satu
orang, maka tindakan selanjutnya adalah
meningkatkan interaksi dengan dua atau tiga
orang, dan seterusnya.
4. Memberikan pujian pada setiap kemajuan
interaksi yang sudah dilakukan oleh klien
5. Siap mendengarkan segala ekspresi perasaan
klien setelah berinteraksi dengan orang lain, bila
pasien mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya
6. Memberikan dorongan terus menerus agar pasien
tetap semangat dalam meningkatkan interaksinya

2. Implementasi pada Keluarga


Tujuan Tindakan keperawatan
Keluarga mempunyai 1. Melakukan diskusi masalah yang dirasakan
kemampuan dalam merawat keluarga dalam merawat klien
klien di rumah 2. Memberikan penjelasan mengenai masalah klien,
penyebab serta dampak dan bagaimana cara
merawat klien
3. Melakukan peragaan bagaimana cara merawat
klien yang mengalami isolasi sosial
4. Membantu keluarga dalam mempraktekkan
bagaimana cara merawat klien yang mengalami
isolasi sosial
5. Membantu keluarga dalam mempraktekkan
bagaimana cara merawat klien yang sudah
pernah dipelajari

10. Evaluasi
Evaluasi difokuskan pada perubahan perilaku klien setelah diberikan
tindalan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung klien. Sebegai contoh evaluasi pada klien dengan isolasi
sosial:
1. Evaluasi kemampuan klien
a. Klien menjelaskan kebiasaan interaksi.
b. Klien menjelaskkan penyebab tidak begaul dengan orang lain.
c. Klien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
d. Klien menyebutkan kerugian bergaul deengan orang lain.
e. Klien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
f. Klien bergaul dan berinteraksi dengan perawat, keluarga dan
tetangga.
g. Klien menyampaikan perasaannya setelah interaksi dengan orang
lain
h. Klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
i. Klien mengggunakan obat dengan patuh.
2. Evaluasi kemampuan keluarga
a. Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.
b. Keluarga menyebutkan penyebbab dan proses terjadinya isolasi
sosial.
c. Keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain.
d. Keluarga melibatkan klien melakukan kegiatan dirumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, B. dan Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa. Jakarta: EGC, 2009
Direja, Ade Herman. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Kusumawati, R. dan Hartono, Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Prabowo, E. 2017. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suerni, T & PH, Livana. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan. 11, 57-66.
Sukaesti, D. (2018). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan. 6, 19-24.
Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Suerni, T & PH, Livana. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan. 11, 57-66.
Sukaesti, D. (2018). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan. 6, 19-24.

Anda mungkin juga menyukai