Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan. Ia mempunyai kesulian untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain.

B. Etiologi
Penyebab isolasi sosial adalah harga diri rendah yaitu :
1. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2. Hilang kepercayaan diri
3. Merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan perasaan malu
terhadap diri sendiri
4. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
5. Gangguan hubungan sosial
6. Merendahkan martabat
7. Percaya diri kurang dan dapat juga mencederai diri

C. Manifestasi Klinis
1. Gejala Subjektif
a. Klien menceeritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Klien tidak mengikuti kegiatan
c. Klien banyak berdiam diri dikamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energi
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur)

D. Faktor-Faktor pada Isolasi Sosial


1. Faktor Prediposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia
bayi sampai dewasa lanjut, untuk mengembangkan hubungan sosial
yang positif diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui

2
dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon sosial yang maladaptif.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
c. Faktor Sosio-kultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan
atau interaksi dengan orang lain, hal ini diakibatkan oleh norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain. Tidak mempunyai
anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang
cacat dan penderitaan penyakit kronis. Isolasi daat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.
d. Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang
kedalam gangguan sosialisasi, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negatif maka anak akan mempunyai
harga diri yang rendah.
2. Faktor Prespitasi
a. Stres Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit
keluarga (perceraian) dan berpisah dari orang yang berarti.
b. Stres Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan dapat terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan, ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya diri dengan orang lain, ragu, takut salah,
perimis, putus asa terhadap hubungan orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin

3
berkomunikasi dengan orang lain. adapun gejala klinis sebagai
berikut:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit lain dan
tindakan terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Gangguan hubungan sosial
4. Percaya diri kurang
5. Menciderai diri

E. Proses Terjadinya Masalah

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya Isolasi sosial yang


disebabkan perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam
perjalinan dan tingkah masalalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan, sehingga berakibat lanjut dengan halusinasi (Dalami dkk, 2009).
F. Penatalaksanaan
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
a. Psikofarmakologi
Farmakologi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat
yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka =
psikoterapika = phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan
menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterapi = medikasi
psikoterapi yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada
proses mental penderita karena kerjanya pada otak atau sistem saraf pusat.
Psikofarmakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi adalah obat-
obatan antipsikosis seperti :

4
1. Chlorpromazine : indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan
gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan
pikiran, perasaan, dan perilaku
2. Haloperidol : indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan
gejala dominan apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan
minat dan inisiatif, hipoaktif, halusinasi
3. Triflouperazine : indikasi digunakan untuk gangguan mental dan
emosi ringan, kondisi neurotik atau psikosomatis, ansietas, mual dan
muntah. Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor
b. Therapy
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Suatu jenis pengobatan dimana arus istrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian
temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya diotak menyebabkan
terjadinya perubahan faa; dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi : memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa
adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada klien
3. Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga
diri seseorang

5
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :

a) Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
b) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen
c) Faktor Predisposisi
Kehilangan,perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d) Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD,Nadi, suhu,Pernapasan,TB,BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e) Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri

6
1. Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
2. Identitas diri Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
3. Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
4. Ideal diri Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
5. Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah
terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan
dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
f) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
g) Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. Klien mampuBAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah

7
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar

h) Mekanisme Koping
1. Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
2. Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada
pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika
menghadapi masalah koping adaptif dan maladaptif.
i) Aspek Medik
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
j) Masalah Psikososial dan Lingkungan
k) Biasanya pasien dengan Isolasi Sosial memiliki masalah dengan
psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat
berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena merasa takut,
tidak berguna dll

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Defisit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan isolasi sosial pada
klien dan keluarga yaitu :
a. Isolasi Sosial
1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien

8
(a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara
pasien dan keluarga.
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
3. Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien
dan anggota keluarga
(b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2
kegiatan harian.
1. Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2. Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
3. Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihanberkenalan 2-3 orang
(c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-
5 orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian baru.
1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial Poltekkes
Kemenkes Padang
2. Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan
bicara saat melakukan dua kegiatan harian
3. Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
4. Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan baru)
5. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5
orang

9
(d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial
1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan
bicara saat melakukan empat kegiatan harian
3. Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
4. Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan social
2) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi sosial,
berkenalan dan berkomunikasi saat melakukan kegiatan
harian.
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial,
yangdialami klien beserta proses terjadinya.
3. Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan
perawatan pasien
4. Menjelaskan cara merawat isolasi sosial dan melatih dua
cara merawat berkenalan dan melakukan kegiatan harian
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan merawat : melibatkan pasien dalam kegiatan rumah
tangga sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut.
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengenal gejala isolasi
sosial
2. Validasi kemampuan keluarga melatih pasien berkenalan
dan berbicara saat melakukan kegiatan harian
3. Beri pujian pada keluarga

10
4. Menjelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama)
5. Latih cara berbimbing pasien berbicara dan memberi
pujian
6. Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan
bercakap-cakap sesuai jadwal
c) Strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga :
Melatih cara merawat dengan melatih berkomunikasi saat
melakukan kegiatan sosial.
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
isolasi sosial
2. Validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau
melatih berkenalan
3. Berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah
tangga
4. Menjelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam
melakukan kegiatan sosial berbelanja, dan melatih
keluarga mendampingi pasien berbelanja
5. Menganjurkan keluarga membantu melakukan kegiatan
sosial sesuai jadwal dan berikan pujian
d) Strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga :
Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
follow up pasien isolasi sosial.
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
isolasi sosial
2. Validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih
pasien
3. Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
4. Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kambuh, dan rujuk pasien segera

11
5. Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan
sesuai jadwal dan berikan pujian
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
1. Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri
sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan
orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai,
upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang
belum terpenuhi
2. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan
aspek positif paasien ( buat daftar kegiatan)
3. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan
saatini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang
dapat dilaksanakan)
4. Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
5. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
6. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan
nya)
7. Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal
kegiatan untuk latihan
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Latihan kegiatan kedua
1. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan
pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama

12
4. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) (6) Masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Latihan kegiatan ketiga
1. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama,
dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan
kedua
4. Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga
kegiatan
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Latihan kegiatan keempat
1. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
4. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
empat kegiatan
3. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada keluarga

13
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat
melatih kegiatan pertama.
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien harga diri rendah, jelaskan
pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya, dan
akibat harga diri rendah
2. Berikan pujian terhadap semua hal positif yang
dimilik pasien
3. Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan
yang dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan
pada pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
b. Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
kedua
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi
gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
3. Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang
dipilih pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
c. Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
ketiga

14
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi
gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
3. Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
d. Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
keempat
1. Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi
gejala harga diri rendah
2. Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
3. Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang
dipilih pasien
4. Jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh
dan rujukan
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,

15
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini
(Keliat dkk, 2014).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami. E., Susilawati, Rochimah, Suryati, K.r, Lestari, W. (2009). Asuhan

Keperawatan dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : TransInfo Media.

Keliat, B. A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa

Jakarta : EGC

Keliat, B. A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa

Jakarta : EGC

Kusuma, Farina 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba


Medika

16

Anda mungkin juga menyukai