Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan
sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan
atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan
penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman
ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau
berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik :
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan
ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak
menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan
proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda
diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata
Data Objektif :
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
KARAKTERISTIK PERILAKU
• Tidur berlebihan.
• Kurang bergairah.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
1. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
1. Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
2. Konsep diri
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri)
1. i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
6. Intoleransi aktifitas.
Diagnosa Keperawatan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.
Tujuan umum :
Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
4. Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga.
Tindakan keperawatan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
1.2 Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan “saya akan duduk disamping anda, jika ingin
mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”. Jika klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda katakan?”.
1.3 Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2.1. Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
3.1 Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
4.1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
4.2 Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri contoh cara berkenalan.
4.3 Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dan seterusnya).
Evaluasi
Kriteria evaluasi :
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2.1 Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1 Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K – P, K – P – K, K – P – Kel, K – P – Kelompok.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
Daftar Pustaka
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan ,
Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia..
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan
Stuart and Sundeen, ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”, alih bahasa Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
———–, (1998). Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat. Direktorat Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI, Jakarta.
http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Tuesday, February 10, 2009
ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri
atauwithdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,
berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda
dan gejala sebagai berikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya
3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke
tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa
takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh
gangguan konsep diri rendah.
Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada
dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Rasa bersalah
d. Sikap negatif pada diri sendiri
e. Sikap pesimis pada kehidupan
f. Keluhan sakit fisik
g. Menolak kemampuan diri sendiri
h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
i. Perasaan cemas dan takut
j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
k. Mengungkapkan kegagalan pribadi
l. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Menarik diri dari hubungan sosial
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensorihalusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156).
Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan
fungsional, organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum
adalah halusinasi pendengaran danhalusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303; Rawlins, R.P & Heacock, P.E,
1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) perubahan persepsi sensorihalusinasi merupakan keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang.
Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien
mengganggaphalusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C
(1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329) perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan
adanya:
Data subjektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
e. Gerakan mata yang cepat
f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. isolasi sosial menarik diri
F. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP 3
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
SP 3
1. membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat ( Discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang
G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth, Edisi 2th, J.B Lippincott Company, Philadelphia
Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I, Professional Books, Jakarta
Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta
Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi 1th, The C.V Mosby Company, Toronto
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Diposkan oleh imron46 di 5:23 PM
keperawatan jiwa
LAPORAN PENDAHULUAN
1.Masalah Utama :
Isolasi sosial : Menarik diri.
2.Proses Terjadinya Masalah
a.Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
b.Tanda dan Gejala
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain (menyendiri)
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Posisi janin saat tidur.
(Budi Anna Keliat, 1998)
c.Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi).
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
d.Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.
Gejala Klinis :
Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
Tidak dapat memusatkan perhatian.
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
(Budi Anna Keliat, 1999)
5.Diagnosa Keperawatan
a.Isolasi sosial: menarik diri
b.Harga diri rendah
6.Rencana Tindakan Keperawatan
A.Diagnosa 1 : Isolasi sosial : menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Tindakan :
1)Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a.Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b.Perkenalkan diri dengan sopan.
c.Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
d.Jelaskan tujuan pertemuan.
e.Jujur dan menepati janji
f.Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
3.1.2
3.1.3
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
3.2.1
3.2.2
3.2.3
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4.Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan
destruktif.
Tindakan
4.1Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
4.2Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/ Klp/ Masyarakat
4.3Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
4.5Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
4.6Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
4.7Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
5.Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah
Tindakan :
5.1Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.2Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.3Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain.
6.Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Rasional :
Memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta
keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
Tindakan :
6.1Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
salam, perkenalan diri
jelaskan tujuan
buat kontrak
eksplorasi perasaan klien
6.2Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
perilaku menarik diri
penyebab perilaku menarik diri
akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
B.Diagnosa 2 : Harga Diri Rendah.
Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik :
a.sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b.Perkenalkan diri dengan sopan.
c.Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.Jelaskan tujuan pertemuan
e.Jujur dan menepati janji
f.Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g.Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rasional :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian
Tindakan:
2.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
2.3Utamakan memberikan pujian yang realistik.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.
Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya
Tindakan:
3.1Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4.Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan:
4.1Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Rasional:
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
Tindakan:
5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah
Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1.Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
2.Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
3.Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
4.Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
5.Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
6.Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000
A.PROSES PERAWATAN
I.Kondisi Klien
Klien tenang koopeatif, kontak mata kurang, tidak mampu mempertahankan kontak mata, klien sering menunduk saat wawancara,
klien sering tampak menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan teman-temannya
II.Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : Menarik Diri
III.Tujuan Khusus
a.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b.Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
c.Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain
d.Klien dapat melakukan perkenalan dengan orang lain
K-P
K-P-K
K-P-Kel
K-P-Kelp
e.Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
f.Klien mendapat dukungan keluarga
IV.Tindakan Keperawatan
a.Memperkenalkan diri
b.Menjelaskan tujuan interaksi
c.Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang
d.Mengobservasi dan menilai kondisi klien
e.Memberi perhatian dan penghargaan / reinforcement positif
f.Mendiskusikan dengan klien mengenai penyebab menarik diri
g.Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
h.Mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara klien dengan perawat
II.Fase Kerja
“ Kalau saya lihat mas...ini menyendiri ya, kenapa ?
“ Apa nggak ingin ngobrol dengan teman-temannya disini ?
“ Nah...kalau mas...suka menyendiri malas bergaul / ngobrol dengan orang lain, sikap seperti itu menarik diri
“ Bagus...mas sudah bisa mengungkapkan perasaan mas
“Mas...ini ada dua gambar, mas pilih salah satu ya, Gambar pertama adalah gambar mas cuma sendirian tidak ada orang lain, jadi
semua mas kerjakan sendiri tidak ada yang membantu, kemudian gambar kedua adalah gambar mas dengan punya banyak teman,
nah mas pilih yang mana ?...
“ Apa alasan mas memilih gambar yang no dua ?
“ Nah itulah untungnya kalau kita punya teman dan tidak hanya sendirian bisa saling tolong menolong sehingga pekerjaan kita bisa
terasa lebih ringan
“ Bagaimana kalau kita tidak mau berteman dengan siapapun tentunya kita akan kesepian dan tidak ada yang mau membantu
itulah ruginya kalau kita tidak mau berteman
“ Bagus, mas sudah tahu keuntungan berteman dan kerugian kalau tidak mau barteman “
III.Fase Terminasi
a.Evaluasi
Evaluasi Subjektif, Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini saya sangat senang dan menghargai karena mas sudah mau di
ajak barbincang-bincang bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang ?
Evaluasi Objektif, “ Jadi mas suka menyendiri, menurut mas keuntungan berhubungan dengan orang lain adalah bisa bercerita dan
ada yang menolong, kerugian bila tidak punya teman adalah tidak ada yang bisa menolong
b.Tindak lanjut
“Mas besok rencananya saya ingin ajarkan mas cara berkenalan dengan benar dengan perawat dan teman-teman yang lain yang
ada di sini, mas setuju ya ?..
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A.Proses Keperawatan
I.Kondisi Klien
Klien tenang kooperatif, kontak mata tenang, tidak mampu mempertahankan kontak mata, klien sering menunduk saat wawancara,
klien sering tampak sendirian
II.Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial ; Menarik diri
III.Tujuan Khusus
a.Klien dapat melakukan perkenalan dengan orang lain
K-P
K-P-K
K-P-Kel
K-P-Kelp
b.Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
IV.Tindakan Keperawatan
a.Memperkenalkan diri
b.Mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara klien dengan perawat
Tempat :
Waktu :
Masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ? dan yang kita rencanakan kemarin ?
Mau dimana kita bercakap ? Bagaimana kalau di teras saja ?
Mas mau kita bercakap-cakap beberapa lama ? Bagaiamana kalau 20 menit ?
II.Fase Kerja
Sekarang kita berlatih berkenalan ya, latihan ini bisa kita mulai berkenalan dengan perawat, caranya adalah mas bilang dulu kalau
mas berkenalan ( sambil bersalaman ) kemudian mas sebutkan nama mas, setelah itu, mas tanyakan nama orang yang diajak
berkenalan
“ Bagaimana, apakah mas sudah mengerti ? Nah, sekarang kita praktekkan ya, mas berlatih berkenalan dengan perawat dulu, wah,
bagus sekali ternyata mas sudah mempraktekkannya dengan baik “
“Nah sekarang kita coba lagi berkenalan dengan suster yang lainnya, mas pilih saja siapa yang mau diajak berkenalan ( perawat
sambil mendemonstrasikan ) bagaimana perasaan mas setelah berkenalan dengan suster “S”
“Sekarang mas sudah tahu kan kalau banyak teman itu sangat menyenangkan dan banyak yang membantu ?
“ Tadi mas sudah berkenalan dengan perawat yang lain kan ? sekarang saya ingin mas berkenalan dengan teman-teman mas yang
ada di sini !
“ Bagaimana perasaan mas setelah mempunyai banyak teman ?
“ Nah, sekarang mas sudah punya banyak teman, mas bisa bercerita-cerita dengan teman-teman mas tadi, kalau mas merasa
punya masalah / bingung “
“ Nah sekarang sudah selesai berkenalan dengan perawat dan teman-teman disini
“Sekarang duduk dulu ya “
“ Mas tahu apa tidak keluarga mas mau membesuk mas disini ?
“ Jadi mas selalu berharap keluarga mas selalu membesuk dan menemani mas disini ya ?
“ Nah, sekarang kita istirahat dulu sambil duduk disini ya ?
III.Fase Terminasi
a.Evaluasi / Validasi
Evaluasi Subjektif : Sementara itu dulu yang kita bicarakan dan kita praktekkan hari ini saya sangat senang dan menghargai mas
sudah bisa dan mau berkenalan dengan perawat dan teman-teman mas yang ada disini bagaimana perasaan mas setelah
berkenalan ?
Evaluasi Objektif ; Jadi mas suka menyendiri menurut mas keuntungan mempunyai teman adalah menyenangkan dan kalau tidak
punya teman adalah kesepian dan mas selalu ingin di jenguk dan di temani oleh keluarga mas disini.
b.Tindak Lanjut
“Mas, Bincang-bincang kita sampai disini dulu ya, saya ingin yang saya ajarkan tadi cara berkenalan dengan orang lain di ingat-
ingat terus ya, jangan sampai lupa ya mas ! lain kali kalau ada waktu kita bisa berbincang-bincang lagi dan diskusi ya mas “
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas masalah-masalah keperawatan jiwa yang muncul selama pengelompokan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan masalah utama isolasi sosial : menarik diri di ruang VII RSJD Dr Amino Gondo Hutomo, Masalah yang akan di bahas
faktor penyebab gangguan jiwa, manifestasi klinik menarik diri, diagnosa keperawatan, intervensim implementasi dan evaluasi
A.Faktor penyebab gangguan jiwa
Dari hasil pengkajian pada Tn P di peroleh data bahwa penyebab dari gangguan jiwa di lihat dari faktor preclis posisinya adalah
klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa, baru kali ini, klien sakit seperti ini klien pernah di bawa ke kiai tapi juga tidak sembuh-
sembuh dan akhirnya klien di bawa kesini ( Rumah Sakit )
B.Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala menarik diri adalah tidak mau berteman, menyendiri, kalau bicara pelan dan lirih, kontak mata kurang, kalau di
ajak interaksi selalu menunduk ( Budi Anna Keliat, 1998 )
C.Diagnosa keperawatan yang muncul
1.Resiko perubahan persepsi berbeda dengan halusinasi
2.Isolasi sosial berbeda dengan menarik diri
3.Kopin individu tidak efektif
D.Implementasi
Selama memberikan asuhan keperawatan ternyata implementasi yang dilakukan :
1.Pada Tn K 1, 2, 3, dapat dicapai dalam satu pertemuan pasien kooperatif sehingga Tn K 4, 5, 6, dapat juga dilanjutkan pada hari
berikutnya, Hal ini di sebabkan karena klien kooperatif dan disertai terbinanya hubungan saling percaya antara klien dengan
perawat.
http://kristian-isolasisosial.blogspot.com/