DEFINISI
1. Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidaksesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah
orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
2. Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu
berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas
interaksi sosial yang tidak efektif, Dengan Karakteristik : Menyatakan secara verbal
atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara
verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita.
Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi
interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang
berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi
verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa
Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).
Rentang Respon Sosial
– Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons
yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku,
sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya
setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari
adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan
kesepian.
– Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang
adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri
dari :
1. 1. Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2. 2. Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. 3. Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. 4. Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
2. B. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat
keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1. 1. Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. 2. Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
3. 3. Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4. 4. Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris,
pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5. 5. Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6. 6. Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda
cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang
kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan
Sundeen, 1995)
h. Merusak diri
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Pohon Masalah
Halusinasi ……..
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif :
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain /
perawat.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan.
KARAKTERISTIK PERILAKU
• Tidur berlebihan.
• Kurang bergairah.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang
maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsangan eksternal.
Pemberian asuhan keperawatan klien degan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri tetap menggunakan proses keperawatan yang lazim digunakan pada klien
dengan gangguan jiwa dengan tahap-tahap sebagai berikut :
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend,
1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial
pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data, perumusan masalah keperawatan, pohon
masalah dan analisa data.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi,
penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart
and Sundeen, 1995).
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut
1) Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama Kerusakan
Interaksi Sosial Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur
atara 15 – 40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. dan agama
pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab
pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari, dependen.
3) Faktor predisposisi
Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah
mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam
keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa. Kehilangan, perpisahan,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustrasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, di tuduh KKN,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung meningkat, suhu:
meningkat, Pernapasan : bertambah, TB, BB: menurun).
5) Keluhan fisik
Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat
badan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
5) Aspeks psikososial
6) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan keyakinan
seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada
umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami
gangguan konsep diri seperti :
– Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang
hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
– Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
– Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
– Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan social dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien
terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).
Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia tidak mampu
hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada umumnya klien dengan Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki
teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami
hambatan dalam pergaulan.
6) Status mental
c) Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah
dan mondar-mandir.
d) Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
e) Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.
f) Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-
kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.
g) Persepsi
– Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar
suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.
h) Isi pikir
– Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
i) Proses pikir
– Proses pikir pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses
pikir.
j) Kesadaran
– Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri tidak mengalami
gangguan kesadaran.
k) Memori
– Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-hal
yang telah terjadi.
– Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
m) Kemampuan penilaian
– Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit
yang dideritanya.
a) Makan
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang
dideritanya.
b) BAB / BAK
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri bisanya tidak memiliki
minat dalam perawatan diri (mandi)
d) Istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu
8) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain
(lebih sering menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping yang sering digunakan
pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
– Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan
atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
10) Pengetahuan
– Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri, kurang
mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem
pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
11) Aspek medic
– Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien selama
perawatan.
1. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai
pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
1. Kebutuhan persiapan pulang.
– Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan
dan merapikan pakaian.
– Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
– Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah
ASPEK MEDIK
PENATALAKSANAAN
h. Lindungi klien
i. Rekreasi
j. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
1. Clorpromazine (CPZ)
2. Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam
fungsi kehidupan sehari –hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska
sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska
sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
TerapiFarmakologi:
PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.
Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada
sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan
electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas
Terapisomatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan perlakuan fisik
adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis terapi somatik adalah
meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi1.
1. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas
fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal) dengan
mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang ditempelkan di
bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan tersendiri untuk
mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya
potensial yang mungkin terjadi.
4. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-10 x
lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5
meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
5. Terapi Deprivasi Tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi jumlah
jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi.
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini diberikan dalam
upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis-
jenis terapi modalitas antara lain1 :
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada
pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat sadar
diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau
ketiganya.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung pada setap
keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima tugas
kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
member perawatan pada anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat,
dan menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau berdiri sendiri,
seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu drama.
Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan
perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah
dan kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat
mempengaruhi sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat
penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin
dan asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan
obat penghambat acetilkolin
ECT:
Psikomotor:
Terapi okupasional:
TAK:
Rehabilitas:
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun
potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
A. Masalah Utama
Selain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung) dan factor presipitasi (pencetus)
terjadinya gangguan hubungan sosial :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan pada struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
Faktor sosial – budaya dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari
orang lain (lingkungan sosialnya).
Stresor sosial – budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga
yang labil.
2) Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (Menarik Diri).
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien
lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini
dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.
Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat
mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
baik. (Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan
internal dengan imajinasi yang berlebihan.
7. DAFTAR MASALAH
– Disorientasi.
DS :
DS :
DS :
a. Masalah Keperawatan
a) Data Subjektif
– Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
– Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
b) Data Objektif
– Disorientasi
a) Data obyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak
mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang,
posisi menekur.
b) Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau
tidak
a) Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri
b) Data subyektif
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
3. Diagnosa Keperawatan
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.
4. Fokus Intervensi
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
Tindakan:
Tindakan :
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
b) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P : Klien – Perawat
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah
Tindakan :
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap
dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya
Tindakan :
jelaskan tujuan
buat kontrak
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Rasionalisasi : Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan obat, akan
meminimalkan terjadinya ketidakefektifan pengobatan atau keracunan. Hal ini juga
dimaksudkan untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh dalam pengobatan)
dengan kriteria evaluasi :
Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi keluhan.
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum
obat)
b) Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
c) Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
Tindakan :
d) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Rasional :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau
integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian
Tindakan :
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk
berubah
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Rasional :
Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Kegiatan mandiri
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga
diri klien
Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa
dilakukan
Tindakan :
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Rasional :
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
2. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999