Oleh :
Ayu Oktaviani (20214663017)
4. Penatalaksanaan Medis
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Dengan tujuan terapeutik alat ini bekerja dengan menggunakan
arus listrik yang digunakan pada otak dengan 2 elektrode yang
ditempatkan di bagian temporal kepala yaitu di daerah pelipis kiri dan
kanan, dimana arus tersebut akan menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik. Respon yang terjadi akan membangkitkan listrik
di otak dan menyebabkan terjadinya perbahan faal dan biokimia dalam
otak.
2. Psikoterapi
Upaya dalam psikoterapi ini adalah memberikan rasa aman dan
tenang, diciptakannya lingkungan yang terapeutik, bersikap ramah dan
jujur kepada pasien, menerima pasien apa adanya, bersifat empati,
memotivasi pasien dengan tujuan pasien dapat mengunkapkan perasaan
secara verbal.
3. Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan suatu partisipasi dari
seseorang untuk melakukan aktivitas yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk memperkuat, memperbaiki, dan meningkatkan harga diri.
5. Pengkajian
1. Identitas
Pada kasus klien dengan isolasi sosial gejala negatif lebih sering di alami
oleh klien berjenis kelamin laki-laki daripada wanita, karena fungsi sosial
wanita tampak lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Pada rentang usia
klien yang mengalami isolasi sosial sering ditemukan saat usia dini atau
muncul saat pertama kali pubertas, dalam penelitiannya Titik dan Livana
(2019) hasil frekuensi terbanyak responden yang mengalami isolasi sosial
adalah 36-50 tahun.
2. Keluhan utama
Biasanya klien yang mengalami isolasi sosial dibawa ke rumah sakit
karena adanya kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Perawat
akan sulit menerima keluhan dari klien, karena klien mengalami
penurunan bahkan ketidakmampuan berinteraksi.
3. Faktor predisposisi
Dalam penelitiannya Titik dan Livana (2019) mendapatkan kesimpulan
bahwa hasil gambaran faktor predisposisi berupa faktor tumbuh kembang
mayoritas pasien merasa tidak dicintai oleh keluarganya, sedangkan dalam
faktor komunikasi seluruh pasien yang mengatakan jika ada masalah tidak
selalu didiskusikan bersama keluarga, dalam faktor sosial budaya
mayoritas merasa terintimindasi, sedangkan faktor biologis mayoritas
menyatakan ada masalah yang menyebabkan mereka menarik diri.
4. Faktor presipitasi
Pada faktor presipitasi riwayat kejadian yang pernah dialami klien menjadi
data yang penting, karena salah satunya adalah kejadian klien pernah
ditolak karena pekerjaan atau perihal cinta karena ia tidak memiliki
pekerjaan maka ia juga tidak mendapatkan cintanya. Masalah sosial
ekonomi berkontribusi besar klien mengalami isolasi sosial. Pengkajian
faktor presipitasi selanjutnya adalah pengkajian apakah klien mengalami
stressor fisik dimana klien mengidap penyakit kronik atau keguguran.
5. Fisik
Perlu dikajinya pemeriksaan fisik dimana hanya tanda-tanda vital, karena
dapat mendeteksi kemungkin penyakit kronis yang klien alami dan dapt
mengukur seberapa baikkah tubuh klien dapat mengatasi stress fisiologis
6. Psikososial
a. Genogram
Pengkajian psikososial dengan genogramnya dapat memberikan
informasi penting silsilah keluarga klien dan riwayat penyakit keluarga
klien apakah pernah mengalami skizofrenia yang dapat dijadikan
acuhan sebagai faktor pencetus klien mengalami isolasi sosial saat ini.
b. Konsep diri
Pada klien yang mengalami isolasi sosial cenderung mempunyai
perasaan harga diri rendah, dimana ia selalu merasa dirinya ditolak
atau tidak diterima di lingkungannya.
c. Hubungan sosial
Klien dengan isolasi sosial akan mengalami kesulitan bahkan tidak
mampu berhubungan dengan orang. Biasanya klien juga akan
menghindar untuk bertemu dengan orang lain.
d. Spiritual
Seiring dengan kemuunduran kemauan klien akan mengalami
penurunan aktivitas spiritual.
7. Status mental
Respon afektif biasanya pada klien yang mengalami isolasi sosial adalah
klien tampak lesu, merasa ingin sendirian, menarik diri, afek tumpul,
merasa sedih dan tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang
lain/lingkungan termasuk perawat.
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien dalam mengatasi ansietas
biasanya dengan splitting (memisah) dan isolasi proyeksi yang merupakan
keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan mengungkapkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dibuat sendiri.
6. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial (SDKI, 2017)
Berhubungan dengan:
1. Keterlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidasesuaian nilai-nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka,
pengendalian buruk)
Ditandai dengan
1. Merasa ingin sendiriran
2. Merasa tidak aman di tempat umum
3. Menarik diri
4. Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain
7. Problem Tree
Halusinasi
10. Evaluasi
Evaluasi difokuskan pada perubahan perilaku klien setelah diberikan
tindalan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung klien. Sebegai contoh evaluasi pada klien dengan isolasi
sosial:
1. Evaluasi kemampuan klien
a. Klien menjelaskan kebiasaan interaksi.
b. Klien menjelaskkan penyebab tidak begaul dengan orang lain.
c. Klien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
d. Klien menyebutkan kerugian bergaul deengan orang lain.
e. Klien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
f. Klien bergaul dan berinteraksi dengan perawat, keluarga dan
tetangga.
g. Klien menyampaikan perasaannya setelah interaksi dengan orang
lain
h. Klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
i. Klien mengggunakan obat dengan patuh.
2. Evaluasi kemampuan keluarga
a. Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.
b. Keluarga menyebutkan penyebbab dan proses terjadinya isolasi
sosial.
c. Keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain.
d. Keluarga melibatkan klien melakukan kegiatan dirumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA