Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU

Nama : NUR’ AINY PANGESTU NINGSIH

Nim : 19511076

PROGRAM PROFESI NERS STIKes

PAYUNG NEGERI PEKANBARU

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri
secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya
mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan menggangu
fungsi seseorang dalam hubungan social.Suatu sikap dimana individu merasa bahwa
pasien kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan.Pasien mempunyai kesulitan untuk
berhubungan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengamatan dengan orang lain (Depkes RI, 2011)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada isolasi sosial dibagi menjadi empat macam tahapan, yaitu:
a. Tahapan perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang wajib dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek (Fitria, 2010).
Tahapan perkembangan Tugas

Masa bayi Menetapkan rasa percaya

Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal


perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama
dan berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan
teman sesama jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman
lawaan jenis atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi intim dengan teman
lawaan jenis atau bergantung
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan
yang sudah di lalui
Masa dewasa tua Belajar menerima hasil kehidupan
yang sudah di lalui
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2010)

b. Tahap Komunikasi Dalam Keluarga


Ganguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (Double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
c. Tahap Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di
sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, diamana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Tahap Biologis
Tahap biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perhubungan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

2. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat di timbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat di kelompokan sebagai
berikut:
a.  Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress terjadi akibat anxietas
atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya bersama dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Anxietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
individu.

3. Tanda Dan Gejala


Menurut Nita Fitria, (2014) tanda dan gejala isolasi social yaitu:
a. Kurang spontan
b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i. Retensi urine dan feces
j. Aktivitas menurun
k. Kurang energi ( tenaga )
l. Rendah diri
m. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada posisi tidur )

C. Pohon Masalah

Perubahan presepsi sensori : Halusinasi Efek

ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI Core Problem

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah Causa

Koping individu tidak efektif

Faktor predisposisi dan presipitasi

sumber: ( Fitria.2010 ).

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Isolasi Sosial
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Gangguan persepsi sensori.
d. Kerusakan interaksi sosial (menarik diri)
e. Harga diri rendah kronis
f. Defisit perawatan diri
2. Data Yang Perlu Dikaji
Faktor fisiologi, psikologi dan sosial budaya adalah pencetus ketidakmampuan
individu untuk berkembang dan memelihara hubungan dengan orang lain.
a. Data subyektif : meliputi ekspresi perasaan sendiri, tidak ada keinginan untuk
kontak dengan sesama, kehilangan orang yang dekat, memiliki tameng untuk
berhubungan dengan orang lain, perubahan dalam rencana hidup dan support system
yang adekuat.
b. Data obyektif : berfokus pada pembatasan fisik, ketidakmampuan dan issue di
masyarakat.

E. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1)
- Mengenal masalah isolasi sosial
2. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2)
- Berkenalan dengan perawat dan pasien lain
3. Strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
- Bercakap cakap dalam melakukan aktivtias
4. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4)
- Berbicara social, misalnya : berbelanja, meminta sesuatu
-

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. 2011. Kesehatan jiwa secara global_Departeman Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses dari: http://www.depkes.go.id pada tanggal 06 maret 2020
Dermawan D dan Rusdi, 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai