Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI
ISOLASI SOSIAL

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 2008 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Towsend,2003).
Perilaku isolasi sosial menarik diri merupakan suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain
(DepKes, 2010). Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
lain. (Rawlins, 2003, dikutip Budi Anna Keliat).

2. Etiologi
Menurut Stuart And sundent (2007), faktor penyebab terjadinya isolasi
sosial adalah:
a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap terhadap

5
hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis
seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan.

Gejala isolasi sosial


`1) Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata
“tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
2) Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.
 Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain / perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
 Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
 Posisi janin pada saat tidur.

6
Sedangkan menurut buku pedoman diagnosa keperawatan jiwa tanda dan
gejala isolasi sosial:

Data Mayor Data minor


Data subjektif
 Mengatakan malas berinteraksi  Curiga dengan orang lain
 Mengatakan orang lain tidak mau  Mendengar suara/melihat bayangan
menerima dirinya
 Merasa tidak berguna
 Merasa orang lain tidak selevel
Data Objektif
 Menyendiri Mematung
 Mengurung diri Mondar-mandir

 Tidak mau bercakap-cakap dengan Tidak berinisiatif berhubungan dengan


orang lain orang lain.

a. Rentang respon sosial.


Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya

menimbulkan respons-respons sosial pada individu yaitu :

Respons adaptif Respons maladaptif

 Solitude Merasa sendiri Manipulasi


 Bekerjasama
 Saling Menarik diri Impulsif
tergantung
 Kebebasan Tergantung Narkisisme
 Mutuality

Keterangan :
1. Respons adaptif

Yaitu respons individu dalam penyesuaian masalah yang dapat

diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang meliputi :

7
a) Solitude (merenung) merupakan respons yang dibutuhkan

seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di

lingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi

diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b) Autonomy (kebebasan) merupakan respon individu untuk

menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan

dalam hubungan sosialnya.

c) Mutuality merupakan respons individu dalam berhubungan

interpersonal dimana individu saling memberi dan menerima.

d) Interdependence (saling ketergantungan) merupakan respons

individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan

hubungan interpersonal.

2. Respons antara adaptif dan maladaptif

a) Aloness (merasa sendiri) dimana individu merasakan kesepian,

terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungannya.

b) Withdrawl (menarik diri) gangguan yang terjadi dimana

seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan

saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja

menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan

lingkungannya.

c) Dependence (ketergantungan) individu mulai tergantung kepada

individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan

yang dimilikinya.

3. Respons maladaptif

8
Yaitu respons individu dalam penyelesaian masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan

lingkungannya,yang meliputi :

a) Loneliness (kesepian) merupakan gangguan yang terjadi apabila

seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain

atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan sementara

waktu.

b) Manipulation (manipulasi) merupakan hubungan yang berpusat

pada masalah pengendalian lain dan individu cendrung berorientasi

pada diri sendiri atau tujuan dan bukan pada orang lain.

c) Narksisme merupakan rasa cinta pada diri sendiri yang berlebiha

Menururt (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 2008).


a) Gangguan hubungan sosial terdiri atas :
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh
individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan
sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik :
tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi,
menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap
usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang
tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang
ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan
orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C.
Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 2008; hal 252).
b) Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang
individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau
berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, dengan
karakteristik :

9
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam
situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan
ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan
rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak
menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi
interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan
proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas
perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda
kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998;
hal 226).

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Konsep Dasar Keperawatan
Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan
keperawatan, implementasi dan evaluasi.

a) Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal
dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum,


pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat
(2006) meliputi beberapa faktor antara lain:
1) Identitas klien dan penanggung :

10
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,
status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2) Alasan masuk rumah sakit


Umumnya klien isolasi sosial di bawa ke rumah sakit karena
keluarga merasa tidak mampu merawat, khawatir karena perilaku klien
dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa
ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Keluhan biasanya
berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,
tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3) Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, di tuduh kkn, dipenjara tiba-
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik / biologis.
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
5) Asfek Psikososial.
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2 . Konsep diri
a. citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang
hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.

11
b. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
f. Status Mental.
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
4. Afek Medik.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.
4. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).

12
5. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi.
6. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah.
7. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

2. Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons
baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari
pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
d. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain
e. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
f. Intoleransi aktifitas.
g. Kekerasan resiko tinggi.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon
individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001 dikutip oleh
Keliat, 2006). Diagnosa pada isolasi sosial,yaitu menarik diri: isolasi sosial.

4. Rencana Tindakan keperawatan (Terlampir)

13
5. Kriteria Evaluasi
1) Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
2) Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan
dengan orang lain.
4) Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K – P,
K – P – K, K – P – Kel, K – P – Kelompok.
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
6) Keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.

14

Anda mungkin juga menyukai