OLEH
KELOMPOK 1
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut Undang-undang No. 18 pasal 1 Tahun 2014
merupakan kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-undang No. 18, 2014).
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai
pemuasan diri, di mana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia
jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan
(isolasi diri), termasuk juga kehidupan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2. Rentang Respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali
pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa.
Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan
menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang
nyata.
3. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a) Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah
isolasi sosial yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial.Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu
masalah.
kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman,
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri menurut dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a) Gejala Subjektif
Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Respon verbal kurang atau singkat
Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Klien merasa tidak berguna
Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Klien merasa ditolak
b) Gejala Objektif
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Tidak mengikuti kegiatan
Banyak berdiam diri di kamar
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
Kontak mata kurang
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekpresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
Memasukan makanan dan minuman terganggu
Retensi urine dan feses
Aktifitas menurun
Kurang enenrgi (tenaga)
Rendah diri
Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada
posisi tidur).
5. Patopsikologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepidan takut
dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan
kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat. Sumber-sumber
koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model
ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal
yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan
diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari
peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan
keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998).
b) Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive
menurut (Gail, 2006 : hal 430). Terjadinya penyakit jiwa pada
individu juga dipengaruhi oleh keluarganya disbanding dengan
individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit terkait.
c) Faktor Sosiokultural
Menurut (Gail,2006 : hal 431) Isolasi sosial merupakan faktor utama
dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi: norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti
lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d) Faktor Dalam Keluarga
Menurut (Gail, 2006 : hal 279) pola komunikasi dalam keluarga
dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila
keluarga hanya mengiformasikan hal – hal yang negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua
pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,
mengakibatkan anak menjadi traumatik dan enggan berkomunikasi
dengan orang lain.
e) Faktor Presipitasi
Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor presipitasi terdiri dari :
a) Stresor Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat
di rumah sakit.
b) Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi.
b) Manifestasi Klinis
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan ditemukan
data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi
kurang, klien tampak tidak bercakap- cakap dengan klien orang lain, tidak ada
kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam
diri di kamar klien. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari, meniru posisi janin pada saat tidur. Sedangkan untuk data
subjektif sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab dengan singkat, dengan kata – kata “tidak”, “ya“, dan
“tidak tahu”. (Dalami, 2009 : hal 10).
c) Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006 : hal 281).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti sosial antara
lain :proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang : formasi reaksi, isolasi, idelisasi orang lain
dan merendahkan orang lain.
d) Sumber Koping
Menurut (Gail, 2006: hal 280), sumber koping berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas
dan teman.
e) Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Harga diri rendah
f) Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi
g) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah
terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan
pengetahuan yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau
pengalaman praktek.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus (TUK) :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi : Menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :
wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia
menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya.
Rencana tindakan keperawatan : bina hubungan saling percaya, beri
salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tujuan perawat berkenalan, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap
berinteraksi, buat kontak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. RM (L)
Umur : 37 tahun
Alamat : Blitar
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kel. : Laki-laki
No. CM : 570061
b. Data Sekunder
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit dia sering merokok, kalau
malam susah tidur, sering mondar-mandir dalam rumah.
Keterangan:
Jelaskan:
Pasien merupakan seorang anak laki-laki, anak kedua dari tiga bersaudara.
Orang tua pasien masih hidup. Pasien tinggal bersama orang tua dan adik
perempuannya.
Diagnosa Keperawatan:
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan rambutnya gundul, kulitnya putih, dan pasien
menyukai anggota tubuhnya.
b. Identitas:
Pasien mengatakan dirinya seorang pebisnis. Pasien juga mempunyai
ternak burung puyuh. Umur 37 tahun dan tinggal di Blitar.
c. Peran:
Pasien menyatakan kalau di rumah membantu orang tua.
d. Ideal diri:
Pasien menyatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang, dan tidak ingin
kembali ke RSJ.
e. Harga diri:
Klien merasa malu, deg-degan dirawat di RSJ dan selalu ingin pulang,
tinggal di rumah saja.
Diagnosa Keperawatan:
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah orang tua kandung dan
saudarinya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien selalu mengikuti
sholat lima waktu, pasien juga melakukan kegiatan harian sebagai peternak
burung puyuh.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien lebih suka menyendiri, diam, dan tertutup.
Diagnosa Keperawatan: Tidak
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan beragama Islam, namun dalam menjalankan ibadah
lima waktu belum bisa.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan ini adalah cobaan dari Allah SWT.
Diagnosa Keperawatan:
Lawang, ...............................
Perawat yang mengkaji
_______________________
NIM/NIRM: .........................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN: ...........................................................................................................
Nama Klien : Tn. RM DX Medis :
No CM : Ruangan : Garuda
Perencanaan
No Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Sosial TUM: Setelah dilakukan Keterlibatan sosial (L.13115) Proses sosialisasi (I.13498)
tindakan keperawatan selama 1. Verbalisasi sosial menurun Observasi:
pertemuan di harapkan (5) 1. Identifikasi kemampuan
keterlibatan sosial meningkat. 2. Verbalisasi ketidakamanan di melakukan interaksi
tempat umum menurun (5) dengan orang lain
TUK: 3. Kontak mata membaik (5) 2. Identifikasi hambatan
1. Verbalisasi isolasi menurun melakukan interaksi
2. Verbalisasi ketidakamannan dengan orang lain
di tempat umum menurun Terapeutik:
3. Kontak mata membaik 3. Motivasi meningkatkan
keterlibatan suatu
hubungan
4. Motivasi berpartisipasi
dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
5. Motivasi berinteraksi di
luar lingkungan (misal
jam-jam)
6. Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri
Edukasi:
7. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
8. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial Klien : Tn. RM Nama : Susan
Status interaksi perawat-klien : ......................................... Mahasiswa : 22-11-2023
Lingkungan : Di meja makan Tanggal : 10.15
Deskripsi klien : ......................................... Jam : Garuda
Tujuan (Berorientasi pada : Membina hubungan saling percaya Bangsal
klien) Mengajarkan klien berinteraksi dengan orang lain
No Hari/Tanggal
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
DX dan Jam
1 Kamis 1.Membangun hubungan saling percaya S: Klien mengatakan bahwa dia tidak tahu
Hasil: Klien mau berkenalan dan mampu alasan dibawa ke RSJ
memperkenalkan diri.
2.Memonitor TTV O:
Hasil: - Keadaan klien baik
- TD: 136/78 mmHg - Klien mau berkenalan dan mampu
- N: 118 x/menit memperkenalkan diri
- S: 36,4oC - TTV:
- RR: 20 x/menit TD: 136/78 mmHg
3.Memonitor adanya benda yang berpotensi N: 118 x/menit
membahayakan (mis: benda tajam/tali) S: 36,4oC
Hasil: Klien tidak membawa benda yang RR: 20 x/menit
berpotensi membahayakan. - Klien tampak tenang dan kooperatif
4.Memonitor keamanan barang yang dibawa - Klien tidak menceritakan penyebab dia
oleh pengunjung diam
Hasil: Setiap keluarga yang berkunjung tidak - Klien tidak membawa benda yang
membawa benda taja, tali, dll. berpotensi membahayakan
5.Memonitor selama penggunaan barang yang - Lingkungan di sekitar ruangan aman
dapat membahayakan (mis: alat cukur) - Klien tampak rileks
Hasil: Klien tampak rapi dan tidak
menggunakan barang yang membahayakan. A: Masalah isolasi sosial sebagian teratasi
6.Mempertahankan lingkungan bebas dari P: Intervensi dilanjutkan di ruangan
bahaya secara rutin.
Hasil: Lingkungan sekitar ruangan aman.
DAFTAR PUSTAKA