Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH ISOLASI SOSIAL

OLEH

KELOMPOK 1

1. AMBROSIUS NONG YORIS


2. ANASTASYA FLORENTINA
3. ANA MARIA
4. BELANDINA BELLA
5. BERNADETHA MELANIA S. LUDGARDA
6. DELVINA LIBERTI DHAMA
7. ELISABETH NONA MELSIANA
8. FERNILIA ARNIATI

YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMI KEPERAWATAN SANTA ELISABETH LELA

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut Undang-undang No. 18 pasal 1 Tahun 2014
merupakan kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-undang No. 18, 2014).

Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai
pemuasan diri, di mana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia
jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan
(isolasi diri), termasuk juga kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep mengenai Isolasi Sosial?


2. Bagaimanakah contoh mengenai Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep mengenai Isolasi Sosial


2. Untuk mengetahui contoh mengenai Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang
lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013). Isolasi
sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak
mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan oranglain
disekitarnya.

2. Rentang Respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali
pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa.
Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan
menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang
nyata.

Menyendiri Kesepian Manipulas


i
Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisism
e
Saling Ketergantungan
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara
yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan
Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
a) Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b) Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu
menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
c) Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member,
dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d) Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon
maladaptive tersebut adalah:
• Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan
orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada
orang lain.
• Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian.
• Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain.
• Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.

3. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a) Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah
isolasi sosial yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial.Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu
masalah.

Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal


(Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009).

Tahap perkembangan Tugas


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan
hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis

kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman,

mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak


Masa tenga baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan

perasaan ketertarikan dengan budaya.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang
tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang
cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada
klien skizfrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
b) Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial
juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang.
Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas
ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri menurut dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a) Gejala Subjektif
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Respon verbal kurang atau singkat
 Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
 Klien merasa ditolak

b) Gejala Objektif
 Klien banyak diam dan tidak mau bicara
 Tidak mengikuti kegiatan
 Banyak berdiam diri di kamar
 Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
 Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
 Ekpresi wajah kurang berseri
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
 Memasukan makanan dan minuman terganggu
 Retensi urine dan feses
 Aktifitas menurun
 Kurang enenrgi (tenaga)
 Rendah diri
 Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada
posisi tidur).

5. Patopsikologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepidan takut
dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan
kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat. Sumber-sumber
koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model
ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal
yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan
diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari
peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan
keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial


a) Pengkajian Keperawatan
Menurut Keliat (2005 : hal 3) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan
data dan perumusan masalah. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi factor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart
dan Larry, 2005 :).
1. Faktor Predisposisi
Menurut Dalami (2009 ) faktor predisposisi antara lain :
a) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi
sampai dengan dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan
sosial yang positif. Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat
dilalui dengan sukses.Sistem keluarga yang tergantung.Dapat berperan
dalam perkembangan respons social maladaptif. Yang paling sering
adalah adanya gangguan dalam mencapai tugas perkembangan
sehingga individu tidak dapat mengembangkan hubungan yang
sehat.
 Masa bayi : bayi umumnya menggunakan komunikasi
yang sangat sederhana dalam menyampaikan
kebutuhannya. Karena bayi sangat tergantung pada orang
lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa
tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta
menarik diri.
 Toodler : mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri.
 Pra Sekolah : anak menggunakan kemampuan berhubungan
yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan
diluar keluarga. Dalam hal ini, anak membutuhkan
dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian
positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Kegagalan anak
dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu
mengontrol diri, tergantung, ragu, menarik diri dari
lingkungan, pesimis.
 Anak sekolah : pada usia ini anak mulai mengenal
bekerjasama, kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi
dengan orang tua. Teman dan orang dewasa merupakan
sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan
dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi,
putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari
lingkungan.
 Pra remaja : pada usia ini, anak mengembangkan
hubungan intim dengan teman sebaya dan teman sejenis
maupun lawan jenis.Kegagalan membina hubungan dengan
teman dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri
yang kurang.
 Dewasa muda : individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti
memilih pekerjaan, karir, melangsungkan
pernikahan.Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan
individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang
lain, putus asa akan karir.
 Dewasa tengah : individu pada usia dewasa tengah
umumnya telah menikah. Individu yang perkembangannya
baik akan dapat mengembangkan hubungan dan dukungan
yang baru.Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan
perhatian hanya tertuju pada dirinya sendiri, produktivitas
dan kreatifitas berkurang, dan perhatian terhadap orang lain
berkurang.
 Dewasa lanjut : individu tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini
mengakibatkan perilaku menarik diri.

b) Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive
menurut (Gail, 2006 : hal 430). Terjadinya penyakit jiwa pada
individu juga dipengaruhi oleh keluarganya disbanding dengan
individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit terkait.
c) Faktor Sosiokultural
Menurut (Gail,2006 : hal 431) Isolasi sosial merupakan faktor utama
dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi: norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti
lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d) Faktor Dalam Keluarga
Menurut (Gail, 2006 : hal 279) pola komunikasi dalam keluarga
dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila
keluarga hanya mengiformasikan hal – hal yang negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua
pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,
mengakibatkan anak menjadi traumatik dan enggan berkomunikasi
dengan orang lain.
e) Faktor Presipitasi
Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor presipitasi terdiri dari :
a) Stresor Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat
di rumah sakit.
b) Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi.
b) Manifestasi Klinis
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan ditemukan
data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi
kurang, klien tampak tidak bercakap- cakap dengan klien orang lain, tidak ada
kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam
diri di kamar klien. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari, meniru posisi janin pada saat tidur. Sedangkan untuk data
subjektif sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab dengan singkat, dengan kata – kata “tidak”, “ya“, dan
“tidak tahu”. (Dalami, 2009 : hal 10).
c) Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006 : hal 281).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti sosial antara
lain :proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang : formasi reaksi, isolasi, idelisasi orang lain
dan merendahkan orang lain.
d) Sumber Koping
Menurut (Gail, 2006: hal 280), sumber koping berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas
dan teman.
e) Pohon Masalah

Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi Sosial
Harga diri rendah

f) Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi
g) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah
terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan
pengetahuan yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau
pengalaman praktek.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus (TUK) :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi : Menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :
wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia
menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya.
Rencana tindakan keperawatan : bina hubungan saling percaya, beri
salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tujuan perawat berkenalan, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap
berinteraksi, buat kontak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien.

TUK 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.


Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan minimal satupenyebab menarik
diri dari orang lain dengan lingkungan.
Rencana tindakan keperawatan : Tanyakan kepada klien tentang orang
yang tinggal serumah atau teman sekamar klien, orang yang paling dekat
dengan klien di rumah atau diruang keperawatan, apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut, orang yang tidak dekat dengan klien di rumah
atau di ruang keperawatan, apa yang membuat klien tidak dekat dengan
orang lain, upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain,
diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain, beri pujian terhadap klien megungkapkan perasaannya.
TUK 3 : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
sosial dan kerugian mnearik diri.
Rencana tindakan keperawatan : tanyakan pada klien tentang manfaat
hubungan sosial dan kerugian mernarik diri, diskusikan bersama klien
tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, beri pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap dengan perawat, orang lain dan kelompok.
Rencana tindakan keperawatan : Observasi prilaku klien saat berhubungan
sosial, beri motifasi dan Bantu klien untuk berkenalkan atau berkomunikasi
dengan orang lain, libatkan kliendalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi,
diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien untuk bersosialisasi, beri motifasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat, beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan.
TUK 5: Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan sosial.
Kriteria evaluasi:Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan
sosial dengan orang lain. Rencana tindakan keperawatan:diskusikan dengan
klien tentang perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain, beri pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan
sosial.
Kriteria evaluasi : Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik
diri, tanda dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat, cara merawat
klien menarik diri.
Rencana tindak keperawatan : diskusikan pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri, diskusikan potensi
keluarga untuk membantu klien mengatasi prilaku enarik diri, latih keluarga
dalam merawat klien menarik diri, tanyakan perasaan keluarga agar
membantu klien untuk bersosialisasi, beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatan merawat klien di rumah sakit.
TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi : Klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping. Setelah tiga kali
interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Setelah
tiga kali interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Rencana tindakan keperawatan : diskusikan dengan klien tentang manfaat
dan kerugian tidak minum obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri
pujian jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
h) Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanana tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan. Dan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) (Keliat,2005, hal 17). Jenis
Tindakannya seperti :
1. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi
karena adanya stressor (penyakit). Misalnya ; membantu klien dalam
melakukan kegiatan sehari – hari, memberikan dorongan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar, menciptakan
lingkungan terapeutik.
2. Saling ketergantungan atau kolaborasi ( interdependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya. Seperti dokter,
fisioterapi, analis kesehatan, dan sebagainya. Misalnya ; pemberian
obat – obatan sesuai dengan intruksi dokter. Jenis dosis dan efek
samping menjadi tanggung jawab dokter tetapi pemberian obat
sampai atau tidak menjadi tanggung jawab.
3. Rujukan atau ketergantungan ( dependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
diantaranya : dokter, psikologi, pskiater, ahli gizi, fisioterapi.
Misalnya; terapi aktivitas kelompok.
i) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal 17) Hasil
yang diharapkan pada klien, yaitu: klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan orang lain, klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri,
klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, klien dapat
melaksanakan hubungan sosial, klien mampu menjelaskan perasaannya
setelah berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok, Klien mendapat
dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial, klien dapat
memanfaatkan obat.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 19-11-2023


Tanggal Dirawat di Ruangan : 21-11-2023
Tanggal Pengkajian : 22-11-2023
Ruang Rawat : Garuda

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. RM (L)
Umur : 37 tahun
Alamat : Blitar
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kel. : Laki-laki
No. CM : 570061

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien banyak diam, tertutup, jika ditanya baru bisa menjawab.

b. Data Sekunder
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit dia sering merokok, kalau
malam susah tidur, sering mondar-mandir dalam rumah.

c. Keluan Utama Saat Pengkajian


Saat pengkajian pasien mengatakan punya perasaan takut, tampak
kebingungan, tertutup, punya perasaan deg-degan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada tanggal 19-11-2023, pasien datang ke IGD berjalan kaki, tidak tampak
pincang, mengenakan kaos kutang dan celana pendek. Bersedia menyebutkan
identitasnya, setiap kali ditanya jawabannya selalu “karena Allah”, dia tidak meliat
ke pemeriksa. Pasien sering menyebutkan kalimat “karena Allah”. Pasien
mengatakan kalau dia sering dirawat di rumah sakit jiwa ini. Pada saat dilakukan
pengkajian, keadaan pasien sudah lebih tenang.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jelaskan: Ya, pernah. Pasien mengatakan sering dirawat di RSJ Lawang.
2. Faktor Penyebab/Pendukung:
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan Tidak Tidak
Tidak ada Tidak ada
4. Kekerasan dalam ada ada
keluarga
5. Tindak kriminal
Jelaskan: Pasien mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalami aniaya
fisik, tidak pernah mengalami penganiayaan seksual, baik sebagai pelaku,
korban, maupun saksi, dan tidak pernah terlibat dalam tindakan kriminal.
Diagnosa Keperawatan:
b. Pernah melakukan upaya/percobaan bunuh diri
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai ide atau pikiran
untuk bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan:
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
 Ya
 Tidak
Jelaskan: Ya, pernah. Pasien mengatakan pernah mengalami musibah di
masa lalu.
Diagnosa Keperawatan:
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 Tidak
Jelaskan: Tidak. Pasien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami
penyakit fisik. Hanya sakit batuk dan flu saja.
Diagnosa Keperawatan:
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak Pernah.
Diagnosa Keperawatan:
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan asilnya:
Jelaskan:
Pasien mengatakan sering dirawat di RSJ Lawang. Pasien tidak rutin
mengonsumsi obat, meski sudah dicampur ke minuman tetap tidak diminum.
Diagnosa Keperawatan:
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
 Ya
 Tidak
Jika ada:
Hubungan
keluarga: ...............................................................................................................
..
Gejala: ..................................................................................................................
....................
Riwayat
Pengobatan: ..........................................................................................................
.........................................
Diagnosa Keperawatan:

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

Keterangan:

Jelaskan:
Pasien merupakan seorang anak laki-laki, anak kedua dari tiga bersaudara.
Orang tua pasien masih hidup. Pasien tinggal bersama orang tua dan adik
perempuannya.
Diagnosa Keperawatan:
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan rambutnya gundul, kulitnya putih, dan pasien
menyukai anggota tubuhnya.
b. Identitas:
Pasien mengatakan dirinya seorang pebisnis. Pasien juga mempunyai
ternak burung puyuh. Umur 37 tahun dan tinggal di Blitar.
c. Peran:
Pasien menyatakan kalau di rumah membantu orang tua.
d. Ideal diri:
Pasien menyatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang, dan tidak ingin
kembali ke RSJ.
e. Harga diri:
Klien merasa malu, deg-degan dirawat di RSJ dan selalu ingin pulang,
tinggal di rumah saja.
Diagnosa Keperawatan:
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah orang tua kandung dan
saudarinya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien selalu mengikuti
sholat lima waktu, pasien juga melakukan kegiatan harian sebagai peternak
burung puyuh.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien lebih suka menyendiri, diam, dan tertutup.
Diagnosa Keperawatan: Tidak
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan beragama Islam, namun dalam menjalankan ibadah
lima waktu belum bisa.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan ini adalah cobaan dari Allah SWT.
Diagnosa Keperawatan:

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Baik, fokus, melakukan kegiatan secara mandiri.
2. Kesadaran (Kuantitas)
Berubah.
3. Tanda vital:
TD : 136/78 mm/Hg
N : 118 x/menit
S : 36,4oC
P : 20 x/menit
4. Ukur:
BB : ........ kg
TB : ........ cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada keluan fisik yang dirasakan.
Diagnosa Keperawatan:

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Penampilan: Rapi, sesuai dengan usia.
Cara berpakaian: Berpakaian rapi, menggunakan seragam RSJ yang telah
disediakan.
Diagnosa Keperawatan:
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter):
Bicara pelan, bicara seperlunya, dan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan.
Diagnosa Keperawatan:
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan:
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Psikomotor baik, mampu berjalan dengan baik, tidak seperti robot, klien
mampu mempertahankan posisi badan saat diwawancara.
Peningkatan:
 Hiperkinesia, hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 Gadu Gelisah Katatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksikonversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekopraxia  Berjalan kaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif: sebutkan .................
Jelaskan:
Klien tidak ada peningkatan aktivitas motorik.
Diagnosa Keperawatan:
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anheodonia
 Euforia  Kesepian
 Lain-lain
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak ada pikiran yang mengganggu, hanya saja klien
mengatakan ingin pulan ke rumah dan memelihara burung puyuh.
b. Afek
 Sesuai  Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
Pasien sering menunduk, ekspresi datar.
Diagnosa Keperawatan:
5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga
Jelaskan:
Sikap sopan, ada kontak mata, dan menjawab pertanyaan sesuai yang
diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan: ...............................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................
Diagnosa Keperawatan:-
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 Tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain-lain ....................................
Jelaskan:
Pembicaraan pasien dapat dipahami dengan baik.
b. Isi Pikir:
 Obsesif  Fobia,
 Ekstasi sebutkan ................................
 Fantasi  Wahan:
 Alienasi o Agama
 Pikiran bunuh diri o Somatik/hipokondria
 Preokupasi o Kebesaran
 Pikiran isolasi sosial o Kejar/curiga
 Ide yang terkait o Nihilistik
 Pikiran rendah diri o Dosa
 Pesimisme o Sisip pikir
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga
Jelaskan: .........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
...........................................................................
c. Bentuk Pikir:
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Realistik. Pasien ketika diberi pertanyaan merespon dan jawabannya sesuai
dengan kenyataannya, tetapi ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa
dijawab.
Diagnosa Keperawatan:
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Pasien mampu menyebutkan waktu saat ini, warna, dan tempat dia berada.
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Pasien dalam kesadaran penuh.
Diagnosa Keperawatan:
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menegah (24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek (kurun waktu 10 detik - 15 menit)
Jelaskan:
Pasien mampu menyebutkan nama dan alamat dengan benar
Pasien mampu mengingat nama mahasiswa perawat
Pasien mampu mengulangi pembinaan yang baru saja diajarkan perawat
katakan. Pasien ingat “tadi tidurnya nyenyak atau tidak”.
Diagnosa Keperawatan:
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Konsentrasi pasien baik dan berfokus, serta mampu menjawab pertanyaan
dengan sesuai dan kompetitif.
b. Berhitung
Jelaskan:
Pasien mampu berhitung.
Diagnosa Keperawatan:
11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan:
Pasien bisa mengambil keputusan secara sederhana, tetapi masih dengan
bantuan orang lain seperti perawat pada beberapa penilaian.
Diagnosa Keperawatan:
12. Daya Tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan:
Pasien menyadari penyakit yang dideritanya.
Diagnosa Keperawatan:

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
Pasien mampu tolieting, makan secara mandiri.
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan:
Pasien mandi secara mandiri, pasien mandi dua kali sehari.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan:
Pasien mampu berpakaian secara mandiri dan setiap hari selalu
mengganti baju yang disediakan oleh ruangan. Pasien rapi dan bersih.
3) Makan
Jelaskan:
Pasien makan secara mandiri. Pasien makan tiga kali sehari (pagi,
siang, dan malam) dengan menu dan porsi yang diberikan di RSJ.
4) Toileting (BAB, BAK)
Jelaskan:
Pasien mampu toileting secara mandiri baik BAB maupun BAK.
Diagnosa Keperawatan:
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari:
Pasien makan tiga kali sehari di RSJ dan mendapat kudapan dua kali
sehari.
Bagaimana nafsu makannya:
Nafsu makan pasien tampak baik dan selalu menghabiskan makannya.
Bagaimana berat badannya:
Berat badan stabil selama di RSJ
Diagnosa Keperawatan:
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 12.30 s/d 15.00
Tidur malam, lama: 19.00 s/d 05.00
Aktivitas sebelum/sesudah tidur: minum obat, semua kegiatan di dalam
rumah.
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur, pasien tidur nyenyak.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur.
Diagnosa Keperawatan:
3. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan masih bergantung dengan orang tuanya.
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan bisa membuat keputusan dengan keinginannya sendiri.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri
Pasien hanya mematuhi perintah-perintah perawat ketika disuruh minum
obat.
Diagnosa Keperawatan:
4. Sistem Pendukung
Sistem Pendukung Ya Tidak
Keluarga  
Terapis  
Teman sejawat  
Kelompok sosial  
Jelaskan:
Pasien mengatakan bahwa dia mendapatkan dukungan dari keluarganya dan
terapis. Orang tua pasien mendukung penuh atas kesembuhan pasien dengan
membawa pasien berobat ke RSJ.
Diagnosa Keperawatan:

IX. MEKANISME KOPING


Jelaskan:
Pasien mengatakan ketika ada masalah, pasien tidak pernah bercerita dengan orang
tuanya dan hanya memendam sendiri.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Efektif (D.0096)

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan keluarga dan masyarakat.
 Masalah hubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien dijauhi orang karena pasien mengamuk, mondar-mandir dalam rumah.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mengatakan lulusan SMK dan tidak ada masalah dengan pendidikannya.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mengatakan bahwa dulu dia bekerja sebagai peternak burung puyuh.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mengatakan memiliki rumah pribadi dan tinggal bersama dengan orang
tua dan saudarinya.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan:
Tidak ada masalah dengan ekonominya.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan saat di RSJ.
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan:
Tidak ada.
Diagnosa Keperawatan:-

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah (presipitasi),
obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang
berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.  Penatalaksanaan
 Penyakit/gangguan jiwa  Lain-lain, jelaskan
 Sistem pendukung
 Faktor presipitasi
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penatalaksanaan dan penyebab
penyakitnya, sehingga perlu diberikan pengetahuan tambahan.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan (D0111)

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F2D1 Hebphrenic
Axis II
: ....................................................................................................................
......
Axis III
: ....................................................................................................................
......
Axis IV
: ....................................................................................................................
......
Axis V
: ....................................................................................................................
......
2. Terapi Medis
Tb rispendon 1010
Dolopin 0001

XIII. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS: Isolasi sosial berhubungan
Pasien mengatakan punya perasaan dengan status mental. (D.0121)
deg-degan.
DO:
Pasien sering kebingungan.
Pasien banyak diam dan tertutup.
2. DS: Harga diri rendah. (D.0087)
Pasien mengatakan cemas.
DO:
Pasien berbicara pelan.
Pasien mau berinteraksi dengan orang
lain jika disuruh.

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial (D.0121)
2. Harga diri rendah (D.0087)

XV. POHON MASALAH


XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial (D.0121)

Lawang, ...............................
Perawat yang mengkaji

_______________________
NIM/NIRM: .........................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN: ...........................................................................................................
Nama Klien : Tn. RM DX Medis :
No CM : Ruangan : Garuda

Perencanaan
No Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Sosial TUM: Setelah dilakukan Keterlibatan sosial (L.13115) Proses sosialisasi (I.13498)
tindakan keperawatan selama 1. Verbalisasi sosial menurun Observasi:
pertemuan di harapkan (5) 1. Identifikasi kemampuan
keterlibatan sosial meningkat. 2. Verbalisasi ketidakamanan di melakukan interaksi
tempat umum menurun (5) dengan orang lain
TUK: 3. Kontak mata membaik (5) 2. Identifikasi hambatan
1. Verbalisasi isolasi menurun melakukan interaksi
2. Verbalisasi ketidakamannan dengan orang lain
di tempat umum menurun Terapeutik:
3. Kontak mata membaik 3. Motivasi meningkatkan
keterlibatan suatu
hubungan
4. Motivasi berpartisipasi
dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
5. Motivasi berinteraksi di
luar lingkungan (misal
jam-jam)
6. Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri
Edukasi:
7. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
8. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial Klien : Tn. RM Nama : Susan
Status interaksi perawat-klien : ......................................... Mahasiswa : 22-11-2023
Lingkungan : Di meja makan Tanggal : 10.15
Deskripsi klien : ......................................... Jam : Garuda
Tujuan (Berorientasi pada : Membina hubungan saling percaya Bangsal
klien) Mengajarkan klien berinteraksi dengan orang lain

KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL


KOMUNIKASI VERBAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: Selamat pagi mas P: Memandang, membuat Perawat ingin membuka Pasien belum mengerti Memuka percakapan
K: kontak mata percakapan dengan pasien. tujuan untuk mencoba
K: Kontak mata kurang Berharap perawat dapat membangun hubungan
diterima dengan baik saling percaya
P: Perkenalkan saya Susan, P: Memandang klien dan Perawat ingin membangun Pasien berkenalan dengan Memperkenalkan diri
mahasiswi akper lela, berjabat tangan hubungan yang baik perawat
Flores. K: Klien merespons jabat kepada pasien
K: Iya tangan
P: Bagaimana keadaannya P: Memandang dengan Mengganti kondisi yang Pasien menjawab dengan Menunjukkan
saat ini? Namanya siapa? sopan dialami pasien lambat dan seperlunya perhatian dan menggali
K: Baik. Saya mas K: Menyebutkan nama, dengan volume normal informasi
ekspresi wajah datar.
P: Bagaimana kalau kita P: Memandang klien dan Mencoba mengeksplorasi Pasien menjawab Meminta persetujuan
berbincang-bincang mencoba perasaan yang dialami pertanyaan yang ditanya untuk menggali
sebentar mas, selama 10 K: Pasien hanya menjawab pasien perawat saja dan informasi
menit? pertanyaan, kontak menjawab seperlunya
matanya kurang.
K: Iya
Kesan Perawat: .................................................................................................
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien : Tn. RM DX Medis :
No CM : 070061 Ruangan :
Garuda

No Hari/Tanggal
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
DX dan Jam
1 Kamis 1.Membangun hubungan saling percaya S: Klien mengatakan bahwa dia tidak tahu
Hasil: Klien mau berkenalan dan mampu alasan dibawa ke RSJ
memperkenalkan diri.
2.Memonitor TTV O:
Hasil: - Keadaan klien baik
- TD: 136/78 mmHg - Klien mau berkenalan dan mampu
- N: 118 x/menit memperkenalkan diri
- S: 36,4oC - TTV:
- RR: 20 x/menit  TD: 136/78 mmHg
3.Memonitor adanya benda yang berpotensi  N: 118 x/menit
membahayakan (mis: benda tajam/tali)  S: 36,4oC
Hasil: Klien tidak membawa benda yang  RR: 20 x/menit
berpotensi membahayakan. - Klien tampak tenang dan kooperatif
4.Memonitor keamanan barang yang dibawa - Klien tidak menceritakan penyebab dia
oleh pengunjung diam
Hasil: Setiap keluarga yang berkunjung tidak - Klien tidak membawa benda yang
membawa benda taja, tali, dll. berpotensi membahayakan
5.Memonitor selama penggunaan barang yang - Lingkungan di sekitar ruangan aman
dapat membahayakan (mis: alat cukur) - Klien tampak rileks
Hasil: Klien tampak rapi dan tidak
menggunakan barang yang membahayakan. A: Masalah isolasi sosial sebagian teratasi
6.Mempertahankan lingkungan bebas dari P: Intervensi dilanjutkan di ruangan
bahaya secara rutin.
Hasil: Lingkungan sekitar ruangan aman.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes Ri

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan


Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan

Anda mungkin juga menyukai