Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl Arwinda no 10, Rt 04 / Rw 01, desa Sukataris,
Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir
Tanggal masuk RS :18 MEI 2022
Tanggal pengkajian :18 MEI 2022
DX Medis : BPH

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. N
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl Arwinda no 10, Rt 04 / Rw 01, desa Sukataris,
Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

1
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : 
Nyeri di daerah operasi

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 2 minggu yang lalu pasien sulit untuk berkemih. Pasien sudah berobat
beberapa kali, 2 minggu yang lalu berobat ke RS Dr. Hafiz Cianjur dan dipasang
kateter awal keluar darah dan kemudian lancar. Pada saat di kaji klien
mengatakan nyeri pada area post TURP, nyeri terasa seperti di iris-iris, nyeri
dirasakan bertambah jika badan digerakkan dan nyeri berkurang jika tidak
bergerak, skala nyeri 6. Saat ini pasien terpasang DC, urine berwarna jernih.

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien mengatakam ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien
hipertensiyaitu ibunya
5. Riwayat Pekerjaan/ Kebiasaan :
Pasien bekerja sebagai supir, pasien mempunyai kebiasan jarang minum karena
bekerja di kendaraan suka menahan kencing karena perjalananyang cukup jauh
dan sulit menemukan toilet..
6. Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi
7. Pengkajian Sistem Tubuh
a. Sistem Pernapasan
1) Inspeksi
Dada : pergerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi tidak ada masalah,
bentuk dada simetris, retraksi dada tidak ada
Hidung : Lubang ada dan bersih, tidak terpasang alat bantu pernapasan,
napas cuping hidung tidak ada, fungsi penciuman baik, batuk bilek tidak
ada, frekuensi nafas 20x/mnt, irama dan pola nafas teratur
2) Palpasi
Daerah dada dan hidung tidak teraba adanya benjolan, pergerakan paru-
paru kanan dan kiri teratur (bersamaan).
3) Auskultasi
Suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada
4) Perkusi
Dada bunyi resonance

b. Sistem Kardiovaskuler
1. Inspeksi dan palpasi
Sianosis tidak ada, CRT<2 detik, Nadi : 82x/mnt, irama teratur,
nadi teraba kuat, suhu akral teraba hangat, vena jugularid tidak
ada pembesaran
2. Perkusi
Tidak ada pembesaran jantung, Batas jantung atas : Intercosta 2

3
bawah : intercostal 5-6 kanan : mid sternum kiri : mid klavikula
3. Auskultasi
Irama bunyi jantung regular, suara lub dub (S1-S2 timbul akibat
penutupan katup trikuspidalis dan mitralis).

a. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran Composmentis (GCS : 15, E : 4, M : 6, V : 5)
Fungsi Persyarafan :
 N I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau
 N II (Optikus) : Ketajaman penglihatan baik
 N III (Okulomotorius), N IV (Troklearis), NVI (Abbusen) : Pupil
bereaksi terhadap cahaya (miosis), isokor kanan dan kiri, bola
mata bisa mengikuti objek, reflek kornea mata ada.
 N V (Trigeminus) : otot mengunyah tidak ada gangguan, sensasi
wajah : klien dapat merasakan saat disentuh dengan tangan, dapat
mengigit dan menggerakkan rahang
 N VII (Fasialis): Dapat mengangkat dahi, dapat menutup dan
membuka mata, dapat mengembangkan pipi, dapat mengerutkan
dahi, dapat mengangkat alis dan membedakan rasa.
 N VIII (Akustikus) : Bila dipanggil nama dapat menjawab,
pendengeran baik
 N IX (Glosoparingeal), N X (Vagus) : Suara tidak parau, dapat
menelan
 N XI (Aksesoris) : Dapat menggerakkan kepala ke kiri danke
kanan, dapat mengangkat bahu
 N XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidah, membuka
mulut, lidah tidak lumpuh, Sensibilitas : rasa raba dan rasa nyeri

b. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan sering terbangun tengah malam untuk pipis dan pipis
keluar sedikit serta pipis keluar tidak memancar.

4
c. Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Tidak tampak massa di area abdomen, tidak ada lesi, tidak
tampak penegangan abdomen
2. Palpasi
Tidak teraba adanya massa
3. Auskultasi
4. Bising usus terdengar aktif

d. Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Postur tubuh normal, terpasang infus di tangan kiri, tidak ada
edema di ekstremitas bawah maupun atas
2. Kekuatan otot

5 5
5 5

e. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid

f. Sistem sensori persepsi/Pengideraan


Klien tidak merasa pusing, tidak ada kesemutan, mata bisa melihat dengan
baik, telinga kanan dan kiri mampu mendengar dengan baik, indra
penciuman tidak ada masalah

g. Sistem integument
1. Inspeksi
Warna kulit tidak sianosis, ada luka insisi, kuku pendek, rambut
berwarna beruban, tidak rontok.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, turgor kulit kembali < 2 detik.

h. Sistim imun dan hematologi


Klien mengatakan tidak pernah mimisan atau gusi berdarah juga tidak
mudah memar jika kena bentura, tidak terdapat petekie di tubuh klien

i. Sistem Reproduksi
Anatomi kelamin laki-laki, klien mengatakan tidak ada keluhan pada alat
kelamin

5
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
Sebelum sakit
Klien mengatakan belum pernah mengalami sesak nafas
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak sesak, RR : 20x/menit, SpO2 : 98 %
2. Cairan dan Elektrolit
Sebelum sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih, kopi, teh
Jumlah cc/hari : 1500cc/hari
Bantuan total/sebagian : Mandiri
Intravena
Jenis : Tidak ada data
Jumlah cc/hari : Tidak ada data
b. Output
Jenis : BAK
Jumlah cc/hari : Tidak ada data
Saat sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih
Jumlah cc/hari : 1500cc/hari
Bantuan total/sebagian : Dibantu
Intravena
Jenis : RL 20tts/mnt
Jumlah cc/hari : 1500cc/hari
b. Output
Jenis : Kateter, IWL
Jumlah cc/hari : 2000cc/hari
3, Nutrisi
Sebelum Sakit

6
 BB/TB : 61kg / 165 cm
 Diet : Nasi + lauk pauk
 Frekuensi : 3 x sehari
 Porsi makan : 1 piring
 Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
 Makanan yang di sukai :Telur, sayur
 Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Mandiri
Saat Sakit
 BB/TB :57kg / 165 cm
 Diet : Bubur TKTP
 Frekuensi : 3 x sehari
 Porsi makan : 1 piring
 Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
 Makanan yang di sukai :Telur, sayur
 Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Bantuan total (disuapin)

4. Aman dan Nyaman


Sebelum sakit
Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman ketika berada dirumah
berkumpul bersama keluarganya
Saat sakit
Klien mengatakan merasa kurang nyaman karena nyeri di area kemaluan
dan terpasang kateter dengan skala nyeri 3-4, nyeri hilang timbul

5. Eliminasi
Sebelum Sakit
a. BAB
Frekuensi : 2 hari sekali

7
Konsistensi : Padat
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada keluhan
Bantuan total/sebagian : Mandiri
b. BAK
Frekuensi : 4-6 kali
Konsistensi : Jernih
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada keluhan
Bantuan total/sebagian : Mandiri

Saat Sakit
a. BAB
Frekuensi : 2 hari sekali
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada keluhan
Bantuan total/sebagian : Dibantu sebagian
b. BAK
Frekuensi : Tidak ada data
Konsistensi : Jernih
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada keluhan
Bantuan total/sebagian : Terpasang DC
6, Aktivitas dan Istirahat
Aktivitas sebelum sakit
 Mobilisasi : Aktif
 Olah raga : Tidak dilakukan
 Rekreasi : Nonton TV
Aktivitas saat sakit
 Mobilisasi : Mobilisasi bertahap
 Olahraga : Tidak dilakukan
 Rekreasi : Nonton TV

8
Istirahat tidur sebelum sakit
 Lama tidur : 5 jam/hari
 Kesulitan memulai tidur : Tidak ada
 Gangguan tidur : terganggu karena sering kencing dimalam
hari
 Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Istirahat tidur saat sakit
 Lama tidur : 8-10 jam/hari
 Kesulitan memulai tidur : Tidak ada
 Gangguan tidur : Tidak ada
 Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
1. Psikososial
Sebelum sakit
 Ideal diri Klien : Klien mempunyai motivasi untuk hidup
sehat
 Gambaran diri : Klien tidak disorientasi
 Peran diri : Klien seorang kepala keluarga
 Harga diri : Klien dihargai dan di cintai oleh keluarga dan
orang lain
 Identitas diri : Klien menganggap dirinya manusia seutuhnya
yang mempunyai kemampuan, perasaan berharga dan
percaya diri

Saat sakit
 Ideal diri Klien : Klien mempunyai motivasi untuk sembuh dari
penyakitnya
 Gambaran diri : Klien tidak disorientasi
 Peran diri : Klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai
kepala keluarga karena sedang di rawat di RS
 Harga diri : Klien dihargai dan di cintai oleh keluarga dan orang
lain
 Identitas diri : Klien menganggap dirinya manusia seutuhnya
yang mempunyai kemampuan, perasaan berharga dan percaya
diri

9
2. Komunikasi
Sebelum sakit
 Bahasa sehari-hari : Bahasa Sunda
 Kesulitan dalam komunikasi : Tidak ada
Saat sakit
 Bahasa sehari-hari : Bahasa Sunda
 Kesulitan dalam komunikasi : Tidak ada
3. Seksual
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidak ada keluhan dalam masalah seksual dan alat
kelamin
Saat sakit
Klien mengatakan nyeri di area kelamin karena terpasang kateter urine
4. Nilai dan Keyakinan
Sebelum Sakit
Klien beragama islam klien mengerjakan sholat 5 waktu.
Saat sakit
Klien tetap mengerjakan sholat 5 waktu walaupun di tempat tidur, klien
mempunyai keyakinan dan keinginan untuk sembuh tinggi serta percaya
pada pengobatan, klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
5. Belajar
Sebelum sakit
Pasien mengatakan mendapatkan informasi dari tv, pasien mengatakan
beum tahu tentang penyakitnya
Saat sakit
Pasien mengatakan dapat informasi dari petugas medis

10
10. Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Interpretasi
Normal
.05.2022 Creatinin 1,43 < 4,0 Meningkat
Ureum 43,1 ng/mL Normal
Hemoglobin 12,8 0,7-1,3 Normal
Hematokrit 32,6 13.2-17.3 Menurun
Leukosit 13.700 g/dl Meningkat
Trombosit 268.000 40-54% Normal
Eritrosit 4.01 4.000- Menurun
Natrium 132 10.000 Menurun
Kalium 4.80 150.000- Normal
Klorida 104 400.000 Normal
4.50-6.20
135-148
3,5-5,3
98-107

b) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologi
USG : Tampak pembesaran kelenjar prostat dengan IPP vertical 3,6
grade 1 dan volume : 55,51ml

11. Progam Terapi


 RL 1500 ml / 24 jam
 Keterolak 30 mg 3x1 (IV)
 Asam Traneksamat 3x1 (IV)
 Vit K 3x1 (IV)
 Omeprazole 40mg 2x1 (IV)

11
D. Analisa Data

Tgl/Jam DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


18/05/2022 DS : BPH Nyeri akut
10.00 WIB klien mengatakan nyeri pada
area post TURP, nyeri terasa Tindakan pembedahan
seperti di iris-iris, nyeri TURP
dirasakan bertambah jika
badan digerakkan dan nyeri Trauma bekas resectocopy
berkurang jika tidak
bergerak, skala nyeri 5 Rangsangan saraf diameter
kecil
DO :
 Keadaan umum : Saraf aferen memberi
Tampak Sakit Sedang respon
 Kesadaran : Compos
mentis Nyeri akut
 GCS : E4 M5 V6

 TTV : TD : 153/101
mmhg, N : 82 x/mnt,
360C, RR: 20 x/mnt
SPO2 : 98%
 Klien post TURP

 Klien terpasang kateter

 Pada ujung penis


tertutup kassa dan
terdapat darah
 Klien tampak
mengerutkan muka
 Klien tampak berhati-
hati saat bergerak

12
18/05/2022 DS : Prosedur invansif ( Alat Resiko infeksi
10.00 WIB Klien mengatakan tidak ada selama pembedahan,
bengkak ataupun rasa panas kateter, irigasi kandung
pada kemaluannya kemih)

DO :
 Klien post TURP

 Klien terpasang urine


kateter
 Terdapat irigasi

 Leukosit : 14.700
(meningkat)

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (iritasi kandung kemih post
operasi TURP)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif (Alat pembedahan, kateter,
irigasi kandung kemih )

13
Nama : Tn. Z Umur : 64 Tahun No. Dokumen RM : 2210158800
Ruang : Gardenia Kelas : 3 Tanggal : 18/05/2022
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Jam Keperawatan
18/05/2022 Nyeri akut SLKI: Kontrol Nyeri SIKI I : Manajemen Nyeri
10.30 WIB Berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Lakukan Identifikasi nyeri secara menyeluruh
dengan: selama…. x24 jam masalah teratasi dengan meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Infeksi kriteria hasil: kualitas dan intensitas nyeri
 Prosedur  Mengetahui penyebab nyeri  Identifikasi Skala Nyeri
Operasi  Mengetahui onset nyeri  Identifikasi ketidaknyamanan nonverbal
 Cedera  Dapat menggunakan tindakan non  Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai
 Trauma, farmakologis untuk mengatasi nyeri indikasi
obstruksi  Lakukan gerakan mobilisasi setelah 6 jam
pasien oprasi

18/05/2022 Resiko infeksi SLKI SIKI:


10.30 WIB berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Melakukan perawatan area luka
dengan: selama…. x24 jam masalah teratasi dengan  Batasi pengunjung
 Prosedur kriteria hasil:  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
infasif  Klien mampu menghindari faktor resiko tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

14
 Trauma  Klien mampu mengidentifikasi faktor resiko meninggalkan pasien
 Kerusakan  Gunakan baju dan sarung tangan untuk APD
jaringan dan  Pertahankan lingkungan aseptik selama
peningkatan pemasangan alat
paparan  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
lingkungan infeksi kandung kencing
 Kolaborasi perikan terapi antibiotik bila perlu
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien yang
berisiko
 Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, drainase, panas
 Dorong nutrisi, cairan dan istirahat yang cukup
 Anjurkan kllien minum obat sesuai dosis
yang ditentukan

15
Nama : Tn. Z Umur : 64 Tahun No. Dokumen RM : 2210158800
Ruang : Gardenia Kelas : 3 Tanggal : 18/05/2022

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon TTD


18/05/2022 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri, melakukan
10.00 WIB Berhubungan dengan TTV Skala nyeri 5, TTV : TD : 149/98mg/dl,
Prosedur Operasi RR :20x/mnt N : 80x/mnt, S : 36,5oC
2. Mengobservasi reaksi non verbal klien
(ekspresi wajah klien dan tingkah laku) Klien tampak mengerutkan muka

3. Memberi posisi nyaman (posisi supine)

4. Mengajarkan klien untuk menggunakan Klien mengatakan lebih nyaman


tehnik relaksasi nafas dalam
Pasien mengatakan sudah bias
melakukan teknik relaksasi nafas dalam

5. Mengajarkan klien untuk menggunakan


tehnik distraksi dengan cara mendengarkan

16
musik kesukaan
  Pasien mengatakan senang
mendengarkan music sunda

Nama : Tn. Z Umur : 64 Tahun No. Dokumen RM : 2210158800


Ruang : Gardenia Kelas : 3 Tanggal : 18/05/2022

LEMBAR EVALUASI

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


Nyeri akut : Klien mengatakan masih nyeri

O:
 Keadaan : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : compos mentis

 Klien tampak masih berbaring di tempat tidur

 Skala nyeri 4

 TTV : TD : 149/98mg/dl, RR : 20 x/menit N : 80x/mnt, S : 36,5oC

A : nyeri akut teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

17
18
BAB IV
ANALISIS KASUS

A. Profil Lahan Praktik


Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur adalah rumah sakit yang akan dibuka
(soft opening) pada tanggal 22 Oktober 2014. RSDH berada dibawah naungan PT.
Hz & J Medika. RSDH mempunyai motto "We Serve for a Better Health" Kami
Melayani untuk Kesehatan yang Lebih Baik. RSDH memiliki keunggulan SDM
yang berkualitas tinggi dengan bergabungnya dokter-dokter yang sangat
berkompeten di bidangnya, karyawan yang terlatih dan berorientasi pada patient
safety.
Didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang ahli di bidangnya masing-masing,
RSDH memiliki pelayanan unggulan diantaranya Geriatri, Skin & Beauty Center dan
Bedah Plastik. RSDH bekerjasama dengan perusahaan asuransi, Rumah Sakit lain
untuk rujukan di Jakarta dan Bandung serta Rumah Sakit di Malaysia, Singapore,
Thailand, Korea, Taiwan dan China.
Penyusun menjalani untuk karya ilmiah ners di Gedung Utama Lantai 3 dengan
kekhususan penyakit dalam yang terdiri dari 4 ruang kelas I dewasa, 6 ruang kelas II
dewasa, 1 ruang kelas III dewasa pria dan 1 ruang kelas III dewasa wanita.
Selain itu, penyusun juga ditempatkan di Gedung Kencana Lantai 3 dengan
kekhususan pasien pre dan post operasi (rawat bedah) yang terdiri dari kelas VIP,
Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

B. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait


Benigna Prostate Hiperplasia ( BPH) merupakan pembesaran progresif dari
kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra parts prostatika
( Muttaqin, 2011) . Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah keadaan kondisi
patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
ditemukan intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun ( Wijaya& Putri 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2019 di Ruang
Bima RSUD Sanjiwani Gianyar diperoleh data dari wawancara dengan
pasien, diperoleh data bahwa 4 dari 6 pasien post operasi TURP masih

19
membatasi aktifitasnya karena masih merasa nyeri hebat meskipun sudah
memperoleh terapi farmakologi. Selain itu intervensi untuk melakukan
mobilisasi dini juga berpengaruh terhadap penurunan nyeri pasien. Apalagi
RSUD Sanjiwani Gianyar telah menerapkan Clinical Pathway (CP) untuk
penyakit BPH, sehingga pasien bisa diberikan edukasi untuk melakukan
mobilisasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post operasi
TURP BPH di Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar. Benign Prostate
Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak merupakan suatu keadaan
terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran
dari kelenjar prostat.
Klasifikasi BPH. Penyebab terjadinya BPH hingga sekarang masih belum
diketahui secara pasti, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH
erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses
menua.
Adapun mamfaat dari mobilisasi dini 1).Peningkatan kecepatan dan
kedalaman pernafasan sehingga mencegah atelektasis dan pneumonia
hipostatis, peningkatan kesadaran mental dampak dari peningkatan oksigen
ke otak, 2). Peningkatan sirkulasi, nutrisi untuk penyembuhan mudah didapat
pada daerah luka, dapat mencegah thrombophlebitis, peningkatan kelancaran
fungsi ginjal, pengurangan rasa nyeri, 3). Peningkatan metabolisme,
mencegah berkurangnya tonus otot dan mengembalikan keseimbangan
nitrogen, 4). Peningkatan berkemih sehingga mencegah retensi urin, dam 5).
Peningkatan peristaltik sehingga memudahkan terjadinya flatus, mencegah
distensi abdominal dan nyeri akibat gas, mencegah konstipasi, mencegah
illeus paralitik.

20
C. Analisis Intervensi Keperawatan Dengan Konsep Dan Penelitian

Mobilisasi tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya


penyembuhan. Secara psikologis, hal ini memberikan pula kepercayaan kepada klien
bahwa dia mulai merasa sembuh. Mobilitas meningkatkan fungsi paru-paru
memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan fungsi
pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja lagi.
Mobilisasi sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan sehingga terhindar
dari komplikasi akibat operasi terutama proses penyembuhan luka operasi.
Pasien pasca operasi BPH, 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan
anggota tubuh mencakup menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jari kaki
Peneliti juga berasumsi adanya hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini
dengan penyembuhan luka post operasi BPH karena pada pasien yang melakukan
oprasi BPH akan menimbulkan luka sayatan. Luka sayatan post operasi mampu
mudah pulih ketika pasien melakukan mobilisasi dini.
Hal tersebut dikarenakan mobilisasi dini mampu melancarkan sirkulasi darah.
Sirkulasi darah yang lancar dapat membantu dalam penyembuhan luka karena darah
mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka. Apabila peredaran
darah lancar maka zat-zat yang dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik dan apabila
peredaran darah tidak lancar maka zat-zat yang dibutuhkan tersebut sulit untuk
dipenuhi.
Adapula pasien yang meskipun melakukan mobilisasi dini tetapi penyembuhan
luka post operasi tetap lambat dikarenakan faktor nutrisi dimana pasien tidak
mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein dan berbagai vitamin. Usia juga
menjadi salah satu faktor penentu penyembuhan luka/trauma yang dialami pasien.
Pasien usia muda memiliki kecepatan perbaikan dan pertumbuhan sel yang lebih
baik dari pada pasien lanjut 39 usia. Pasien yang lebih muda memiliki perbaikan sel
lebih optimal sebaliknya, pasien lanjut usia disertai dengan proses penurunan sistem
perbaikan sel, sehingga akan memperlambat proses penyembuhan luka

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan dilakukanya mobilisasi dini pada pasien post op BPH akan mempercepat proses
untuk mengurangi nyeri pasien supaya tidak tergantung sama obat kimia untuk
mengugrangi nyeri pasien BPH, dan setelah dilakukan tindakan tersebut memang betul
bahwa mobilisasi dini dapat menurangi rasa nyeri pada pasie teritapa pasien post bph.
B. Saran

1. Untuk pasien penderita BPH

Bagi penderita BPH hendaknya melakukan mobilisasi dini sebagai upaya untuk
mengurangi nyeri post operasi TURP sehingga dapat mengurangi penggunaan terapi
farmakologis. Keluarga pasien perlu memberikan motivasi kepada pasien post operasi TURP agar
mau melakukan mobilisasi dini untuk mengurangi nyeri post operasi.

2. Bagi Rumah SakitDr hafiz

Perlu meningkatkan penerapan Clinical Pathway BPH dan pembuatan prosedur


mobilisasi dini pada pasien post operasi TURP sehingga diharapkan perawat dapat melatih pasien
untuk mobilisasi dini untuk mengurangi nyeri pasien post operasi. Dan di terapkan pada pasien
supaya bias kolaborasi baik denananggg keluarga maupun pasien

22

Anda mungkin juga menyukai