Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Nuraenah, M.Kep

DISUSUN OLEH
ERIKA LIANTY MAYADI (201872013)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah utama)


Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes, 2000 dalam Direja,
2011).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

II. Proses terjadinya masalah : (F. Predisposisi, Faktor prespitasi, Rentang Respon,
Mekanisme koping, Therapi)

A. Proses terjadinya isolasi sosial


1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri :
a. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang, individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak gangguan dalam hubungan
sosial.

Tahapan perkembangan Tugas


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal
perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, tanggung
jawab dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, in dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan sesama
jenis kelamin
Masa remaja Menjadi akrab dengan teman lawaan
jenis atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling berbagi antara orang tua
dan teman mencari pasangan menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah di lalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2009).

Apabila terdapat gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari


masa bayi sampai dewasa tua , maka akan menjadi pencetus seseoarang
sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga
yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti
otak atropi, serta hubungan ukuran dan untuk sel dalam limbic dan daerah
kortikal.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini,
(Stuart and sudden, 1998).
2. Faktor Presipitasi
Menurut Aziza (2011) stressor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan
oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi
ekstra untuk mengatasinya (faktor yang memperberat atau memperparah terjadinya
gangguan jiwa). Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain :
a. Stressor Sosiokulural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat
dirumah sakit.
b. Stressor Psiokologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan sesorang mengalami gangguan
hubungan menarik diri.
c. Stressor Intelektual
 Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang menggangu pengembangan hubungan dengan orang lain.
 Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulitt berkomunikasi dengan orang lain.
 Ketidakmampuan seseorang mambangun kepercayaan dengan orang lain akan
persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
d. Stressor Fisik
 Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain.
 Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
3. Rentang respon
Berikut ini akan berlaku tentang respon yang terjadi pada isolasi social :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain
individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. 
Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1) Menyendiri, tanggung jawab yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang membutuhkan satu sama
lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk
respon maladaptif :
1) Menarik diri, suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam
4) Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang
lain. (Stuart dan Sundeen, 1998).
4. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi.
Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian,
musik, atau tulisan, (Stuart and sundeen,1998:349).

III. Pohon masalah :

IV. Diagnosa keperawatan

1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

V. Rencana tindakan keperawatan


1. Diagnosa I : isolasi sosial
TUM : klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
TUK :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5) Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berhubungan
dengan orang lain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain
KRITERIA HASIL :
Setelah 2x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada
perawat :
 Wajah cerah, tersenyum
 Mau berkenalan
 Ada kontak mata
 Bersedia menceritakan perasaan nya atau mengungkapkan
masalahnya
INTERVENSI DAN RASIONAL :
1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik. R : Hubungan saling percaya merupakan
dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
2) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya. R : Diketahuinya penyebab akan dihubungkan dengan
faktor resipitasi yang dialami klien
3) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul. R : Klien harus
dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina
hubungan yang sehat dengan orang lain.
4) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri tanda-
tanda serta penyebab yang muncul. R : Mengevaluasi manfaat yang
dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi
2. Diagnosa 2 : HALUSINASI
TUM : klien dapat mengontrol HalusinasI
TUK :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengenali halusinasinya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi.
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
KRITERIA HASIL :
Setelah 2x interaksi dengan klien, klien menunjukkan tanda percaya
kepada Perawat :
 Ekpresi bersahabat
 Ada kontak mata
 Menunjukkan rasa senang
 Mau berjabat tangan
 Mau duduk berdampingan dengan perawat
INTERVENSI DAN RASIONAL
1) Adakah kontak sering dan singkat secara bertahap. R : Kontak
sering tapi singkat selain membina hubungan saling percaya, juga
dapat memutuskan halusinasi
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri atau ke kanan atau
kedepan seolaholah ada teman bicara. R : Mengenal perilaku pada
saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan
intervensi
3) Bantu klien mengenali halusinasinya. R : Mengenal halusinasi
memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor pencentus
timbulnya halusinasi
4) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah atau takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya. R : Dengan mengethaui waktu, isi, dan frekuensi
unculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan klien
yang akan dilakukan perawat.
3. Diagnosa 3 : HARGA DIRI RENDAH
TUM : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
TUK :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4) Klien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit.
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
KRITERIA HASIL :
Setelah 2x interaksi dengan klien, klien menunjukkan tanda percaya
kepada Perawat :
 Klien dapat mengungkapkan perasaannya
 Ekspresi wajah bersahabat
 Ada kontak mata
 Menunjukkan rasa senang
 Mau Berjabat tangan
 Mau menjawab salam
 Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
INTERVENSI DAN RASIONAL
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. R :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan keperawatan.
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif. R :
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri
3) Utamakan memberi pujjan yang realistik. R : Pujian yang realistis
tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin
mendapat pujian.
4) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit. R : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan
yang dimiliki adalah prasat untuk berubah.
5) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap
hari. R : Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri
VI. Referensi
Stuart, GW dan Sundeen, SJ. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Masalah  Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Anda mungkin juga menyukai