Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini
merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama
musibah yang melibatkan massa.
Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan
kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba
ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase
pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging
system) atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti
yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau
mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban dengan risiko
besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport segera, serta melakukan
tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat.
Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage
lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat
melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi.
Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu
yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.
gagal nafas
cedera torako-abdominal
fraktura mayor tanpa syok
GCS
Points
15-13
SBP
>89
Points
4
12-9
8-6
5-4
3
3
2
1
0
76-89
50-75
1-49
0
1
0
RR
10-30
>30
6-9
1-5
Points
4
3
2
1
3. cedera serius
4. cedera berat
5. kritis
Hasil skoring tersebut kemudian dikuadratkan dan dijumlahkan.
ISS = A2 + B2 + C2
Hasil lebih dari 15 dianggap sebagai politrauma. Hasil dari perhitungan ISS ini digunakan
sebagai perbandingan dalam penentuan prioritas penatalaksanaan pasien massal.
Ada beberapa variasi dari penggunaan triage seperti di atas, pada beberapa kondisi atau di
beberapa negara. Misalnya di medan perang, seringkali dilakukan reversed triage, dimana
yang
diprioritaskan
adalah
korban
dengan
luka
paling
ringan
yang
membutuhkanpertolongan sehingga korban dapat segera kembali ke medan perang.
Di beberapa negara terdapat pedoman lain dalam penentuan triage, namun intinya tetap
sama. Misalnya di Jerman, tidak seluruh trauma amputasi mayor dianggap ditandai dengan
kartu merah. Trauma amputasi lengan bawah, setelah ditangani pendarahannya, dapat
dianggap sebagai kartu kuning dan kemudian ditransfer ke rumah sakit. Kadang kala
pembagian triage pun menggunakan 5 macam warna.
Kategori Makna
T1 (I)
T2 (II)
T3 (III)
T4 (IV)
T5 (V)
Konsekuensi
Contoh
Penanganan
dan Lesi yang melibatkan arteri,
Mengancam
transportasi
sesegera pendarahan organ dalam,
jiwa
mungkin
trauma amputasi mayor
Observasi
ketat,
Trauma amputasi minor,
penanganan secepatnya,
Cedera berat
cedera
jaringan
lunak,
transport
sedapat
fraktur dan dislokasi
mungkin
Ditangani
bila
Cedera
memungkinkan, transport Laserasi
minor,
abrasi
minor atau
dan
evakuasi
bila jaringan lunak, cedera otot
tidak cedera
memungkinkan
Harapan
Observasi
dan
bila Cedera berat, pendarahan
hidup kecil
memungkinkan pemberian berat,
pemeriksaan
atau
tidak
analgetik
neurologis negatif
ada
Menjaga
jenazah, Dead on arrival, perburukan
Meninggal identifikasi
bila dari T1-4, tidak ada napas
memungkinkan
spontan
Hasil Triage
Evakuasi
Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya.
Di lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah
sakit. Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah
sakit adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi
kondisi pasien, perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran
untuk masuk ke IGD dan prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah
pemeriksaan dan penanganan darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem
triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage, dokter tersebut
dapat menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan menerima penanganan dari
dokter IGD atau dirawat langsung oleh dokter yang merawat di ruangan. Hal ini
untuk meningkatkan efektivitas dimana pasien dapat sesegera mungkin mendapat
perawatan lebih lanjut.
Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed control
dan tenaga bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa saja yang
diperlukan selama dalam penanganan di IGD dan dalam perawatan di ruang rawat
inap.