Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Nia Restiana

Disusun Oleh:

Novi Mulyani

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

DIII KEPERAWATAN

2022
A. Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa tidak diterima dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. ( Keliat,dkk.2009)
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri
secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial
merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

B. Faktor Predisposisi
Menurut Pusdiklatnakes (2012) kegagalan-kegagalan yang terjadi sepanjang daur
kehidupan dapat mengakibatkan perilaku menarik diri:
1. Faktor Biologis Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan
jiwa,adanya resiko, riwayat penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
2. Faktor Psikologis Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran
diri, tidak jelasnya atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam
mencapai harapan atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan
baik dari diri sendiri maupun lingkungan,yang dapat menyebabkan gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain,dan akhirnya menjadi masalah isolasi
sosial.
3. Faktor Sosial Budaya Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari
kalangan ekonomi rendah,riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak,tingkat penididikan rendah dan kegegalan dalam
berhubungan sosial.
C. Faktor Presipitasi
Pada faktor ini biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis, atau
kelaianan struktur otak, kekerasan dalam keluarga, kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, atau adanya tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien, konflik antar masyarakat. Faktor pencetus pada umumnya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
1. Faktor Sosiokultural. Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit
keluarga, dan berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat dirumah sakit.
2. Faktor Psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk
ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi (Stuart, 2006).

D. Penilaian Stresor
Menurut SDKI (D.0121) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan
klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung
dengan data observasi :
1) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
a. Merasa ingin sendirian
b. Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif
a. Menarik diri
b. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
2) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a. Merasa berbeda dengan orang lian
b. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
c. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif
a. Afek datar
b. Afek sedih
c. Riwayat ditolakj
d. Menunjukan permusuhan
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
f. Kondisi difabel
g. Tindakan tidak berarti
h. Tidak ada kontak mata
i. Perkembangan terlambat
j. Tidak bergairah/lesu

E. Sumber Koping
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif menurut
Stuart, (2006) meliputi :
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
2) Hubungan dengan hewan peliharaan. Poltekkes Kemenkes Padang
3) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal (misalkan:
kesenian, musik atau tulisan).

F. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006). Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, spliting
dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan
orang lain dan identifikasi proyektif.
Menurut Gall W. Stuart (2006), sumber koping yaang berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.
G. Rentang Respon Sosial

Gambar 2.1: Rentang respon Isolasi Sosial


Sumber: Ermawati Dalami,2009

Keterangan rentang respon:


a) Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kuturaldimana
individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif
tersebut :
1) Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran.
3) Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk memberi dan menerima.
4) Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.
b) Respon Maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik dari perilaku maladiptif tersebut adalah:
1) Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
2) Manipulasi Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung
memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain
tidak mendukung.
H. Masalah Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
c. Merasa ingin sendirian
d. Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif
c. Menarik diri
d. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
d. Merasa berbeda dengan orang lian
e. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
f. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif
k. Afek datar
l. Afek sedih
m. Riwayat ditolakj
n. Menunjukan permusuhan
o. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
p. Kondisi difabel
q. Tindakan tidak berarti
r. Tidak ada kontak mata
s. Perkembangan terlambat
t. Tidak bergairah/lesu
I. Perencanaan
Setelah dilakukanintervensi 3x24jam,maka keterlibatan sosial (L.13116) meningkat
dengan kriteria hasil :
- Minat interaksi meningkat (5)
- Perbalisasi tujuan yang jelas meningkat (5)
- Minat terhadap aktivitas meningkat (5)
- Perbalisasi isolasi menurun (5)
- Perbalisasi ketidikakamanan di tempat umum menurun (5)
- Menarik diri menurun (5)
- Perbalisasi perasaan berbeda dengan orang lain menurun (5)
- Perbalisasi preokopasi menurun dengan pikiran sendiri menurun (5)
- Afek murung atau sedih menurun (5)
- Prilaku bermusuhan menurun (5)
- Prilaku sesuai dengan harapan orang lain membaik (5)
- Prilaku bertujuan membaik (5)
- Kontak mata membaik (5)
- Tugas perkembangan sesuai usia membaik (5)
J. Intervensi Utama
1) Promosi Sosialisasi (SIKI, 2018 : I.13498 : Hal. 385)
Definisi:
Meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan ornag lain.
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi kemmapuan melakukan interkasi dengan orang lain
- Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik:
- Monitavasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
- Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu h8ubungan
- Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
- Motivasi berinteraksi di luar lingkungan ( mis. Jalan-jalan, ke toko buku)
- Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang
lain
- Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
- Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
- Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
Edukasi :
- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
- Anjurkan ikut seeta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
- Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dna menghormati hak ornag lain
- Anjurkan pengggunaan alat bantu (mis. Kacamata dan alat bantu dengan)
- Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus
- Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
- Latih mengekspresikan marah dengan tepat.
1) Terapi Aktivitas
Definisi:
Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spiritual tertentu untuk
memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas atau kelompok.
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisifasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktifitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisifasi dalam aktivitas
- Identifikasi maksa aktivitas rutin (mis. Bekerjadan waktu luang)
- Moniotor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik:
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktifitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial.
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menhgindari aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau
gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
- Fasilitasi aktivityas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk merealisasikan otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika perlu
- Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak komperatif, terstruktur, dan
aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam aktifitas rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. Vocal grup, boal voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaian sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemjauan sendiri untuk mencapai
tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas partisifasi dalam aktivitas
Edukasi:
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajakarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisifasi dalam
aktivitas
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika perlu
- Rujuk pda pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
K. Intervensi pendukung
Dukungan Emosional
Definisi :
- Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stress
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi fungsi marah frustasi dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas,marah,atau sedih
- Buat pertanyaan sfortif atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (missal merangkul
menepuk-nepuk).
- Tetap Bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas,jika perlu
- Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah

Edukasi

- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu


- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (ansietas,marah dan sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola
respon yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat

Kolaborasi

- Rujuk untuk konseling,jika perlu


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
- Klien mengatakan bahwa ia kesepian dan merasa ditolak oleh orang lain
- Klien mengatakan merasa tidak aman berada disekitar orang lain
- Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
- Pasien mengatakan bahwa ia merasa tidak berguna
- Pasien mengatakan tidak yakin melangsungkan hidup
- Pasien mengatakan tmerasa lambat dalam menghabiskan waktu
Data Objektif :
- Klien tampak sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
- Pasien tampak bosan
- Pasien tampak menjauh dari keramaian
- Pasien tampak sulit bergabung dengan pasien lainnya

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial (D.0121) b.d Perubahan status mental

3. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
c. Berinteraksi dengan orang lain

4. Tindakan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,
adalah :
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan Saudara
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
b. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut:
1) Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
2) Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
c. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
d. Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
Dilakukan dengan cara:
1) Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
2) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
e. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
1) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Saudara
2) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau
keluarga)
3) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
4) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
5) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.

B. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan


1. Salam Teurapeutik
"Assalammu'alaikum
"Saya Herawati. Saya senang dipanggil Ibu Her. Saya dan rekan saya Nur yang
akan merawat Ibu di sini." Saya perawat di Ruang Mawar
"Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?"
"Apa keluhan Susan hari ini?" Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Susan? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, Susan? Bagaimana kalau 15 menit"

2. Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan hari ini?”
“Apa yang Tina rasakan hari ini?”
3. Kontrak
a. Topik : Keluarga dan teman - teman
b. Tempat : Ruang tengah depan televisi
c. Waktu : 08.00 – 08.15

4. Fase Kerja
(Jika pasien baru)
"Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Susan? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan Susan? Apa yang membuat Susan jarang
bercakap-cakap dengannya?" (Jika pasien sudah lama dirawat)

"Apa yang Susan rasakan selama Susan dirawat disini? O.. Susan merasa
sendirian? Siapa saja yang Susan di ruangan ini"

"Apa saja kegiatan yang biasa Susan lakukan dengan teman yang Susan kenal?"
"Apa yang menghambat Susan dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?"

"Menurut Susan apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Susan? Ya, apa
lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah Susan belajar bergaul dengan orang lain?

« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain"
"Begini lho Susan, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
Susan, senang dipanggil Cantik. Asal saya dari Tasikmalaya, hobi memasak"

"Selanjutnya Susan menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya


begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya
apa?"

"Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Susan. Coba berkenalan
dengan saya!" "Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali"

"Setelah Susan berkenalan dengan orang tersebut Susan bisa melanjutkan


percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Susan bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya."

5. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan Susan setelah kita latihan berkenalan?"
"Susan tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali"

b. Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan yang sudah saya jelaskan
dan saya contohkan yaaa.”

c. Kontrak
"Selanjutnya Susan dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga Susan lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.

d. Rencana Tindak Lanjut


“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Susan berkenalan
dengan teman "
saya, perawat Nur. Bagaimana, Susan mau kan?" "Baiklah, sampai jumpa.
Assalamu'alaikum

Anda mungkin juga menyukai