I. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes, 2000 dalam Dermawan
dan Rusdi, 2014).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Penarikan diri atau
withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian 11 maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap (muhith, 2015).
2. Faktor Presipitasi Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat
enentukan alasan perasaan adalah:
a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik kedudukan atau harga diri, karena
elemen actual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep
persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah – msalah yang
dihadapi sekarang dan kemapuan menyelesaikan masalah,
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama
pada wanita.
d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat – obatan berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolic dapat
mencetus gangguan alam perasaan.
Proses Terjadinya Isolasi Sosial
Pattern of Parenting Ineffective Coping Lack of Development Stressor Internal and
(Pola Asuh (Koping Individu Tidak Task (Gangguan Tugas External (Stress
Keluarga) Efektif) Perkembangan) Internal dan Eksternal)
Misal: pada anak Misal: saat individu Misal: kegagalan Misal: stress terjadi
yang kelahirannya menghadapi menjalin hubungan akibat ansietas yang
tidak dikehendaki kegagalan intim dengan sesame berkepanjangan dan
(unwanted child) menyalahkan orang jenis atau lawan terjadi bersamaan
akibat kegagalan lain, jenis, tidak mampu dengan keterbatasan
KB, hamil di luar ketidakberdayaan, mandiri dan kemampuan individu
nikah, jenis kelamin menyangkal tidak menyelesaikan untuk mengatasinya.
yang tidak mampu menghadapi tugas, bekerja, Ansietas terjadi akibat
diinginkan, bentuk kenyataan dan bergaul, sekolah berpisah dengan
fisik kurang menarik diri dari menyebabkan orang terdekat,
menawan lingkungan, terlalu ketergantungan pada hilangnya pekerjaan
menyebabkan tingginya self ideal orang tua, rendahnya atau orang yang
keluarga dan tidak mampu ketahanan terhadap dicintai.
mengeluarkan menerima realitas berbagai kegagalan.
komentar-komentar dengan rasa syukur.
negative,
merendahkan,
menyalahkan anak
Otonomi
Bekerjasama Menarik diri Impulsive
Saling ketergantungan Ketergantungan Narcissism
(core problem)
Isolasi social
D. Faktor Predisposisi
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perhubungan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
E. Faktor Presipitasi
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress terjadi akibat anxietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya bersama dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Anxietas ini dapat terjadi akibat tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
G. Rentang Respon
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang
termasuk respon adaptif.
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah
terjadi di lingkungan sosialnya
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan
maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
I. Format Pengkajian
Konsep dasar asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada klien dengan isolasi sosial
1. Pengkajian
penilaian stressor , sumber koping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,
tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien mulai dari bagian
tubuh yang masih berfungsi dengan baik
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
b) Diskusikan pula kemampua yang dapat dilnjutkan pengunaannya setelah pulang
sesuai dengan kondisi sakit
4) Klien dapat menetapkan atau merenanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
a) Rencanakan bersama klien tentang aktifitas yang akan dilakukan sesuai dengan
kemampuan klien
c) Beri contoh cara pelaksanaanpada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampun
klien
a) Beri kesempatan pada klien untu mencoba kegiatan yang telah direncanakan
a) Beri pendidika kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
isolasi sosial
a) Bantu klien mengunakan obat dengan pirinsip 5 benar (obat, cara, dosis, waktu,
klien)
Diagnosis keperawatan
Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah
keperawatan dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan. Berdasarkan
pengkajian tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan adalah isolasi sosial.
Tindakan keperawatan
Setalah dibuat perumusan masalah dan diagnosis keperawatan ditegakkan, perawat
dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga.
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien isolasi sosial
kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu, perawat harus
konsisten bersikap teraupetik terhadap pasien. Selalu memepati janji adalah salah satu
upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Jika
pasien sudah percaya dengan perawat, program asuhan keperawatan lebih mungkin
dilaksanakan. Membina hubungan saling percaya dapat dilakukan dengan cara :
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4) Buat kontrak asuhan : apa yang akan perawat lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
5) jelasakan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6) tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat.
7) penuhi kebutuhan dasar pasien jika mungkin.
b) membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :
1) tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain.
2) tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
c) bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain
dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memilki banyak teman.
d) membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara
sebagai berikut:
1) diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
2) jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
e) membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka
waktu yang lama. Untuk itu, perawat dapat melatih pasien berinteraksi secra bertahap.
Mungkin pada awalnya, pasien hanya akan akrab dengan perawat, tetapi setelah itu
perawat harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan
orang-orang disekitarnya. Perawata dapat melatih pasien berinteraksi dengan cara
berikut :
a. Memberikan kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan dihadapan anda.
b. Mulailah bentu pasien berinteraksi dengan satu orang (paien, perawat atau
keluarga).
c. Jika pasien sudah menujukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
d. Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e. Dengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Berilah
dorongan agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A .2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha medika : Yogyakarta
Kusumawati, farida, 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika : Jakarta
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan jiwa , Refrika Aditama : Bandung
Dalami,Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cv.Trans info
Media: Jakarta
http://margakuciptaaskepjiwaisos.blogspot.com/
http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/09/isolasi-sosial.html
Sp 1 : membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain,
dan mengajarkan pasien berkenalan.
Orientasi
“selamat pagi! Saya suster HS. Saya senag dipanggil suster H. Saya perawat diruang
mawar ini.”
“siapa nama anda? Senang dipanggil apa?”
“apa keluhan S hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau diruang tamu?
Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja
(jika pasien baru)
“siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa
yang jarang dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang
membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”
(jika paien sudah lama dirawat)
“apa yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal diruangan ini?”
Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
“menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah, apa
kerugiannya kalu S tidak memiliki teman? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa). Nah, banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi,
apakah S belajar bergaul dengan orang lain?”
“bagus, bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita, nama
panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya : nama saya SN, senang
dipanggil S, asal saya dari kota X, hobi memasak.”
“ayo S coba! Misalnya saya belum kenal dengan S, coba berkenalan dengan saya! Ya,
bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!”
“setelah S berkenalan dengan orang tersebut, S bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan S bicarakan, misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”
Terminasi
“bagaiman perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
“S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya S dapat
mengingat-ngingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga S lebih
siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau mempraktikkan ke orang lain?
Bagaimana kalau S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana,
S mau kan?’’
“baiklah, sampai jumpa!”