Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

OLEH

FERA AFRI SANTHI

NIM: G1B223040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Konsep Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan
prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan
secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu
menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi
diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam
sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan
sosial secara langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan
skizofrenia hal 53).
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (Budi Anna Keliat, 1999).
Rentang Respons Sosial
Gangguan hubungan sosial terdiri atas :
1. Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh
individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain
dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan
karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidaksesuaian
atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau
terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan,
tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan
atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan
yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

2. Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang


individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau
berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, Dengan
Karakteristik : Menyatakan secara verbal atau menampakkan
ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara
verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau
membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang
tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau
orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima
tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal.
Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa
Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).
3. Rentang Respon Sosial
1. Waktu membinasuatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam
rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon
adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma – norma
sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan
respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma –
norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari adalah menarik diri,
tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan
kesepian.
2. Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam
rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada
bagan berikut :
1) Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
a. Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan
seseorang untuk merenungkan sapa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan
setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan
dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan
sosial.
c. Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam
hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptive adalah respon yang menimbulkan gangguan
dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Respon maladaptif terdiri dari :
1. Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2. Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.
Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
3. Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4. Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang
rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang
lain tidak mendukung.
5. Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk
berfungsi secara sukses.
6. Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan
diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-
hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan
individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.

4. Penyebab Dari Menarik Diri


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.

5. Tanda Dan Gejala Menarik Diri (Budi Anna Keliat, 1998)


1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8. Pohon Masalah ( Budi Anna Keliat, 1999)

Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

9. Analisa Data
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “,
“iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif :
1. Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :

2. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.


3. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.
4. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain / perawat.
5. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
6. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
7. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
10. Karakteristik Perilaku
1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Klien Dengan


Isolasi Sosial

A. PENGKAJIAN
Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data,
perumusan masalah keperawatan, pohon masalah dan analisa data.

1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen,
1995).Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan
Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai
berikut.

1) Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan
masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah :
biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 –
40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status
perkawinan, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta
pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit
Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.

2) Alasan masuk rumah sakit


Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu
menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri
(menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada,
berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
a. Faktor predisposisi
Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha
pengobatan bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa
trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan
dalam keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan
jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien
sebelum mengalami gangguan jiwa. Kehilangan, perpisahan,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan / frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
b. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi:
cenderung meningkat, suhu: meningkat, Pernapasan :
bertambah, TB, BB: menurun).
c. Keluhan fisik
Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur
sehingga bisa terjadi penurunan berat badan. Klien biasanya
tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
d. Aspeks psikososial
e. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
f. Konsep diri
Pada umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri seperti :
a) Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.

b) Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar


menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya;
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap
Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).
f) Hubungan sosial : Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi
setiap manusia, karena manusia tidak mampu hidup secara
normal tanpa bantuan orang lain. Pada umumnya klien dengan
Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman
dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau
masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan.
g) Status mental
h) Penampilan: Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial :
Menarik Diri berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan,
kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai
dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan
dimana harus mandi.
i) Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan
interaksisosial Menarik Diripada umumnya tidak mampu
memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan
tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.
j) Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam
beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.
k) Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri biasanya tampak
putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
l) Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap
rangsang yang normal.
m) Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang
kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk bicara dengan
orang lain.
n) Persepsi. Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan persepsi
terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar
suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering
menyendiri dan melamun.
o) Isi pikir. Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan isi pikir :
waham terutama waham curiga.
p) Proses pikir. Proses pikir pada klien dengan Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri akan kehilangan
asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi
dalam proses pikir.
q) Kesadaran. Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri tidak mengalami gangguan kesadaran.
r) Memori. Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana
klien mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.
s) Konsentrasi dan berhitung. Klien dengan Kerusakan Interaksi
Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya tidak
mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
t) Kemampuan penilaian. Klien tidak mengalami gangguan
dalam penilaian
u) Daya tilik diri. Klien mengalami gangguan daya tilik diri
karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.

g. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan. Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien
akan mengingkari penyakit yang dideritanya.
2. BAB / BAK. Kemampuan klien menggunakan dan
membersihkan WC kurang.
3. Mandi. Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri bisanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri
(mandi)
4. Istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya
terganggu

h. Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan
kadang-kadang mencedrai diri.Klien apabila mendapat masalah
takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain (lebih
sering menggunakan koping menarik diri).
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti
klien direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan
jiwa.

j. Pengetahuan
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri,
kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor
predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan obat-
obatan sehingga penyakit klien semakin berat.

k. Aspek medic
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang
digunakan oleh klien selama perawatan.

l. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

1. Perumusan Masalah
1. Masalah Utama : Kerusakan interaksi social : menarik diri
2. Daftar masalah

Format Pengkajian Pasien Isolasi Sosial


Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien....................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat..............
c. Hambatan berhubungan dengan oarang lain...............................
Masalah Keperawatan.........................................................................
2. Pohon Masalah

Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Analisa Data
1. Masalah Keperawatan
1. Perubahan persepsi – sensori : halusinasi

2. Isolasi Sosial : menarik diri


3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Isolasi sosial : menarik diri


a) Data obyektif
Menarik diri, menolak melakukan interaksi, afek datar, afek sedih,
afek tumpul, tidak ada kontak mata, tidar bergairah, lesu.
b) Data subyektif
Ingin sendiri, merasa tidak nyaman di tempat umum, merasa
berbeda dari orang lain.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori

2. Isolasi sosial : menarik diri


3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan pada klien
1. Tindakan keperawatan ners
a. pengkajian : kaji tanda dan gejala isolasi sosial serta penyebabnya
b. diagnosis : jelaskan proses terjadinya isolasi sosial
c. tindakan keperwatan ners
1) tidkusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
2) diskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain
3) latih klien berkenalan
4) latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegitan sehari-hari
5) latih klien kegiatan sosial : berbelanja, ke rumah ibadah, ke arisan, ke
bank, dan lain-lain

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elma Piana
dkk, dengan judul penerapan cara berkenalan pada pasien isolasi
sosial, Tahapan melatih cara berkenalan untuk meningkatkan sosialisasi
telah ada di dalam strategi pelaksanaan yang meliputi fase orientasi, fase
kerja dan fase terminasi. Tujuan dilakukannya penerapan cara
 berkenalan pada klien dengan isolasi sosial adalah untuk meningkatkan
kemampuan berkenalan dan menurunkan tanda gejala isolasi sosial pada
pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun
2021. Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus
(case study). Subyek yang digunakan sebanyak 2 (dua) pasien isolasi di
ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021.
Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan
menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan cara berkenalan terjadi
penurunan tanda gejala isolasi sosial dan peningkatan kemampuan
berkenalan.
DAFTAR PUSTAKA

Elma Piana, (2022). Penerapan Cara Berkenalan Pada Pasien Isolasi Sosial. Diakse
dari
https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/view/294
diakses pada 10 desember 2023

Keliat, B. A.,et al. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

R. Febrina, “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Keluarga dengan Harga Diri Rendah
Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang,” Poltekkes
Kemenkes Padang, 2018.

Saputra M.Khalis, dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa II. Padang : PT Global
Eksekutif Teknologi.

S. Juliasari, “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Gangguan Konsep


Diri Harga Diri Rendah Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas Sempaja Samarinda,” Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur, 2018.

World Health Organization, “The WHO Special Initiative for Mental Health
( 2019-2023 ): Univer

Wulandari Ida Ayu P. Dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa. Denpasar : PT.
Sonpedia Publising Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai