A. Masalah Utama
1. Definisi
Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan menyakiti atau melukai orang lain yang
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
e. Berdebat
a. Stress
c. Menentang
Gambaran klinis menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1994)
a. Pasif agresif
2) Bermalas-malasan
3) Bermuka masam
1) Suka membantah
3) Bicara kasar
5) Hiperaktivitas
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Sebagai faktor dari klien yang bertingkah laku agresif menurut Stuart dan Laria (1998) antara lain :
1) Psikologis
2) Perilaku
3) Sosial budaya
4) Bioneurologis
b. Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Laria (1998) faktor pencetus dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari klien
misalnya terputusnya percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan dari situasi lingkungan misalnya lingkungan yang ribut, padat,
penghinaan, dan kehilangan kemudian dari interaksi sosial seperti adanya konflik
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan
yang menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan
keinginannya akibatnya dia menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Harga diri rendah, seseorang dengan Harga diri rendah, ia merasakan bahwa dirinya tidak mampu, tidak mempunyai keberdayaan
untuk memecahkan masalah sehingga klien menggunakan respon mal adaptif perilaku kekerasan.
C. Pohon Masalah
Data :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
e. Berdebat
a. Stress
c. Menentang
d. Menuntut
2. Perilaku kekerasan
Data :
a. Agresif
b. Gaduh
c. Gelisah
e. Mengancam, melukai
Data :
a. Kurang bergairah
c. Kegiatan menurun
f. Apatis
1. Tujuan Umum :
Tujuan khusus :
Kriteria evaluasi :
b. Mau berkenalan
Intervensi :
d. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
Tujuan khusus 2 yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya :
Kriteria evaluasi :
a. Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
b. Menceritakan penyebab perasaan jengkel atau kesal baik dari didi sendiri maupun lingkungan.
Intervensi :
b. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
a. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
b. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi.
c. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami bisa teratasi.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :
Intervensi :
Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada :
Tujuan khusus 6 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan.
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan.
a. Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.
Intervensi :
a. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi.
b. Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosinya) saat perilaku kekerasan terjadi.
c. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat perilaku kekerasan terjadi.
Tujuan khusus 4 klien mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.
1) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selama perilaku kekeraasn yang diketahui klien.
a) Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
Tujuan khusus 7 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
b. Verbal : mengungkapkan perasaan kesal atau jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
Intervensi :
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien dan memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
4) Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
c. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah atau jengkel.
Tujuan khusus 8 yaitu klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.
c. Jelaskan pengertian, penyebab akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
d. Peragakan cara merawat klien (mengenal perilaku kekerasan).
Tujuan khusus 9 yaitu klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan :
Kriteria hasil :
a. Manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu
Intervensi :
a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak minum obat.
3) Waktu pemakaian
4) Cara pemakaian
c. Anjurkan klien :
2) Lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa.
KEPERAWATAN I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
a. TUK 1 :
b. TUK 2 :
c. TUK 3 :
d. TUK 4 :
e. TUK 5 :
f. TUK 6 :
g. TUK 7 :
4. Tindakan keperawatan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak perkenalkan nama saya Dewi marsanti saya biasa dipanggil Dewi, saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai siang
nanti jam 13.00. Kalau boleh kenalan nama mbak siapa ? Suka dipanggil apa ? Wah bagus sekali namanya.
b. Validasi
Sudah berapa lama Mbak Y di sini ? Apakah Mbak Y masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mbak Y saat
c. Kontrak
1) Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ?
2. Kerja
Apa yang menyebabkan Mbak Y marah ? Apakah Mbak Y pernah marah ? Terus penyebabnya apa ? Pada saat penyebab marah itu
datang apa yang Mbak Y rasakan ? Apakah Mbak Y merasa kesal ingin mengamuk ? Saat marah muncul apa yang Mbak Ylakukan ?
Apakah dengan cara itu masalah Mbak Y dapat terselesaikan ? Apa akibat dari perilaku yang Mbak Y lakukan tadi ? Maukah Mbak Y
Ada 4 cara untuk belajar mengungkapkan masalah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian yaitu :
a. Cara fisik pertama dengan tarik nafas, cara fisik dua memukul bantal atau kasur.
b. Secara verbal atau sosial dengan cara mengungkapkan perasaan dengan baik, menolak dengan baik, dan meminta dengan baik.
c. Secara spiritual dengan cara berdo’a, beribadah meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.
d. Patuh obat dengan minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar nama klien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan akibat berhenti minum obat). Sekarang bagaimana kalau kita belajar cara fisik yang pertama
dulu ? Begini Mbak Y caranya kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak W rasakan maka Mbak Y berdiri lalu tarik nafas, tahan
sebentar lalu keluarkan perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan, ayo sekarang Mbak Y mencoba sendiri ?
3. Evaluasi
a. Evaluasi subyektif
b. Evaluasi obyektif
Mbak Y tadi sudah melakukan latihan mengendalikan marah dengan cara fisik pertama (nafas dalam) coba Mbak Y lakukan latihan
Coba selama saya tidak ada Mbak Y tetap melakukan latihan nafas dalam ya .
d. Kontrak
Baik bagaimana kalau besok pagi jam 08.00 saya datang dan kita latihan cara fisik yang kedua untuk mencegah atau mengontrol
KEPERAWATAN 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien mau melakukan cara fisik pertama (nafas dalam), klien kooperatif, kontak mata ada.
2. Diagnosa keperawatan
a. TUK 4 :
b. TUK 5 :
c. TUK 6 :
4. Tindakan keperawatan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak Y sesuai janji saya kemarin pagi sekarang saya datang lagi.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Mbak Y saat ini adakah hal yang menyebabkan Mbak Y marah ?
c. Kontrak
1) Topik : Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik untuk cara yang lain ?
2. Kerja
Kalau ada yang menyebabkan Mbak Y marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, selain nafas dalam Mbak Y dapat
melakukan pukul bantal atau kasur. Sekarang mari kita lakukan pukul bantal atau kasur, di mana tempat tidur Mbak Y ? Jadi nanti
kalau Mbak Y kesal dan ingin marah langsung ke tempat tidur dan melampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul bantal atau
kasur. Nah coba Mbak Y lakukan pukul bantal atau kasur, iya Mbak Y melakukan dengan bagus sekali. Cara ini dapat dilakukan
apabila ada perasaan ingin marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
b. Evaluasi obyektif
Ada berapa cara yang sudahkita latih, coba sebutkan lagi ? Mbak Y benar sekali.
Mbak Y latihan cara mengontrol marah yang saya ajarkan tadi ya, kalau ada keingiinan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
d. Kontrak
1) Topik : Baiklah kita ketemu lagi akan latihan cara mengontrol marah dengan mengungkapkan secara baik.
3) Tempat : Mbak Y mintanya ngobrol di mana ? Bagaimana kalau disini lagi saja.
KEPERAWATAN 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kooperatif
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
TUK 6 - 7:
4. Tindakan keperawatan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak Y sesuai janji saya tadi sekarang kita ketemu lagi.
b. Validasi
Bagaimana Mbak Y sudah dilakukan latihan nafas dalam dan pukul bantal atau kasur ? apa yang dirasakan setelah dilakukan secara
teratur ? bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah ?
c. Kontrak
Mbak Y mintanya ngobrol di mana ? Bagaimana kalau di sini saja, berapa lama Mbak Y mau berbincang-bincang ? Bagaimana kalau
10 menit ?
2. Kerja
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah, kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dan pukul
bantal sudah lega,maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada 3 cara meminta dengan baik dengan nada
yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh anda Mbak Y tidak ingin
melakukannya katakan ”maaf saya tidak bisa melakukannya”, coba Mbak Y lakukan ! bagus sekali. Mengungkapkan perasaan kesal,
jika ada perilaku orang lain yang membuat kesal Mbak dapat mengatakan ”saya jadi ingin marah karena perkataan itu”. Coba Mbak
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Mbak Y setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik ?
b. Evaluasi obyektif
Coba Mbak Y sebutkan lagi cara yang baik yang telah saya ajarkan tadi, Iya bagus sekali.
Mbak Y melatih terus cara-cara yang sudah saya ajarkan tadi ya.
d. Kontrak
Bagaimana kalau kita bertemu lagi kita akan latihan mengatasi rasa marah yaitu dengan cara spiritual (ibadah), Mbak Y bersedia ?
mau dimana Mbak Y ngobrolnya ? Di sini lagi saja ya. Mbak Y mau latihannya jam berapa ? Bagaimana kalau jam 10.00 ?
KEPERAWATAN 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus 6 - 7
a. TUK 6 :
b. TUK 7 :
Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
4. Tindakan keperawatan
Mendiskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan secara verbal, latihan sholat atau berdo’a.
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum Mbak Y sesuai janji kita kemarin sekarang saya datang lagi.
b. Validasi
Bagaimana Mbak Y latihan apa yang sudah dilakukan ? Apa yang dilakukan setelah melakukan latihan secara teratur ? Bagus sekali
c. Kontrak
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara yang lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah, di mana enaknya kita
ngobrolnya, bagaimana kalau disini saja ? Berapa lama Mbak Y mau ngobrolnya ? Bagaimana kalau 10 menit ?
2. Kerja
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Mbak Y lakukan, bagus sekali yang mana yang mau dicoba ? Nah kalau Mbak Y sedang
marah Mbak Y langsung duduk tarik nafas dalam jika tidak reda juga marahnya rendahkan badan agar rileks jika tidak reda juga,
ambil air wudhlu kemudian sholat, Mbak Y bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan. Coba Mbak Y
sebutkan sholat 5 waktu ! Bagus mau coba yang mana, coba sebutkan caranya !
3. Terminasi
Bagaimana perasaan Mbak Y setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini ? Jadi sudah berapa cara mengontrol marah
Coba Mbak Y sebutkan lagi cara ibadah sholat yang dapat Mbak Y lakukan bila Mbak Y merasa marah.
Baiklah kita ketemu lagi ya, Mbak Y besok kita bicarakan cara yang lain untuk mengontrol rasa marah yaitu dengan patuh minum
Besok kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah Mbak Y, setuju ?
KEPERAWATAN 5
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
a. TUK 6 :
b. TUK 7 :
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian praktek pasien untuk mencegah marah yang sudah dilakukan.
b. Latihan pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan akibat berhenti minum obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
Assalamu’alaikum Mbak Y sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi. Bagaimana Mbak Y sudah dilakukan latihan
tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal, bicara yang baik serta sholat ? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur ? Coba kita latihan atau cek kegiatannya ? Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah ? Di mana kita akan berbincang ? Bagaimana kalau di tempat kemarin ? Berapa lama Mbak Y
2. Kerja
Mbak Y sudah dapat obat dari dokter ? Berapa macam obat yang Mbak Y minum ? Warnanya apa saja ? Bagus, Jam berapa Mbak Y
minum ? Bagus ! Obatnya ada berapa macam Mbak Y kalau yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang
putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semua ini harus Mbak Y minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat
mulut Mbak Y terasa kering untuk membantu mengatasinya bisa menghisap es batu dan bila mata merasa berkunang-kunang Mbak
Nanti di rumah sebelum minum obat ini Mbak Y lihat dulu di tabel kotak obat, apakah benar Mbak Y tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa harus diminum, apakah nama obatnya sudah benar ? Di sini minta obatnya pada perawat
kemudian cek lagi apakah benar obatnya ? Jangan pernah menghentikan minum obatnya sebelum konsultasi dengan dokter ya
Mbak Y, karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang mari kita masukkan waktu minum obat ke dalam jadwal ya Mbak Y.
3. Terminasi
Bagaimana perasaan Mbak Y setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar. Nah sudah berapa cara mengontrol
perasaan marah yang kita pelajari, sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat, jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya ? Baik, besuk kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana Mbak Y melaksanakan kegiatan dan sejauh
Assalamu’alaikum.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
1. Pengertian
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain (Tucker, 1998).
Menarik diri adalah kondisi atau keadaan di mana individu mengalami atau beresiko terhadap respon ketidakefektifan dan
Menarik diri adalah suatu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Keliat, 1999).
Menarik diri adalah kondisi kesepian yang diekpresikan oleh individu dan dirasakan sebagai yang ditimbulkan oleh orang lain dan
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) rentang respon sosial dari adaptif dan mal adaptif dapat digambarkan.
a. Kurang spontan
b. Apatis
d. Afek tumpul
i. Aktifitas menurun
tindakan berulang yang tidak bermakna, posisi tidur seperti janin, mengekspresikan perasaan sendiri atau penolakan, disfungsi,
interaksi dengan sebaya, keluarga atau orang lain, menjaga jarak dengan orang lain dan tidak komunikatif. (Townsend 1998).
a. Akibat yang mungkin ditimbulkan pada klien yang mengalami isolasi sosial yaitu resiko perilaku kekerasan.
b. Mekanisme
Pada klien menarik diri atau isolasi sosial, klien hanya menerima rangsangan internal tanpa mempertimbangkan imajinasi
berlebihan.
b. Mekanisme
Harga diri rendah pada klien isolasi sosial karena kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan dari
orang lain atau orang tua, banyaknya permasalahannya yang dihadapi, ketegangan kecemasan yang tidak terjamin untuk
mengembangkan kehangatan, kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain sehingga klien merasa minder
C. Pohon Masalah
Isolasi sosial
D. Masalah Keperawatan
Data :
a. Agresif
b. Gaduh
c. Gelisah
e. Mengancam melukai
d. Tidur berlebihan
g. Kurang bergairah
i. Kegiatan menurun
k. Apatis
e. Menciderai diri akibat harga diri rendahd dan harapan yang suram
f. Pembicaraan kacau
E. Diagnosa Keperawatan
2. Isolasi sosial
1. Isolasi sosial
a. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Intervensi :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Intervensi :
2) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab isolasi sosial atau tidak mau bergabung
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku isolasi sosial tanda-tanda serta penyebab yang muncul
d. TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubugnan dengan orang
lain.
Intervensi :
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubugan dengan orang lain
5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
a). K – P
b). K – P – P lain
5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungand engan orang lain.
Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan denga klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
g. TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atas keluarga mampu mengembangkan kemampua klien untuk bertanya
Intervensi :
c). Akibat yang akan terjadi jika perilaku sosial tidak ditanggapi
3) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergagitan menjenguk untuk terminal satu kali seminggu
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8, EGC, Jakarta.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Widya Medika, Jakarta
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya Medika, Jakarta.
Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R.U., dan Helen N., 1998, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan), EGC, Jakarta.
Townsend, M.C., 1998, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik (terjemahan), Edisi 3, EGC, Jakarta
DIPOSKAN OLEH ASKEP DI 07:16
http://askep-den.blogspot.com/2009/06/resiko-perilaku-kekerasan.html
ASKEP PERILAKU KEKERASAN
Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj
1.Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah
tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 :
“Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
2.Penyebab
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang
tidak terpenuhi.
2.1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi.
Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2.2Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3.3Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai
dan diakui statusnya.
3.Rentang respons marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut
: (Keliat, 1997, hal 6).
3.1.Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
3.2.Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3.3.Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
3.4.Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
3.5.Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4.Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan
kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
Berikut ini digambarkan proses kemarahan :
(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996, hal
Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan,
dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif.
Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan
dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
5.Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah ;
5.1Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual,
frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
5.2Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
5.3Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
6.Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
6.1Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan
saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi
kaku dan disertai reflek yang cepat.
6.2Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti
orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
6.3Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
6.4Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
7.Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada
klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83)
7.1.Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
7.2.Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
7.3.Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
7.4.Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan
dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
7.5.Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
Konsep dasar asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian,
perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan
keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang
dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut : (Keliat, dkk, 1996)
1.Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi
data, analisa data, dan perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.
1.1.Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1.1.1.Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
1.1.2.Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
1.1.3.Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
1.1.4.Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri
dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
1.1.5.Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
1.2.Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah
data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga.
Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
1.3.Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon
masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa
keperawatan.
Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2.Diagnosa keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995).
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
2.1Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3.Rencana tindakan keperawatan/intervensi
Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi yang tepat.
Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa :
3.1Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1.1Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi
respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.1Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
2.2Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir
penyelesaian persoalan.
3.1Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.
3.2Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.
3.3Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
4.1Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
4.2Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
4.3Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
5.1Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
5.2Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
6.1Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
6.2Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
6.3Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
7.1Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
7.2Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
7.3Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
7.4Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
7.5Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
8.1Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
8.2Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.
8.3Jelaskan cara-cara merawat klien.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.
8.4Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
8.5Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
9.1Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
9.2Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
3.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan :
1.1Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
2.2Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.
2.3Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
3.1Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
3.3Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
4.1Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.
4.2Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
4.3Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
4.4Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih
adaptif.
5.2Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.
6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.
Sumber:
1.Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
2.Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan,
Jakarta.
3.Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
4.Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
5.Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.
6.Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
7.Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.
8.Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
9.Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
10.WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/
S ENIN, 1 6 JUNI 20 0 8
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Masalah Utama:
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Tanda dan Gejala :
Muka merah
Pandangan tajam
Otot tegang
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya.
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
C. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan/amuk
Core Problem
1. Masalah keperawatan:
1. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-
acak lingkungannya.
2. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-
orang disekitarnya.
1. Data Subjektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Data Objektif
1. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri /
ingin mengakhiri hidup.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
5. Rencana Tindakan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk
1. Tujuan Umum: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
2. Tujuan Khusus:
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
Tindakan:
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan :
1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan
tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku
kekerasan.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
Tindakan:
Tindakan :
1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga selama ini.
2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Tindakan:
1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
Diagnosa 2: Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
1. Tujuan Umum :
1. Tujuan khusus :
Tindakan :
Salam terapeutik
Perkenalan diri
4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.
Tindakan :
Tindakan :
1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Tindakan :
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
DAFTAR PUSTAKA
LABEL: JIWA
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-perilaku-kekerasan.html
PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
SURABAYA
2008
PENDAHULUAN
sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan
PENGERTIAN
dan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang
Respons Respons
Adaptif Maladap
melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang merupakan
respon yang maladaptif, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak
realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami.
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
Kekerasan: sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancamanancaman, melukai
disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah
melukai/ merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
perilaku kekerasan.
FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflikdapat pula memicu perilaku kekerasan.
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai
POHON MASALAH
Resiko mencederai
DIAGNOSA
1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah RENCANA KEGIATAN KEPERAWATAN
a. Pertemuan ke 1
b. Pertemuan ke 2 dan 3
c. Pertemuan ke 4
KEKERASAN
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum
melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor
yang telah terlatih menangani krisis.
Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,
1998):
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa
digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan
o Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
o Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat.
o Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
o Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
o Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
o Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis.
rasa nyaman. o Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
lakukukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
2 (dua) jam.
o Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
Nama Klien: RENCANA KEPERAWATAN Dx. Medis :
TGL.
NO.
DX.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
INTERVENSI
1 2 3 4 5 6
kekerasan.
TUM:
kekerasan.
TUK 1:
saling percaya.
perawat.
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasikan penyebab
perilaku kekerasan.
Klien mengungkapkan
perasaannya
perasaannya
2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
TUK 3:
Klien dapat
yang dialami
klien
dilakukan.
dilakukan
tidak.
klein
TUK 5:
dilakukan klien
TUK 6:
terhadap kemarahan
secara konstruktif
yang sehat
memerlukan tenaga
keinginan saya)
TUK 7:
kekerasan
kekerasan
bantal.
menyakiti
Spiritual: sembahyang,
7.1.1.
play)
dipelajari
TUK 8:
pengobatan)
tepat waktu
tidak menyenangkan
benar
TUK 9:
kekerasan
kekerasan
klien
marah
merawat klien
TUK 10:
(lihat prosedur)
Pertemuan: Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marahmarah dan
memecahkan piring dan gelas.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya
b. Evaluasi/ validasi
c. Kontrak
perawat?
2. Kerja
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali.
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali
d. Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan cara
Pertemuan: Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang Ali.
b. Evaluasi/ validasi
c. Kontrak
Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat sedang marah
Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali
rasakan?
Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi
Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya
Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan
sehat?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi
perasaan Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi.
Kalau di runah sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak
Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok? Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai
besok.
Pertemuan: Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang
1. Orientasi
Salam terapeutik
Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan Ali saaty ini? Wah bagus. Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan
malam kemarin?
Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih
2. Kontrak
Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
3. Kerja
Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam
Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari
Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
Ya benar, 5 kali.
Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum
Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik,
nanti kalau sudah
d. Kontrak
Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
DAFTAR BACAAN
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(5
th
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(6
th
ed). St louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(7
th
http://blogs.unpad.ac.id/antoniuscatur/files/2010/04/kekerasan.pdf