solasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai
hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam.
Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi,
menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas
dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan,
tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang
ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak
aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam
suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif,
dengan karakteristik :
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 1995).
TANDA DAN GEJALA
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak , iya, tidak tahu.
Data Objektif :
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain /
perawat.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan.
KARAKTERISTIK PERILAKU
Tidur berlebihan.
Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
Kurang bergairah.
Kegiatan menurun.
Immobilisasai.
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
1. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak
ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan
sehari hari , dependen
1. Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /
frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami
oleh klien.
1. e. Aspek Psikososial
2. Konsep diri
a) citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
PHK.
d) Ideal diri
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
2. f. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
1. h. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
1. i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun
potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
6. Intoleransi aktifitas.
Diagnosa Keperawatan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.
Tujuan umum :
4. Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien perawat, klien kelompok, klien
keluarga.
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik
yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
1.2 Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan saya
akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan. Jika klien
menatap wajah perawat katakan ada yang ingin anda katakan?.
1.3 Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
2.1. Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
3.1 Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
4.1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
4.2 Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri
contoh cara berkenalan.
4.3 Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
Evaluasi
Kriteria evaluasi :
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2.1 Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang
lain.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk
diri sendiri dan orang lain.
Daftar Pustaka
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Stuart and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa Hapid AYS,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan yang
optimal baik fisik, mental dan sehat Sosial. Proses keperawatan pada klien dengan
masalah kesehatan jiwa marupakan tantangan seperti pada klien yang kesehatan fisiknya
memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab kejadian masa
lalu yang sama dengan kejadian saat ini tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda
(Depkes RI, 1996).
Sejalan dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dapat dikatakan makin banyak
masalah yang harus dihadapi dan diatasi sekarang dan makin sulit tercapainya
kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti meningkatkan jumlah pasien dengan gangguan jiwa , menurut
studi El-Bahar 1996 terdapat 185 gangguan kesehatan jiwa dari 1000 penduduk. Hal ini
menimbulkan suatu peningkatan kebutuhan masyarakat dalam pelayanan perawat
kesehatan jiwa.
Manusia adalah makhluk Sosial dalam kehidupan , mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang
terlibat saling merasakan kedekatan. Sementara identitas pribadi masih tetap
dipertahankan juga perlu untuk membina perasaan saling ketergantungan yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
(Stuart and Sundeen, 2001).
Penyebab menarik diri adalah individu yang merasakan tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain, tidak dapat mendapatkan
kontak fisik, antara individu dengan orang lain, individu berasal dari lingkungan yang
penuh masalah individu, merasa tidak terima dan ditolak sebelum mencoba, individu
tidak mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Salah satu penyebab yang ditimbulkan dari menarik diri adalah klien dapat mengalami
halusinasi, perilaku yang dapat diamati pada klien dengan menarik diri adalah tidak mau
bergaul atau berdiam diri dan kegiatannya yang merepleksikan menarik diri seperti harga
diri rendah.
Berdasarkan data yang didapat dari Ruang Cempaka, pada bulan terakhhir (Desember
2007 s/d Januari 2008) penderita gangguan jiwa berjumlah 112 orang penderita menarik
diri 57 orang (51 %), penderita halusinasi 33 orang (30%), penderita harga diri rendah 4
orang (3,6 %) , penderita PK 5 orang (4,5 %), waham 12 orang (10,7 %) sumber dari RSJ
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta (sumber Ruangan Cempaka).
Karna jumlah penderita menarik diri sebanyak 57 orang (51%) lebih tinggi dari jumlah
penderita halusinasi yaitu 33 orang (30%) , kelompok tertarik untuk membahas
(mempelajari) Asuhan Keperawatan mental psikiatri pada klien dengan isolasi Sosial,
menarik diri yang mencakup aspek bio-psikososial dan cultural dengan menggunakan
pendekatan teori asuhan keperawatan jiwa sebab pada klien isolasi Sosial : menarik diri
bila tidak diatasi akan menyebabkan GSP : Halusinasi.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mempeoleh gambaran secara nyata dalam memberikan Auhan Keperawatan pada klien
dengan isolasi Sosial : Menarik diri.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada klien Ny. T dengan
gangguan isolasi Sosial : menarik diri.
2. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada klien Ny. T dengan gangguan isolasi
Sosial : menarik diri.
3. Mampu merencanakann tindakan keperawatan pada klien Ny. T dengan gangguan
isolasi Sosial : menarik diri.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan isolasi
Sosial : menarik diri.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien Ny. T dengan gangguan isolasi
Sosial : menarik diri.
6. Mampu mengidentifikasi factor pendukung, penghambat dan mencari alternatif
pemecahan masalah pada klilen Ny. T dengan gangguan isolasi Sosial : menarik diri.
C. Ruang lingkup
Dalam makalah ini, penulis hanya membahas asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan
Isolasi Sosial : Menarik diri, di Ruang Cempaka RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dari tanggal
14 Desember-22 Desember 2009.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data ini antara lain:
1.Wawancara
Hal ini dilaksanakan dengan mengajukan Tanya jawab dengan klien secara langsung
pihak-pihak terkait ntuk memperoleh informasi serta data-data tentang keadaan keluhan
dan riwayat klien.
2.Observasi
Perawat melaksanakan pengamata akan masalah serta keaktifan dalam proses
penyembuha penyakitnya secara langsung dan konkrit guna mengetahui keadaan
perubahan tingkah laku,keadaan fisik saat pengkajian dan pelaksanaan tindakan
keperawatan.
3.Study Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data-data keadaan klien dari dkumentasi yang ada di ruangan,
mencatat dan mempelajari kejadian yang ada hubungannya dengan kasus yang terangkum
dalam catatan medis dan catatan keperawatan
4.Study Kepustakaan
Dalam mempelajari literature-literatur buku sebagai referensi yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi social.
E. Sistematika Penulisan
Pada makalah ilmiah ini terdiri dari lima Bab: beberapa sub bab dan anak sub bab yang
penulisannya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, ruang lingkup, metode penulisan,
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Meliputi konsep dasar yang terdiri dari : Pengertian etiologi, factor predisposisi,
Presipitasi, gejala klinis dan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasust
Terdiri dari pengkajian , diagnosa keperawatan implementasi dan implemenetasi.
BAB IV : Pembahasan
Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan , implementasi dan Evaluasi.
BAB V : Penutup
Kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep dasar tentang isolasi Sosial : menarik diri
dan Asuhan Keperawatan berdasarkan literature yang tertulis yang penulis gunakan,
sebagai landasan teoritis yang penulis bahas.
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Menarik diri adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya secara wajar dan hidup dalam
khayalan sendiri yang tidak relaistis (stuart and Sundeen, 2001).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain (rawlin, 2002, hal 36).
Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh orang lain menyatakan
sikap yang negatif dan mengancam (Towsend, 2002, hal 52).
Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi mampu untuk
membuat kontak (Carpenito, 2000 hal, 389).
2. Proses Terjadinya Masalah
Pada mulanya individu merasa dirinya tuidak berdaya lagi, sehingga tidak merasa aman
dalam berhubungan dengan oranglain. Individu yang gagal dalam berinteraksi Sosial
karena tidak dapat diterima dilingkungan juga akan menyebabkan individu tidak dapat
memulai pembicaraan dengan orang lain dan selalu menyendiri, menghindari interaksi
dengan orang lain dan merasa kehilangan hubungan akrab, individu tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, prestasi dan kegagalan. Individu mempunyai
kesulitan untuk berhubungan spontan dengan orang lain merupakan salah satu ciri
mengalami ganguan jiwa menarik diri .
a. Faktor Predisposisi
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh
kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa lanjut. Untuk mengembangkan
hubungan Sosial yang positif setiap tugas perkembangan sepanjang kehidupan
diharapkan dpat dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam proses
hubungan diawali dengan kemampuan ketergantungan pada masa bayi dan berkembang
pada masa dewasa dengan kemampuan saling tergantung dan mandiri. Sistem keluarga
yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon Sosial maladaptive .
1. Bayi
Bayi sangat tergantung pada oranglain dalam biologis dan psikologis. Bayi umumnya
menggunakan komuniksi yang sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya,
misalnya menangis untuk kebutuhan. Respon lingkungan (Ibu atau pengasuh) terhadap
kebutuhan bayi akan respon atau perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap oranglain
2. Faktor Predisposisi pada masa Pra Sekolah
Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga
khususnya Ibu (pengasuh). Anak menggunakan kemampuan berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukukngan dan bantuan
dari keluarga khususnya pemberian yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal
ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan
kemampuan hubungan independen.
3. Anak Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Pada
usia ini anak mulai mengenal bekerja, kompetisi, kompromi. Konflik yang terjadi dengan
orang tua karena pembahasan dan dukungan yang tidak konsisten. Berteman dengan
orang dewasa diluar keluarga (guru, orangtua, teman) merupakan sumber pendukung
yang penting bagi anak.
4. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dngan teman sebaya dan sejenis dan
umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat tergantung
sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen. Kegagalan membina hubungan
dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan
identitas. Ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang.
5. Dewasa Muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan independen dengan orang tua dan
teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain seperti : memilih pekerjaan, memilih karier dan melangsungkan
perkawinan.
6. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan orang tua.
Khususnya individu yang telah menikah. Jika telah menikaah maka peran menjadi orang
tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat menguji
kemampuan hubungan independen.
7. Dewasa Lanjut
Pada usia ini individu akanmengalami kehilangan, baik itu kehilangan fungsi fisik,
kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga
(kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan
orang lain. Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dapat menerima
kehilangan yang terjadi dalam kehidupan dan bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangannya (Budi sanna Keliat, 2001).
b. Faktor Biologik
Factor genetic dapat menunjang terhadap respon Sosial maladaptive ada bukti terdahulu
tentang terlibatnya neurotranshmiter dalam perkembangan gangguan ini. Namun tetap
masih diperlukan penelitian lebih lanjut (Stuart and Sundeen, 2002)
Respon Adaptif
Solitut
Otonomi
Kebersamaan
Kesepian Saling ketergantungan
Menarik Diri
Ketergantungan Manipulasi
Impulsive
Narkisme
Respon adaptif adalah respon yang masih dpat diterima oleh norma-norma Sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku dengan kata lain bahwa individu tersebut dalam
batas normal dalam menyelesaikan masalahnya. Sedangkan maladaptive adalah yang
diterima individu dalam menyelesaikan masalah menyimpang dari norma-norma Sosial
dan berkebudayaan suatu tempat :
a. Manipulasi : Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian, individu berorintasi pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi
pada orang lain.
b. Narkisme : Harga diri yang rapuh atau rendah secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris dan pencemburu.
c. Impulsif : Tidak merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman.
Penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
c. Tanda Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif)
a. Apatis, ekspresi sedih, tumpul
b. Menghindar dan orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dan orang lain.
Misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/ tidak ada klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain
atau perawat.
d. Tidak ada kontak mata. Klien lebih sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar atau tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data subjektif
adalah : menjawab dengan singkat dengan kata-kata tidak , ya tidak Tahu, (Budi
anna Keliat, 2001)
d. Meknisme Koping
Rasional : Suatu usaha mengatasi konflik pikiran dan impuls impuls yang tidak
menyenangkan dengan memberikan alasan yang rasional.
Supresi : Menekan konflik, impuls impuls yang tidak dapat diterima dengan secara
sadar.
Represi : Konflik pikiran impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan kedalam penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Menarik diri : Mekanisme tingkah laku seeorang yang apabila menghadapi konflik
frustasi, ia menarik diri dalam pergaulan di lingkungan.
3. Psikofarmaka
a. Clorpromazine
1. Indikasi
Untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realityas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma Sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
dungsi-fungsi mental : faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, hubungan Sosial dan melakukan kegiatan rutin.
2. Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya system ekstra
pyramidal.
3. Efek Samping
(1) Sedasi
- Gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defiksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung.
- Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinsontren, or,
bradikinesia regiditas)
- Gangguan endoktrin (amenorhoe, ginermasti)
- Metabolic (Soundiee)
- Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
4. Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung. Febris , ketergantungan obat,
penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
b. Haloperidol (HLP)
1. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
2. Mekanisme kerja
Obat anti psikis dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron otak
khususnya , system limbic dan system ekstra pyramidal.
3. Efek Samping
(1) Sedasi dan inhibisi psikomotor
gangghuan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontradiksi
Penyakit hati, penyakit darahm epilepsy, kelainan jantung. Febris ketergantungan obat,
penyakit SSP, gangguan kesadaran.
c. Trihexyphenidil ( THP )
1. Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
2. Mekanisme kerja
Sinergis dengan kiniden, obat depreson dan anti kolin energik lainnya.
3. Efek Samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4. Kontra indikasi
Hypersensitive terhadap Trihexyphenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis. Hypertropi prostat dan obstruksi saluran edema.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri dari factor predisposisi, factor presipitasi, perilaku dan
mekanisme koping.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologi
Faktor genetic dapat menunjang terhadap respon Sosial maladaptive. Ada bukti terdahulu
tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini. Masih
diperlukan penelitian.
b. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam tugas perkembangan yang disebutkan akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon Sosial maladaptive.
c. Faktor Perkembangan
Kelauarga yang sering memberikan penilaian yang negatif pada anak. Seperti tidak
membolehkan anak mengungkapkan pendapatnya. Orang tua yang selalu ingin anaknya
mengikuti semua keinginan orang tua akan menyebabkan atau mempengaruhi respon
maladaptive.
d. Faktor Sosial Kultural
Akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti orang cacat dan berpenyakit
kronik.
3. Faktor Presipitasi
a. Stresor Sosio Kultural
a) Menurunnya stabilitas unit keluarga
b) Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupan
c) Kontak yang berkurang dlam satu keluarga
d) Pindah tempat tinggal
b. Stresor Psikologis
a) Kegagalan
b) Rasacemas yang berlebihan dan berkepanjangan
c. Perilaku
a) Pencemburu
b) Marah jika orang lain tidak mendukung
c) Harga diri yang rapuh atau rendah
d. Koping Mekanisme
Individu yang mempunyai respon Sosial maladaptive menggunakan berbagai mekanisme
dalam upaya untuk mengatasi ansietas proyeksi pemisahan : melaporkan kesalahan pada
orang lain merendahkan orang lain ( Stuart & Sundeen 2002).
4. Pohon Masalah ( Budi ana keliat, 2001 )
5. Masalah Keperawatan
a. Isolasi Sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko gangguan sensori persepsi : halusinasi
6. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial : menarik diri
7 Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan 1 : Isolasi Sosial : menarik diri
Tujuan umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus I : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi : setelah dilakukan 2x interaksi klien menunjukan tanda-tanda percaya
kepada perawat:
Wajah cerah, tersenyum
Mau berkenalan
Ada kontak mata
Bersedia menceritakan perasaannya
Bersedia mengungkapkan masalahnya
Intervensi keperawatan :
Membina hubungan saling percaya
- Beri salam setiap berinteraksi
- Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
- Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
- Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
- Buat kontrak interaksi yang jelas
- Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
Tujuan khusus III : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi dengan klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan sosial misalnya :
Banyak teman
Tidak kesepian
Bisa diskusi
Saling menolong
Dan kerugian menarik diri misalnya :
Sendiri
Kesepian
Tidak bisa berdiskusi
Intervensi keperawatan :
Tanyakan pada klien tentang :
- Manfaat hubungan sosial
- Kerugian menarik diri.
Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kami akan menyajikan asuhan keperawatan pada Ny.T, dengan Isolasi sosial,
diruang Cempaka Rumah Sakit soeharto Heerdjan .Asuhan keperawatan ini dilakukan
dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan secara koperensif ,meliputi
pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi dan evaluasi yang dilakukan dari tanggal 17
- 21 november 2009.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien bernama Ny.T, berumur 19 tahun, nomor register : 013095, Diagnosa medis F25.
klien anak kedua dari dua bersaudara, peremrpuan, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan hanya kelas 5 SD, alamat Lampung Utara,
2. Alasan Masuk
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dengan dibawa oleh Pol PP pada
tanggal 26 november 2009, karna klien berkeliaran dijalanan tanpa tujuan, klien diam
tidak mau berbicara.
3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan baru pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa, klien mengatakan dulu
klien sekolah hanya kelas 5 SD, karena orangtua klien tidak mampu membiayai klien
sekolah, klien mengatakan orang tua klien cerai, klien tinggal bersama ibu klien. Pada
tahunn 2008 klien pernah menjadi TKW di Malaysia, pada tahun 2009 klien dipulangkan
ke indonesia dengan tanpa hasil. Dan kemudian , semenjak itu klien selalu diam, apa bila
ada masalah dipendam sendiri, klien mengatakan malu tidak bisa bekerja, karna klien
tidak tamat selolah.
Masalah keperawatan: koping keluarga inefektif,Harga diri rendah,isolasi social
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat klien dilakukan pemeriksaan fisik didapakan data tekanan darah 100/80mmHg,
nadi 80x/menit, suhu 37 C, pernapasan 20x/menit, tingi badan 155cm, berat badan 46 kg.
Masalah keperawatan: tidak di temukan masalah keperawata
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: laki-laki : klien
Klien mengatakan anak kedua dari dua bersudara, anak pertama perempuan, sudah
berkeluarga, orang terdekat dengan klien adalah ibu. Didalam keluarga tidak ada
mengalami penyakit yang sama dengan klien.
Klien mengatakan klien ditingglkan oleh bapaknya semenjak usia 8 tahun, karena
perceraian, bapaknya kawin lagi.
Masalah keperawatan : koping keluarga inefektif
b. Konsep Diri
1. Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya.
2. Identitas : Klien mengatakan anak kedua dari dua bersaudara.
3. Peran : klien sebagai anak
4. Ideal Diri: Klien mengatakan ingin sekolah, dan ingin bekerja.
5. Harga Diri : Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain,karna tidak bisa
berkerja, tidak sekolah, dan masih minta uang dengan orang tua.
Masalah keperawatan : gangguan kosep diri : Harga diri rendah
c. Hubungan social
Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya, klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan di lingkungan rumah karena klien merasa malu dengan keadaan
keluaga, selama di rumah tidak mau bergaul dengan orang lain dan lebih senang
menyendiri .
Masalah keperawatan : isolasi social
d. Spiritual
Klien mengatakan agama islam dan pernah melakukan kegiatan ibadah walaupun tudak
llima waktu, pendapat klien terhadap ibadah sangat penting dan harus di lakukan.
Masalah keperawatan: tidak di temukan masalah keperawatan
6. Status Mental
a. Penampilan fisik tampak kurang rapi.klien mengatakan mandi 2x sehari, baik dirumah
maupun dirumah sakit.
Masalah keperawatan: devisit perawatan diri.
b. Pembicaraan klien, klien diam membisu, klien mengungkapkan kata melalui media
tulis.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
c. Aktivitas motorik ,saat berinteraksi klien tampak lesu, saat diruangan klien hanya
sendirian tidak bergabung dengan temannya.
Masalah keperawatan: isolasi social
d. Alam perasaan : klien merasa sedih dan malu dan ingin segera pulang
Masalah keperawatan :gangguan konsep diri :harga diri rendah
e. Afek klien : datar,tidak ada perubahan dan tidak mau bercanda
Masalah keperawatan :isolasi social
f. Interaksi selama wawancara
selama interaksi dengan perawat kontak mata kurang, tidak kooperatif.
Masalah keperawatan: isolasi social.
g. Persepsi
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah disuruh oleh seseorang
bahwa klien harus diam kalau mau dapat uang satu juta, tapi sekarang tidak pernah
mendengar, melihat, mencium, meraba atau mengecap sesuatu yang aneh.
Masalah Keperawatan : Resiko Gsp : halusinasi
h. Proses pikir
Klien baru mau menjawab pertanyaan perawat, setelah disuruh menjawab melalui tulisan
dikertas.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
i. Isi Pikir
Pada saat pengkajian klien tidak terlihat adanya waham dan tidak ada kelainan dengan isi
pikir klien.
Masalah Keperawatan : tidak di temukan masalah keperawatan
j. Tingkat Kesadaran
Klien dapat menyebutkan tempat, hari, nama perawat dengan baik, klien mengatakan saat
ini berada di rumah Sakit Jiwa Gerogol.
Masalah Keperawatan : tidak di temukan masalah keperawatan
k. Memori
Klien dapat mengingat, tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang
contoh: klien ingat tanggal masuk rumah sakit.
Tidak ada gangguan daya ingat jangka pendek
contoh: klien ingat apa yang dilakukan pada saat bangun tidur
Masalah Keperawatan : tidak di temukan.
l. Ttingkat konsentrasi dan berhitung
klien mampu menjawab hitungan yang sederhana, contoh 15+10= 25.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
m. Kemampuan penilaian
klien mampu menilai apa yang dilakukan disaat sebelum makan, yaitu berdoa, dan
mencuci tangan.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
n. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya tidak sakit apa-apa.
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
7. Persiapan Pulang
Makan bantuan minimal, buang air besar dan kecil sendiri, eliminasi secara mandiri
dengan frekuensi BAB satu kali perhari, kosisten padat, bau khas fese berwarna kuning
dan tidak mengalami keluhan yang berhubungan dengan BAB, klien mengatakan mandi
dua kali perhari, klien mengatakan cukup satu hari sekali ganti pakaian, penampian klien
kurang rapi. Klien harus dimotivasi dalam kebersihan diri.
Tidur siang klien pukul 13.00-15.00 dan tidur malam 21.00-05.00 WIB, sebelum tidur
klien tidak melakukan apa-apa, sesudah tidur mengatakan cuci muka dan berkumur,
penggunaan obat bantuan minimal, pemeliharaan kesehatan lanjut klien mengalami rawat
jalan setelah diperbolehkan pulang dan untuk system pendukung klien harus
mendapatkan perhatian khusus dari orang tua dan keluarga.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
8. Mekanisme Koping
Klien terletak pada koping maladaftif, yaitu klien tampak duduk menyendiri, dan klien
mengatakan malu bergaul serta kalau punya masalah selalu dipendam sendiri dan klien
tampak menghindar dari teman-temannya.
Masalah keperawatan : mekanisme koping individu inefektif.
Kamis
17-12-2009 Ds :
Klien mengatakan lebih senang menyendiri
Klien mengatakan malas jika bergaul dengan orang lain
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Klien hanya mau berinteraksi melalui tulisan dikertas.
Do:
Klien tampak sering menyendiri
Klien tidak mau berbicara
Klien mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan
Klien tampak duduk menyendiri dan mematung
Klien tampak menghindar dari teman-temannya
Klien tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
Isolasi Sosial
Ds:
Klien mengatakan malu karena tidak bisa bekerja
Klien mengatakan malu karena tidak tamat sekolah
Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan diluar rumah karena tidak bisa apa-apa
Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang
Klien mengatakan orang lain tidak bisa menerima keadaannya
Do:
Kontak mata klien kurang
Klien sering menunduk saat diajak berbicara
Klien tampak malas dan lesu
DO:
Penampilan fisik tampak kurang rapi
Rambut klien tanpak tidak rapi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Defisit Perawatan Diri
4. Koping keluarga inefektif
5. Resiko Gsp : halusinasi
Tujuan khusus III : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi dengan klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan sosial misalnya :
Banyak teman
Tidak kesepian
Bisa diskusi
Saling menolong
Dan kerugian menarik diri misalnya :
Sendiri
Kesepian
Tidak bisa berdiskusi
Intervensi keperawatan :
Tanyakan pada klien tentang :
- Manfaat hubungan sosial
- Kerugian menarik diri.
Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Tujuan khusus IV : klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap dengan :
Perawat
Perawat lain
Klien lain
Kelompok
Intervensi keperawatan:
Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial
Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan:
- Perawat lain
- Klien lain
- kelompok
Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai kegiatan harian yang
telah disebut
Beri pujian terhadap kemampuan klienmemperluas pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan
O:
Klien tidak melakukan kegiatan berkenalan dan berbincang-bincang secara mandiri
dengan orang lain sejak kemarin
Klien sudah mau berkenalan dengan orang lain setelah diberikan motivasi oleh perawat
Klien belum berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Klien masih sering menyendiri
A:
Klien belum mau berkenalan dan berbincang-bincang dengan orang lain secara mandiri
Klien mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang dengan benar
P:
Lanjut ke SP3p
PP:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang kedalam jadwal
kegiatan harian
PK:
Menjelaskan kegiatan harian klien berbincang-bincang dan berkenalan untuk
dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
Melakukan berkenalan dengan dua orang atau lebih
Memasukkan kegiatan klien kedalam jadwal kegiatan harian
Kelompok IX
Senin
21-12-09
09:00- 09:20 1
SP3p Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih yang
klien suka
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang kedalam jadwal
kegiatan harian
S:
Klien mengatakan kien sudah pernah berbincang-bincang dengan teman klien Ny.M
pada pagi tadi
Klien mengatakan mau berkenalan dengan Ny.W dan Ny.J
Klien mengatakan senang setelah berkenalan dengan Ny.W dan Ny.J
O:
klien sudah mulai berinisiatif berbincang-bincang dengan orang lain
klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang kedalam jadwal kegiatan harian klien
klien tanpak senang setelah berkenalan dengan dua orang
klien tanpak mulai berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
A:
Klien sudah mau berbincang-bincang dengan orang yang sudah klien kenal Ny.M secara
mandiri
Klien belum mampu melakukan berkenalan dengan orang lain secara mandiri
P:
Mengulang ke SP3p
PP:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang kedalam jadwal
kegiatan harian
PK:
Menjelaskan kegiatan klien berbincang-bincang kedalam jadwal kegiatan harian
Mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang
Memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain kedalam jadwal kegiatan
harian
Kelompok IX
STRATEGI PELAKSANA
Nama : Ny. T
Hari tanggal : Kamis 17-12-2009
Pertemuan : Pertama
Ruang : Cempaka
1. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS:
- Klien mengatakan malas berinteraksi
- Klien mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
- Klien merasa orang lain tidak selevel
- Klien curiga dengan orang lain
- Klien merasa tidak berguna
DO:
- Klien menyendiri
- Klien mengurung diri
- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Klien mematung
- Klien mondar mandir tanpa arah
- Klien tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
2. Diagnosa keperawatan
- Isolasi Sosial
3. Tujuan umum
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
4. Tujuan khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
- Klien mampu menyebutkan keuntunan berhubungan social dan kerugian menarik diri
- Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
- klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social
- klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
5. Intervensi
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
STRATEGI KOMUNIKASI
1. Pase orientasi
a. Salam traupetik
Selamat siang ibu. Boleh saya duduk disini..? perkenalkan nama perawat perawat
Ibu bisa panggil perawat ,perawat dari Akper Manggala Husada, hoby perawat
Nama ibu siapa,? Maunya dipanggil apa? Ibu berasal dari mana,..? dan hoby
ibu apa,.?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini,? Bagaimana tidurnya semalam,. Ada
masalah ?
c. Kontrak
- Topic :
ibu. Hari ini kita berbincang-bincang tentang masalah yang ibu hadapi saat ini
- Waktu :
Ibu mau kita berbincang-bincang berapa lama,.?
Baik kalau begitu 20 menit saja bu y a.
- Tempat
Ibu mau kita berbincang-bincang dimana,?
Bagaimana kalau di teras luar ini saja. Apa ibu setuju
- Tujuan :
Supaya kita saling mengenal lebih jauh, segingga masalah yang ibu hadapi sekarang bisa
teratasi.
2. Fase kerja
Ibu ,.. tadi kita sudah saling mengenal,.. sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu
lakukan dirumah sehingga ibu di bawa kesini. ?Siapa yang membawa ibu kesini,. ?
Apa alasannya.? Selama di rumah sakit ini kegiatan apa yang ibu lakukan,.? Apakah
ibu sudah memiliki banyak teman,.? Coba ibu sebutkan nama-nama teman ibu,..
3. Pase terminasi
1. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dan berbincang-bincang dengan perawat,.?
2. Evaluasi obyektif
Coba ibu sebutkan nama-nama teman ibu di sini.
4. Rwncana tindak lanjut
Ibu ,. Perawat berharap ibu mau berkenalan dengan orang lain dan berbincang-bincang
dengannya.
5. Kontrak akan dating
- Tofik : Ibu. besok perawat mau berbincang-bincang dengan ibu lagi dan mengajarkan
ibu cara berkenalan dengan satu orang.
- Waktu : Ibu mau besok kita berbincang-bincang jam berapa,..? berapa lama ,?
Bagaimana kalau jam 15:00, ( jam tiga ) lamanya 20 menit apakah ibu setuju,?
- Tempat : Besok ibu mau kita berbincang-bincang dimana,? Berarti disini lagi ya
bu.
- Tujuan : Supaya ibu memiliki banyak teman, ibu tidak kesepian, ibu bisa bercerita
tentang perasaan ibu jika ibu mengalami masalah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan menguraikan kasus yang diamati serta membandingkannya
dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung, penghambat
dan solusinya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny. T dengan Isolasi
Sosial diruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Soeharto heerdjan Jakarta selama 4 hari mulai
tanggal 17 November sampai 21 November 2009.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tinakan keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian pada Ny.T.pada tahap awal dalam proses keperawatan meliputi tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
klien yaitu dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan klien,
informasi dari catatan keperawatan, catatan medis dan perawat ruang, sehingga asuhan
keperawatan ini dapat diberikan kepada Ny.T. adapun diagnosa keperawatan utama yang
ditemukan pada klien Ny.T adalah mengalami Isolasi Sosial.
Faktor predisposisi sesuai dengan didalam teori karena klien mengalami masalah faktor
perkembangan, factor predisposisi yang klien alami yatu tingkat perkembangan klien
tehambat karena klien pada usia 8 tahun sudah dtinggal oleh bapaknya kawin lagi,
sehingga respon social klien menjadi mal adaptif.
Faktor presipitasi sesuai dengan klien adalah dapat bersumber dari klien, keluarga dan
interaksi dengan orang lain sedangkan faktor presipitasi yang ada pada klien adalah
ketidakmampuan keluarga merawat karena tingkat penghasilan orang tua yang kurang
sehingga klien tidak selesai sekolah.
Pohon masalah yang terdapat pada teori yaitu masalah-masalah primer yaitu Resiko
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, dan sebagai
Core Problem adalah Isolasi Sosial. Sedangkan pada kasus Ny.T terdapat masalah
sekunder yaitu Koping Keluarga Inefektif karena didapatkan klien klien pada usia 8 tahun
sudah ditinggalkan ayahnya kawin lagi, sehingga pendapatan ekonomi keluarga klien
tidak tercukupi, dank lien tidak bisa melanjutkan sekolah.tidak ada terjad kesenjangan
antara teori da kasus Ny.T.karena klien mengalami masalah yang ada didalam teori factor
predisposisi seperti factor social budaya dan biologis. Pada kasus Ny.T didukung dengan
data sebagai berikut yaitu klien pernah gagal sekolah, hanya keas 5 SD, dan lien pernah
gagal bekerja menjadi TKW di malaisia, klien juga pernah ditolak melamar kerja karena
klien tidak sekolah. Sehngga tidak ada motifas bagi klien untuk bersosialisasi dengan
orang lain dan lingkungan.
B. Dianosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data dasar, yang melalui serangkaian analisa, maka diagnose
yang kelompok tegakkan adalah :
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Devisit Perawatan Diri
4. Koping Keluarga Inefektif
5. Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Diagnosa sesuai dengan teori, core problem yang kelompok angkat yaitu Isolasi Sosial,
Faktor pendukung adalah klien mengatakan lebih senang menyendiri, klien mengatakan
malas jika bergaul dengan orang lain, klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang
lain, klien hanya mau berinteraksi melalui tulisan dikertas, klien tampak sering
menyendiri, klien tidak mau berbicara, klien menghindar dari teman-temannya, klien
tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
C. Perencanaan
Rencana tindakan yang ada pada kasus Ny.T, kami dapat meprediksi waktu pencapaian
keberhasilan tindakandengan melihat kondisi kemampuan dan kebutuhan klien, karena
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang kami dapatkan.
Perencanaan pada diagnose keperawatan Isolasi Sosial dan gangguan konsep diri Harga
Diri Rendah pada kasus tidak ada perbedan dengan perencanaan yang ada pada teori.
Adapun perencanaan yang tidak ada pada teori adalah diagnose keperawatan Devisit
Perawatan Diri, dan koping keluarga inefektif.
Dalam merencanakan tindakan keperawatan kami tidak mengalami hambatan karna kasus
yang kami ambil sangan berkesinambungan dengan tiori yang kami dapat.
D. Implementasi
Pada tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu diberikan pada klien dengan Isolasi
Sosial sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya, berdasarkan teori kasus degan melihat kondisi dan kebutuhan.
Di dalam diagnosa keperawatan Isolasi Sosial, tindakan yang sudah tercapai yaitu
membina hubungan saling percaya, SP1 p, yaitu Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
klien dengan cara: Menanyakan orang yang tinggal serumah dengan klien atau teman
sekamar klien ,menanyakan kepada klien orang yang paling dekat dengan klien dirumah
atau diruang perawatan, menanyakan apa yang membuat klien dekat dengan orang
tersebut, menanyakan orang yang tidak dekat dengan klien dirumah atau diruang
perawatan, menanyakan apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut,
berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
jika tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu
orang dengan cara mendemonstrasikan dengan klien, menganjurkan klien memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalan jadwal kegiatan harian. SP2p yaitu:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian kien, memberikan kesempatan kepada kllien
mempraktekkan cara berkenakan dengan satu orang yang klien suka, membantu klien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian.
Pada SP3p, kami sudah melakukan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada klien
untuk berkenalan dengan dua orang. Tetapi klien belum bisa berkenalan secara mandiri,
sehinga kami masih melanjutkan SP3p.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada tahap ini
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
dengan menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektis, Analis, dan Planing). Kelompok
menggunakan pendekatan ini agar memudahkan dalam pelaksanaan sehingga mengacu
pada tujuan.
Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan kelompok belum mencapai hasil yang
diharapkan sepenuhnya, tingkat keberhasilan yang sudah kami capa yaitu bina hubungan
saling percaya; klien mampu menunjukan wajah cerah dan tersenyum, klien mau
berkenalan dengan perawat dan ada kontak mata, klien mampu menceritakan
perasaannya, klien mampu mengungkapkan masalahnya, SP1p dan SP2p juga sudah
tercapai, sedankan yang belum tercapai yaitu pada SP3p. klien melum berinisiatif
berkenalan dengan rang lain.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini kami akan menarik kesimpulan dan saran yang terkait dengan asuhan
keperawatan pada Ny.T dengan Isolasi Sosial di ruang Cempaka, yang kami lakukan pada
tanggal 17-21 November 2009. Terdiri dari tahapan pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Kesimpulan
Klien bernama Ny.T, berumur 19 tahun, nomor register : 013095, Diagnosa medis F25.
klien anak kedua dari dua bersaudara, peremrpuan, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan hanya kelas 5 SD, alamat Lampung Utara, Klien masuk Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan dengan dibawa oleh Pol PP pada tanggal 26 november 2009, karna
klien berkeliaran dijalanan tanpa tujuan, klien diam tidak mau berbicara. Klien baru
pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa, klien mengatakan dulu klien sekolah hanya
kelas 5 SD, karena orangtua klien tidak mampu membiayai klien sekolah, klien
mengatakan orang tua klien cerai, klien tinggal bersama ibu klien. Pada tahunn 2008
klien pernah menjadi TKW di Malaysia, pada tahun 2009 klien dipulangkan ke indonesia
dengan tanpa hasil. Klien juga pernah melamar kerja tapi tidak terma karena klien tidah
tamat sekolah. semenjak itu klien selalu diam, apa bila ada masalah dipendam sendiri,
klien mengatakan malu tidak bisa bekerja, karna klien tidak tamat selolah.
Data dasar utama adalah data untuk masalah keperawatan Isolasi Sosial, yang ditadai
dengan; Klien mengatakan lebih senang menyendiri, klien mengatakan malas jika bergaul
dengan orang lain, klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain, klien hanya
mau berinteraksi melalui tulisan dikertas. Klien tampak sering menyendiri, klien tidak
mau berbicara klien mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan, klien tampak duduk
menyendiri dan mematung, klien tampak menghindar dari teman-temannya, klien tidak
berinisiatif berhubungan dengan orang lain.
Evaluasi respon klien sesuai dengan langkah-langkah evaluasi keperawatan yaitu SOAP
untuk mengevaluasi pada Ny.T, diagnosa pertama SP1p sampai SP3p dengan hasil Klien
mau menjelaskan penyebab isolasi sosial klien, klien mampu nenjelaskan keuntungn
berhubungan sosial dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat, klien mampu mendemonstraskan
berkenalan dengan Ny.M dengan banuan perawat. dan klien mampu menjelaskan dan
mengisi jadwal kegiatan berbincang-bincang dengan dengan teman klien Ny.M secara
mandiri.
Yang mejadi factor penhabat pada tahap ini, klien belum bisa berinisiatif berkealan
dengan orang lain, dank lien masih sering menyendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada bab sebelumnya, kami mengajukan beberapa saran untuk
dijadikan bahan evaluasi antara lain :
1. Mahasiswa
- Mahasiswa diharapkan agar lebih menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi social, sehingga masalah Isolasi Sosiah
lebih cepat teratasi.
- Mahasiswa harus lebih banyak memiliki keterampilan dalam berkomunikasi theraupetik
sehingga klien lebih cepat percaya dengan perawat .
- Mahasiswa harus bekerja sama dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lain untuk
memvalidasi data.
2. Perawat Ruangan
- Perawat melakukan pendekatan pada klien, berorientasi pada kebutuhan utama klien,
perawat juga harus mampu menentukan masalah prioritas sehingga asuhan keperawatan
bisa tercapai secara efektif.
- Perawat diharapkan dapat berkerjasama dengan tim kesehatan lain dalam melaksanakan
asuhan keperawatan agar tidak terjadi pengulangan dalam melakukan tindakan .
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. (1999). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia.
Rasmun,. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegresi dengan Keluarga.
Edisi 1. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.
Stuart, GW and Sundeen, SJ. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Towsend, Mary C., (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Diposkan oleh andrey di 00.02
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2010 (14)
o Juni (14)
Lekore
INDUKSI PERSALINAN
askep gemelli
Pengunjung
Discount Notebooks